PERUMAHAN RAKYAT
DISUSUN OLEH :
TEJA
NIM : 2007030012
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tangerang, Januari
2021
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..……….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…………3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..…...4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….………......4
1.2 Tugas dan Fungsi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat……………….....6
1.3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat …………………………………………………………………..……7
1.4 Struktur Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat..11
1.5 Rumusan Masalah ……………………………………………………..….....12
BAB II PEMBAHASAN...……………………………………………………………..13
2.1 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
………………………………………………………....13
2.2 Solusi Atas Semua Permasalahan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat ………………………………………………...….
…....16
BAB III PENUTUP…………………………………………………………...………..17
3.1 Kesimpulan…..……………………………..…………………………..……17
3.2 Saran………………………………………………………...…………..……17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..………18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana pekerjaan, kebijakan dan kinerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang nanti pada akhirnya akan
menjadi bahan rekomendasi untuk memecahkan masalah di dalam Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Program-program pemerintah saat ini pada dasarnya hanyalah melanjutkan
program-program pemerintah di masa lalu yang belum selesai dikerjakan ataupun belum
dilaksanakan dengan maksimal karena masalah kekurangan dana anggaran yang
terbatas ataupun karena tidak mendapatkan prioritas utama dalam pelaksanaan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (dulu bernama Kementerian
Pekerjaan Umum). Dalam perjalanannya, Kementrian ini memiliki banyak masalah di
dalam pelaksanaan program-program yang mereka telah susun, tentunya ini bukan
hanya sekedar mengenai anggaran yang tidak mencukupi namun juga faktor-faktor
lingkungan, sumber daya manusia, peraturan perundang-undangan, hubungan dengan
pemerintah pusat dan daerah dan banyak lagi masalah yang ada. Tentunya ini menjadi
tantangan tersendiri bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat apalagi
setiap berganti presiden juga menteri selalu ada perubahan signifikan yang terjadi di
dalam program yang ada.
Adanya tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang pertamaberupaPengelolaan Sumber Daya Air, dimana laju alih
4
fungsi lahan pertanian beririgasi yang rata-rata terjadi ± 100.000 ha atau berkisar 1,4%
per tahun. Adapun beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pencapaian target-
target Rencana Strategis ialah Operasi dan Pemeliharaan (OP) Jaringan Irigasi Air
Tanah (JIAT), yang hingga tahun 2012 baru mencapai 20,93% target, serta Rehabilitasi
Jaringan Tata Air Tambak, yang hingga tahun 2012 baru mencapai 21,74% dari target,
dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Pengamanan Pantai, yang hingga tahun 2012
baru mencapai 19,82% dari target.
Yang kedua ialah Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan dengan pemenuhan
kebutuhan prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi
nasional harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam
menunjang sektor riil, pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity dan sistem
logistik nasional dalam rangka pencapaian MDGs. Serta upaya mempertahankan
perandan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam
pengembangan wilayah diantara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan
penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi kebutuhanaksesibilitas
kawasan produksi dan industri serta outlet, dengan meningkatkan keterpaduan sistem
jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum jalan daerah di tengah-tengah
desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang
masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan,
fasilitasi jalan daerah dan meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan,
dan mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun kesempatan expansi
dengan meningkatkan daya kompetisi yang terukur dalam GCI (Global Competitiveness
Index) dan LPI (Logistic Performance Index).
Yang ketiga adalah Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
dengan memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya
penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar
820.000 unit rumah setiap tahunnya. Serta menyelaraskan pertumbuhan pembangunan
kota-kota metropolitan, besar, menengah dan kecil mengacu pada sistem pembangunan
perkotaan nasional. Karena pada akhir tahun 2014 diperkirakan lebih dari separuh
penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan sebagai akibat laju urbanisasi yang
mencapai 4,4% per tahun dan secara terus menerus telah melahirkan dynamic
5
phenomenon of urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya suatu
kawasan perkotaan, baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah. di sisi
lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguatmembawa dampak
pula pada “egoisme kedaerahan” yang semakin tinggi dan disertai kekuatan-kekuatan
pasar (swasta) yang terus memperlihatkan dominasinya sehingga membawa dampak
pada kecenderungan perkembangan dan pola penyebaran permukiman yang semakin
sulit diantisipasi.
1.2 Tugas dan Fungsi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
Tugas :
Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang ORGANISASI
DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, Kementerian Pekerjaan
Umum mempunyai tugas: menyelenggarakan urusan di bidang pekerjaan umum dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.
Fungsi :
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan umum.
2. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pekerjaan Umum.
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum.
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pekerjaan Umum di daerah.
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
6
Perumahan dan Permukiman, serta (vii) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi. Adapun fokus dari masing-masing undang-undang sektor ke-PU-an
tersebut adalah (i) Penyelenggaraan Penataan Ruang yang menitikberatkan pada
dukungan pembangunan berkelanjutan berbasis penataan ruang, (ii) Pengelolaan
Sumber Daya Air yang menitikberatkan pada ketahanan pangan, ketahanan air
(konservasi dan penyediaan air baku), dan pengendalian daya rusak air, (iii)
Penyelenggaraan Jalan yang menitikberatkan pada peningkatan konektivitas serta
kelancaran arus orang dan barang, (iv) Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan dasar masyarakat
dalam rangka pencapaian target MDGs, penanggulangan kemiskinan (pemberdayaan
masyarakat/PNPM), serta peningkatan tertib penyelenggaraan bangunan gedung dan
penataan lingkungan, serta (v) Pembinaan Konstruksi yang menitikberatkan pada
peningkatan kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi pusat dan daerah.
1.3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
1.3.1 Visi
Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman yang terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan
dan kemajuan teknologi serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas
kehidupan masyarakat. Visi tersebut sesuai dengan arahan RPJPN untuk mewujudkan
7
infrastruktur yang andal pada tahun 2025. Tingkat ketersediaan dan pelayanan
infrastruktur PU-KIM yang andal akan tercapai secara bertahap sesuai dengan tahapan
rencana pembangunan jangka menengah nasional.
1.3.2 Misi
8
4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif
melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang
terpadu, andal dan berkelanjutan.
5. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan
Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan
profesional.
6. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang
akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-
prinsip good governance.
7. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin
adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan
konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan
berkembang.
8. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penerapan: IPTEK,
norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU
dan permukiman.
1.3.3 Tujuan
Sebagai penjabaran atas Visi dan Misi Kementerian PU, maka Tujuan yang akan
dicapai oleh Kementerian PUdalam periode lima tahun ke depan adalah:
9
3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan
infrastruktur dasar sub bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
4. Meningkatkan kapasitas pengawasan, pengendalian pelaksanaan, dan
akuntabilitas kinerja untukmencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik
bidang pekerjaan umum dan penataan ruang.
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur, pembinaan konstruksi
serta penelitian danpengembangan untuk meningkatkan kinerpenataan ruang.
1.3.4 Sasaran
10
3. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu ke hilir
dalam satu wilayah dan perlindungan kawasan disepanjang garis pantai dari
bahaya abrasi.
4. Meningkatnya efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi yang
mendukung perekonomian nasional dan sosial masyarakat serta pengembangan
wilayah melalui reservasi dan peningkatan kapasitas jalan serta pembangunan
Jalan Bebas Hambatan/Jalan Tol.
5. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman
melalui pengembangan sistem jaringan penyediaan air minum untuk mendukung
peningkatan tingkat pelayanan penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan,
serta meningkatnya pelayanan sanitasi sistem terpusat dan sistem berbasis
masyarakat bagi penduduk perkotaan, meningkatnya sistem pengelolaan
drainase untuk mendukung pengurangan luas genangan di perkotaan serta
meningkatnya sistem pengelolaan persampahan untuk mendukung peningkatan
tingkat pelayanan penduduk dan meningkatnya kualitas Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di
perkotaan.
6. Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dan 6. stakeholders jasa
konstruksi serta masyarakat untuk mendukung tercapainya penguasaan pangsa
pasar domestik oleh pelaku konstruksi nasional serta pengurangan jumlah dan
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan akibat kegagalan konstruksi/bangunan
melalui peningkatan sistem pembinaan teknis dan usaha jasa konstruksi.
11
6. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
7. Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan;
8. Inspektorat Jenderal;
9. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah;
10. Badan Penelitian dan Pengembangan;
11. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
12. Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan;
13. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi;
14. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat;
15. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan
16. Staf Ahli Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan.
12
BAB II
PEMBAHASAN
Pengantar :
Bab ini mencoba untuk menganalisa permasalahan yang dihadapi oleh Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan kami mencoba untuk menelusuri beberapa
program yang menjadi prioritas.
Bab ini juga berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi dalam proses
kebijakan tersebut.
Dalam menjalankan program-program yang telah disusun dengan mantap dan rapih,
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tidak luput dihadapkan pada
berbagai masalah. Mulai dari permasalahan uang pembebasan lahan, penyerapan
13
anggaran, masalah infrakstruktur, dan berbagai macam permasalahan lainnya yang
selalu menarik untuk dibahas secara lebih mendetail. Berikut adalah beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian PUPR.
Dalam melaksanakan proyek pembangunan yang sudah disusun, tentunya selalu timbul
permasalahan dengan warga dan lingkungan sekitar. Terutama yang terkait dengan uang
pembebasan lahan.
Dalam berita yang dimuat oleh CNN Indonesia, pembangunan Waduk Jati Gede adalah
salah satu contoh dari masalah pembebasan lahan. Waduk Jatigede ini menjadi prioritas
pembangunan karena berpotensi menjadi sarana infrastruktur yang bernilai guna tinggi
untuk pengairan sawah juga pembangkit listrik dengan kapasitas 100 megawatt di
14
kawasan indramayu jabar dan nilai investasinya senilai US$ 467 juta atau sekitar Rp 4,6
Triliun.
Namun waduk yang sudah diresmikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat ini mengalami berbagai macam masalah, diantaranya kurang adanya
komunikasi dengan warga dan beberapa instansi, pembebasan lahan yang lamban untuk
diputuskan, pemberian kompensasi dan penggantian 80 ribu pohon milik Perhutani di
kawasan hutan lindung. Dalam pembangunan waduk tersebut, Kementrian Koordinator
Bidang Perekonomian sudah menyiapkan dana sebesar Rp 600 miliar sebagai
kompensasi yang akan diberikan kepada 11 ribu kepala keluarga yang rumahnya akan
terendam air waduk Jatigede. Menurut Basuki, pemerintah akan segera membayarkan
kompensasi secepat mungkin setelah Keputusan Presiden dibuat.
Dalam permasalahan ini, kami berpendapat bahwa harus adanya intensifitas komunikasi
dari pemerintah kepada masyarakat dan instansi agar tidak terjadi kesemrautan
informasi yang menghambat berjalannya program ini. Dalam pengalokasian lahanpun
harus dipertimbangkan dengan cepat karena apabila terbengkalai maka akan
memunculkan masalah yang baru. Selain mempercepat pembebasan lahan, pembayaran
kompensasipun juga harus dipertegas karena jika terus diundur maka 11 ribu kepala
keluarga yang ada diwaduk tersebut nasibnya tidak jelas.
Kementerian PUPR memiliki program yang menjadi salah satu prioritas mereka, yaitu
program sejuta rumah dengan fasilitas yang layak dan terjangkau. Namun dengan
anggaran dan sumber daya yang terbatas, mereka memiliki berbagai hambatan di dalam
penyuksesan program tersebut.
Dalam berita yang dimuat oleh Kementerian PUPR dijelaskan bahwa Kementerian
PUPR menargetkan program 2 juta unit rumah untuk menuntaskan kekurangan
(backlog) sebanyak 13,5 juta unit dilihat dari segi kepemilikan. Namun seiring
15
berjalannya waktu, angka 2 juta unit tidak bisa dipenuhi dan 1 juta unit rumah adalah
angka yang cukup signifikan untuk dicapai karena total target yang sudah tebangun
sebanyak 493.552 unit rumah.
Akibat dari permasalahan tersebut, Kementerian PUPR berusaha untuk mencari solusi
dengan meminta Pemerintah Daerah untuk mendukung dalam mensukseskan program
sejuta rumah. Kendala utama yang dalami oleh Kementerian PUPR adalah selalu
tentang masalah perijinan dan relatif lama dan proses yang berbelit-belit oleh karena
kebijakan pemerintah yang berbeda di setiap daerah.
Dilihat dari permasalahan program sejuta rumah Kementerian PUPR, seharusnya dapat
didukung secara penuh oleh Pemerintah Pusat dibantu dengan Pemerintah Daerah.
Selama ini, pemerintah pusat terlalu bergantung pada investasi swasta. Seharusnya
pemerintah lebih banyak berkontribusi karena pihak swasta selalu mementingkan
keuntungan diatas kepentingan rakyat padahal program ini ditujukan untuk masyarakat
luas terutama masyarakat menengah kebawah. Jika program ini tidak berjalan lancar,
maka dalam waktu lima tahun kedepan target pemenuhan rumah rakyat tidak akan
tercapai dan konflik sosial akan terjadi.
Dari semua permasalahan yang terjadi, seharusnya ada peningkatan komunikasi antara
Kementerian PUPR dengan kementerian-kementerian yang lain juga dengan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Dan permasalahan anggaran yang dinilai klasik haruslah
ditambah secara signifikan setiap tahun agar program pembangunan bisa terlaksana
dengan baik. Namun, Kementerian PUPR juga harus aktif menyerap anggaran sehingga
tidak terjadi inefesiensi anggaran yang merugikan kepentingan rakyat. Dalam proses
perijinan, haruslah dibuat undang-undang yang membantu Kementerian PUPR untuk
mempercepat pelaksanaan pembangunan. Karena sejauh ini, peraturan pemerintah
16
daerah yang berbeda setiap daerahnya selalu menjad penghambat proses pembebasan
lahan hingga proyek terus diundur dan nyaris terlupakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memiliki Rencana Strategis
yang mantap dan rapih. Walaupun ada beberapa hambatan dan juga masalah sumber
daya di Kementerian PUPR sendiri namun semuanya masih berjalan dengan baik dan
pemerintah terlihat lebih serius dalam pemecahan masalah ini lebih dari pemerintah
sebelumnya.
3.2 Saran
Masalah-masalah komunikasi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dengan
kementerian-kementerian lain juga pihak swasta nasional ataupun asing beserta kepala
daerah masih amat banyak terjadi dan tentunya ini dan harusnya ini menjadi pekerjaan
rumah yang penting bagi Kementerian PUPR untuk segera diceri solusi yang tepat agar
pembangunan dapat terlaksana sesuai dengan rencana strategis yang sudah disusun.
17
Rencana pembangunan haruslah disentralistikkan oleh pemerintah pusat dan hal-hal
yang menghalangi program pembangunan di daerah seperti contoh kecilnya yaitu
otonomi daerah tentunya harus dihadapi dengan keras dan dilakukan pengecekan
kembali tentang peraturan-peraturan daerah yang menghambat. Perjanjian-pernjanjian
dengan pengusaha swasta asing dan nasional juga patutlah diperiksa dengan cermat
karena banyak sekali masalah yang terjadi ketika dominasi swasta lebih besar dalam
perjanjian daripada pemerintah juga swasta bisa dengan mudah memperpanjang kontrak
yang pastinya merugikan kedudukan pemerintah di dalam infrastruktur. Kemudahan-
kemudahan yang diberikan investasi swasta di dalam program infrastruktur pemerintah
tentunya tidak boleh dianggap bahwa swasta bisa sesukanya mendominasi proyek-
proyek infrastruktur yang ada dan kelak tentunya membawa kerugian bagi masyarakat
luas karena swasta selalu mencari keuntungan banyak dan tidak peduli pada masyarakat.
Daftar Pustaka
Armenia, R. (2015, Juni 18). CNN Indonesia. Retrieved Oktober 16, 2015, from CNN
Indonesia:
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150618121454-20-60811/hendak-bebaskan-
lahan-waduk-jatigede-jokowi-rapat-kabinet/
Linggasari, Y. (2015, Maret 16). CNN Indonesia. Retrieved Oktober 16, 2015, from
CNN Indonesia:
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150316213308-20-39563/kementerian-pu-
selektif-perbaiki-jembatan-rusak/
Umum, R. S. (2011). Kementerian Pekerjaan Umum . Retrieved Oktober 16, 2015, from
PU-net: http://www.pu.go.id/renstra/view/11
[1] http://www.pu.go.id/renstra/view/11
18
[2] http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150316213308-20-39563/kementerian-pu-
selektif-perbaiki-jembatan-rusak/
[3]http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150618121454-20-60811/hendak-
bebaskan-lahan-waduk-jatigede-jokowi-rapat-kabinet/
[4] https://www.pu.go.id/berita/10539/Target-Program-Sejuta-Rumah-Perlu-Dukungan-
Pemda
19