GANGGUAN MENSTRUASI
2019/2020
1.1 Latar belakang
1
2
f. Metroragia
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
haid.
Klasifikasi
Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan
ektopik.
Metroragia diluar kehamilan.
g. Dismenore
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan
memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai
sekarang belum jelas.
Klasifikasi
Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun
fungsional); adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak
terdapat kelainan pada alat kandungan.
1.4 Etiologi
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat
ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase
folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan
sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi
hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,
sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3
lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk
kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah
yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan
sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah
terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari
permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat
ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian
bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung
selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar
progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat
selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya
ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru
akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus
luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin).
Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone
sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan
didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :
1. Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-
kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang
tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
3. Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.
4. Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai
ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang makin
lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur
yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
Ketidakstabilan FSH dan LH
1.5 Pathway
An ovulasi
Endomatrium berpoliferasi
Estrogen
perdarahan
1.6 Manifestasi klinis
Manifestasi gangguan menstruasi menurut Baziad 2012:
a. Nyeri
Merupakan tanda khas yang paling sering ditemukan pada disminorea
b. Kelemahan
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenora, pms, disminorea
c. Pusing
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, amenorea
d. Muntah
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, disminorea
e. Spotting (bercak)
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, metroragia
f. Kram perut
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, amenorea
2. Sitologi vagina
5. Kerokan uterus
7. Laparoskopi
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul karena gangguan haid, antara lain:
1. Anemia Defisiensi Besi
Gangguan menstruasi yang menetap dapat menyebabkan kehilangan zat besi
kronis pada 30 persen kasus. Remaja sering kali mengalami hal tersebut. Hingga
20 persen dari pasien dalam kelompok usia ini yang mengalami menorrhagia juga
mengalami masalah pada pembekuan darah.
2. Keganasan Endometrium
Sekitar 1-2 persen wanita dengan menstruasi anovulasi yang tidak ditatalaksana
dengan baik dapat mengalami kanker endometrium.
3. Infertilitas
Infertilitas sering berhubungan dengan kejadian anovulasi kronis, dan dengan
atau tanpa adanya produksi androgen berlebih. Pasien dengan sindrom ovarium
polikistik (SOPK), obesitas, hipertensi kronis, dan diabetes melitus tipe 2 sering
kali memiliki resiko terjadinya infertilitas.
1.9 PENATALAKSANAAN
a. Amenorea
Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di berikan bergantung
pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan konseling sebagai gangguan
konsep diri dapat diberikan kepada pasien Jika penyebabnya adalah olah raga
yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya. Jika seorang anak
perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (amenore primer ) dan
selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya.
Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk merangsang
perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum membesar
atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan estrogen. Jika
penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat
tumor tesebut.
b. Oligomenorea
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan disesuaikan
dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-tahun pertama
setelah haid pertama dan oligomenorea yang terjadi menjelang menopause tidak
memerlukan pengobatan yang khusus. Sementara oligomenorea yang terjadi pada
gangguan nutrisi dapat diatasi dengan terapi nutrisi dan akan didapatkan siklus
menstruasi yang reguler kembali.
Pada umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab
timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan menggunakan terapi
hormone.Jenis hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis hormon
yang mengalami penurunan dalam tubuh (yang tidak seimbang). Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan,
dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi.
c. Polimenorea
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea
berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat
menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus
menerus.Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan
berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea
mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan
gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenore
Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk
memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti
pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim, pemeriksaan USG, dan
lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh adanya anemia, maka zat besi perlu
diberikan untuk menormalkan jumlah hemoglobin darah.
Terapi zat besi perlu diberikan untuk periode waktu tertentu untuk menggantikan
cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu, menorrhagia juga dapat diterapi dengan
pemberian hormon dari luar, terutama untuk menorrhagia yang disebabkan oleh
gangguan keseimbangan hormonal.
Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa obat kontrasepsi kombinasi atau
pill kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. Menorrhagia yang terjadi
akibat adanya mioma dapat diterapi dengan melakukan terapi hormonal atau
dengan pengangkatan mioma dalam rahim baik dengan kuretase ataupun dengan
tindakan operasi.
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium
kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan
hormonal(kekurangan estrogen maupun progesteron)
f. Metroragia
Suatu perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan bentuk
disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal itu dapat
menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-masalah psikologi
lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan pengobatan dini. Meskipun
pendarahan antara periode menstruasi pada wanita yang menggunakan
kontraseptif oral biasanya bukan masalah yang serius, namun perdarahan tak
teratur pada wanita yang mendapat terapi penggantian hormon harus dievaluasi
lebih lanjut.
g. Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
Pemberian obat analgesik
Terapi hormonal
Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di
dalamnya)
Komplikasi yang sering timbul adalah syok dan penurunan
kesadaran
h. PMS (Sindrom Premenstruasi)
Kurangi asupan makanan manis, garam, kopi, teh, cokelat,
minuman bersoda, lemak hewan, susu, keju, mentega, dan
utamakan istirahat
Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10
hari sebelum haid penggunaan garam di batasi dan minum sehari-
hari dikurangi
Tingkatkan asupan vitamin B dan sayur-sayuran hijau
Pemberian obat diuretik
Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10hari sebelum
haid untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen
Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron dapat
diberikan dalam mengurangi kelebihan estrogen.
1.10.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan Utama :
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
6. Riwayat Menstruasi :
Menarche :
Siklus : teratur/tidak teratur
Banyaknya : ... hari ... pembalut
Lamanya : ...hari
Keluhan :
7. Pemeriksaan Fisik :
Head To Toe :
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
Kepala:
Bentuk : Normal, tidak ada pembengkakan
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Mata:
Kelopak mata : Kulit kelopak mata normal
Gerakan mata : Deviasi normal dan mistagmus
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Pupil : Reflek cahaya normal
c.Hidung:
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada nyeri tekan sinus
d. Mulut dan Tenggorokan:
Gigi geligi : Normal
Kesulitan menelan : Tidak ada
e.Dada dan Axilla
Mammae : Membesar ( ) ya ( ) tidak
Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
Colostrum :-
f. Pernafasan
Jalan nafas : Normal
Suara nafas : Normal
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: -
g. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical: Takikardi
Irama : normal teratur Kelainan
bunyi jantung: -
h. Abdomen
Mengecil: -
Linea & Striae : -
Luka bekas operasi: -
Kontraksi :-
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
j. Ekstremitas ( Integumen/Muskuloskletal
) Turgor kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Kontraktur pada persendian ekstremitas: Tidak ada
Kesulitan dalam pergerakan: Tidak ada kesulitan
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan
patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
Pemeriksaan Pelvis
Pada kasus dismenore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal.
1
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2019. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta,EGC, Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia,
Surabaya
18 september 2014.