PROGRAM KERJA
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
KABUPATEN BOYOLALI
DALAM RANGKA BOYOLALI MEMBANGUN
UNTUK LEBIH MAJU DAN BERKELANJUTAN
Disusun
Arief Gunarto ST MT
NIP 19710828 199903 1 004
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
B. Perumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................4
A. Kesimpulan.....................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sistem transportasi domestik harus memenuhi standar keselamatan jalan dan
berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil, pusat kegiatan
ekonomi kreatif,konektifitas wilayah dan sistem logistik daerah. Upaya
mempertahankan jalan kondisi dalam kondisi baik, dan peran serta fungsi
prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam
pengembangan wilayah diantara berbagai gangguan bencana alam, maupun
kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi
kebutuhanaksesibilitas kawasan produksi dan industri, serta outlet dengan
meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan
secara umum jalan kabupaten. Disparitas pemerataan pembangunan
terkendala kondisi konektifitas kewilayahan, dalam hal ini Jaringan Jalan
Desa, yang mempunyai perbedaan kelas jalan menyebabkan konektifitas
tidak dapat langsung menghubungkan antar wilayah karena pemetaan
jaringan jalan desa atau jaringan jalan poros desa, yang terhubung langsung
dengan jaringan jalan kabupaten yang menjadi kewenangan DPUPR, belum
seluruhnya dapat disajikan secara rinci untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja penyelenggaraan jalan, dan mengantisipasi kompetisi daerah dan
regional, baik dari segi SDM maupun kesempatan ekspansi dengan
meningkatkan daya saing daerah.
Tantangan ketiga adalah Pengelolaan Sumber Daya Air, total daerah
oncoran pertanian dengan layanan irigiasi teknis di Kabupaten Boyolali
seluas ± 16.000 Ha dengan rincian layanan irigasi teknis seluas ± 11.000
Hayang menjadi kewenangan DPUPR, dan ± 5.000 Ha yang menjadi
kewenangan PSDA Provinsi Jawa Tengah. Saat ini terjadi penurunan debit
air baku yang disebabkan faktor kerusakan lingkungan pada bagian hulu
akibat bencana, alih fungsi lahan dan pemanasan global. Kondisi
infrastruktur jaringan irigasi yang ada sebanyak 40 %, mempunyai masa
layan yang sudah melebihi nilai ekonomisnya, bahkan ada beberapa jaringan
irigasi teknis yang dibangun dari masa pra kemerdekaan. Selain menurunnya
jumlah air baku, kondisi Jaringan Irigasi juga dapat menyebabkan penurunan
debit air. Dua faktor kondisi ketersediaan air baku dan kondisi infrastruktur
2
jaringan irigasi ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam
pencapaian target rencana strategis adalah Operasi dan Pemeliharaan (OP)
jaringan irigasi, selain harus didukung dengan alokasi anggaran yang
memadahi, juga jumlah Petugas Operasi dan Pemeliharaan (OP) yang harus
sesuai dengan luasan oncoran dan jaringan irigasinya.
Tantangan keempat adalah pemenuhan kebutuhan dan pengembangan
sarana dan prasarana air minum, dan penyehatan lingkungan. Kabupaten
Boyolali mempunyai wilayah rawan air minum di wilayah Kabupaten
Boyolali bagian barat daya meliputi Kecamatan Musuk dan sebagian
Kecamatan Cepogo dan wilayah Kabupaten Boyolali bagian utara meliputi
Kecamatan Wonosegoro, Kemusu dan Juwangi, karena ketersediaan sumber
air minum yang relatif kecil. Dalam hal penyehatan lingkungan pengaturan
limbah domestik, penyediaan utilitas lingkungan, dan penyediaan sanitasi
masyarakat, terkait erat dengan penyediaan sumber dan jaringan air minum.
B. Perumusan Masalah
C. Upaya penyusunan kembali penataan ruang untuk pemerataan pembangunan
wilayah tanpa mengabaikan potensi wilayah.
D. Upaya mempertahankan dan meningkatkan daya layan jalan kabupaten dalam
kondisi baik, untuk memperkecil disparitas pemerataan pembangunan di
Kabupaten Boyolali.
E. Upaya mempertahankan dan meningkatkan jaringan irigasi yang menjadi
kewenangan DPUPR Kabupaten Boyolali dalam kondisi baik, untuk menjaga
ketahanan pangan daerah.
F. Upaya penyediaan dan penambahan jaringan air minum yang pada akhirnya
berdampak pada upaya peningkatan dan pemeliharaan program penyehatan
lingkungan.
3
G. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang daerah untuk
terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan daerah yang
terpadu dan sinergis bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.
2. Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum
dan pengelolaan sumber daya air, dan kualitas lingkungan permukiman
dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar lingkungan permukiman
untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi, ketahanan
pangan, dan ketahanan air.
3. Meningkatkan kapasitas pengawasan, pengendalian pelaksanaan, dan
akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan
publik bidang pekerjaan umum dan penataan ruang.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur, pembinaan
konstruksi serta penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan
kinerja penataan ruang.
4
BAB II
PROGRAM KERJA
5
5. mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk, dan arahan kepada
bawahan sesuai dengan bidang tugasnya agar pelaksanaan tugas berjalan
dengan efektif, efisien, dan tepat sasaran;
6. menelaah Peraturan Perundang-undangan di bidang bina marga,
pengelolaan sumber daya air, cipta karya, penataan ruang, dan bina
konstruksi;
7. merumuskan kebijakan teknis, memberikan pembinaan, bimbingan, dan
pemberian izin terhadap urusan yang menyangkut bidang bina marga,
pengelolaan sumber daya air, cipta karya, penataan ruang, dan bina
konstruksi;
8. mengadakan pengawasan dan pengendalian teknis bidang bina marga,
pengelolaan sumber daya air, cipta karya, penataan ruang, dan bina
konstruksi;
9. melakukan pembinaan dan pengendalian UPT di jajaran DPUPR;
10. melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kinerja urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan
pertanahan sesuai dengan perencanaan dan indikator sistem
pengendalian internal yang telah ditetapkan dalam rangka perbaikan
kinerja;
11. merumuskan laporan di bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan
pertanahan berdasarkan data dan analisa sebagai informasi dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
12. membina, mengawasi, dan menilai kinerja bawahan sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan agar pelaksanaan tugas pegawai sesuai
ketentuan dan hasilnya sesuai target kinerja; dan
13. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-undangan dalam rangka mendukung
kinerja organisasi.
6
Uraian tugas sebagaimana disebutkan di atas tidak terlepas dari Undang-
Undang sektor Pekerjaan Umum yang meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
serta
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Adapun fokus dari masing-masing undang-undang sektor ke-PU-an
tersebut adalah
1. Penyelenggaraan Penataan Ruang yang menitikberatkan pada dukungan
pembangunan berkelanjutan berbasis penataan ruang;
2. Pengelolaan Sumber Daya Air yang menitikberatkan pada ketahanan
pangan, ketahanan air (konservasi dan penyediaan air baku), dan
pengendalian daya rusak air,;
3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan yang menitikberatkan pada
peningkatan konektivitas serta kelancaran arus orang dan barang;
4. Pembinaan Konstruksi yang menitikberatkan pada peningkatan kapasitas
dan kinerja pembina jasa konstruksi daerah yang berkelanjutan.
7
Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh
DinasPekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Boyolali pada tahun
2021, yang merupakan bagian dari visi Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2025, yaitu:
“Terwujudnya Kabupaten Boyolali yang Konstitusional, Berdaya Saing,
Aman, Mandiri dan Sejahtera”.
Penetapan capaian DPUPR pada tahun 2021 dimana infrastruktur pekerjaan
umum dan penataan ruang yang terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis
sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi serta beroperasi secara optimal
seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat. Visi tersebut sesuai
dengan arahan RPJMD untuk mewujudkaninfrastruktur yang andal pada
tahun 2021.
Tersedianya infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang andal
merupakan perwujudan dari tingkat dan kondisi ketersediaan serta kualitas
dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang
semakin luas, merata dan berkeadilan untuk mendukung terciptanya
kehidupan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang diharapkan
mencerminkan keadaan masyarakat yang semakin sejahtera.
Misi
Sebagai upaya mewujudkan visi perlu disusun misi sebagai upaya umum
tentang bagaimana cara mewujudkan Visi. Misi juga menjadi alasan utama
mengapa suatu organisasi harus ada dan bagaimana komitmen terus dijaga
oleh segenap pemangku kepentingan dalam pembangunan. Misi yang
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2016-2021, yaitu :
8
1. Boyolali melanjutkan semangat Pro Investasi
Misi ini berorientasi pada penyediaan sistem layanan investasi yang
kondusif guna meningkatkan daya tarik bagi investor dan kenaikan nilai
investasi, dalam koridor investasi berwawasan lingkungan hidup yang
berkelanjutan.
2. Boyolali membangun untuk lebih maju dan berkelanjutan.
Misi ini fokus pada upaya mempertahankan dan meningkatkan capaian
kinerja pembangunan yang berkelanjutan
3. Boyolali bersih, berintegritas, sejahtera.
Misi ketiga ini menekankan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
bersih, berintegritas dan pelayanan publik bebas KKN, responsif, dan
akuntabel mendukung kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan.
4. Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing.
Orientasi misi keempat ini untuk mewujudkan masyarakat yang sehat,
produktif, berdaya saing. Misi ini untuk mewujudkan pembangunan
manusia yang berkualitas.
5. Boyolali, lumbung padi dan pangan nasional.
Misi kelima berorientasi pada meningkatnya produksi bahan pangan
untuk ketahanan pangan dan berkontribusi pada pasar nasional.
6. Boyolali kota susu, produsen daging dan hasil ternak/perikanan.
Misi keenam berorientasi pada meningkatnya produksi ternak dan ikan
serta pengolahan hasilnya untuk berkontribusi pada pasar nasional.
7. Boyolali, lebih maju dan berteknologi
Misi ketujuh untuk meningkatkan popularitas daya tarik produk dan
potensi daerah Boyolali dan meningkatnya layanan pemerintah yang
dapat dioperasikan dengan teknologi informasi.
9
C. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terdiri atas:
1. Sekretariat ;
2. Bidang Bina Marga;
3. Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air;
4. Bidang Cipta Karya;
5. Bidang Tata Ruang; dan
6. Bidang Bina Konstruksi.
10
layan jaringan jalan. Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk
mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan
dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan
dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah
ditentukan. Dasar peraturan yang digunakan dalam Pemeliharaan jalan
antara lain, PP34 tahun 2006 Tentang Jalan, Permen PU Nomor
13/PRT/M/2011, Tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan .
Anggaran pemeliharaan jaringan jalan menjadi agenda penting dalam
strategi perumusan APBD Kabupaten Boyolali dimana besaran anggaran
dapat diperhitungkan dari prosentase kondisi jaringan jalan yang baik,
dan dengan adanya rutinitas pemeliharaan jaringan jalan, besaran
anggaran pemeliharaan jalan dapat lebih rendah dan mampu
mempertahankan prosentase kondisi jalan dalam keadaan baik.
Pemeliharaan jaringan irigasi juga menjadi kendala, sebagaimana kondisi
pemeliharaan jaringan jalan diatas, kondisi jaringan irigasi sebagaimana
capaian target dalam RPJMD, saat ini sebesar ± 80 %. Kondisi tersebut
adalah pada faktor berfungsinya jaringan irigasi, tetapi masa layan
bangunan air yang melebih nilai ekonomis saat ini lebih dari 40% dari
total jaringan irigasi yang ada. Selain permasalahan kondisi jaringan
irigasi Faktor ketersediaan air baku untuk irigasi yang menurun jumlah
ketersediaannya, yang disebabkan karena kerusakan lingkungan daerah
tangkapan air di bagian hulu, akibat bencana dan perubahan alih fungsi
lahan.
11
2. Masalah Pengelolaan Aset
Pengelolaan jumlah aset milik pemerintah Kabupaten Boyolali dalam
pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum dam Penataan Ruang, memiliki
jumlah yang cukup tinggi baik aset bergerak mauput aset tidak bergerak.
Untuk aset bergerak masih terkendala data inventarisasi kondisi aset
bergerak yang bermuara pada kelancaran operasional dan pemeliharaan
aset, yang akan menunjang pendapat asli daerah dari pemanfaat aset yang
ada.
Aset tidak bergerak, dalam hal ini aset infrastruktur pekerjaan umum
sudah pada tahap pencatatan aset infrastrukturnya saja, belum tercatat
kepemilikan lahan tempat berdirinya konstruksi diatasnya, terutama
untuk infrastruktur jaringan jalan dan jaringan irigasi.
3. Masalah Kekurangan Personel
Jumlah paket pekerjaan yang dilaksanakan DPUPR saat ini lebih dari 250
paket pekerjaan, dengan jumlah personel teknis yang dimiliki sekitar ±
25 personel teknis, Rasio pengelolaan paket pekerjaan adalah 1 : 10, hal
ini menyebabkan tingkat ketelitian menjadi rendah.
Selain personel teknis juga personel Pengelola Administrasi Kegiatan,
sesuai dengan Peraturan Bupati Boyolali tentang Penatausahaan
Keuangan Daerah, bahwa setiap bidang teknis hanya diperbolehkan
dipegang satu Pengelola Administrasi Kegiatan, sehingga pelayanan
menjadi kurang optimal.
Kurangnya personel Teknis maupun Administrasi yang mengelola
kegiatan, paling tidak berakibat dalam tingkat penyerapan anggaran alam
target waktu , dan yang terjadi adalah penyerapan anggaran tidak sesuai
dengan target waktu yang ditetapkan.
12
DPUPR dengan Organisasi Perangkat Daerah yang lain, sekaligus dengan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Permasalahan anggaran yang
dinilai klasik haruslah ditambah secara signifikan setiap tahun agar program
pembangunan bisa terlaksana dengan baik. Namun, DPUPR juga harus aktif
dalam penyerapan anggaran sehingga tidak terjadi inefesiensi anggaran yang
merugikan kepentingan rakyat. Secara garis besar solusi pemecahan
permasalahan sebagaimana berikut :
1. Pemeliharaan Infrastruktur
a. Pemetaan berkala kerusakan infrastruktur, dan perbaikan SOP
pemeliharaan jaringan infrastruktur.
b. Peningkatan penganggaran Operasional dan Pemeliharaan jaringan
infrastruktur.
c. Menambah sumber air baku dan mulai dilakukan peremajaan
infrastruktur jaringan irigasi
2. Pengelolaan Aset
a. Peningkatan kualitas komunikasi DPUPR dengan OPD lain dan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, dalam hal pemilahan
pengelolaan aset.
b. Pembuatan payung hukum tentang penetapan kepemilikan lahan
tempat infrastruktur terbangun
c. Optimalisasi pendapatan dari barang milik daerah yang dapat
meningkatkan sumber pendapatan daerah, dengan memperbaiki SOP
atas Pengendalian dan Pengawasan barang milik daerah yang di
komersilkan.
3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
a. Optimalisasi dengan penataan kembali personel teknis yang ada,
sesuai dengan bidang keahlian.
b. Pengajuan revisi regulasi tentang pengelola administrasi kegiatan.
c. Permohonan penambahan personel teknis kepada pembina
kepegawaian daerah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang telah memiliki
Rencana Strategis untuk dilaksanakan sesuai dengan uraian tugasnya namun
ada beberapa hambatan dan juga masalah sumber daya pada DPUPR yang
perlu dicermati dan ditingkatkan untuk misi Boyolali Membangun untuk
Lebih Maju Dan Berkelanjutan.
B. Saran
Masalah-masalah komunikasi DPUPR dengan Organisasi Perangat
Daerah (OPD) lain, dengan Pemerintah Provinsi dan Pusat, dan juga dengan
pihak swasta beserta Kepala Daerah masih banyak terjadi dan tentunya
menjadi evaluasi bagi DPUPR untuk segera dicari solusi yang tepat, dengan
harapan pembangunan infrastruktur dapat terlaksana sesuai dengan rencana
strategis yang sudah disusun.
Permasalahan pemeliharaan infrastruktur pekerjaan umum
dibutuhkan suatu evaluasi kinerja yang diharapkan dapat memberikan
manfaat bukan hanya bagi organisasi, tetapi juga bagi seluruh SDM di
DPUPR dan pemangku kepentingan lainnya. Diperlukan adanya analisis
terhadap tingkat keberhasilan kinerja DPUPR Kabupaten Boyolali yang
mempunyai uraian tugas dalam urusan tersebut, fokus pada indikator
produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan
akuntabilitas, untuk dapat dilakukan evaluasi kinerja DPUPR dalam
pemeliharaan infrastruktur pekerjaan umum.
Permasalahan aset, diperlukan pemetaan berkala terhadap aset
kondisi infrastruktur pekerjaan umum, yang selanjutnya dibuat sebagai dasar
pemeliharaan instrastruktur, melalui kodifikasi pada SIM aset. Pemetaan
berkala ini di integrasikan dalam sistem database infrastrukur pekerjaan
umum sehingga mempermudah pemantauan kondisi dan keandalan
14
infrastruktur. Selain untuk mempermudah pemeliharaan infrastruktur, banyak
aset infrastruktur yang tercatat secara legal hanya terhadap nilai bangunan
diatasnya, sehingga diperlukan untuk memperhitungkan tanah dimana aset
infrastruktur tersebut berada, dengan demikian pencaatatan aset menjadi
lebih akuntabel dan dapat menaikkan pendapatan dan nilai kekayaan daerah.
Permasalahan kekurangan personel adalah melalui optimalisasi
penataan personel teknis yang ada, sesuai dengan bidang keahliannya, dan
peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan teknis pada
personel teknis yang ada. Evaluasi terhadap peraturan dan ketentuan tentang
pengaturan personel yang berpotensi menghambat pelaksanaan pembangunan
dan pemeliharaan infrastruktur pekerjaan umum, serta kaderisasi personel
teknis, dengan bidang keilmuan yang sesuai dengan perkembangan jaman.
15
DAFTAR PUSTAKA
16