PROGRAM
PERENCANAAN PRASARANA WILAYAH DAN SUMBER
DAYA ALAM
KEGIATAN
INTEGRATED PARTICIPATORY DEVELOPMENT & MANAGEMENT
IRRIGATION PROGRAM-IPDMIP (PROGRAM PENGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN IRIGASI PARTISIPATIF TERPADU)
PEKERJAAN
PENYUSUNAN PROFIL SOSIAL, EKONOMI, TEKNIS, DAN
KELEMBAGAAN (PSETK)
1. LATAR BELAKANG
Pembangunan di segala bidang terus diupayakan oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya
adalah pengelolaan sektor pertanian dalam upaya mencapai ketahanan dan kedaulatan
pangan. Berbagai program dan projek yang merupakan integrasi pengelolaan irigasi dan
pertanian dan yang dikelola secara lintas sektoral,maupun tepadu telah dilaksanakan seperti
PISP, WISMP, PIRIMP, DISIMP.
Salah satu sasaran dari peraturan perundangan diatas antara lain diarahkan untuk
memperkuat Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI). Salah satu KPI yang perlu ditingkatkan
kapasitasnya adalah kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) pada
tingkat daerah irigasi. Penguatan dan pengembangan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A perlu
didasarkan pada perencanaan yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi setempat. Mengingat
dalam area Daerah Irigasi bukan hanya ada kelembagaan P3A, namun juga terdapat beberapa
kelembagaan petani lainnya seperti Pokta/Gapoktan yang mengelola kegiatan usahatani,
maka diperlukan instrumen perencanaan yang lebih terpadu dan terintegrasi yang dapat
memberikan masukan positif dalam rangka program penguatan dan pengembangan
kelembagaan petani P3A/GP3A/IP3A, termasuk Poktan/Gapoktan menuju kemandirian
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif.
PSETK merupakan gambaran informasi atau data mengenai keadaan sosial, ekonomi, teknis,
dan kelembagaan pada suatu daerah irigasi yang dibutuhkan oleh Kelembagaan Pengelola
Irigasi (KPI) untuk perencanaan program pemberdayaan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
dalam meningkatkan kinerja pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif. Berdasarkan Permen
PUPR NOMOR 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi,
Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun
2014-2019 disebutkan bahwa pelayanan irigasi sampai saat ini dipandang belum optimal, hal
ini terlihat masih adanya 39.827,70 Ha areal sawah yang belum terlayani dengan air irigasi
dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian, disamping menurunnya kapasitas
infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan serta tersumbatnya sungai karena
sedimentasi yang tinggi. Gambaran pencapaian kinerjanya, dapat dilihat dari kondisi jaringan
irigasi sepanjang tahun 2008, yaitu saluran daerah irigasi pemerintah dalam kondisi baik
401 km atau meningkat 17,46% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 yang
mencapai 331 km, kondisi rusak ringan 62 km atau menurun 24,39% dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 2007 yang mencapai 82 km, kondisi rusak berat 27 km atau menurun
64,94 prosen dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 yang mencapai 77 km.
Salah satu strategi yang telah ditetapkan dalam RPJMD untuk meningkatkan pengelolaan
irigasi, adalah peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan dalam pengelolaan jaringan
irigasi, hal ini tentunya sesuai dengan arah reformasi kebijakan pengelolaan irigasi-pertanian
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam rangka menindaklanjuti arahan reformasi kebijakan pengelolaan irigasi dan strategi
pengelolaan irigasi Kabupaten Garut, maka dibutuhkan penyelenggaraan Pekerjaan
Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan (PSETK) sebagai dokumen
perencanaan pembangunan irigasi dan pemberdayaan kelembagaan petani di Kabupaten
Garut.
Tujuan pekerjaan ini adalah mendapatkan data dan informasi yang tepat serta aktual sebagai
masukan dalam proses perencanaan program pemberdayaan kelembagaan petani daerah
irigasi melalui P3A/GP3A/IP3A dan Poktan/Gapoktan menuju peningkatan kinerja
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif pada suatu daerah irigasi, berdasarkan potensi
sumber daya lokal.
Sasaran pekerjaan ini adalah:
a. Tersusunnya profil sosial dan ekonomi, serta lingkungan hidup serta teridentifikasinya
potensi sumber daya loka daya dukung dan permasalahannya;
b. Tersusunnya profil teknis pengelolaan irigasi-pertanian (operasi, pemeliharaan dan
rehabilitasi jaringan irigasi), termasuk gambaran ketersediaan air, kondisi fisik dan
kefungsian jaringan irigasi, serta potensi lahan pertanian beririgasi;
c. Tersusunnya profil kelembagaan dengan mengidentifikasi kelembagaan lokal yang ada,
kebutuhan pembentukan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan dan
upaya pengembangannya berdasarkan hasil penelusuran kebutuhan petani; dan
d. Identifikasi kebutuhan pelatihan dalam rangka peningkatkan kemampuan kelembagaan
P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan baik pada aspek teknis, kelembagaan
maupun usahatani dan usaha ekonomi produktif;
e. Identifikasi kebutuhan pendampingan dalam pengelolaan dan pengembangan sistem
irigasi:
f. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan petani perempuan dan laki-laki serta menyusun
rencana kerja yang responsif terhadap kebutuhan petani perempuan dan laki-laki dalam
upaya pengembangan pengelolaan irigasi dan kelembagaannya sesuai prioritas. Rencana
ini disusun untuk jangka waktu satu tahun hingga lima tahun kedepan.
3. DASAR HUKUM
Dasar hukum dalam Penyusunan Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan
(PSETK) ini, adalah sebagai berikut:
a. Gambaran Umum Wilayah Daerah Irigasi (DI), berupa penjelasan singkat secara
naratif tentang: Profil Umum D.I. (mengacu pada Format PSETK yang telah diisi)
termasuk sejarah D.I., nama-nama P3A dan Jumlah Anggotanya), Profil Sumber,
Ketersediaan dan Alokasi Air Irigasi, Profil Sosial-Ekonomi, Profil Teknik, Profil
Kelembagaan, Kondisi Usahatani, Potensi Sumber Daya Lokal (pada bagian ini
penting ditambahkan informasi tentang potensi dan aktifitas kaum perempuan
terkait kegiatan irigasi dan pertanian di Daerah Irigasi tersebut), Fasilitas
Infrastruktur, Budaya Lokal, dan Kondisi Lingkungan (mengacu pada form
screening /pentapisan tentang kondisi lingkungan dan soaial Daerah Irigasi).
b. Analisa Hasil PSETK, memuat informasi tentang uraian analisa hasil PSETK dan
persoalan yang mendasar yang terjadi di wilayah DI tersebut, ditinjau dari aspek:
Sosial Ekonomi, Teknik, Kelembagaan, Usaha Tani, dan Potensi Sumberdaya
Lokal.
c. Masalah dan Rekomendasi
Memuat tentang Masalah-masalah yang dihadapi dan Upaya Tindak Lanjut
ditinjau dari berbagai aspek: Sosial Ekonomi, Teknik (Sumber,Ketersediaan dan
Alokasi Air Irigasi, Fisik bangunan), Kelembagaan, Usaha Tani, dan Potensi
Sumber Lokal. Rekomendasi adalah rencana Tindak Lanjut untuk mengatasi
persoalan tersebut sudah merupakan skala prioritas, sekaligus mempertimbangkan
sumber dana.
6. METODE PENDEKATAN
Untuk menjembatani kemudahan dalam penyusunan PSETK dan sekaligus pelibatan
masyarakat maka diperlukan metode yang tepat dalam penyusunan PSETK.
Dalam proses pengenalan suatu wilayah termasuk memotret kondisi irigasi telah banyak
dikembangkan berbagai metode diantaranya adalah:
a. Participatory Rural Appraisal (PRA)
b. Rapid Rural Appraisal (RRA)
c. Community Self Survey (CSS)
d. Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PPKP)
e. Pemahaman Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi-pertanian (PPKDI)
f. Gender Analisys Pathway.
Dari beberapa metode tersebut dapat dilakukan pilihan sesuai dengan kebutuhan dan
pemahaman dari para pelaksana di lapangan. Namun demikian dalam rangka memberikan
kemudahan informasi tentang berbagai metode dalam penyusunan PSETK maka dapat
dijelaskan salah satu alternatif metode yang dapat dikembangkan, yaitu Metode Pemahaman
Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi (PPKDI).
Metode Pemahaman Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi-pertanian (PPKDI) merupakan salah
satu metode yang dikembangkan dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif. Metode tersebut dipandang memiliki teknik-teknik
yang dijabarkan cukup operasional dengan penekanan terhadap keterlibatan masyarakat pada
seluruh kegiatan. Penerapan metode PPKDI dapat memberi peluang yang lebih besar dan
terarah untuk melibatkan rnasyarakat petani pemakai air, sehingga dicapai kesesuaian dan
ketepatgunaan program kegiatan pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif dan pemberdayaan
kelembagaanP3A/GP3A/IP3A beserta Poktan/Gapoktan dengan pelayanan kebutuhan
masyarakat terhadap air irigasi dan penguatan kelembagaan petani pada suatu daerah irigasi.
Prinsip dasar dalam metode PPKDI adalah:
1. Saling Belajar dan Berbagi Pengalaman dengan Masyarakat Petani Pemakai Air
Prinsip dasar metode PPKI adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat petani pemakai air.
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa metode PPKDI dibangun dari pengakuan
serta kepercayaan masyarakat petani pemakai air, yang meliputi pengetahuan tradisional
dan kemampuan mereka untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan
pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.
2. Kesamaan Kepentingan Dan Suasana Informal
Masyarakat petani pemakai air secara hidrologis terdiri dari kelompok masyarakat petani
yang berada di hulu, tengah, dan hilir jaringan irigasi. Permasalahan yang dihadap dari
7. SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK pelaksanaannya dibiayai dari APBD
Perubahan Parsial III Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2018 melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Garut pada kegiatan Integrated Participatory Development
and Management of Irrigation Program-IPDMIP (Program Pengelolaan dan Pengembangan
Irigasi Partisipatif Terpadu) dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) senilai
Rp.188.991.000,00 (Seratus Delapan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Sembilan
Puluh Satu Ribu Rupiah).
10
12. LAPORAN
Laporan-laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:
1. Laporan Pendahuluan
Dalam tahap ini, konsultan sudah melakukan koordinasi dalam merumuskan rencana
kerja dan pembagian tugas di antara tim yang dilibatkan. Laporan pendahuluan dibuat
sebanyak 3 (tiga) eksemplar, ukuran kertas A4 dan diserahkan selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari kalender setelah dikeluarkan SPMK, meliputi:
Uraian kegiatan yang akan dilakukan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
studi termasuk rencana kegiatan survey lapangan dan lampiran-lampiran berupa
check list data, kuesioner dan form-form lainnya yang diperlukan untuk
penelitian dan perolehan data.
Analisis rona awal wilayah studi berdasarkan studi kepustakaan/data sekunder
yang telah diperoleh.
Pada tahap ini pihak konsultan diharapkan melaksanakan:
a) rapat pertemuan/sosialisasi tingkat daerah irigasi, yaitu pertemuan
koordinasi diantara pihak-pihak yang terkait untuk membahas mekanisme
kegiatan PSETK adapun pesertanya terdiri dari:
P3A/GP3A/IP3A/Poktan/Gapoktan, UPTD PUPR, UPTD Pertanian, dan
Penyuluh Lapangan.
b) Rapat persiapan pelaksanaan, dengan agenda pertemuan sebagai berikut:
pemahaman dan cara pengisian form isian PSETK, pemahaman teknik
pengumpulan data, penyusunan Jadwal Pelaksanaan, pembagian Tim, serta
nalisis kebutuhan Pelaksanaan.
2. Laporan Fakta & Analisa
Berisikan hasil identifikasi dan inventarisasi data serta analisis hasil PSETK yang
memuat informasi tentang persoalan yang mendasar yang terjadi di wilayah D.I.
tersebut, ditinjau dari aspek: sosial ekonomi, teknik, kelembagaan, usaha tani, dan
potensi sumber lokal, sehingga secara sederhana akan diperoleh pemetaan kondisi
umum, sosial, ekonomi, teknik dan kelembagaan serta tersusunnya kompilasi skala
prioritas dan upaya tindak versi Tim Teknis dan hasil penggalian gagasan.
Dalam pengumpulan data untuk identifikasi dan ineventarisasi melalui penelusuran
jaringan, diharapkan melibatkan unsur P3A/GP3A, Poktan/Gapoktan.
Laporan fakta dan analisa dibuat sebanyak 16 (enam belas) eksemplar, ukuran kertas
A4 dan diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah
dikeluarkan SPMK.
11
3. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan tahap akhir penyempurnaan dari laporan fakta dan analisa,
dibuat dengan isi hasil akhir analisis kelayakan sosial, ekonomi, teknis, kelembagaan,
usaha tani, dan potensi sumber lokal Daerah Irigasi dengan memerhatikan tanggapan,
masukan dan koreksi sesuai hasil presentasi dan diskusi yang telah dilaksanakan
dengan kelompok tim teknis.
Laporan Akhir dibuat sebanyak 80 (delapan puluh) eksemplar ukuran kertas A4 dan
80 (delapan puluh) buah buku (16 D.I. x @ 5 buku), dan seluruh file/soft copy laporan
dalam bentuk M.S. Word dan pdf, diserahkan dalam bentuk CD (16 D.I. x @ 5 CD)
dan diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah
dikeluarkan SPMK.
14. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Penyusunan PSETK pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Garut dengan harapan akan mampu memberikan
kontribusi pembangunan di Kabupaten Garut.
12