Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat saat ini menjadi prioritas dalam pembangunan


nasional khususnya dalam bidang Sumber Daya Air yang dicanangkan pemerintah
melalui Kementerian Pekerjaan Umum, Kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya air merupakan program Tata Guna Air (TGA) yang
awal pelaksanaannya dimulai Tahun 1989. mengalami reformasi nasional tahun
1998 dimana terjadi banyak deregulasi dalam berbagai kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah khususnya dalam bidang Sumber Daya Air antara lain INPRES
nomor 3 Tahun 1999 tentang Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI),
Undang undang nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan
Pemerintah nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Kegiatan Fasilitasi
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air merupakan
implementasi dari deregulasi tersebut, yang bertujuan untuk mengkoordinasikan
dan mensinergikan seluruh komponen kegiatan yang berkaitan dengan keirigasian
khususnya dan pertanian umumnya, sehingga tujuan peningkatan pendapatan
petani serta peningkatan produksi pertanian dalam rangka program ketahanan
pangan dapat terwujud melalui prinsip-prinsip pengelolaan irigasi yang demokratis,
transparan dan konsisten dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan
partisipatif antara pemerintah Pusat, pemerinatah Daerah, Perguruan Tinggi (PT),
Tokoh Masyarakat (Tomas), LSM dengan Masysrakat Petani (P3A, GP3A, IP3A).

Deregulasi yang telah dibuat oleh Pemerintah tersebut, merupakan pendekatan


baru yang dicanangkan untuk merubah citra melalui perubahan pendekatan pola
pembangunan yang lebih sesuai kebutuhan masyarakat secara bertahap dan dititik
beratkan kepada peranan masyarakat petani dalam pengambilan keputusan serta
pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya dimana pemerintah sebagai
fasilitator dan motivator dalam mendorong terwujudnya sistem irigasi yang
berkelanjutan. Untuk itu secara strategis perlu dibangun persepsi/pemahaman
yang sama dan konsisten kepada semua komponen pengelolaan irigasi mulai dari
tingkat nasional sampai tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten sampai tingkat
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 1
.
Kecamatan maupun tingkat Daerah Irigasi. Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air kaitannya dengan pengelolaan
Irigasi adalah sebagai perangsang (indirect incentives) yang mengarah pada
maksimalisasi dari setiap tetes air irigasi dapat dimanfaatkan secara efisien dan
efektif pada tingkat akar rumput P3A/GP3A dan IP3A di Provinsi Nusa Tenggara
Timur.

Dalam mendukung implementasi Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat


dalam Pengelolaan Sumber Daya Air dalam pengelolaan irigasi di Provinsi NTT,
perlu dirancang pengembangan/perluasan program tersebut khususnya
peningkatan SDM pengelola irigasi di Provinsi dan Kabupaten maupun kepada
masyarakat petani (P3A/GP3A/IP3A) secara bertahap mulai dari tahap persiapan
(sosialisasi dan desiminasi), tahap pelaksanaan dan tahap Monitoring dan
Evaluasi. Untuk mencapai keberlanjutan sistem irigasi diperlukan penataan kembali
tugas dan tanggung jawab pemerintah dan penguatan kelembagaan petani
(P3A/GP3A/IP3A) dalam pengelolaan irigasi sehingga lebih dapat berperan dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dapat memberikan keuntungan bagi
pengguna air lainnya. Untuk dapat mewujudkan semua itu, maka semua
komponen pengelola irigasi harus mempunyai visi dan misi yang sama sebagai
fasilitator dan motivator yang akan menumbuh kembangkan inovasi kepada
masyarakat petani melalui pembinaan/pelatihan kepada petani (P3A) yang intensif
dan berkelanjutan serta pembentukan kelembagaan petani agar dapat
menjalankan usaha pertanian dan pembagian air yang berdaya guna dan berhasil
guna serta sharing informasi lewat study banding keluar NTT maupun
demplot/percontohan. Oleh karena itu kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air sangat diperlukan karena dari
tahun – ketahun sarana dan prasarana irigasi yang dibangun semakin meningkat,
sedangkan pemanfaatannya belum optimal seluruhnya. Disamping itu juga peran
serta dan rasa memiliki dari masyarakat petani terhadap bangunan dan jaringan
irigasi cenderung semakin menurun, hilangnya budaya gotong-royong yang
menimbulkan egoisme dan masa bodoh petani, ketersediaan air semakin terbatas
yang meyebabkan selalu terjadinya konflik air diantara pengguna air irigasi
(masyarakat petani) sehingga produktifitas petani juga menurun dapat mengancam

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 2


.
ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah, selain itu pemerintah masih
harus mengimport beras dari luar negeri untuk memenuhi kekurangan beras
nasional, dengan adanya import beras tersebut menyebabkan nilai tukar petani
semakin menurun dan harga gabah petani semakin tidak menentu. Hal ini
menyebabkan masyarakat petani menjadi miskin, dilain pihak petani dianggap tidak
mampu untuk diberdayakan.
Perkumpulan Petani Pemakai Air ( P3A ) adalah kelembagaan pengelolaan yang
menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan irigasi yang
dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga
lokal pengelola irigasi.
P3A berasas gotong royong, mempunyai sifat sosial ekonomi, budaya dan
berwawasan lingkungan serta mempunyai ciri-ciri :
1. Menjaga lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi
2. Memelihara kearifan, pengetahuan dan teknologi lokal yaitu pengetahuan yang
sejak dulu kala diterima oleh masyarakat dari nenek moyang mereka.
3. Menyerap teknologi maupun pengetahuan dari luar yang bisa diterapkan sesuai
dengan kearifan, teknologi dan pengetahuan lokal.

Pendayagunaan sumber sumber air melalui irigasi hanya ditentukan oleh debit air
yang cukup, jaringan yang baik dan luas lahan yang memadai, tetapi cara
pengelolaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi secara menyeluruh. Oleh
sebab itu perlu adanya pemberdayaan Masyarakat dalam Pengeloaan Sumber
Daya Air sebagai suatu wadah dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) baik
irigasi maupun air tanah.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam Pemberdayaan Masyarakat dalam


pPengelolaan Sumber Daya Air antara lain : Tingkat kesiapan para petani, budaya
petani setempat terutama organisasi petani yang telah ada dalam masyarakat,
bentuk kepemilikan dan luas rata-rata lahan, pengetahuan dan pemahaman petani
akan irigasi.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 3


.
Prioritas Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
adalah :
1. Pembentukan pada daerah Irigasi / Jaringan Irigasi Air Tanah yang baru
dibangun.
2. Pembentukan P3A pada daerah Irigasi / Jaringan Irigasi Air Tanah yang telah
beberapa waktu dibangun akan tetapi P3A belum dibentuk.
3. Pengaktifan kembali P3A atau pemberdayaan P3A.

Tujuan fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air


yaitu untuk dapat mengembangkan organisasi P3A menjadi lembaga otonomi
mandiri, mantap dan berkembang dengan pengertian lebih menekankan ke
fungsinya dari pada formalitasnya. Secara umum pemberdayaan masyarakat
memberikan motifasi dan mendorong terciptanya kekuatan dan kemampuan
organisasi P3A dapat mandiri dalam mengelola organisasi sesuai kemampuan dan
kebutuhan anggota. Mendorong terciptanya kemampuan organisasi P3A agar
dapat merencanakan program kegiatanya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan.

Tahun Anggaran 2018 Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
II, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, telah memprogramkan kegiatan
Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat yakni kelompok P3A di kabupaten
Sikka,Ende, dan Nagekeo.

1.2. Maksud dan Tujuan.


Maksud yang dicapai program Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Pelaksana Kegiatan Operasional dan
Pemeliharaan SDA II, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II adalah :
a. Perencanaan dan pengelolaan kelembagaan masyarakat petani (P3A)
dengan memperhatikan kearifan lokal.
b. Meningkatkan kemampuan mengelola Sumber Daya Air khususnya irigasi
dan Kinerja Irigasi melalui program capacity building (penguatan
kelembagaan) organisasi masyarakat pemakai air (P3A).

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 4


.
c. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan SDM serta keterampilan petani
agar dapat mengoptimalkan sarana dan prasarana irigasi yang telah
dibangun.

Tujuan yang dicapai program kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam


Pengelolaan Sumber Daya Air Pelaksana Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan
SDA II, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II adalah :
a. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi.
b. Memberikan inovasi baru untuk tercapainya efisiensi dalam pengelolan
irigasi secara baik.
c. P3A/GP3A/IP3A dapat melaksanakan pembagian air secara merata kepada
anggotanya sesuai dengan kebutuhan.
d. P3A/GP3A/IP3A dapat memahami dengan baik fungsi dan tugas – tugasnya
dalam kelembagaan/organisasi.
e. Menumbuh kembangkan budaya gotong-royong dan rasa memiliki petani
terhadap sarana dan prasarana irigasi yang telah dibangun.

1.3. Masalah dan Pemecahan Masalah.


Masalah-masalah yang ada.
a. Belum adanya lembaga irigasi yang memayungi dalam masyarakat tani.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tani dalam bidang teknis pertanian,
teknis irigasi dan kelembagaan irigasi.
c. Minimnya pendampingan petugas teknis dari instansi terkait dalam
kegiatan masyarakat tani di lapangan.

Pemecahan Masalah.
a. Koordinasi antara instansi terkait dalam sosialisasi dan fasilitasi serta
pemberdayaaan masyarakat tani perlu ditingkatkan.
b. Dibuat sistem kerja dan perencanaan yang matang dalam mendesain dan
implementasi program yang menyentuh langsung masyarakat tani.
c. Pemberdayaan secara berkala dan rutin pada masyarakat tani sampai
mandiri dalam teknis pertanian, teknis irigasi dan kelembagaan irigasi.
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 5
.
d. Pendampingan petugas teknis dari instansi terkait dalam kegiatan
masyarat tani di lapangan.

1.4. S a s a r a n.
Sasaran program kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air yaitu :
1. Masyarakat tani calon anggota P3A.
2. Petugas teknis (ulu – ulu) di lapangan yang tugas kesehariannya
melaksanakan pembagian air irigasi kepada anggotanya.
3. Daerah Irigasi yang belum terbentuk organisasi/kelembagaan petani.
4. Daerah Irigasi yang belum optimal dalam pengelolaan dan pemanfaatan
irigasinya.
5. Daerah Irigasi yang sarana dan prasarannya telah dibangun (jaringan
primer dan Sekunder).

1.5. Ruang Lingkup Kegiatan.


Ruang lingkup program kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air Tahun Anggaran 2018 adalah :
1. Sosialisasi Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat yang menggunaka
air irigasi di Pulau Flores yakni kabupaten sikka, Ende, dan Nagekeo
2. Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA.
3. Monitoring dan Evaluasi Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakt dalam
Pengelolaan SDA.

1.6. Hasil yang diharapkan.


Hasil yang diharapkan dari Program kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengelolaan SDA adalah :
 Terlaksananya optimalisasi pengelolaan irigasi pada daerah irigasi yang
sarana dan prasarannya telah dibangun.
 Terwujudnya kelembagaan/organisasi petani (P3A) yang kuat dan mandiri.
 Terwujudnya sistem irigasi yang berkelanjutan.
 Terlaksananya pembagian air yang merata sesuai dengan kebutuhan.
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 6
.
 Terbentuknya kelembagaan/organisasi petani (P3A) secara demokratis.
 Terwujudnya peran masyarakat petani dalam pengambilan keputusan
dalam pengelolaan irigasi pada daerah irigasi.

1.7. Dasar Pelaksanaan Kegiatan.


Sejumlah peraturan atau dasar hukum yang memayungi pelaksanaan
kegiatan Fasilitasi Pembentukan P3A antara lain :

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang


Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624).

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota.

d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32 / PRT / M / 2007 tentang


Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 33 / PRT / M / 2007 tentang


Pedoman Pemberdayaan P3A / GP3A / IP3A.

f. Keputusan Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Nomor : 03 /


KPTS / BWS - NT II / I / 2012 tentang Penetapan Pejabat Inti dan
Personil/Staf di Lingkungan Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara II Tahun Anggaran 2012.

g. Keputusan Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Nomor : 32 /


KPTS / BWS – NT II / II / 2012 tentang Penunjukan / Penetapan Team
Fasilitasi Pembentukan P3A di Lingkungan Satuan Kerja Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara II Tahun Anggaran 2012.

h. Surat Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Nomor


UM.03.02/BWS./113/III/2012 tanggal 11 Maret 2012 perihal Kegiatan
Fasilitasi Pemberdayaan Msyarakat Operasi dan PemeliharaT II Tahun
Anggaran 20.
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 7
.
BAB II
PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN FASILITASI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM PENENGELOAAN
SUMBER DAYA AIR KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA II
BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

2.1. Prinsip Pelaksanaan Program Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan


Masyarakat Dalam Pengeloaan SDA Pelaksana Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan SDA II Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II :
1. Sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat petani (P3A/GP3A/ IP3A)
dan Pemerintah Daerah.
2. Menganut prinsip transparan, demokrasi dan dapat dipertanggung jawabkan
(akuntable).
3. Keberlanjutan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan irigasi dapat
terjamin.
4. Mempunyai komitmen yang kuat terhadap pelaksanaan kegiatan program
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA di NTT.

2.2. Program Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam


Pengelolaan SDA Pelaksana Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA II,
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II kaitannya dengan Pemberdayaan
Masyarakat.
Program kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dala Pengelolaan SDA
Pelaksana Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA kaitannya dengan
pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Semua kegiatan pelatihan petani secara konseptual dan dapat dilaksanakan
dengan mudah.
2. Modul pelatihan dibuat secara sederhana sehingga mudah dipahami serta
diaplikasikan kepada petani.
3. Monitoring dan Evaluasi kegiatan dilakukan secara berkala dan dibuat laporan
pelaksanaannya.
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 8
.
4. Mengidentifikasi semua kebutuhan pelatihan yang perlu bagi petani secara baik.
5. Mengefektifkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A dengan
metode dan prosedur yang sesuai dengan kebutuhan petani
(P3A/GP3A/IP3A).
6. Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan smber daya air dengan
P3A/GP3A/ IP3A dalam pelaksanaan pemberdayaan.

2.3. Metode Pendekatan.


Metode pendekatan program kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengelolaan SDA Pelaksana Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA II Balai
Wilayah Sungai Nusa Tenggara II adalah :
1. Pola pendekatan secara partisipatif dan dialogis dalam pengambilan keputusan
sehingga tercapai suasana demokratis dan kesetaraan sesuai dengan aspirasi
masyarakat.
2. Pendekatan sosio - teknis yaitu proses pemecahan masalah dan pengam- bilan
keputusan dengan memperhatikan aspek sosial dan teknis yang sudah berlaku
dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
3. Pendekatan kultur lokal dan aspek lingkungan perlu dipertimbangkan dalam
menggunakan potensi sumber daya lokal termasuk sosial budaya yang ada
pada lokasi setempat.
4. Pendekatan dilakukan juga dengan pola Pendekatan Partisipatif Kondisi
Perdesaan (PPKP) yang dititik beratkan pada kondisi perdesaan setempat
sehingga tercapai pemberdayaan yang sesuai dengan lokasi perdesaan
setempat.

2.4. Indikator Keberhasilan.


Keberhasilan program Kegitan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengelolaan SDA Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan SDA II, Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara II diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1. Kelembagaan/organisasi petani (P3A/GP3A/IP3A) dapat mandiri baik dalam
pembiayaan maupun pengelolaan irigasi.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dapat dijalankan
secara baik kepada semua anggota.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 9


.
3. Kesadaran pengurus maupun anggota P3A/GP3A/IP3A dalam fungsi dan
tugasnya masing – masing dapat berjalan baik.
4. Pengaturan dan pembagian air sudah sesuai dengan kebutuhan.
5. Penerapan metode SRI dapat dilaksanakan dengan baik serta dapat
menghemat air irigasi secara efisien.
6. Pengurus (P3A/GP3A/IP3A) mendorong untuk dapat melaksanakan
penelusuran Jaringan Irigasi secara mandiri bersama anggotanya.
7. Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi tersier oleh P3A/GP3A/P3A dapat
berjalan baik.
8. Keberlanjutan sistem irigasi tingkat tersier harus dapat terjamin
kelangsungannya oleh P3A/GP3A/IP3A.
9. Semua aktifitas pengelolaan irigasi yang sudah berjalan dan kegiatannya dapat
diukur secara kuantitatif dan kualitatif maupun kemampuan dan kecepatan
penyelesaian masalah ditingkat Tersier oleh P3A/GP3A/IP3A.
10. Terlaksananya pelaksanaan kegiatan konstruksi partisipatif oleh
P3A/GP3A/IP3A dengan pola Kerja Sama Operasi (KSO) dengan join
management antara pemerintah dan masyarakat.
11. Terjalinnya kerjasama yang baik dan harmonis antara Pengurus
P3A/GP3A/IP3A dengan anggotanya.
12. Tercapainya peningkatan kemampuan dan pemahaman aspek organisasi,
aspek teknis, aspek sosial dan aspek administrasi keuangan.
13. Pelanggaran yang dilakukan oleh anggota P3A/GP3A/IP3A dapat diminimalisir
dan kesadaran petani semakin baik.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 10


.
2.5. Dana Pendamping Kegiatan
Dana Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA
Pelaksana Kegiatan Operasio dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Tahun Anggaran
2018 berasal dari DIPA Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II
dengan tujuan sbb :
1. Sumber Dana Kegiatan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
tahun Anggaran 2018 Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II
untuk membiayai Pemberdayaan Petani terdiri dari Belanja Modal Bahan,
Belanja Barang Operasional Lainnya, Upah Tenaga Kerja dan Honor
Pengelolaan Kegiatan, Belanja Jasa Profesi, Belanja Sewa dan Belanja
Perjalanan Lainnya.
2. Kegiatan terlampir.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 11


.
BAB III

PELAKSANAAN FASILITASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM


PENGELOLAAN SDA KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA
BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

3.1. Umum.
Dalam mengimplementasikan program kegiatan Fasilitas Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Pelaksana Kegiatan Operasional
dan Pemeliharaan SDA II Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II
telah direncanakan kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2013 ini
tersebar di beberapa Kabupaten Provinsi NTT, antara lain Kabupaten Belu, Sabu
Raijua, Sumba Timur, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Dengan adanya
salah satu deregulasi Sumber Daya Air yang fundamental yaitu Pengembangan
Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP) dan untuk melaksanakan kebijakan
tersebut dibutuhkan strategi untuk percepatan pelaksanaan program kegiatan
Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air antara
lain dengan mengintensifkan pelatihan di tingkat petani (P3A/GP3A/IP3A) yang
terkait dalam pengelolaan irigasi maupun para petugas teknis di lapangan serta
KPL dan PETANDU serta pembentukan kelembagaan petani. Hal ini sangat perlu
dilakukan untuk lebih mengefektifkan program maupun mekanisme dalam
pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan
SDA di lapangan maka program ini lebih dititik beratkan pada pemberdayaan
masyarakat petani yang menggunakan air irigasi dan air tanah, kegiatan Fasilitasi
pemberdayaan kepada masyarakat petani (P3A/GP3A/IP3A) diharapkan dapat
merubah pola pikir dan pendekatan kepada masyarakat petani yang selama ini
cenderung dari atas ke bawah (top down) akan berubah menjadi pendekatan dari
bawah ke atas (bottom up) sehingga aspirasi para petani dapat dicerna dengan
baik melalui program dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan serta
pemberian peran yang lebih besar kepada petani dalam pengambilan keputusan
untuk pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 12


.
3.2. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA.

Adapun pelaksanaan program kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam


Pengelolaan SDA Tahun Anggaran 2013 ini sebagai berikut :

3.2.1.1 Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan/Training.

Jenis Kegiatan.
Jenis Kegiatan terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Pelatihan di Kelas.
b. Kunjungan Lapangan.

Metode Pelaksanaan.
Metode Pelaksanaan yang dipergunakan adalah :
a. Ceramah.
b. Diskusi.
c. Audio Visual.

Lokasi Kegiatan.
Lokasi kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA
dilaksanakan di masing – masing Kabupaten sesuai dengan kondisi lapangan yang
ada.

Materi yang diberikan.


Materi pelatihan yang diberikan kepada masyarakat/Petani (P3A/GP3A/IP3A)
sebagai berikut :
a. Aspek Kelembagaan/Organisasi P3A/GP3A/IP3A.
 Pengenalan Komisi Irigasi.
 Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan P3A.
 Penyusunan Program P3A.
 Anggaraan Dasar dan Anggaran Rumah Tangga P3A.
 Hubungan P3A dengan Lembaga/Instansi terkait.
 Mengorganisasi dan Tata Cara Rapat P3A.
 Permasalahan dan cara penyelesaiannya di tingkat P3A.
 Kerangka Organisasi dan Tugas P3A/GP3A/IP3A.
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 13
.
 Tugas dan Kewajiban Ulul – ulu/Pelaksana Teknis dan Ketua Blok.
b. Aspek Taknis Pertanian.
 Pengenalan Alsintan dan Teknologi Pertanian.
 Budidaya Tanaman Padi dan Holtikultura.
 Pengendalian Hama Terpadu yang ramah lingkungan.
 Pengenalan Metode SRI.
 Rencana Tata Tanam Tahunan.
 Pembuatan Pupuk Bokasi dan EM 4.
 Upaya Peningkatan Ekonomi dan Kredit Pertanian.

c. Aspek Teknis Irigasi.


 Kebijakan di Tingkat Kabupaten dalam pengembangan Irigasi.
 Pengenalan Undang – undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
 Pengenalan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
 Sistem Irigasi serta jaringannya.
 Pengenalan Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP).
 Pengenalan OP Partisipatif dan Pendanaannya.
 Kelestarian Lingkungan Alam.
 Profil Sosio Ekonomi Teknis dan Kelembagaan (PSETK).

Peserta.
Peserta untuk pemberdayaan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A terdiri dari :
 Pengurus P3A/.
 Anggota P3A.
 Para petani untuk yang belum terbentuk kelembagaan P3A.
 Kelompok Tani Andalan (KTNA).
 Petani maju
 Petugas Teknis Lapangan (Ulu – Ulu).

Fasilitator.
Fasilitator yang menyampaikan materi adalah :
a. Unsur Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTT
b. Unsur Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II.
c. Unsur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten.
KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 14
.
d. Unsur Dinas Pertanian Kabupaten

Sumber Dana Pelatihan.


Pendanaan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA dibiayai
dari dana DIPA Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Tahun
Anggaran 2018, yaitu sebesar Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah)
dengan rincian sebagai berikut :
- Belanja Barang Operasional Lainnya : Rp. 60.800.000,-
- Belanja Bahan : Rp. 8.440.000,-
- Honor yang terkait dengan output kegiatan : Rp. 13.000.000,-
- Belanja Sewa (Kendaraan dan ruangan : Rp. 28.140.000,-
pertemuan)
- Belanja Jasa Profesi : Rp. 36.000.000,-
- Belanja Perjalanan Lainnya : Rp. 153.620.000,-
Total : Rp. 0300.000.000,-

3.2.1.2 Komponen Pembiayaan.


a. Tahap persiapan.
b. Koordinasi
c. Sosialisasi
d. Penggandaan Materi Pelatihan.
e. Akomodasi, Konsumsi dan Transportasi.
f. Pembuatan Laporan Kegiatan

3.2.1.3 Jadwal Pelaksanaan Fasilitasi


Kegitan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Dayar Air
akan dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari Juni sampai dengan Agustus 2013.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 15


.
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan :
Untuk mencapai keberlanjutan Sistem Irigasi diperlukan penataan kembali Tugas
dan Tanggung jawab Pemerintah dan Penguat Kelembagaan Petani
(P3A/GP3A/IP3A) dalam Pengelolaan Irigasi.

Semua komponen pengelola irigasi harus mempunyai Visi dan Misi yang sama
sebagai fasilitator dan motivator melalui pelatihan kepada petani (P3A/GP3A/IP3A)
yang intensif dan berkelanjutan serta pembentukan kelembagaan petani agar dapat
menjalankan usaha pertanian dan pembagian air.

Saran :
Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air ditingkat
petani (P3A/GP3A/IP3A) yang terkait dalam Pengelolaan Irigasi maupun Petugas
Teknis di lapangan serta pembentukan kelembagaan petani perlu dilanjutkan.

Monitoring dan Evaluasi kegiatan tahun sebelumnya perlu dilakukan setiap tahun
anggaran untuk mengetahui atau mengukur kinerja P3A/GP3A/IP3A dan kegiatan
pemberdayaan yang sudah dilakukan.

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 16


.
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air ini dibuat sebagai kelengkapan bahan usulan
Program Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA II, Satuan Kerja Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara II Tahun Anggaran 2018 yang dapat dipakai sebagai acuan
maupun informasi Tim Pelaksana dalam melaksanakan kegiatan tersebut Tahun
Anggaran 2018

Kupang, Juli 2017


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA I
Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai NT II

. Petrus D.J. Rasnan,ST,MT


NIP. 19650904 200312 1 002

KAK – Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 17


.

Anda mungkin juga menyukai