Anda di halaman 1dari 50

ANASUHAN KEPERAWATAN LIMFADENOPATI

COLLI PADA An. F DI RUANG JASMINE

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Limfadenopati adalah ketidak normalan kelenjar getah bening dalam


ukuran, konsistensi, atau pun jumlahnya. Pada daerah leher ( cervical ),
pembesaran kelenjar getah bening didefinisikan bila kelenjar membesar
lebih dari diameter 1 cm. Pembesaran kelenjar getah bening dapat
dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan generalisata.

B. Etiologi

1. Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan


pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus,
influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus Coronavirus, Adenovirus
ataupun Retrovirus. Virus lainnya, Ebstein Barr Virus ( EBV ),
Cytomegalo Virus ( C M V ) , Rubela, Rubeola, Varicella - zooster
Virus, herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ).

2. Infeksi bakteri disebabkan streptokokus beta hemolitikus Grup A atau


stafilokokus aureus.

3. Keganasan

Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo - sarkoma


dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosi
defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh
karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan
biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi.
4. Obat – obatan

Obat – obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.


Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat – obatan seperti
fenitoin dan isoniazid. Obat – obatan lainnya seperti allupurinol,
atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosprin, emas, hidralazine,
penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac.

5. Imunisasi

Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati didaerah


leher, seperti imunisasi DPT, polio atau tifoid.

6. Penyakit sistemik lainya

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah


limfadenopati adalah penyakit kawasaki, penyakit
Castelman, Sarcoidosis, Rhematoid rthritis dan Sisestemic lupus
erithematosus ( SLE )

C. Patofisiologi

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan


sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan
interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk
dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali ke darah
vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang
menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam
perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang
terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan
demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk
kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut
tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan
sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan - bahan melalui
pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi
pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian
dari eksudat. Sebaliknya, agen - agen yang dapat menimbulkan cedera
dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer
ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen
yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh
penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui
oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau
bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati
kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. ( Price, 1995 ).

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan


petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut
secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan darah, foto
rontgen, serologi, uji kulit ).

Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas


tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. ( Harrison, 1999 ).
Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui
operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu
secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini
dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000 ).
Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk
kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000 ).
Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat,
pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah
tidak berubah, seperti biasa. ( Oswari, 2000 ).
D. Pathway

Infeksi virus, Infeksi bakteri, Keganasan, Obat – obatan, Imunisasi,


Penyakit sistemik lainya

Penembusan cairan intersitial


Ke dalam saluran limfe jaringan

Radang Hipertermi Limfe

Terjadi kenaikan Menuju sentral dalam tubuh


aliran limfe
pada daerah peradangan
Bergabung kembali ke vena

pebulu darah vena


yang terkecil kandungan protein bertambah
agak meregang

banyak cairan intersitial


masuk ke pembulu limfe

menekan organ Terjadi bengkak


pernapasan
pola nafas dilakukan tindakan invasif atau pembedahan
cemas
tidak efektif

resiko infeksi nyeri akut

E. Manifestasi Klinik

1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38

2. Sering keringat malam.

3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.

4. Timbul benjolan di bagian leher.

F. Penatalaksanaan

1. PENATALAKSAAN MEDIS

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada


penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh
dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4 - 6 minggu dapat
menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan
terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat.

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif


yang biasa disebabkan oleh Staphyilococcus, aureus dan
Streptococcus pyogenes ( group A ). Pemberian antibiotik dalam 10 -
14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72
jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali
diagnosis dan penanganannya. Pembedahan mungkin diperlukan bila
dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan menggunakan USG
diperlukan untuk menangani pasien ini.

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:

a. Memonitor keadaan umum pasien, memonitor suhu tubuh pasien

b. Menjaga kebersihan saat akan memegang pasien, agar tidak


menjadi infeksi

c. Dorong pemasukan cairan,diit tinggi protein

d. Mengevaluasi nyeri secara regular

e. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada


kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan

f. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi ( USG )

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk


mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk
mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity gambaran mikronodular,
nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat
dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai
sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
2. CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan


diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk
mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall
cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang
signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

PENGKAJIAN FISIK

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan


kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan
system kekebalan tubuh.

Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB


harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya
nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan
atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah
keras atau kenyal.

1. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm


dikatakan abnormal.

2. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses


perdarahan.

3. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat


seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan
kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya
abses/pernanahan.
4. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan
bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis,
sarkoidosis atau keganasan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi

2. Pola nafas tidak efekti

3. Cemas

4. Nyeri akut

5. Resiko infeksi

C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


DP Keperawatan Keperawatan
1 Hipertermi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan Thermoregulation Fever Treatment
suhu tubuh diatas Kriteria hasil : 1. Monitor keadaan
kisaran normal a. Suhu tubuh dalam umum dan TTV setiap

Batasan rentang normal 4 -6 jam

Karakteristik : b. Tidak ada perubaan 2. Monitor warna, dan


warna kulit suhu kulit
 Konvulsi
c. Nadi dan pernafasan 3. Atur suhu ruangan
 Kulit kemerahan
dalam batas normal. 4. barikan konpres
 Peningkatan suhu hangat bila pasien
tubuh diatas dema
 Kejang 5. anjurkan memakai
 Takikardi pakaian yang bisa
menyerap keringat
 Takipnea 6. anjurkan untuk minum
banyak 1 – 2 liter /
 Kulit terasa hangat
hari
Faktor – faktor yang
7. anjurkan untuk
berhubungan :
melapor bila demam
 Anastesi
8. Monitor intake dan
 Penurunan respirasi output
 Dehidrasi 9. Kolaborasi dengan
 Pemanjaan dokter pemberian
lingkungan yang antipiratic
panas
 Penyakit

 Pemakaian pakaian
yang tidak sesuai
dengan suhu
lingkungan
 Peningkatan laju
metabolisme
 Medikasi

 Trauma

 Aktivitas berlebihan
2 Pola nafas tidak NOC : NIC :
efektif  Respiratori status : Manajemen saluran
Definisi : Ventilation\ nafas :
Inspirasi atau ekspirasi  Respiratory status : 1. Lakukan
yang tidak Airway patency penghisapan lender
memberikan ventilasi  Vital sign status bila diperlukan
yang adekuat atau Kritera hasil : 2. Beri posisi semi
keadaan dimana fowler
1. Frekuensi, kedalaman
seorang individu 3. Anjurkan pasien
nafas dalam rentang
mengalami kehilangan untuk banyak
batas normal
ventilasi 2. Tidak ada tanda – tanda istirahat
Batasan hipoksemia, hiperkapnie 4. Tingkatkan aktifitas
Karakteristik : 3. Tidak ada sianosis sesuai kebutuhan
 Dispnea, nafas 4. Tidak ada penggunaan 5. Ajarkan / bantu
pendek otot bantu pernafasan latihan nafas

 Takipnea 5. Suara nafas bersih panjang dan latihan

6. TTV dalam batas batuk


 Sianosis
normal 6. Jelaskan perubahan
 Batuk
fisiologis yang
 Penggunaan otot
menyebabkan
asesoris
perubahan pola
 Cuping hidung nafas
melebar
7. Lakukan fisioterapi
 Perubahan dada bila perli
kedalaman
Monitoring saluran
kesimetrisan /
nafas :
dinding dada
1. Pantau pola nafas
Faktor yang
2. Austalsi suara nafas
berhubungan :
3. Observasi dan catat
 Kerusakan neuro
adanya daerah
moskular
hiperventilasi atau
 Proses inflamasi suara nafas tambahan
 Spasme bronkus 4. Observasi adanya
 Bersihan jalan nafas sianosis, cuping
tidak efektif akibat hidung, retraksi dada,
produksi slem yang iritabilitas
berlebih 5. Monitor TTV pasien

 Trauma susunan
syaraf spinal
3 Kecemasan NOC NIC
Definisi : perasaan  Kontrol kecemasan Penurunan kecemasan
tidak nyaman atau  Koping  Gunakan pendekatan
kekawatiran yang Kritera Hasil : yang menyenangkan
samar disertai respon  Klien mampu  Nyatakan dengan
autonom ( sumber mengidentifikasi dan jelas harapan terhadap
sering kali tidak mengungkapkan gejala perilaku pasien
spesifik atau tidak cemas  Jelaskan semua
diketahui oleh  Mengidentifikasi prosedur dan apa
individu). Perasaan mengungkapkan dan yang dirasakan
takut yang disebabkan menunjukan teknik untuk  Pahami prospektif
oleh antisipasi terhadap mengontrol cemas pasien terhadap
bahaya. Hal ini  Vital sign dalam batas situasi stres
merupaka isyarat normal  Temani pasien untuk
kewaspadaan yang  Postur tubuh, ekspresi memberikan
memperingatkan wajah, bahasa tubuh dan kenyamanan dan
individu akan adanya tingkat aktivitas mengurangi takut
bahaya dan menunjukan  Dorong keluarga
memampukan individu berkurangnya kecemasan untuk menemani anak
untuk bertindak
 lakukan back/Neck
menghadapi ancaman.
rub
 Dengarkan dengan
Batasan
penuh perhatian
karakterisitik
 Identifikasi tingkat
1. Perilaku :
kecemasan
 Penurunan
 Bantu pasien
produktivitas
mengenal situasi yang
 Gelisah
menimbulkan
 Melihat sepintas kecemasan
 Insomnia  Dorong pasien untuk
 Kontak mata yang mengungkapkan
buruk perasaan ketakutan
 Mengekspresikan dan persepsi
kekawatiran karena  Instruksikan pasien
perubahan dalam menggunakan teknik
peristiwa hidup distraksi dan relaksas
 Agitasi  Berikan obat untuk
 Mengintai mengurangi
 Tampak waspada kecemasan
2. Affektif :
 Gelisah, Distres
 kesedihan yang
mendalam
 Ketakutan
 Perasaan tidak
adekuat
 Berfokus pada diri
sendiri
 Peningkatan
kewaspadaan
 Iritablitas
 Gugup senang
berlebihan
 Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidak berdayaan
 Bingung, menyesal
 Ragu/tidak percaya
diri
 Khawatir
3. Fisiologis :
 Wajah tegang,
Tromor tangan
 Peningkatan
Keringat
 Peningkatan
ketegangan
 Gemetar, Tremor
 Suara bergetar

4. Simpatik :
 Anoreksia
 Eksitasi,
kardiovaskuler
 Diare, mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar-
debar
 Peningkatan tekanan
darah
 Peningkatan denyut
nadi
 Peningkatan reflek
 Peningkatan
frekuensi pernafasan,
pupil melebar
 Kesulitan bernafas
 Vasokontriksi
superfisial
 Lemah, kedutan pada
otot
5. Parasimpatik :
 Nyeri abdomen
 Penurunan tekanan
darah
 Diare, Mual, Vertigo
 Letih,gangguan tidur
 Kesemutan pada
ekstremitas
 Sering berkemih
 Anyang- Anyangan
 Dorongan segera
berkemih
6. Kognitif :
 Menyadari gejala
fisiologis
 Bloking fikiran,
Konfusi
 Penurunan
kemampuan untuk
belajar
 Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
 Ketakutan terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
 lupa, Gangguan
perhatian
 Khawatir, Melamun
 Cenderung
menyalahkan orang
lain
Faktor yang
berhubungan :
 Perubahan dalam
( status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran )
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interpersonal
 Penularan penyakit
interpersonal
 Stres, Ancaman
kematian
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman pada
( status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungis
peran, konsep diri )
 Konflik tidak
didasari mengenai
nilai yng
esensial/penting
 kebutuhan yang tidak
terpenuhi
4 Nyeri akut NOC : NIC:
Definisi :  Pain level Manajemen nyeri
Pengalaman sensori  Pain control 1. Kaji keluhan nyeri,
dan emosional yang  Control level lokasi, karakteristik,
tidak menyenangkan Kriteria hasil : kualitas, dan
yang muncul akibat beratnya nyeri.
kerusakan jaringan  Mengontrol nyeri, 2. Observasi reaksi
yang actual atau dengan indicator : non verbal dari
potensial digambarkan  Mengenal faktor – ketidak nyamanan
dalam hal kerusakan faktor penyebab nyeri 3. Berikan lingkungan
sedemikan rupa  Mampu menggunakan yang nyaman
Batasan karakteristik tehnik non farmakologi 4. Ajarkan tehnik
: untuk mengurangi nyeri relaksasi nafas
 Perubahan selera  Menggunakan analgetik panjang sebelum
makan  Melaporkan gejala – atau sesudah nyeri
 Perubahan tekanan gejala nyeri pada tim berlangsung
darah kesehatan 5. Tingkatkan istirahat
 Perubaha frekuensi  Nyeri terkontrol yang adekuat untuk
jantung  Menunjukan tingkat meringankan nyeri

 Perubahan frekuensi nyeri, dengan indi Pengelolaan Analgetik :


pernafasan kator : 1.Kolaborasi dengan

 Laporan isyarat  Melaporkan nyeri dokter untuk obat,

 Frekuensi nyeri dosis dan cara


 Diaforesia
 Lama episode nyeri pemberian terapi
 Perubahan prilaku
yang diinginkan
 Ekspresi nyeri :
 Mengekspresikan
wajah 2.Berikan obat dengan
prilaku
prinsip 8 benar
 Perubahan respirasi
 Eskspresi wajah
rate 3.Dokumentasikan
 Sikap yang
 Perubahan tekanan
melindungi area
darah
nyeri
 Kehilangan nafsu
 Fokus menyempit
makan
 Indikasi nyeri yang
 Tingkat kenyamanan,
dapat diamati
dengan indicator
 Perubahan posisi
:Klien melaporkan
untuk menghindari
kebutuhan tidurdan
nyeri
istirahat tercukupi
 Sikap tubuh
melindungi
 Dilatasi pupil

 Melaporkan nyeri
secara verban
 Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan :
Agen cidera biologi,
zat kimia, fisik,
psikologis
5 Resiko Infeksi NOC : NIC :
Faktor yang Kriteriaasil : 1. Monitor keadaan
berhubungan :  Klien bebas dari tanda umum dan TTV
Prosedur invasif dan gejala infeksi 2. Pantau tanda dan
 Menunjukkan gejala infeksi
kemampuan untuk 3. Bersihkan lingkungan
mencegah timbulnya setelah dipakai pasien
infeksi lain
 Jumlah leukosit dalam 4. Batasi pengunjung
batas normal bila perlu
 Menunjukan prilaku 5. Intruksikan pada
hidup sehat keluarga dan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
dan setelah
kontakdengan pasien
dan lingkungan pasien
6. Berikan perawatan
kulit pada area luka
7. Cuci tangan saat
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
8. Pertahankan
lingkungan yang
aseptik selama
tindakan keperawatan
9. Tingkatkan intake
nutrisi
10. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi dan cara
menghindari infeksi
11. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian terapi
antibiotik

III. PEMBAHASAN KASUS

A. IDENTITAS

Unit : Rawat inap


Ruang / kamar : Jasmine / 223 bed 3

Tanggal masuk RS : 11 Oktober 2018, Jam 09.00

Tanggal pengkajian : 11 Oktober 2018, Jam 12. 15

1. Identitas Pasien

Nama : An. F

Umur : 6 tahun 11 Bulan

Tanggal lahir : 06 Desember 2011

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Menikah

Pekerjaan : Belum bisa dikaji

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia

Alamat : Tangerang

Diagnosa medik : Limpadenopati Colli

No. RM : 01 – 00014240

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. N
Alamat : Tangerang
Hubungan dengan pasien : Orang tua

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian dilakukan : tanggal 11 Oktober 2018
2. Pengkajian diperoleh dari : orang tua
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua mengatakan kurang lebih satu minggu anak mengeluh
nyeri hilang timbul di leher bagian kiri atas tepatnya di bawa
telinga. Mulai sabtu terdapat benjolan di leher sebelah kiri dan
semakin membesar, benjolan sebesar telur ayam kampung.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua mengatakan anak belum pernah rawat inap
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
asma, DM, hipertensi,hepatitis.
6. Alat Kesehatan Yang Terpasang
Tidak terpasang alat kesehatan
7. Riwayat Pemeriksaan Radiologi Yang Dilakukan
Foto Thorak PA, USG Colli
8. Riwayat Alergi
Orang tua mengatakan anak tidak memiliki alergi obat maupun
makanan

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Kesadaran
Kualitatif : Compos Mentis.
Kuantitatif : Eye (mata) :4
Motorik ( gerakan ) : 6
Verbal ( bicara ) :5
( Pasien sadar penuh )
b. Tanda – tanda vital
TD = 100 / 70 mmHg
Nadi = 92 x / menit
Suhu = 36 oC / axial
RR = 22 X / menit
c. Berat badan : 27 kg, Tinggi badan :123 cm, Lingkar perut : 55
cm
d. Rambut Kepala : bentuk kepala normal, rambut bersih
e. Mata : Normal
f. Hidung : Normal
g. Bibir : Simetris, mukosa bibir lembab
h. Mulut : Bersih
i. Lidah : Bersih, tidak ada kelainan
j. Gigi : terdapat caries gigi
k. Telinga : Bersih
l. Leher : terdapat benjolan di leher sebelah kiri tepatnya dibawa
telinga kiri sebesar telur ayam kampung.
m.Dada : Normal
n. Kardiovaskuler
 Warna kulit : normal

 Nyeri dada : tidak ada

 Denyut nadi : teratur

 Sirkulasi : akral hangat

 Palpasi : kuat
o. Respirasi
 Pola nafas : normal

 Irama nafas : teratur

 Kesulitan bernafas : tidak ada

 Batuk dan sekresi : tidak ada batuk


p. Gastrointestinal
 Abdomen : supel

 Perubahan BB : Tidak ada perubahan BB

 Benjolan atau Masa : tidak ada benjolan atau masa

 Nafsu Makan : nafsu makan baik


q. Neurologi
 Penglihatan : tidak ada kelainan

 Pendengaran : tidak ada penggunaan alat bantu dengar

 Bicara : jelas

 Sensorik : tidak ada kelainan

 Motorik : tidak ada kelainan

 Kekuatan otot : 5 5
5 5

D. PENILAIANPERSISTEM
1. Kenyamanan
o Apakah ada nyeri : Ada

2. Kebutuhan istirahat tidur : tidak ada kelainan


3. Pengkajian Fungsi
o Kemampuan melakukan aktifitas sehari – hari : Bantuan
sebagian
o Aktifitas : Duduk dan berjalan

o Berjalan : Tidak ada kesulitan

o Alat ambulasi : Tidak ada penggunan alat ambulasi

4. Ekstermitas atas dan bawa : Tidak ada kelaina dan kesulitan


5. Integument
o Warna : normal

o Tugor : sedang

o Kulit : normal Proteksi

6. Proteksi
o Status mental : kooperatif

o Status psikologis : cemas, anak menangis dan memberontak


ketika anak masuk ke ruang operasi
o Penggunaan restrain : tidak ada penggunaan restrain

7. Eliminasi
o BAB : Normal

o BAK : Normal

8. Kebutuhan Komunikasi
o Bicara : normal

o Bahasa sehari – hari : Indonesia aktif

o Perlu penterjemah : tidak

o Hambatan belajar : tidak ada

o Cara belajar yang disukai : mendengarkan

o Tingkat pendidikan : SD kelas 1

o Pasien / keluarga menginginkan informasi tentang : proses


penyakit dan terapi
9. Spiritual
o Agama : Islam

o Mengungkapkan keperihatinan yang berhubungan dengan


rawat inap : tidak
10.Sistem Sosial
o Pekerjaan : Pelajar

o Tinggal Bersama : Orang tua

o Kondisi lingkungan Rumah

 Kondisi Lantai : tidak licin


 Tangga rumah : ada
 WC : aman dan
 Penerangan Tempat Tidur : cukup
 Kebersihan Lingkungan : bersih ( tidak ada barang yang
membahayakan )

E. PENGKAJIANKHUSUPEDIATRIK
1. Riwayat Prenatal : tidak ada masalah
2. Riwayat ketergantungan : tidak ada ketergantungan
3. Riwayat kelahiran
4. Ditolong oleh : Dokter
5. Usia kandungan : cukup bulan
6. Metode persalinan : Sectio Cesaria
7. Antropometri saat lahir :
a. BB: 3500 gr
b. PB : 49 cm
8. Riwayat Tumbuh Kembang
a. ASI, sampai umur : 2 Tahun
b. Susu Formula dimulai umur : 6 bulan
c. Makanan tambahan dimulai umur : 6 bulan
d. Makanan padat, dimulai umur : 1 tahun
e. Tengkurap : 4 bulan
f. Mengoceh : 4 bulan
g. Duduk : 6 bulan
h. Merangkak : 7 bulan
i. Berdiri : 9 bulan
j. Berjalan : 10 bulan
k. Tumbuh gigi : 1 tahun
9. Riwayat Imunisasi

Imunisasi 1 2 3 4 5 6
BCG V
Hepatitis B V V
DPT V V V
Polio V V V
Campak V

10. Pengkajian Resiko Jatuh Humpty Dumpty


Parameter Kriteria Nilai Skore
Usia □ <3 tahun 4
□ 3 – 7 tahun 3 3
□ 7 – 13 tahun 2
□ ≥ 13 tahun 1
Jenis Kelamin □ Laki – laki 2 2
□ Perempuan 1
Diagnosis □ Diagnosis neurologi 4
□ Perubahan oksigenasi ( diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, 1
sinkop, pusing,dsb ) 2
□ Gangguan Prilaku / Psikiatrik 1
□ Diagnosis lainnya
Gangguaan Kognitif □ Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
□ Lupa akan adanya keterbatasan 1
□ Orientasi baik terhadap dirinya sendiri 2
1
Faktor Lingkungan □ Riwayat jatuh / bayi diletakan di tempat 4
tidur dewasa
□ Pasien menggunakan alat bantu/ bayi 3 2
diletakan dalam tempat tidur bayi / perabot 2
rumah
1
□ pasien diletakan di tempat tidur
□ Area di luar rumah sakit
Respon terhadap : □ Dallam 24 jam 3
1. Pembedahan / □ Dallam 48 jam 2 3
sedasi / anestesi □ >48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan / sedasi / anestesi
2. Penggunaan medika □ penggunaan multiplesedative, obat 3
metosa hypnosis, barbuturate, fenotiazin,
antidepresant, narkose 2
□ penggunaan salah satu obat diatas 2

□ penggunaan obat medikasi lainnya / tidak 1

ada medikasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah

Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


11 Oktober HEMATOLOGI
2018
DarahRutin
Hemoglobin 11,1 g /dL 12,0 – 15,0
Hematokrit 33 % 35 – 49
Leukosit 14310 10^3 / ul 4500– 1350
Eritrosit 4, 32 M / ul 4,00 – 5,20
Trombosit 497000 K / ul 150000– 450000
RDW 12, 8 % 11,5 – 14, 5
Nilai Eritrosi Rata–Rata
MCV 76 Fl 80 – 94
MCH 26 Pg 26 – 32
MCHC 34 % 32 – 36
LED 24 mm / 0 – 20
jam
HitungJenis
Basofil 0, 8 % 0,0 – 2, 0
Eosinofil 1, 1 % 1,0 – 4, 0
Segmen 73, 9 % 30, 0 – 60, 0
Limfosit 18, 3 % 29, 0 – 65, 0
Monosit 5, 9 % 0 – 20, 0
Kimia Klinik
FungsiHati
SGOT 33 U/L <31
SGPT 8 U/L <34
FungsiGinjal
Urea 2, 3 mg / dl 13 – 43
Creatinin 0.4 mg / dl 0,6 – 1, 1
Diabetes
Gula Dara Sewaktu 97 mg / dl Konsensus DM
2011
Normal : <100
DM : 100 – 199
DM : >=200
Bayi : 40 – 60
IMUNO – SEROLOGI
Hepatitis
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
Anti HIV Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
Koagulasi
Masa Protombin
Hasil 11, 0 Detik 9, 7 – 13, 1
INR 1, 0 - -
Kontrol 11, 8 Detik 9, 3 – 12, 5
Aptt
Hasil 35, 6 Detik 25, 5 – 42, 1
Kontrol 34, 4 Detik 27,9 – 37, 7

2. Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan Foto Thorax PA
Kesan : Cor tak membesar
Paru dalam batas normal

2. Pemeriksaan USG
Kesan : Cenderung suatu abses di coli sinistra dan limfadenopaty
colli bilateral multiplel

G.Therapi Yang Didapat

Tanggal Nama Obat Dosis Frekuensi Rute


11 Oktober 2018 Cefratam 500 mg 3x Intravena
OMZ 15 mg 1x Intravena
Ketrobat 10 mg 3x Intravena
Infus RL 19 tpm Intravena
12 Oktober 2018 Novalgin 3,5 ml 3x Per oral

H. Analisa Data Dan Intervensi Keperawatan Pre Operasi


No. Analisa Data Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
DP Keperawatan Hasil

2 DS : Pasien Kecemasan NOC NIC


mengatakan takut Faktor yang  Kontrol kecemasan Penurunan kecemasan
untuk masuk dan berhubungan :  Koping  Gunakan pendekatan
menjalani operasi Setelah dilakukan yang menyenangkan
 Prosedur
DO : tindakan keperawatan  Nyatakan dengan jelas
pembedahan
selama 3 x 24 jam harapan terhadap
Keadaan umum
diharapkan kecemasan perilaku pasien
tampak sakit
bisa di atasi  Jelaskan semua
sedang, akral
Kritera Hasil : prosedur dan apa yang
hangat nadi kuat,
 Klien mampu dirasakan
kesadaran kompos
mengidentifikasi dan  Pahami prospektif
mentis, GCS 15,
mengungkapkan pasien terhadap situasi
pasien tampak
gejala cemas stres
cemas dan
 Mengidentifikasi  Temani pasien untuk
ketakutan saat
mengungkapkan dan memberikan
masuk ke ruang
menunjukan teknik kenyamanan dan
operasi, pasien juga
untuk mengontrol mengurangi takut
menangis dan
cemas  Dorong keluarga untuk
berontak saat mau
 Vital sign dalam menemani anak
masuk ke ruang
batas normal
operasi.  lakukan back/Neck
 Postur tubuh,
ekspresi wajah, rub
bahasa tubuh dan  Dengarkan dengan
tingkat aktivitas penuh perhatian
menunjukan  Identifikasi tingkat
berkurangnya kecemasan
kecemasan  Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
dan persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
distraksi dan relaksas
 Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

No Analisa Data Diagnosa NOC NIC


1 DS : Pasien Nyeri Setelah dilakukan 1. Pantau hebatnya
mengatakan nyeri Faktor yang tindakan keperawatan nyeri, tentukan
di leher sebelah kiri berhubungan : selama 1 x 24 jam, lokasi, jenis,
tepatnya dibawa Agen cidera nyeri berkurang kualitas, faktor yang
telinga kiri biologis dengan kriteria hasil: meningkatkan rasa
DO :  Mampu mengontrol nyeri, serta tanda dan

Keadaan umum nyeri ( tahu penyebab gejala yang

tampak sakit nyeri, mampu menunjang.

seadang akral menggunakan tehnik 2. Dorong pasien untuk


hangat nadi kuat, nonfarmokologi mengungkapkan
kesadaran compos untuk mencari nyeri, rasasakitnya
mentis, GCS 15, mencari bantuan ) 3. Anjurkan pasien
terdapat benjolan di  Melaporkan bahwa untuk istirahat yang
leher sebelah kiri nyeri berkurang cukup
tepatnya dibawa dengan menggunakan 4. Ciptakan lingkungan
telinga kiri dan manajemen nyeri. yang tenang dan
pasien tampak  Expresi wajah nyaman
meringis kesakitan tenang. 5. Berikan kesempatan
bila di sentuh  Menyatakan rasa untuk istirahat
daerah benjolan. nyaman setelah nyeri selama nyeri nyeri
Faktor pencetus berkurang timbul
( P ) : Benjolan  Tanda vital dalam 6. Ajarkan atau berikan
Kualitas nyeri batas normal penkes tentang
( Q ) : nyeri tajam tehnik relaksasi nafas
Lokasi nyeri ( R ) : dalam
nyeri pada leher 7. Bantu dengan metode
sebelah kiri distraksi seperti
Skala nyeri ( S ) : 2 mendengarkan
Pola serangan musik, menonton TV,
( T ) : terus membaca atau
menerus mengusap.
Tanda – tanda vital 8. Kolaborasi dalam
TD : 100 / 80 pemberian obat
mmHg analgetik.

Suhu : 36,7 oC /
axial
Nadi : 115 x / menit
Pernafasan : 24 x /
menit

I. Implementasi Pre Operasi

TGL / IMPLEMENTASI EALUASI


JAM
11  Menerima PB dari poli bedah, melakukan S:
Oktober pengkajian dan edukasi pasien baru, Ibu pasien mengatakan anaknya nyeri di
2018  Mengobservasi keadaan umum tampak leher kiri dan takut akan dilakukan
09.00 sakit sedang, akral hangat nadi kuat, GCS tindakan operasi.
15 kesadaran compos mentis, orang tua O:
mengatakan anak mengeluh nyeri pada Keadaan umum tampak sakit sedang
leher kiri sejak kurang lebih satu minggu, akral hangat nadi kuat, kesadaran compos
mulai sabtu ada benjolan sebesar telur mentis, GCS 15, Suhu : 36.8 oC / axial,
ayam di leher kiri dan semakin membesar, Nadi : 98 x / menit, Pernafasan : 23 x /
nafsu makan masi mau, skala nyeri 2. menit, skala nyeri 2, Pasien tampak
 Mengukur TTV ketakutan, cemas dan terus menangis.
 TD : 100 / 70 mmHg A : - Nyeri
 Suhu : 36,8 oC / axial - Kecemasan

 Nadi : 98 x / menit P:

 Pernafasan : 23 x / menit 1. Observasi keadaan umum dan


TTV
2. Observasi skala nyeri
3. Observasi tingkat kecemasan
pasien
4. Ajarkan teknik distraksi
5. Lakukan pendekatan dan bina
hubungan saling percaya
6. Berikan edukasi dan jelaskan
tentang prosedur operasi
7. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan nyaman
10.00  Selesai memasang infus RL untuk 19 tpm,
dengan iv cat no. 22 di vena metacarpal
dextra, infus menetes lancar dan tidak ada
tanda – tanda plebitis
 mengkaji tingkat kecemasan pasien, pasien
masih takut
 Mengobservasi nyeri dan benjolan di leher
sebelah kiri pasien meringis kesakitan bila
di sentuh.
 Mendampingi dokter untuk memberikan
penjelasan tentang prosedur tindakan
operasi
 menciptakan lingkungan yang nyaman
mengajarkan tehnik dikstraksi dengan
menonton TV
11.00  Menyiapkan pasien untuk operasi
 Melakukan skintes antibiotik cefratam
hasilnya negatif
 Melakukan observasi tingkat kecemasan
pasien, memberikan edukasi, pendekatan
terhadap pasien dan membina hubungan
saling percaya dengan pasien
11.30  Mengantar pasien keruang operasi
J. Analisa Data Post Operasi

No Analisa Data Diagnosa NOC NIC

1 DS : Pasien Nyeri Setelah dilakukan 9. Pantau hebatnya nyeri,


mengatakan nyeri Faktor yang tindakan tentukan lokasi, jenis,
pada luka operasi berhubungan : keperawatan kualitas, faktor yang
yang ada di leher kiri Agen cidera selama 3 x 24 jam, meningkatkan rasa
DO : fisik : tindakan nyeri berkurang nyeri, serta tanda dan

Keadaan umum operasi luka dengan kriteria gejala yang menunjang.

tampak sakit seadang insisi post exisi hasil: 10. D


akral hangat nadi biopsi di leher  Mampu orong pasien untuk
kuat, kesadaran kiri mengontrol nyeri mengungkapkan
compos mentis, GCS ( tahu penyebab rasasakitnya
15, terdapat luka nyeri, mampu 11. A
operasi di leher kiri menggunakan njurkan pasien untuk
tertutup tegaderm pad tehnik istirahat yang cukup
dan tidak ada nonfarmokologi 12. C
rembesan, pasien untuk mencari iptakan lingkungan yang
tampak meringis nyeri, mencari tenang dan nyaman
kesakitan. bantuan )
13. B
Faktor pencetus ( P ) :  Melaporkan erikan kesempatan
luka operasi bahwa nyeri untuk istirahat selama
Kualitas nyeri ( Q ) : berkurang dengan nyeri nyeri timbul
nyeri tajam menggunakan
14. A
manajemen nyeri.
Lokasi nyeri ( R ) : jarkan atau berikan
nyeri pada leher  Expresi wajah penkes tentang tehnik
sebelah kiri tenang. relaksasi nafas dalam
Skala nyeri ( S ) : 4  Menyatakan rasa 15. B
nyaman setelah antu dengan metode
Pola serangan ( T ) :
nyeri berkurang
terus menerus  Tanda vital dalam distraksi seperti
Tanda – tanda vital batas normal mendengarkan musik,

TD : 100 / 80 mmHg menonton TV, membaca


atau mengusap.
Suhu : 36,7 oC / axial
16. K
Nadi : 115 x / menit
olaborasi dalam
Pernafasan : 24 x /
pemberian obat
menit
analgetik.
2 DS :- Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor keadaan umum

DO : Terdapat luka Faktor yang tindakan dan TTV

operasi dileher berhubungan : keperawatan selama 2. Pantau tanda dan gejala


sebelah kiri atas, luka Prosedur invasif 3 x 24 jam, infeksi
tertutup kassa, diharapkan tidak

rembesan tidak ada, terjadi infeksi, 3. Bersihkan lingkungan

tidak ada bengkak dengan kriteria setelah dipakai pasien

dan kemerahan hasil : lain

 Klien bebas dari 4. Batasi pengunjung bila


tanda dan gejala perlu
infeksi
5. Intruksikan pada keluarga
 Menunjukkan
dan pengunjung untuk
kemampuan untuk
mencuci tangan saat dan
mencegah
setelah kontakdengan
timbulnya infeksi
pasien dan lingkungan
 Jumlah leukosit
pasien
dalam batas
normal 6. Berikan perawatan kulit
 Menunjukan pada area luka
prilaku hidup
7. Cuci tangan saat sebelum
sehat
dan sesudah tindakan
keperawatan

8. Pertahankan lingkungan
yang aseptik selama
tindakan keperawatan

9. Tingkatkan intake nutrisi

10. Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi dan cara
menghindari infeksi

11.Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi antibiotik

K. Implementasi Keperawatan Post Operasi

TGL / IMPLEMENTASI EALUASI


JAM
11  Menjemput pasien dari kamar operasi dan S:
Oktober operan dengan Ibu pasien mengatakan anaknya nyeri
2018  Ada pemerikasaan kultur PUS tunggu hasil pada luka operasi
14.40  Mengobservasi keadaan umum tampak O:
sakit sedang, akral hangat nadi kuat, GCS  Keadaan umum tampak sakit sedang,
15 kesadaran compos mentis, orang tua suhu : 36,7 oC, nadi : 115 x / menit,
mengatakan anak mengeluh nyeri di daerah pernafasan : 24 x / menit, skala nyeri :
operasi 4, akral hangat, nadi kuat, luka post
 Mengkaji keluhan nyeri pasien, hasil : operasi tertutup tegaderm pad,rembesan
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi tidak ada.

 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam A:

 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher 1. Cemas di stop

sebelah kiri 2. Nyeri akut

 Skala nyeri ( S ) : 4 3. Resiko infeksi


P:
 Pola serangan ( T ) : terus menerus 1. Observasi keadaan umum dan ttv

 Mengukur TTV : tiap 6 jam

 TD : 100 / 80 mmHg 2. Observasi skala nyeri

 Suhu : 36,7 oC / axial 3. Observasi daerah luka operasi


4. Ajarkan teknik distraksi
 Nadi : 115 x / menit
5. Anjurkan menjaga kebersihan
 Pernafasan : 24 x / menit
daerah luka operasi
 Menganjurkan orang tua memberikan
minum sedikit sedikit apabila sudah sadar
penuh , dan makan sedikit sedikit jam
18.00
11  Mengobservasi pasien Mual muntah tidak
Oktober ada
2018  mengajarkan tehnik distraksi dengan cara

15.30 menonton tv
 memberikan posisi nyaman
17.00  Mengobservasi pasien dan memberikan
minum sedikit – sedikit secara bertahap dan
tidak muntah.
18.00  Mengukur TTV, hasil :
 Suhu : 37, 1 oC / axial

 Nadi : 90 x / menit

 Pernafasan : 22 x / menit
 Memonitor intake : 442cc, output : 250 cc
21.00  Mengobservasi keadaan umum tampak sakit S:
sedang akral hangat, nadi kuat, kesadaran Pasien mengatakan sakit di daerah
compos mentis, GCS 15, pasien tampak luka operasi berkurang.
meringis, pasien mengatakan nyeri pada O:
leher sebelah kiri, terdapat luka operasi di Keadaan umum tampak sakit sedang,
leher sebelah kiri, luka tertutup tegadaerm akral hangat, nadi kuat, GCS 15, suhu :
pad, rembesan tidak ada 36,8 oC, nadi : 90 x / menit, pernafasan 21
 Mengkaji keluhan nyeri pasien x / menit,skala nyeri : 3, pasien tampak
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi tenang tampak luka di leher kiri tertutup
tegaderem pad, rembesan tidak ada, tanda
 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
infeksi tidak ada
 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher
A:
sebelah kiri
1. Nyeri akut
 Skala nyeri ( S ) : 3
2. Resiko infeksi
 Pola serangan ( T ) : terus menerus P:
 Mengukur TTV 1. Kaji skala nyeri pasien
 Suhu : 36,8 oC / axial 2. Kaji tanda-tanda infeksi luka

 Nadi : 90 x / menit operasi


3. Ajarkan tehnik distraksi
 Pernafasan : 21 x / menit
4. Berikan posisi nyaman
 Selesai memberikan obat ketrobat 10 mg /
5. Libatkan keluarga untuk menjaga
iv
kebersihan luka operasi
 mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
dengan Menganjurkan untuk tarik nafas
panjang bila nyeri muncul dan mengalihkan
dengan menonton tv.
Tgl/jam IMPLEMENTASI EVALUASI
22.00  Menganjurkan pasien untuk istirahat
 Menganjurkan orang tua untuk selalu menutup
pagar pengaman tempat tidur
24.00  Mengontrol pasien,pasien tidur infus lancar

05.00  Memandikan pasien dan menganjurkan orang


tua untuk selalu menjaga kebersihan dan
mencuci tangan
 Mengajarkan orang tua untuk menjaga
kebersihan luka dengan cara luka operasi
jangan sampai basah atau terkena air bila
di mandikan.
06.00  Mengukur TTV :
 Suhu : 36 oC / axial

 Nadi : 90 x / menit

 Pernafasan : 24 x / menit
 Menghitung intake : 1847cc, output : 1398,
balance cairan : +449
12  Mengobservasi keadaan umum tampak sakit S:
Oktober sedang akral hangat, nadi kuat, GCS 15, Pasien mengatakan nyeri luka
2018 pasien mengatakan nyeri di leher sebelah kiri operasi berkurang
08.00 berkurang, terdapat balutan di leher kiri,luka O:
tertutup tegaderm pad, rembesan tidak ada, Keadaan umum tampak sakit
tanda-tanda infeksi luka operasi tidak ada, sedang, akral hangat, nadi
mual dan muntah tidak ada kuat, kesadaran Compos
 Mengkaji keluhan nyeri pasien Mentis, GCS 15, suhu : 36,7
o
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi C, nadi : 100 x / menit,
pernafasan 22 x / menit, skala
 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
nyeri : 3, pasien tampak
 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher sebelah
tenang, tampak luka di leher
kiri
kiri tertutup tegaderem,
 Skala nyeri ( S ) : 2
rembesan tidak ada, tanda
 Pola serangan ( T ) : kadang-kadang infeksi tidak ada

 Mengukur TTV A:
1. Nyeri akut
 Suhu : 36,7 oC / axial
2. Gangguan intergritas
 Nadi : 100 x / menit
kulit
 Pernafasan : 22 x / menit 3. Resiko infeksi
 Selesai memberikan obat : P:
1. Cefratam 500 mg /iv 1. Observasi TTV dan
2. OMZ 15 mg / iv keadaan umum
3.ketrobat 10 mg / iv 2. Observasi kulit sekitar
operasi
3. Kaji skala nyeri pasien
4. Berikan posisi nyaman
5. Ajarkan tehnik
relaksasi dan dikstraksi
6. Anjurkan agar luka
operasi tetap tetap
kaering dan bersih
09.00  menciptakan lingkungan yang nyaman
 mengajarkan tehnik dikstraksi dan relaksasi
apabila nyeri timbul
10.00  Menganjurkan untuk beristirahat
11.00  Menciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
 menganjurkan orang tua untuk selalu menjagta
kebersihan daerah luka operasi dan selalu
mencuci tangan 6 langkah
12.00  Membantu pasien serta melibatkan keluarga
untuk makan pemberian ( diet TKTP ) makan
habis 1 porsi, mual muntah tidak ada
 memonitor intake : 690cc dan output : 450cc
 mengukur TTV
 Suhu : 36,2 oC / axial
 Nadi : 100 x / menit

 Pernafasan : 22 x / menit
15.00  Mengobservasi keadaan umum tampak sakit S:
sedang akral hangat, nadi kuat, GCS 15, Pasien mengatakan nyeri luka
pasien mengatakan masih nyeri di leher operasi berkurang dan ada
sebelah kiri, terdapat balutan di leher kiri,luka demam
tertutup verban, rembesan tidak ada, leher O:
sebelah kiri masih tampak bengkak, saat ini Keadaan umum tampak sakit
pasien sedang demam sedang, akral hangat, nadi
 Mengobservasi skala nyeri kuat, kesadaran Compos
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi Mentis, GCS 15, suhu : 38,1
o
C, nadi : 100 x / menit,
 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
pernafasan 20 x / menit, skala
 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher sebelah
nyeri : 2, pasien tampak
kiri
tenang, tampak luka di leher
 Skala nyeri ( S ) : 2
kiri tertutup tegaderem,
 Pola serangan ( T ) : terus menerus rembesan tidak ada, tanda
 Mengukur TTV infeksi tidak ada
 Suhu : 38,1 oC / axial A:

 Nadi : 100 x / menit 1. Nyeri akut


2. Gangguan intergritas
 Pernafasan : 20 x / menit
kulit
 Lapor dokter jaga, mendapatkan ekstra sanmol
3. Resiko infeksi
170mg / iv
4. Hipertermi
 Memberikan extra sanmol 170mg / iv
P:
 Memberikan kompres hangat
1. Observasi TTV dan
 Memberikan baju yang bisa menyerap keringat
keadaan umum setiap 4
 Mengatur suhu ruangan menjadi 18 oC
jam
2. Anjurkan banyak
minum
3. Berikan kompres
hangat biala demam
4. Observasi kulit sekitar
operasi
5. Kaji skala nyeri pasien
6. Berikan posisi nyaman
7. Ajarkan tehnik
relaksasi dan dikstraksi
8. Anjurkan agar luka
operasi tetap tetap
kering dan bersih

L. Analisa Data Ulang


No Analisa Data Diagnose NOC NIC
DP Keperawatan

1 DS : Ibu pasien Hipertermi Setelah di 1. Monitor keadaan


mengatakan Faktor yang lakukantidakan umum dan TTV setiap
anaknya demam, berhubungan : keperawatan selama 3 x 4 -6 jam
dan leher sebelah 24 jam, hipertermi 2. Monitor warna, dan
 penyakit
kiri bengkak. teratasi, dengan tujuan suhu kulit

DO : dan kriteria hasil : 3. Atur suhu ruangan


a. Suhu tubuh dalam 4. Berikan konpres
Keadaan umum
rentang normal hangat bila pasien
tampak sakit
b. Tidak ada perubaan demam
sedang, akral
warna kulit 5. Anjurkan memakai
hangat nadi kuat,
c. Nadi dan pernafasan pakaian yang bisa
kesadaran kompos
dalam batas normal. menyerap keringat
mentis, GCS 15,
6. Anjurkan untuk
daerah sekitar luka
minum banyak 1 – 2
operasi bengkak,
liter / hari
suuhu : 38,1 oC /
7. Anjurkan untuk
axial, naadi : 100
melapor bila demam
x / menit,
8. Monitor intake dan
pernafasan : 20 x /
output
menit
9. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
antipiratic

M. Implementasi Keperawata

Tgl/jam IMPLEMENTASI EVALUASI

16.00  Memberikan posisi nyaman

 Menganjurkan untuk tarik nafas panjang bila


nyeri datang
 Selesai memberikan obat :
1. cefratam 500 mg / iv
2. ketrobat 10 mg / iv
17.00  menganjurkan pasien untuk istirahat cukup
 Menganjurkan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan daerah operasi dan selalu mencuci
tangan langkah

18.00  Membantu pasien serta melibatkan keluarga


untuk makan pemberian ( diet TKTP ) makan
habis 1 porsi, mual muntah tidak ada

 Mengukur TTV

 Suhu : 37,1 oC / axial

 Nadi : 100 x / menit

 Pernafasan : 21 x / menit
 memonitor intake : 714cc dan output : 500cc
19.00  Menemani dr. Hendri Sp. B visite

12  Mengobservasi keadaan umum tampak sakit S:


Oktober sedang akral hangat, nadi kuat, GCS 15, Ayah pasien mengatakan anaknya
2018 pasien mengatakan masih nyeri di leher tidak mengeluh sakit, demam masih
21.00 sebelah kiri, terdapat balutan di leher kiri,luka ada, daerah sekitar luka operasi
tertutup tegaderm, rembesan tidak ada, leher masih bengkak, tapi mulai
masih tampak bengkak,orang tua mengatakan berkurang
anaknya masih demam O:
 Mengkaji keluhan nyeri pasien Keadaan umum tampak sakit
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi sedang, akral hangat, nadi kuat,
kesadaran Compos Mentis, GCS 15,
 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
suhu : 37,9 oC, nadi : 108 x / menit,
 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher
pernafasan 23 x / menit, skala nyeri :
sebelah kiri
2, pasien tampak tenang, tampak
 Skala nyeri ( S ) : 2
luka di leher kiri tertutup tegaderem,
 Pola serangan ( T ) : hilang timbul rembesan tidak ada, daerah sekitar
 Mengukur TTV luka operasi masih tampak bengkak.

 Suhu : 37,9 oC / axial A:


1. Nyeri akut
 Nadi : 108 x / menit
2. Gangguan intergritas kulit
 Pernafasan : 23 x / menit
3. Resiko infeksi
 Memberikan obat :
4. Hipertermi
1. Sanmol 170mg / iv
P:
2. Novalgin syrup 3,5 ml per oral
1. Observasi TTV dan keadaan
 Memberikan baju yang bisa menyerap keringat
umum setiap 4 jam
 Mengatur suhu ruangan menjadi 18 oC
2. Anjurkan banyak minum
3. Berikan kompres hangat
biala demam
4. Observasi kulit sekitar
operasi
5. Kaji skala nyeri pasien dan
tanda infeksi
6. Atur suhu ruangan
7. Anjurkan pasien untuk
istirahat
8. Berikan posisi nyaman
9. Ajarkan tehnik relaksasi dan
dikstraksi
10. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
11. Anjurkan pasien memakai
pakaian yang bisa menyerap
keringat
12. Anjurkan agar luka operasi
tetap tetap kaering dan bersih
22.00  Menganjurkan keluarga untuk memberi
makam minum air bertahap
 Menganjurkan ibu pasien untuk melapor jika
suhu anak panas
 Menganjurkan pasien untuk istirahat
24. 00  Mengontrol pasien,pasien tidur infus lancar
 Mengukur TTV ulang
 Suhu : 37,5 oC / axial

 Nadi : 90 x / menit

 Pernafasan : 22 x / menit
05.00  Memandikan pasien dan merapikan tempat
tidur
 Menganjurkan orang tua untuk selalu menjaga
kebersihan dan mencuci tangan
 Mengukur TTV
 Suhu : 36,5 oC / axial

 Nadi : 90 x / menit

 Pernafasan : 20 x / menit
06.00  Menghitung intake : 2758cc, output : 2140 cc,
balance cairan : +618
13  Mengobservasi keadaan umum tampak sakit
Oktober sedang akral hangat, nadi kuat, GCS 15,
2018 pasien mengatakan masih nyeri di leher
08.00 sebelah kiri, terdapat balutan di leher kiri, luka
tertutup tegaderm, rembesan tidak ada, ibu
pasien mengatakan anaknya sudah tidak
demam lagi dan bengkak di leher sedah mulai
berkurang, dan sudah mau menengok ke kana
ke kiri secara pelan – pelan.
 Mengkaji keluhan nyeri pasien, hasil :
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi
 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher sebelah
kiri
 Skala nyeri ( S ) : 2
 Pola serangan ( T ) : hilang timbul
 Mengukur TTV
 Suhu : 36 oC / axial
 Nadi : 90 x / menit
 Pernafasan : 20 x / menit
 Selesai memberikan obat:
1.OMZ 15 mg / iv
2.Cefratam 500mg/ iv
3.Novalgin syrup 3, 5 ml per oral
09.00  memberikan posisis nyaman pasien
 Menganjurkan pasien dan keluarga untuk
selalu mejaga kebersihan kulit area luka
operasidan selalu mencuci tangan langkah
10.00  Menganjurkan untuk istirahat
 Menciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
11.00  menganjurkan pasien unutk latihan nafas
dalam bila nyeri timbul
12.00  Membantu pasien serta melibatkan keluarga
untuk makan pemberian ( diet TKTP ) makan
habis 1 porsi, mual muntah tidak ada
 memonitor intake : 690cc dan output : 450cc
13.00  Memberikan obat novalgin 3,5 ml per oral
15.00  Mengobservasi keadaan umum pasien, pasien S : pasien mengatakan masih ada
tampak sakit sedang akral hangat andi kuat, sedikit nyeri dan hilang timbual. Ibu
saat ini pasien masih merasakan nyeri tapi pasien mengatakan bengkak dileher
sudah berkurang, luka post operasi tidak anaknya sudah kempes dan anaknya
rembes sudah tidak demam.
 Mengobservasi skala nyeri : O : keadaan umum tampak sakit
 Faktor pencetus ( P ) : luka operasi sedang, akral hangat nadi kuat,
terdapat luka operasi di leher kiri,
 Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
rembesan tidak ada, bengkak di
 Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher sebelah
leher sudah mulai hilang.
kiri
Faktor pencetus ( P ) : luka operasi
 Skala nyeri ( S ) : 1
Kualitas nyeri ( Q ) : nyeri tajam
 Pola serangan ( T ) : hilang timbul Lokasi nyeri ( R ) : nyeri pada leher

 Tanda – tanda vital sebelah kiri

 Suhu : 36,9 oC / axial Skala nyeri ( S ) : 1

 Nadi : 90 x / menit Pola serangan ( T ) : hilang timbul


Tanda – tanda vital
 Pernafasan : 20 x / menit
 Menemani dr. Hendri Sp. B visite dan GV, Suhu : 36,9 oC / axial

advice : pasien boleh pulang Nadi : 90 x / menit


Terapi pulang : Pernafasan : 20 x / menit
1. Ceftik syirup 2 x 4,3 ml A:
2. Novalgin syrup 3 x 3,5 ml 1. Nyeri akut distop
 Mempersiapkan pasian pulang 2. Resiko infeksi distop
3. Kerusakan intergritas kulit
distop
4. Hipertermi distop
P : Pasien boleh pulang
Discharge planing :
2. Menganjurkan kepada pasien
dan keluarga agar luka tidak
boleh basah
3. Mengajarkan kepada pasien dan
keluarga agar tetap menjaga
tehnik aseptik ( seperti
membiasakan mencuci tangan )
4. Menganjurkan kepada pasien
dan keluarga agar makan
makanan yang TKTP ( Tinggi
Kalori dan Tinggi Protein )
seperti makan daging, telur,
sayur dan buah – buahan.
5. Menganjurkan kepada pasien
dan keluarga agar minum obat
secara teratur sesuai dengan
dosis dan intruksi dari dokter
6. Menganjurkan kepada pasien
agar kontrol ke dokter seseai
dengan jadwal yang telah
ditentukan dokter

KESIMPULAN

Limfadenopati adalah ketidak normalan kelenjar getah bening dalam ukuran,


konsistensi, atau pun jumlahnya. Pada daerah leher ( cervical ), pembesaran kelenjar
getah bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter 1 cm. limfadeno
pati dapat disebabkan dar Infeksi virus, Infeksi bakteri, Keganasan, Obat – obatan,
Imunisasi, Penyakit sistemik lainya
DAFTAR PUSTAKA

Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.


Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa,
EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta
Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Herdeman, T Heather. 2012. Diagnose Keperawatan NANDA. 2012 – 2014. Jakarta;
EGC

Lokananta, Irene, 2013, www.scribd.com/doc/144560115 Limfadenopati-Colli,20


Oktober 2018, 09.45 WIB

Repository USU, repository.usu.ac.id/bistream/123456789/16862/4/Chapter%II.pdf, 20


Oktober 2018, 09.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai