Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu
penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang.
ISPA menyebabkan empat dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah
lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
adalah bayi. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun,
98% nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat
mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong
tinggi terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan
menengah. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau
rawat inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan
anak (WHO, 2007).
ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utamapada anak di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada
balita diIndonesia diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per tahun.
ISPAmerupakan salah satu penyebab utama kunjungan kliendi sarana
pelayanankesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan berobat di
Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap
rumah sakit (Depkes RI,2009).

Berdasarkan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditejn P2PL) Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia di tahun 2015, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
merupakan penyebab 15% dari kematian balita yang diperkirakan
berjumlah 922.000. Sementara di Indonesia pada tahun 2015 terjadi
peningkatan sebanyak 63,45% dari jumlah kematian balita 0,16% lebih
tinggi dibandingkan tahun 2014 yang hanya 0.08%. Angka kejadian balita

1
terkena ISPA di provinsi Jawa Tengah berjumlah 3,6% (Kemenkes RI,
2016). Menurut catatan rekam medis menunjukan bahwa dalam satu tahun
anak-anak yang menderita ISPA pada tahun 2016 mencapai angka 900
orang. Dengan rincian penderita dari usia 0-7 hari 45 orang, usia 8-30 hari
11 orang, usia <1 tahun 141 orang, usia 1- 4 tahun 703 orang. (Rekam Medis
2016).
Gejala umum yang biasanya demam, sesak nafas, batu kering, sakit
kepala, ngilu di seluruh tubuh, letih dan lesu, sesk nafas, batuk hebat
menghasilkan sejumlah lendir, demam tinggi (Misnadiarly, 2008). Masalah
yang sering muncul pada penyakit ISPA ini adalah pola napas tidak efektif,
bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi dilakukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas, anak bisa bernapas spontan tanpa
kesulitan, nyeri berkurang dan kebutuhan oksigen terpenuhi.
Ada beberapa tindakan alternatif untuk mengatasi masalah terkait
dengan gangguan pernapasan yaitu dengan steam inhalation (menghirup
uap air panas) (Akhavani, 2005). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
pemberian steam inhalation dapat menghilangkan gejala flu biasa. Namun,
perlu diperhatikan keterbatasan dari tindakan ini yaitu kemungkinan terjadi
luka bakar saat menghirup uap panas tersebut (Singh, 2004).
Tindakan steam inhalation ini bertujuan untuk meningkatkan rasa
nyaman pada balita yang menderita pneumonia. Hal ini dilakukan karena
pada anak pneumonia akan mengalami sesak napas. Keadaan sesak ini akan
menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak. Oleh karena itu dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat anak harus memperhatikan
kebutuhan rasa nyaman pada anak dengan mempertimbangkan asuhan
keperawatan yang komprehensif, meliputi fisik, sosiokultural, lingkungan
dan psikospiritual (Kolcaba, 2005).

2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan evidence based nursing practice mengenai pengaruh
steam inhalation terhadap bersihan jalan nafas pada anak dengan infeksi
saluran pernafasan di ruang anak lantai dasar RSUP dr. Kariadi
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui keefektifan steam inhalation dengan uap minyak kayu
putih terhadap bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA
b. Membuktikan apakah steam inhalation dengan uap minyak kayu
putih terhadap bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA dapat
diterapkan

C. MANFAAT
Hasil intervensi yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan
sebagai intervensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan
pengetahuan dan masyarakat dapat menerapkan pemanfaatan uap minyak
kayu putih terhadap bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT ISPA


1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA
atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common
cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis,
sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan
infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan
oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini
adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia
aspirasi (Hidayat, 2008).
2. Etiologi Bronkopneumonia
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Wijayaningsih, 2013).
3. Manifestasi Klinis
Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam tanda
dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek,
sakit telinga dan demam. Berikut gejala ISPA menurut Nelson (2013)
dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut :
1) Gejala dari ISPA ringan Seseorang balita dinyatakan menderita
ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a) Batuk

4
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis)
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
2) Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per menit
atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39°C
c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
3) Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah
4. Patofisiologi ISPA
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh
membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung

5
disaring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel
debu yang halus akan terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia
mendorong membran mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah
superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan
akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat
sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan makrofage
di saluran pernafasan. Akibat dari dua hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernafasan.

B. STEAM INHALATION
Steam inhalation (inhalasi uap) adalah menghirup uap hangat dari
air mendidih (Akhavani, 2005). Penguapan tersebut menggunakan air panas
dengan suhu 42o-44oC (Hendley, Abbott, Beasley & Gwaltney, 1994).
Tindakan ini memiliki sejumlah efek terapeutik, diantaranya berguna untuk
mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta dibawah saluran
pernapasan. Penguapan ini juga berguna sebagai ekspektoran alami dan
penekan batuk.
Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam
penggunaan metode terapi yang paling sederhana dan cepat. Cara kerja dari
inhalasi ini adalah uap masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh, dengan mudah
akan melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli
(Buckle, 1999). Uap dari air panas tersebut dapat bermanfaat sebagai terapi.
Selain itu juga uap air panas dapat membantu tubuh menghilangkan produk
metabolisme yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Uap air panas dapat
membuka pori-pori, merangsang keluarnya keringat, membuat pembuluh

6
darah melebar dan mengendurkan otot-otot (Horay, Harp & Soetrisno,
2006). Adapun efek terapi uap menurut Crinion (2007) adalah dapat
meningkatkan konsumsi oksigen, denyut jantung meningkat dan dapat
terjadi pengeluaran cairan yang tidak diperlukan tubuh seperti
mengencerkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan.
Penelitian lain terkait pemberian steam inhalation diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendley, Abbott, Beasley dan
Gwaltney (1994). Tujuan penelitian ini adalah pemberian inhalasi uap
melalui hidung yang diusulkan sebagai pengobatan pilek yang disebabkan
oleh virus, dengan asumsi bahwa adanya peningkatan suhu intranasal akan
menghambat replikasi rhinovirus. Desain penelitian menggunakan
randomized controlled trial dan jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 20 peserta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
inhalasi uap melalui hidung tidak berpengaruh pada pelepasan virus yang
dilakukan pada kelompok intervensi.
Penelitian lain yang dilakukan Singh (2004) bertujuan untuk menilai
efek dari menghirup uap air panas dengan bantuan sebuah alat yang
dirancang untuk memberikan uap air panas ke rongga hidung. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian steam inhalation dapat
menghilangkan gejala terutama pada gejala flu biasa.
Namun, perlu diperhatikan pula kekurangan dari tindakan
pemberian uap air panas ini yaitu kemungkinan terjadi luka bakar saat
menghirup uap panas tersebut. Menurut data dilaporkan terjadi luka bakar
pada anak usia diatas 6 bulan selama pemberian inhalasi uap hal ini luas 3%
menjadi 6% dari luas permukaan tubuh total. Luka bakar tersebut
disebabkan oleh semangkuk air tumpah ke dada. Disarankan pada saat
dilakukan inhalasi uap anak dipangku oleh orang tuanya (Murphy, Murray,
Smith & David, 2004).
Berikut ini teknik pemberian steam inhalation yang diambil dari
beberapa literatur yaitu terlebih dahulu membuat corong dari sebuah kertas
yang digulung, adalah cara yang baik untuk menghirup uap air dari

7
mangkuk atau gelas. Kemudian menempatkan air panas mendidih dengan
suhu 42o-44oC dalam mangkuk atau gelas. Anak menghirup uap selama 10-
15 menit dilakukan 2 sampai 4 kali sehari, dan minyak kayu putih
(Eucalyptus globulus) dapat ditambahkan ke air panas tersebut untuk
meningkatkan efektivitas (Wong, 2008).

8
BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan Solusi yang Ditawarkan


Step 0: Menumbuhkan semangat berpikir kritis (bertanya dan menyelidiki)
Step 1: Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan PICO/PICOT
format
P : Anak dengan ISPA
I : Pemberian uap air panas dengan menggunakan minyak
kayu putih
C :-
O : Bersihan jalan nafas
T : 1 kali selama 10 menit
Step 2: Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelititan) yang
paling relevan dengan PICO/PICOT
Perancang mencari artikel mengenai pengaruh steam inhalation terhadap
bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA
Step 3: Melakukan penilaian kritis terhadap bukti-bukti (artikel penelititan)
Step 4: Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelititan) terbaik dengan
pandangan ahli di klinik serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi
pasien dalam membuat keputusan atau perubahan
Step 5: Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan
berdasarkan bukti-bukti.
Perancang melakukan evaluasi intervensi dan mengkaji ulang manfaat
intervensi dalam perubahan pelayanan berdasar EBP dengan kualitas baik.
Step 6: Menyebarluaskan hasil dari EBP
Perancang menyusun proposal hingga presentasi laporan hasil dari intervensi
yang telah dilakukan sebagai penerapan EBP

9
B. Target
Target ditujukan pada pasien anak dengan ISPA (gangguan
pernafasan). Luaran dengan kriteria hasil adalah mencatat perubahan
frekuensi nafas dan efektivitas untuk melancarkan jalan nafas.

C. Prosedur Pelaksanaan
Berikut ini teknik pemberian steam inhalation yang diambil dari
beberapa literatur yaitu terlebih dahulu membuat corong dari sebuah kertas
yang digulung, adalah cara yang baik untuk menghirup uap air dari
mangkuk atau gelas. Kemudian menempatkan air panas mendidih dengan
suhu 42o-44oC dalam mangkuk atau gelas. Anak menghirup uap selama 10-
15 menit dan minyak kayu putih (Eucalyptus globulus) dapat ditambahkan
ke air panas tersebut untuk meningkatkan efektivitas (Wong, 2008).

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Ibu pasien anak usia 5 bulan dengan ISPA mengeluhkan nafas
pasien bersuara seperti orang ngorok (ronkhi) dan anak tampak gelisah sulit
tidur, sering menangis. Oleh karena itu telah diberikan intervensi selama
kurang lebih 2 hari dilakukan terapi steam inhalation menggunakan air
panas dan minyak kayu putih sebanyak 2 kali perlakuan selama 10 menit
sudah tampak perubahan pada klien yaitu frekuensi napas menjadi normal,
batuk berkurang, bunyi napas grok-grok (ronkhi) berkurang, mengencerkan
dahak dan klien tampak lebih rileks.
Berikut tabel pre dan post perlakuan :
Hari ke- Tanggal Pre Post
1 07/11/2019 RR : 45 x/menit, RR : 40 x/menit,
Terdengar jelas suara Suara ronkhi berkurang,
ronkhi, Lebih tenang
Gelisah
2 08/11/2019 RR : 46 x/menit RR : 42 x/menit
Terdengar jelas suara Suara ronkhi berkurang,
ronkhi, Lebih tenang
Gelisah

B. PEMBAHASAN
Tindakan yang dilakukan pada klien yaitu terapi steam inhalation
dengan air panas dan minyak kayu putih. Pemberian terapi steam inhalation
dilakukan ketika klien mulai batuk-batuk, muncul suara nafas tambahan
(ronkhi). Tindakan inhalasi manual dilakukan pada hari pertama dan kedua
pada pagi dan malam hari dengan cara anak digendong ibunya dengan posisi
badan disandarkan pada bahu ibu, menundukkan kepala pasien kurang lebih

11
15 cm diatas sebuah gelas yang berisi air panas yang sudah diberi 5 tetes
minyak kayu putih guna memperkuat efeknya, lalu perlahan hirup uapnya
dengan hati-hati, kemudian dihirup secara lebih mendalam, ini dapat
dilakukan sampai air sudah tidak terasa panas atau uap dalam air sudah
habis (kurang lebih 10 menit). Inhalasi manual ini bermanfaat untuk
mengencerkan dahak, melancarkan jalan napas, dan juga untuk
menghindarkan terjadinya peradangan di rongga samping hidung (Tjay,
2010).
Menurut Hendley, Abbott, Beasley & Gwaltney (1994), tindakan ini
memiliki sejumlah efek terapeutik, diantaranya berguna untuk
mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta dibawah saluran
pernapasan. Penguapan ini juga berguna sebagai ekspektoran alami dan
penekan batuk.
Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca
leucadendra dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole).
Hasil penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole
memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating
(melegakan pernafasan), anti inflamasi dan menurunkan rata-rata
eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan baik seperti pada kasus
pasien dengan asma dan rhinosinusitis. Selain itu efek penggunaan
eucalyptus untuk terapi bronkhitis akut terukur dengan baik setelah
penggunaan terapi selama empat hari. Nadjib dkk (2014) dalam
penelitiannya menyebutkan terdapat bukti yang menunjukkan bahwa uap
minyak esensial dari Eucalyptus globulus efektif sebagai antibakteri dan
layak dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan
pasien dengan infeksi saluran pernapasan di rumah sakit.

12
BAB VI
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari hasil yang didapatkan, setelah diberikan steam inhalation
dengan menggunakan air panas dan minyak kayu putih dapat
mengurangi masalah bersihan jalan napas klien dan klien tampak lebih
rileks. Sehingga disimpulkan bahwa pemberian steam inhalation
dengan menggunakan minyak kayu putih dapat diterapkan di ruangan.
Perlakuan ini memperoleh hasil bahwa terapi steam inhalation yang
dilakukan pada anak A sebanyak 2 kali dalam waktu 10 menit yang
dapat membuat klien tampak rileks, mengurangi batuk dan dahak pada
anak A sehingga terapi steam inhalation dapat menjadi salah satu cara
yang efektif dan mudah dilakukan untuk mengatasi masalah bersihan
jalan napas di rumah sakit maupun dirumah.

B. SARAN
Untuk perawat dapat menerapkan teknik steam inhalation dengan
menggunakan minyak kayu putih menjadi salah satu cara non
farmakologi untuk mengatasi bersihan jalan napas pada anak dengan
ISPA agar memberikan kenyamanan kepada pasien dan pasien dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.

13
14

Anda mungkin juga menyukai