Anda di halaman 1dari 4

Mukmin Ibarat Pohon, 4 Karakter Orang Beriman di Surat Ibrahim

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya
pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaanperumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.” (Ibrahim: 24-25)

Di dalam Al-Quran atau hadits, banyak perumpamaan (matsal) untuk mendekatkan pemahaman
terhadap sesuatu yang logis abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang bisa diindra (mahsus). Seperti halnya
ayat di atas yang mengumpamakan seorang mukmin dengan pohon.

Allah mengumpamakan seorang mukmin dengan keimanannya ibarat pohon dengan empat sifat; pohon
yang baik, akarnya kuat menghunjam ke dalam tanah, batang dan dahannya menjulang tinggi ke langit,
yang memberikan buahnya setiap saat tak kenal musim. Semua itu terjadi dengan izin Allah.
Perumpamaan ini dibuat oleh Allah agar manusia mengambil pelajaran.

Imam Fakrur Razi dalam buku tafsirnya menjelaskan bahwa seorang mukmin memiliki empat karakter
mendasar seperti karakter pohon. Masing-masing sifat pohon itu memiliki padanan sifat (karakter) yang
harus dimiliki oleh seorang mukmin.

1. Pohon Yang Baik (Thayyib)

“kalimat yang baik seperti pohon yang baik”

Karena tidak semua pohon itu baik, subur, banyak manfaat. Perumpaan seorang mukmin ibarat pohon
yang baik. itu disebut “thayyib” apabila memiliki empat sifat mendasar;

Pertama, bentuk luar, dari akar hingga pucuk daunnya indah dipandang. Ia layak menjadi pemandangan
indah untuk “cuci mata”. Maknanya, secara fisik penampilan seorang mukmin harus indah dan bersih.
Wajah dan senyumnya harus menyenangkan orang lain.

Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, “Allah juga Maha Indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim)

Kedua, pohon memiliki aroma yang sedap bahkan wangi, semisal kayu gaharu atau pohon yang
menghasilkan bungah dan dedauan yang wangi. Maknanya, seorang mukmin juga harus menjaga aroma
tubuhnya agar tetap wangi, atau minimal tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Seorang mukmin
harus memperhatikan bau mulut dan tubuhnya jangan sampai mengganggu orang disekitarnya. Seorng
mukmin harus mampu membuat orang di sekitarnya merasa nyaman.

Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam bersabda, “Aku dikaruniai rasa cinta dari dunia kalian yakni kepada
wanitanya dan minyak wanginya. Dan dijadikan penyejuk hatiku ketika dalam shalat.” (HR. Baihaqi)

Ketiga, pohon itu memiliki buah yang harum dan lezat rasanya. Maknanya, seorang mukmin harus
senantiasa menjaga lisannya. Kata-kata yang diucapkan harus senantiasa menentramkan, menenangkan,
menghibur. Jika tidak, hendaklah dia diam. Jangan sampai lisannya mengeluarkan kata-kata yang
menyakiti dan menusuk hati orang lain, apalagi kata-kata gombal (bohong) dan gunjingan dan namimah.
Konsekswensi keimanan mengharuskan seseorang berkata baik, jika tidak bisa maka dia harus diam.

Keempat, pohon, baik dari akar, batang dan dedaunannya memiliki manfaat dan khasiat bagi
lingkungan sekitarnya. Maknanya, keberadaan seorang mukmin harus memberikan manfaat kepada
orang lain. Seorang mukmin harus menjadi solusi dan jawaban atas sebuah masalah bukan menciptakan
masalah.

2. Pohon Yang Memiliki Akar Yang Kuat

“akarnya teguh”

Semakin kuat akar sebuah pohon maka manfaatnya akan semakin banyak. Akar yang kuat membuktikan
kesuburan pohon tersebut dan akan bisa bertahan lebih lama. Maknanya, seorang mukmin harus
memiliki akidah, prinsip, pendirian dan mental kuat yang “tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh
hujan”. Seorang mukmin senantiasa harus bisa menjaga imannya, memperbaruinya dan menghiasi hati
dengan keimanan itu. Sebab, meski dia seorang mukmin, tetap saja tidak keluar dari dimensi
kemanusiannya. Ia memiliki keterbatasan kekuatan fisik dan akal. Suatu saat akan mengalami kelesuan.
Sehingga ia perlu memperbaruinya. Iman ibarat pakaian yang selalu dikenakan, pasti akan mengalami
lecek dan kusam sehingga perlu dibersihkan.

“Allah menciptakan keimanan laksana pakaian. Karenanya, mintalah kepada Allah agar memperbarui
keimanan kalian.” (HR. Disahihkan oleh Al-Albani)

“Iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketataan dan berkurang dengan keimanan.”
(HR. Muslim)

3. Pohon Yang Memiliki Dahan dan Ranting Kuat dan Tinggi

“dan cabangnya (menjulang) ke langit,”

Batang dan dahan yang kuat dan tinggi sebuah pohon dihasilkan oleh akarnya yang kuat. Sebuah pohon
tanpak sempurna jika ia memiliki batang dan dahan kuat menjulang ke langit. Keduanya saling terkait.
Semakin tinggi dan kuat sebuah pohon maka akan semakin rindang dedaunannya dan akan memberikan
manfaat oksigen bagi manusia. Orang juga akan semakin merasa nyaman berteduh di bawahnya.

4. Pohon Yang Memberikan Buahnya Tak Kenal Musim

Ini sifat penyempurna dari sifat-sifat sebelumnya. Dengan keindahan, akar kuat, dahan tinggi, sebuah
pohon belum bermanfaat secara sempurna kalau dia tidak berbuah. Atau berbuah namun hanya sekali
sepanjang usianya. Atau hanya berbuah secara musiman. Pohon akan semakin sempurna bila berbuah
sepanjang tahun dan tak kenal musim. Adapun secara khusus yang berhubungan dengan perumpamaan
iman di hati dengan pohon, hikmahnya telah dijelaskan oleh sebagian dari para ulama Ahlus sunnah, di
antaranya Imam Ibnul Qayyim, beliau berkata, “Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah,

1
1-Sesungguhnya setiap pohon mesti mempunyai urat, batang utama, cabang-cabang, daun-daun dan buah,
maka demikian pula pohon iman dan Islam, agar bersesuaian kedua hal yang diperumpamakan dalam ayat
ini. Maka urat-urat pohon iman adalah ilmu, pengetahuan (agama) dan keyakinan, batang utamanya
adalah keikhlasan, cabang-cabangnya adalah amal-amal salih, dan buahnya adalah hal-hal yang lahir dari
amal-amal salih, berupa jejak-jejak yang baik, sifat-sifat terpuji, akhlak-akhlak yang suci, dan tingkah
laku serta budi pekerti yang luhur.

Maka hal-hal inilah yang dijadikan sebagai bukti bahwa pohon iman telah tumbuh dan tertancap kuat di
dalam hati. Jika ilmu (yang dimiliki oleh seorang hamba) benar dan sesuai dengan petunjuk yang
diturunkan oleh Allah dalam al-Qur’an, keyakinannya sesuai dengan (aqidah yang benar) seperti yang
diterangkan oleh Allah dan para Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Allah Subhanahu wa
Ta’ala (nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang maha tinggi), ada keikhlasan dalam hati, amal-amal (salih)
yang sesuai dengan perintah (Allah Subhanahu wa Ta’ala), serta petunjuk dan tingkah laku yang selaras
dengan prinsip-prinsip dasar ini, maka (dengan semua ini) diketahui bahwa pohon iman di hati hamba
tersebut akarnya menancap kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.

Adapun jika keadaannya berlawanan dengan semua itu maka diketahui bahwa yang ada di hatinya tidak
lain adalah pohon buruk yang mengambang di permukaan bumi (akarnya tidak menancap) dan tidak ada
ketetapan baginya.

2- Sesungguhnya setiap pohon tidak bisa bertahan hidup kecuali dengan (adanya) sesuatu yang mengairi
dan menumbuhkannya, sehingga jika pengairan tersebut dihentikan maka tak lama lagi pohon tersebut
akan kering (layu). Demikian pula pohon iman di hati seorang hamba, jika dia tidak menjaganya dengan
mengairinya setiap waktu dengan ilmu yang bermanfaat dan amal salih, serta tidak membiasakan diri
untuk berdzikir (mengingat dan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan memikirkan
(kemahaagungan dan luasnya limpahan nikmat-Nya), maka pohon iman di hatinya tak lama lagi akan
layu.

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya iman di dalam hati bisa (menjadi)
usang (lapuk) sebagaimana pakaian yang bisa usang, maka perbaharuilah (kuatkanlah kembali) iman (di
dalam hati)mu”.

Kesimpulannya, tanaman pohon iman jika tidak diperhatikan dan dijaga maka tidak lama lagi akan
hancur.

Dari sinilah kita mengetahui besarnya kebutuhan manusia terhadap ibadah-ibadah yang Allah perintahkan
(dalam Islam) di setiap pergantian waktu, (sekaligus kita mengetahui) agungnya rahmat-Nya serta
sempurnanya nikmat dan kebaikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia memerintahkan kepada mereka
untuk mengerjakan ibadah-ibadah tersebut dan menjadikannya sebagai bahan untuk mengairi tanaman
(pohon) tauhid (iman) yang ditanam di hati mereka.

3- Sesungguhnya pohon dan tanaman yang bermanfaat, sesuai dengan ketentuan Allah, biasanya akan
dicampuri (tumbuh di sekitarnya) semak belukar dan tumbuhan asing (benalu) dari jenis lain. Jika pemilik
tanaman tersebut selalu menjaganya dengan membersihkan dan memotong tumbuhan asing tersebut maka
sempurnalah pertumbuhan pohon dan tanaman tersebut, serta buahnya pun semakin banyak dan baik
mutunya. Tapi jika dia membiarkannya, maka tidak lama lagi tumbuhan asing tersebut akan menguasai
pohon dan tanaman, sehingga mempengaruhi pertumbuhannya atau (minimal) melemahkan akarnya dan
menjadikan buah (yang dihasilkan)nya buruk dan sedikit, sesuai dengan banyak atau sedikitnya tumbuhan
asing tersebut.

Barangsiapa yang tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman (yang benar) dalam masalah ini, maka
sungguh akan luput darinya keuntungan yang besar tanpa disadarinya. Seorang mukmin senantiasa
mengusahakan dua hal; mengairi pohon iman (dalam hatinya) dan membersihkan (tumbuhan asing) yang
ada di sekitarnya. Maka dengan mengairinya, pohon tersebut akan tetap hidup dan tumbuh, dan dengan
membersihkan (tumbuhan asing) yang ada di sekitarnya, akan sempurna (pertumbuhan) pohon tersebut
dan semakin banyak (hasilnya). Hanya Allah tempat memohon pertolongan dan berserah diri.”

Anda mungkin juga menyukai