Anda di halaman 1dari 13

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PROGRAM
PERENCANAAN PRASARANA WILAYAH DAN SUMBER
DAYA ALAM

KEGIATAN
INTEGRATED PARTICIPATORY DEVELOPMENT & MANAGEMENT
IRRIGATION PROGRAM-IPDMIP (PROGRAM PENGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN IRIGASI PARTISIPATIF TERPADU)

PEKERJAAN
PENYUSUNAN PROFIL SOSIAL, EKONOMI, TEKNIS, DAN
KELEMBAGAAN (PSETK)

TAHUN ANGGARAN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jalan Patriot No. 8 Telp. (0262) 233063 Fax. (0262) 54032
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PEKERJAAN
PENYUSUNAN PROFIL SOSIAL, EKONOMI, TEKNIS, DAN KELEMBAGAAN (PSETK)

1. LATAR BELAKANG
Pembangunan di segala bidang terus diupayakan oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya
adalah pengelolaan sektor pertanian dalam upaya mencapai ketahanan dan kedaulatan
pangan. Berbagai program dan projek yang merupakan integrasi pengelolaan irigasi dan
pertanian dan yang dikelola secara lintas sektoral,maupun tepadu telah dilaksanakan seperti
PISP, WISMP, PIRIMP, DISIMP.

Reformasi kebijakan pengelolaan irigasi telah mengalami perubahan, terutama dengan


dibatalkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan dikembalikan
pada Undang Undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan, selain itu pengelolaan irigasi
diatur dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah bahwa
pengelolaan irigasi dikelola sesuai dengan Kewenangannya masing-masing sesuai lampiran
pada undang undang tersebut.

Reformasi kebijakan pengelolaan irigasi-pertanian merupakan salah satu langkah strategis


Pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan landasan partisipatif.
Kebijakan ini dikemas dalam program Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
Partisipatif (PPSIP).

Salah satu sasaran dari peraturan perundangan diatas antara lain diarahkan untuk
memperkuat Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI). Salah satu KPI yang perlu ditingkatkan
kapasitasnya adalah kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) pada
tingkat daerah irigasi. Penguatan dan pengembangan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A perlu
didasarkan pada perencanaan yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi setempat. Mengingat
dalam area Daerah Irigasi bukan hanya ada kelembagaan P3A, namun juga terdapat beberapa
kelembagaan petani lainnya seperti Pokta/Gapoktan yang mengelola kegiatan usahatani,
maka diperlukan instrumen perencanaan yang lebih terpadu dan terintegrasi yang dapat
memberikan masukan positif dalam rangka program penguatan dan pengembangan
kelembagaan petani P3A/GP3A/IP3A, termasuk Poktan/Gapoktan menuju kemandirian
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif.

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

Instrumen perencanaan dalam konteks kebutuhan program pemberdayaan masyarakat salah


satunya adalah instrumen yang digunakan dalam rangka program penguatan dan
pengembangan kelembagaan petani Daerah Irigasi melalui penyusunan Profil Sosial
Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK).

PSETK merupakan gambaran informasi atau data mengenai keadaan sosial, ekonomi, teknis,
dan kelembagaan pada suatu daerah irigasi yang dibutuhkan oleh Kelembagaan Pengelola
Irigasi (KPI) untuk perencanaan program pemberdayaan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
dalam meningkatkan kinerja pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif. Berdasarkan Permen
PUPR NOMOR 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi,
Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun
2014-2019 disebutkan bahwa pelayanan irigasi sampai saat ini dipandang belum optimal, hal
ini terlihat masih adanya 39.827,70 Ha areal sawah yang belum terlayani dengan air irigasi
dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian, disamping menurunnya kapasitas
infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan serta tersumbatnya sungai karena
sedimentasi yang tinggi. Gambaran pencapaian kinerjanya, dapat dilihat dari kondisi jaringan
irigasi sepanjang tahun 2008, yaitu saluran daerah irigasi pemerintah dalam kondisi baik
401 km atau meningkat 17,46% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 yang
mencapai 331 km, kondisi rusak ringan 62 km atau menurun 24,39% dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 2007 yang mencapai 82 km, kondisi rusak berat 27 km atau menurun
64,94 prosen dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 yang mencapai 77 km.

Salah satu strategi yang telah ditetapkan dalam RPJMD untuk meningkatkan pengelolaan
irigasi, adalah peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan dalam pengelolaan jaringan
irigasi, hal ini tentunya sesuai dengan arah reformasi kebijakan pengelolaan irigasi-pertanian
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam rangka menindaklanjuti arahan reformasi kebijakan pengelolaan irigasi dan strategi
pengelolaan irigasi Kabupaten Garut, maka dibutuhkan penyelenggaraan Pekerjaan
Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK) sebagai dokumen
perencanaan pembangunan irigasi dan pemberdayaan kelembagaan petani di Kabupaten
Garut.

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

2. MAKSUD , TUJUAN DAN SASARAN


Maksud pekerjaan ini adalah menyediakan data atau informasi mengenai kondisi sosial,
ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang dibutuhkan dalam program pemberdayaan
kelembagaan petani di tingkat Daerah Irigasi melalui P3A/GP3A/IP3A bersama
Poktan/Gapoktan menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif dan
berwawasan lingkungan.

Tujuan pekerjaan ini adalah mendapatkan data dan informasi yang tepat serta aktual sebagai
masukan dalam proses perencanaan program pemberdayaan kelembagaan petani daerah
irigasi melalui P3A/GP3A/IP3A dan Poktan/Gapoktan menuju peningkatan kinerja
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif pada suatu daerah irigasi, berdasarkan potensi
sumber daya lokal.
Sasaran pekerjaan ini adalah:
a. Tersusunnya profil sosial dan ekonomi, serta lingkungan hidup serta teridentifikasinya
potensi sumber daya loka daya dukung dan permasalahannya;
b. Tersusunnya profil teknis pengelolaan irigasi-pertanian (operasi, pemeliharaan dan
rehabilitasi jaringan irigasi), termasuk gambaran ketersediaan air, kondisi fisik dan
kefungsian jaringan irigasi, serta potensi lahan pertanian beririgasi;
c. Tersusunnya profil kelembagaan dengan mengidentifikasi kelembagaan lokal yang ada,
kebutuhan pembentukan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan dan
upaya pengembangannya berdasarkan hasil penelusuran kebutuhan petani; dan
d. Identifikasi kebutuhan pelatihan dalam rangka peningkatkan kemampuan kelembagaan
P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan baik pada aspek teknis, kelembagaan
maupun usahatani dan usaha ekonomi produktif;
e. Identifikasi kebutuhan pendampingan dalam pengelolaan dan pengembangan sistem
irigasi:
f. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan petani perempuan dan laki-laki serta menyusun
rencana kerja yang responsif terhadap kebutuhan petani perempuan dan laki-laki dalam
upaya pengembangan pengelolaan irigasi dan kelembagaannya sesuai prioritas. Rencana
ini disusun untuk jangka waktu satu tahun hingga lima tahun kedepan.

3. DASAR HUKUM
Dasar hukum dalam Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan
(PSETK) ini, adalah sebagai berikut:

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3046);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
3. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3226);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi;
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Irigasi (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 3);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun
2011 Nomor 29);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 (Lembaran
Daerah Kabupaten Garut Tahun 2014 Nomor 3);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2016 tentang Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan pada Pusat Kegiatan Lokal Perkotaan Garut di Kabupaten Garut
(Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 3);
11. Surat Keputusan Bupati Garut Nomor 6111/Kep.673-Bappeda/2017 tentang
Pembentukan Komisi Irigasi Kabupaten Garut.

4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup dalam pekerjaan ini akan meliputi: lingkup wilayah, dan lingkup pekerjaan
sebagai berikut:

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

4.1 LINGKUP WILAYAH


A. Wilayah Kabupaten Garut
Wilayah Kabupaten Garut memiliki luas 307.407 Ha. Secara geografis terletak
diantara 6°57’34” – 7°44’57” Lintang Selatan dan 107°24’3” – 108° 24’34”
Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Sumedang
- Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia
- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Cianjur.

B. Wilayah Kerja PSETK


Secara administratif, lingkup wilayah kerja penyusunan PSETK ini adalah 16
Daerah Irigasi (D.I.), sebagai berikut:
1. Daerah Irigasi Cikuray;
2. Daerah Irigasi Cisangkan;
3. Daerah Irigasi Simpangsari;
4. Daerah Irigasi Ciojar;
5. Daerah Irigasi Cadas Gantung;
6. Daerah Irigasi Cikamiri II:
7. Daerah Irigasi Parigi;
8. Daerah Irigasi Cipeujeuh;
9. Daerah Irigasi Cimarijawa:
10. Daerah Irigasi Beulah Nangka;
11. Daerah Irigasi Ciroyom;
12. Daerah Irigasi Cikamiri;
13. Daerah Irigasi Cimaragas II;
14. Daerah Irigasi Cimanuk;
15. Daerah Irigasi Baranangsiang;
16. Daerah Irigasi Cicapar.

4.2 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Berdasarkan Pedoman Penyusunan PSETK yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Bina
Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, penyusunan PSETK diharapkan
paling tidak memuat:

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

a. Gambaran Umum Wilayah Daerah Irigasi (DI), berupa penjelasan singkat secara
naratif tentang: Profil Umum D.I. (mengacu pada Format PSETK yang telah diisi)
termasuk sejarah D.I., nama-nama P3A dan Jumlah Anggotanya), Profil Sumber,
Ketersediaan dan Alokasi Air Irigasi, Profil Sosial-Ekonomi, Profil Teknik, Profil
Kelembagaan, Kondisi Usahatani, Potensi Sumber Daya Lokal (pada bagian ini
penting ditambahkan informasi tentang potensi dan aktifitas kaum perempuan
terkait kegiatan irigasi dan pertanian di Daerah Irigasi tersebut), Fasilitas
Infrastruktur, Budaya Lokal, dan Kondisi Lingkungan (mengacu pada form
screening /pentapisan tentang kondisi lingkungan dan soaial Daerah Irigasi).
b. Analisa Hasil PSETK, memuat informasi tentang uraian analisa hasil PSETK dan
persoalan yang mendasar yang terjadi di wilayah DI tersebut, ditinjau dari aspek:
Sosial Ekonomi, Teknik, Kelembagaan, Usaha Tani, dan Potensi Sumberdaya
Lokal.
c. Masalah dan Rekomendasi
Memuat tentang Masalah-masalah yang dihadapi dan Upaya Tindak Lanjut
ditinjau dari berbagai aspek: Sosial Ekonomi, Teknik (Sumber,Ketersediaan dan
Alokasi Air Irigasi, Fisik bangunan), Kelembagaan, Usaha Tani, dan Potensi
Sumber Lokal. Rekomendasi adalah rencana Tindak Lanjut untuk mengatasi
persoalan tersebut sudah merupakan skala prioritas, sekaligus mempertimbangkan
sumber dana.

5. KELUARAN DAN MANFAAT


Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK, diharapkan menghasilkan
keluaran sebagai berikut:
a. Identifikasi data dan sumber data;
b. Peningkatan pemahaman dan kemampuan penggunaan metode pendekatan partisipatif
dan sensitif gender dalam pelaksanaan penyusunan PSETK;
c. Indentifikasi kebutuhan persiapan kegiatan;
d. Pelaksanaan kegiatan PSETK berdasarkan metode pendekatan partisipatif melalui
penelurusan jaringan bersama: dan
e. Perumusan tindak lanjut hasil kegiatan PSETK sebagai dasar perumusan program kerja,
sebagai dasar dalam penyusunan dokumen SID;
f. Laporan hasil PSETK.

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

6. METODE PENDEKATAN
Untuk menjembatani kemudahan dalam penyusunan PSETK dan sekaligus pelibatan
masyarakat maka diperlukan metode yang tepat dalam penyusunan PSETK.
Dalam proses pengenalan suatu wilayah termasuk memotret kondisi irigasi telah banyak
dikembangkan berbagai metode diantaranya adalah:
a. Participatory Rural Appraisal (PRA)
b. Rapid Rural Appraisal (RRA)
c. Community Self Survey (CSS)
d. Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PPKP)
e. Pemahaman Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi-pertanian (PPKDI)
f. Gender Analisys Pathway.
Dari beberapa metode tersebut dapat dilakukan pilihan sesuai dengan kebutuhan dan
pemahaman dari para pelaksana di lapangan. Namun demikian dalam rangka memberikan
kemudahan informasi tentang berbagai metode dalam penyusunan PSETK maka dapat
dijelaskan salah satu alternatif metode yang dapat dikembangkan, yaitu Metode Pemahaman
Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi (PPKDI).
Metode Pemahaman Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi-pertanian (PPKDI) merupakan salah
satu metode yang dikembangkan dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif. Metode tersebut dipandang memiliki teknik-teknik
yang dijabarkan cukup operasional dengan penekanan terhadap keterlibatan masyarakat pada
seluruh kegiatan. Penerapan metode PPKDI dapat memberi peluang yang lebih besar dan
terarah untuk melibatkan rnasyarakat petani pemakai air, sehingga dicapai kesesuaian dan
ketepatgunaan program kegiatan pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif dan pemberdayaan
kelembagaanP3A/GP3A/IP3A beserta Poktan/Gapoktan dengan pelayanan kebutuhan
masyarakat terhadap air irigasi dan penguatan kelembagaan petani pada suatu daerah irigasi.
Prinsip dasar dalam metode PPKDI adalah:
1. Saling Belajar dan Berbagi Pengalaman dengan Masyarakat Petani Pemakai Air
Prinsip dasar metode PPKI adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat petani pemakai air.
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa metode PPKDI dibangun dari pengakuan
serta kepercayaan masyarakat petani pemakai air, yang meliputi pengetahuan tradisional
dan kemampuan mereka untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan
pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.
2. Kesamaan Kepentingan Dan Suasana Informal
Masyarakat petani pemakai air secara hidrologis terdiri dari kelompok masyarakat petani
yang berada di hulu, tengah, dan hilir jaringan irigasi. Permasalahan yang dihadap dari

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

setiap kelompok masyarakat tersebut dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi


hidrologis suatu jaringan irigasi. Oleh karena itu, keterlibatan semua kelompok
masyarakat petani baik yang berada di wilayah hulu, tengah, dan hilir adalah sangat
penting perlu diikat dalam suatu kepentingan yang sama terhadap air irigasi. Berkaitan
dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan PPKDI perlu diselenggarakan dengan suasana
yang luwes, terbuka, dan informal. Situasi santai dan kekeluargaan dapat mendorong
kegiatan penerapan metode PPKDI berjalan dengan baik.
3. Orang Luar Sebagai Fasilitator Masyarakat Sebagai Pelaku.
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan
sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dan lain-lain. Hal yang penting lainnya
adalah perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat dan menempatkannya
sebagai narasumber utama. Pada tingkat penerapannya, masyarakat dibiarkan
mendominasi kegiatan. Secara ideal, penentuan dan penggunaan teknik dan materi
sebaiknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat petani
pemakai air.
4. Konsep Triangulasi
Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat dan valid, digunakan konsep
triangulasi sebagai bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck),
yang dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber
informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
5. Mengoptimalkan Hasil, Berorientasi Praktis Dan Keberlanjutan Program
Pelaksanaan penerapan metode PPKDI memerlukan waktu, tenaga narasumber,
pelaksana yang trampil, partisipasi masyarakat petani pemakai air yang terkait. Untuk itu
optimalisasi hasil dengan pilihan yang menguntungkan harus dipertimbangkan, termasuk
kuantitas dan akurasi informasi. Orientasi PPKDI adalah pemecahan masalah dan
pengembangan program, sehingga dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan
benar. Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pengenalan masyarakat bukan
usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut.
Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip
dasar metode PPKDI yang digerakkan dari potensi masyarakat.
Beberapa jenis kegiatan dalam penerapan metode PPKDI antara lain:
1. Penelusuran alur sejarah.
2. Penelusuran jaringan irigasi (transek) dan kebutuhan akan perbaikan.
3. Analisa mata pencaharian petani.

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

4. Pembuatan sket map dan pemetaan.


5. Penyusunan rencana kegiatan.
6. Diskusi Kelompok dan pembahasan masalah.
Teknik penerapan PPKDI ini disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan sesuai dengan
temuan masalah dan pemecahan masalah. Teknik ini bisa dilakukan secara kombinasi sesuai
dengan kebutuhan dan persoalan di lapangan.

7. SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK pelaksanaannya dibiayai dari APBD
Perubahan Parsial III Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2018 melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Garut pada kegiatan Integrated Participatory Development
and Management of Irrigation Program-IPDMIP (Program Pengelolaan dan Pengembangan
Irigasi Partisipatif Terpadu) dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) senilai
Rp.188.991.000,00 (Seratus Delapan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Sembilan
Puluh Satu Ribu Rupiah).

8. NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA


Nama dan organisasi pengguna jasa dalam Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK
adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Garut.

9. KEWAJIBAN PENYEDIA JASA


a. Konsultan berkewajiban dan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan
pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK.
b. Konsultan berkewajiban melakukan pengembangan metode pelaksanaan pekerjaan
Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK berdasarkan kriteria dan ketentuan teknis
yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja.
c. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan dinyatakan berakhir setelah pekerjaan Belanja
Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK dinyatakan selesai secara keseluruhan dengan
terbitnya Laporan Akhir.
d. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaannya dapat meminta kepada tim teknis yang
akan memberikan petunjuk dan pengarahan kepada konsultan untuk mencapai hasil yang
optimal.
e. Dalam melaksanakan pekerjaanya konsultan wajib melakukan alih teknologi dan ilmu
pengetahuan tentang Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK Belanja Jasa

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

Konsultansi Penyusunan PSETK kepada aparat di lingkungan Pemerintah Kabupaten


Garut dan P3A/GP3A serta Poktan/Gapoktan.
f. Dalam pelaksanaan konsultasi teknis, konsultan wajib menyediakan waktu untuk hadir
guna menyajikan hasil pekerjaan kepada seluruh peserta konsultasi teknis.

10. KEBUTUHAN PERSONIL


Konsultan berkewajiban membentuk Tim Kerja untuk melakukan Belanja Jasa Konsultansi
Penyusunan PSETK, yang terdiri dari:
a. Ahli Sipil/Hidrologi (Team Leader), dengan latar belakang pendidikan minimal S1
Teknik Sipil/Hidrologi, dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang terkait
dan memiliki pengalaman sebagai Ketua Tim dalam bidang terkait.
b. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota, dengan latar belakang pendidikan minimal S1
Teknik Perencanaan Wilayah, dengan pengalaman minimal 4 (empat) tahun dan
memiliki pengalaman dalam bidang terkait sebagai ahli perencanaan wilayah dan kota.
c. Ahli Pemberdayaan & Kelembagaan, dengan latar belakang pendidikan minimal S
1 Administrasi Negara/Hukum dengan pengalaman minimal 4 (empat) tahun dan
memiliki pengalaman dalam bidang terait sebagai ahli pemberdayaan dan
kelembagaan.
d. Ahli Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, dengan latar belakang pendidikan
minimal S1 Sosial Ekonomi Pertanian/Agrinbisnis, dengan pengalaman minimal 4
(empat) tahun dan memiliki pengalaman dalam bidang terkait sebagai ahli sosial
ekonomi pertanian/agribisnis.
Selain tenaga ahli profesional yang dibutuhkan seperti tersebut di atas, untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan juga diperlukan beberapa asisten tenaga ahli, tenaga teknis dan tenaga
pendukung sesuai dengan kebutuhan, spesifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan
pekerjaan. Tenaga pendukung yang diperlukan adalah:

1. Tenaga teknis, terdiri dari:


 CAD Drafter dan Surveyor
2. Tenaga Pendukung, terdiri dari
 Tenaga Administrasi/operator komputer

11. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Waktu yang diperlukan untuk Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK
dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan atau 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
penandatanganan Surat Perintah Mulai Kerja.

10

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

12. LAPORAN
Laporan-laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:
1. Laporan Pendahuluan
Dalam tahap ini, konsultan sudah melakukan koordinasi dalam merumuskan rencana
kerja dan pembagian tugas di antara tim yang dilibatkan. Laporan pendahuluan dibuat
sebanyak 3 (tiga) eksemplar, ukuran kertas A4 dan diserahkan selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari kalender setelah dikeluarkan SPMK, meliputi:
 Uraian kegiatan yang akan dilakukan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
studi termasuk rencana kegiatan survey lapangan dan lampiran-lampiran berupa
check list data, kuesioner dan form-form lainnya yang diperlukan untuk
penelitian dan perolehan data.
 Analisis rona awal wilayah studi berdasarkan studi kepustakaan/data sekunder
yang telah diperoleh.
 Pada tahap ini pihak konsultan diharapkan melaksanakan:
a) rapat pertemuan/sosialisasi tingkat daerah irigasi, yaitu pertemuan
koordinasi diantara pihak-pihak yang terkait untuk membahas mekanisme
kegiatan PSETK adapun pesertanya terdiri dari:
P3A/GP3A/IP3A/Poktan/Gapoktan, UPTD PUPR, UPTD Pertanian, dan
Penyuluh Lapangan.
b) Rapat persiapan pelaksanaan, dengan agenda pertemuan sebagai berikut:
pemahaman dan cara pengisian form isian PSETK, pemahaman teknik
pengumpulan data, penyusunan Jadwal Pelaksanaan, pembagian Tim, serta
nalisis kebutuhan Pelaksanaan.
2. Laporan Fakta & Analisa
Berisikan hasil identifikasi dan inventarisasi data serta analisis hasil PSETK yang
memuat informasi tentang persoalan yang mendasar yang terjadi di wilayah D.I.
tersebut, ditinjau dari aspek: sosial ekonomi, teknik, kelembagaan, usaha tani, dan
potensi sumber lokal, sehingga secara sederhana akan diperoleh pemetaan kondisi
umum, sosial, ekonomi, teknik dan kelembagaan serta tersusunnya kompilasi skala
prioritas dan upaya tindak versi Tim Teknis dan hasil penggalian gagasan.
Dalam pengumpulan data untuk identifikasi dan ineventarisasi melalui penelusuran
jaringan, diharapkan melibatkan unsur P3A/GP3A, Poktan/Gapoktan.
Laporan fakta dan analisa dibuat sebanyak 16 (enam belas) eksemplar, ukuran kertas
A4 dan diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah
dikeluarkan SPMK.

11

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)
BAPPEDA KABUPATEN GARUT

3. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan tahap akhir penyempurnaan dari laporan fakta dan analisa,
dibuat dengan isi hasil akhir analisis kelayakan sosial, ekonomi, teknis, kelembagaan,
usaha tani, dan potensi sumber lokal Daerah Irigasi dengan memerhatikan tanggapan,
masukan dan koreksi sesuai hasil presentasi dan diskusi yang telah dilaksanakan
dengan kelompok tim teknis.
Laporan Akhir dibuat sebanyak 80 (delapan puluh) eksemplar ukuran kertas A4 dan
80 (delapan puluh) buah buku (16 D.I. x @ 5 buku), dan seluruh file/soft copy laporan
dalam bentuk M.S. Word dan pdf, diserahkan dalam bentuk CD (16 D.I. x @ 5 CD)
dan diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah
dikeluarkan SPMK.

13. ALIH PENGETAHUAN


Dalam rangka koordinasi pelaksanaan dan pencapaian kemajuan pekerjaan yang telah
dicapai oleh penyedia jasa, perlu dilakukan alih pengetahuan dalam kegiatan rapat
pembahasan/Focus Group Discussion (FGD) yang selanjutnya akan diselenggarakan oleh
penyedia jasa dengan mengundang PPK, Tim Teknis, dan stakeholder lain yang terkait
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Kegiatan FGD akan dilaksanakan 3 (tiga) kali
untuk membahas Sosialisasi, FGD I dan FGD II.

14. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Garut dengan harapan akan mampu memberikan
kontribusi pembangunan di Kabupaten Garut.

Garut, September 2018


KEPALA BIDANG IV IPW,
SELAKU PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,

ASEP OO KOSASIH, S.T., M.I.L.


PEMBINA
NIP. 19720630 2000031006

12

Kerangka Acuan Kerja


Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK)

Anda mungkin juga menyukai