Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen pengampu : Ibu Ns. Mona Megasari, M.Kep

Disusun oleh:

Alifia Nurmandini (C.0105.20.004)

PRODI PENDIDIKAN NERS TINGKAT 2A

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

2021/2022
1. DEFINISI

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).

2. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
Pathway
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni


b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak
masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

5. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan


antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

1. PENGKAJIAN

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-
3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)
2. ANALISA DATA
NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
1. Tanda Mayor BBLR Pola Napas Tidak Efektif
Ds : 
 Dispnea Prematuritas

Do : Fungsi organ – organ belum baik
 Penggunaan otot 
bantu pernapasan Paru
 Fase ekspirasi 
memnjang Perubahan dinding dada belum
sempurna
 Pola napas
Vaskuler paru imatur
abnormal (mis 
takipnea, Insuf pernafasan
bradipnea, 
hiperventilasi, Penyakit membrane hialin
kussmaul, cheyne- 
stokes) Pola Napas Tidak Efektif

Tanda Minor
Ds :
 Pernapasan
pursed lip
 Pernapasan
cuping hidung
 Diameter
thoraks
anterior-
posterior
meningkat
 Ventilasi
semenit
menurun
 Kapasitas vital
menurun
 Tekanan
ekspirasi
menurun
 Tekanan
inspirasi
menurun
 Ekskursi dada
beruba
2. Tanda Mayor BBLR Hipotermia
Ds : 
Do : Jaringan lemak sub kutan lebih
 Suhu tubuh tipis
diatas nilai 
normal Kehilangan panas melalui kulit

Tanda Minor : Hipotermia
Ds; -
Do :
 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa
hangat

3. Ds : - BBLR Risiko Defisit Nutrisi


Do : - 
Fungsi organ – organ belum baik

Otak

Imunitas sentrum2 vital

Reflek menelan belum sempurna

Resiko defisit nutrisi

4. Ds : - BBLR Risiko Infeksi


Do : - 
Prematuritas

Penurunan daya tahan

Risiko Infeksi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan (SLKI) Keperawatan
(SDKI) (SIKI)
1. Pola Napas Tidak Pola Napas PEMANTAUAN
Efektif b.d Depresi Setelah dilakukan RESPIRASI
pusat pernapasan, (I.01014)
intervensi
Hambatan upaya
napas (mis. Nyeri keperawatan selama Observasi
saat bernapas,
1 x 24 jam maka,
kelemahan otot  Monitor
pernapasan), Pola Napas frekuensi,
Deformitas dinding irama,
dada, Deformitas membaik dengan kedalaman,
tulang dada, kriteria hasil : dan upaya
Gangguan neuro napas
muskular, Gangguan  Monitor pola
neurologis (mis. 1. Ventilasi semenit napas (seperti
Elektroensefalogram bradipnea,
(EEG) positif, cedera meningkat takipnea,
kepala, gangguan 2. Kapasitas vital hiperventilasi, 
kejang), Imaturitas Kussmaul, Ch
neurologis, meningkat eyne-Stokes,
Penurunan energi, 3. Diameter thoraks Biot, ataksik0
Obesitas, Posisi  Monitor
tubuh yang anterior meningkat kemampuan
menghambat 4. Tekanan ekspirasi batuk efektif
ekspansi paru,  Monitor
Sindrom meningkat adanya
hipoventilasi, 5. Tekanan inspirasi produksi
Kerusakan inervasi sputum
diafragma meningkat  Monitor
(kerusakan saraf C5 6. Dispnea menurun adanya
ke atas), Cedera pada sumbatan
medulla spinalis, 7. Penggunaan otot jalan napas
Efek agen bantu napas  Palpasi
farmakologis, kesimetrisan
Kecemasan d.d menurun ekspansi paru
8. Pemanjangan fase  Auskultasi
Tanda Mayor bunyi napas
Ds : ekspirasi menurun  Monitor
 Dispnea 9. Ortopnea saturasi
oksigen
Do : menurun  Monitor nilai
 Penggunaan 10. Pernapasan AGD
otot bantu  Monitor
pursed lip menurun hasil x-ray tor
pernapasan
 Fase ekspirasi 11. Pernapasan
memnjang cuping hidung aks
 Pola napas menurun
abnormal (mis Terapeutik
12. Frekuensi napas
takipnea,
 Atur interval
bradipnea, membaik
waktu
hiperventilasi, 13. Kedalaman pemantauan
kussmaul, cheyne- respirasi
napas membaik
stokes) sesuai kondisi
14. Ekskursi dada pasien
Tanda Minor  Dokumentasi
membaik kan hasil
Ds :
 Pernapasan pemantauan
pursed lip
Edukasi
 Pernapasan
cuping hidung  Jelaskan
 Diameter tujuan dan
thoraks prosedur
anterior- pemantauan
posterior  Informasikan
hasil
meningkat
pemantauan, 
 Ventilasi jika perlu
semenit
menurun
 Kapasitas vital
menurun
 Tekanan
ekspirasi
menurun
 Tekanan
inspirasi
menurun
 Ekskursi dada
berubah

Hipertermia b.d Termoregulasi MANAJEMEN


Dehidrasi, Terpapar Setelah dilakukan HIPERTERMIA
lingkungan panas, intervensi (I.15506)
Proses penyakit (mis. keperawatan selama
infeksi, kanker), 1 x 24 jam maka, Observasi
Ketidaksesuaian termoregulasi
pakaian dengan membaik dengan  Identifkasi
tubuh, Peningkatan kriteria hasil : penyebab
laju metabolisme, hipertermi
Respon trauma, 1. Menggigil (mis.
Aktivitas berlebihan, menurun
Penggunaan 2. Kulit merah dehidrasi
incubator d.d menurun terpapar
3. Kejang menurun lingkungan
Tanda Mayor 4. Akrosianosis panas
menurun penggunaan
Ds : 5. Piloereksi incubator)
Do : menurun  Monitor suhu
 Suhu tubuh 6. Vasokontriksi tubuh
diatas nilai perifer menurun  Monitor
7. Kutis memorata kadar
normal
menurun elektrolit
Tanda Minor : 8. Pucat menurun  Monitor
Ds; - 9. Takikardi haluaran
Do : menurun urine
 Kulit 10. Bradikardi
menurun Terapeutik
merah
11. Dasar kuki
 Kejang sianolik menurun  Sediakan
 Takikardi 12. Hipoksia lingkungan
 Takipnea menurun yang dingin
13. Suhu tubuh  Longgarkan
 Kulit terasa
membaik. atau lepaskan
hangat pakaian
14. Suhu kulit
membaik.  Basahi dan
15. Tekanan darah kipasi
membaik. permukaan
tubuh
 Berikan
cairan oral
 Ganti linen
setiap hari
atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
 Lakukan
pendinginan
eksternal
(mis. selimut
hipotermia
atau kompres
dingin pada
dahi, leher,
dada,
abdomen,aksi
la)
 Hindari
pemberian
antipiretik
atau aspirin
 Batasi
oksigen, jika
perlu

Edukasi

 Anjurkan
tirah baring

Kolaborasi

 Kolaborasi
cairan dan
elektrolit
intravena,
jika perlu

Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi MANAJEMEN


b.d Ketidakmampuan Setelah dilakukan NUTRISI (I.
menelan makanan, intervensi 03119)
Ketidakmampuan keperawatan selama
mencerna makanan, 1 x 24 jam maka, Observasi
Ketidakmampuan Status Nutrisi
mengabsorbsi membaik dengan  Identifikasi
nutrien, Peningkatan kriteria hasil : status nutrisi
kebutuhan  Identifikasi
metabolisme, Faktor 1. Porsi makanan alergi dan
ekonomi (mis. yang dihabiskan intoleransi
finansial tidak meningkat makanan
mencukupi), Faktor 2. Kekuatan otot  Identifikasi
psikologis (mis. stres, pengunyah makanan
keengganan untuk meningkat yang disukai
makan) d.d 3. Kekuatan otot  Identifikasi
menelan meningkat kebutuhan
Ds : - 4. Serum albumin kalori dan
meningkat jenis nutrient
Do : - 5. Verbalisasi  Identifikasi
keinginan untuk perlunya
meningkatkan nutrisi penggunaan
meningkat selang
6. Perasaan cepat nasogastrik
kenyang menurun  Monitor
7. Nyeri abdomen asupan
menurun makanan
8. Sariawan  Monitor berat
menurun badan
9. Rambut rontok  Monitor hasil
menurun pemeriksaan
10. Diare menurun laboratorium
11. IMT meningkat
12. Frekuensi makan Terapeutik
membaik
13. Nafsu makan  Lakukan oral
membaik hygiene
14. Membrane sebelum
mukosa membaik makan, jika
perlu
 Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis.
Piramida
makanan)
 Sajikan
makanan
secara
menarik dan
suhu yang
sesuai
 Berikan
makan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
 Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
 Hentikan
pemberian
makan
melalui
selang
nasigastrik
jika asupan
oral dapat
ditoleransi

Edukasi

 Anjurkan
posisi duduk,
jika mampu
 Ajarkan diet
yang
diprogramkan
 Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan,
jika perlu

Risiko infeksi b.d Tingkat Infeksi Pencegahan


Setelah dilakukan Infeksi
1. Penyakit Kronis Intervensi (I.14539)
2. Efek prosedur Keperawatan selama
Infasif 1x24 jam, maka Observasi
3. Malnutrisi Tingkat Infeksi
4. Peningkatan Menurun, dengan  Identifikasi
paparan kriteria hasil : riwayat
organisme kesehatan
patogen 1. Kebersihan tangan dan riwayat
lingkungn meningkat alergi
5. Ketidakadekuat 2. Kebersihan badan  Identifikasi
an pertahanan meningkat kontraindikas
tubuh perifer : 3. Nafsu makan i pemberian
meningkat imunisasi
 Gangguan 4. Demam menurun  Identifikasi
peristltik 5. Kemerahan status
 Kerusakan menurun imunisasi
integritas kulit 6. Nyeri menurun setiap
 Perubahan 7. Bengkak menurun kunjungan ke
sekresi PH 8. Vesikal menurun pelayanan
 Penurunan 9. Cairan berbau kesehatan
kerja siliaris 
 Ketuban pecah busuk menurun
lama 10. Sputum Terapeutik
 Ketuban pecah berwarna hijau
sebelum menurun  Berikan
waktunya 11. Drainase suntikan pada
 Merokok purulent menurun pada bayi
 Statis cairan 12. Piuna menurun dibagian paha
tubuh 13. Periode malaise anterolateral
menurun  Dokumentasi
6. Ketidakadekuat 14. Periode kan informasi
an pertahan menggigil menurun vaksinasi
tubuh sekunder 15. Latergi menurun  Jadwalkan
16. Gangguan imunisasi
 Penurunan kognitif menurun pada interval
Hemoglobin 17 Kadar sel darah waktu yang
 Imunosupresi putih membaik tepat
 Leukopenia 18. Kultur darah
 Supresi membaik Edukasi
Respon 19. Kultur urine
Inflamasi membaik  Jelaskan
 Faksinasi tidak 20. Kultur sputum tujuan,
adekuat membaik manfaat,
21. Kultur area luka resiko yang
d.d membaik terjadi, jadwal
22. Kultur feses dan efek
Ds : - membaik samping
 Informasikan
Do : - imunisasi
yang
diwajibkan
pemerintah
 Informasikan
imunisasi
yang
melindungiter
hadap
penyakit
namun saat
ini tidak
diwajibkan
pemerintah
 Informasikan
vaksinasi
untuk
kejadian
khusus
 Informasikan
penundaan
pemberian
imunisasi
tidak berarti
mengulang
jadwal
imunisasi
kembali
 Informasikan
penyedia
layanan
pekan
imunisasi
nasional yang
menyediakan
vaksin gratis

Anda mungkin juga menyukai