Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUMOR WILIAM

Dosen pengampuh : Ns. Fiki Wijayanti,S.Kep.,M.Kep

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun oleh kelompok 7 :

1. Novia Isdayanti (010118A097)


2. Rina Andreani (010118A118)
3. Ulfa Khitimatul Chusna (010118A142)
4. Yoga Aji Prayoga (010118A153)

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Wilms tumor (WT) adalah keganasan terbanyak ke lima dan merupakan tumor
ginjal sering terjadi pada usia anak-anak. Tumor ini terbanyak munvul pada usia tiga
tahun dan jarang ditemukan setelah usia 8 tahun. Wilms tumor yang dikenal juga sebagai
nephroblstoma, diambil dari nama seseorang ahli bedah jerman yaitu Max wilms yang
pertama kali mendeskripsikan tumor ini pada abad ke 19.
Terdapat 205 kasus wilms tumor yang pernah dilaporkan. Namun demikian
penegakan diagnosis wilms tumor preoperative pada orang dewasa cukup sulit. Tumor ini
biasanya muncul sebagai masa ginjal padat dengan atau tanpa disertai oleh hematuria.
Masa padat ini bisa disertai oleh bagian cystic oleh proses nekrosis fokal dan degenerasi.
Tumor ini dapat muncul pada satu atau kedua ginjal.
Adanya masa besar di abdomen, terutama pada anak-anak usia 1-5 tahun harus
menimbulkan kecurigaan adanya wilms tumor. Neoplasma ini bersifat agresif dan
bermetastase ke berbagai organ, namun responsive terhadap pemberian terapi kombinasi.
Wilms tumor bila terdiagnosa dan mendapat terapi yang tepat mempunyai angka
kesembuhan yang cukup tinggi yaitu mencapai 90%.

Tumor wilm merupakan 6-7& kasus keganasan pada anak-anak. Usia rerata yang
terkena adalah usia 2-3 tahun, seringkali mengenai anak sampai usia 8 tahun, tetapi
jarang pada orang dewasa. Sekitar 75%-80% kasus terjadi sebelum usia 5 tahun dengan
media usia 3,5 tahun, data RSUD dr.Soetomo menjujkan hasil yang sama. Data yang
diperoleh dari RSCM,Jakarta dan RSUD H.Adam Malik, medan pada tahun 2013-2017
didapatkan 32 kasus tumor wilm. Insiden tumor wilm berkisar 8 dari 1 juta anak dibawah
usia 14 tahun, umumnya ditemukan pada anak usia di bawah 7 tahun. Sebanyak 2-5%
terjadi pada kedua sisi ginjal. Angka kesintasan 5 tahun adalah 90%.

Wilms’ tumor atau nefroblastoma merupakan keganasan ginjal sering terjadi pada
anak. Insidensinya mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan pada anak. Gejala klinis
pada mayoritas kasus Wilms’ tumor berupa asimtompatik massa pada abdomen, namun
20-30 persen dari kasus memberikan gejala nyeri abdomen, malaise, atau hematuria
mikroskopik ataupun makroskopik.

Tumor Wilms adalah tumor ginjal padat yang dapat dijumpai pada anak berusia di
bawah 10 tahun (10%) dengan kemungkinan risiko terkena yang hampir sama pada laki-
laki maupun perempuan. Tumor Wilms paling sering dijumpai pada anak berusia 3 tahun
dan sekitar 10% merupakan lesi bilateral. Tumor Wilms mungkin ditemukan pada anak
dengan kelainan anridia (tidak memiliki iris), dan sindrom Beckwith Wiedemann
(makroglosia, omfalokel, viseromegali, dan hipoglikemia neonatal).

2. Tujuan
a. Tujuan umum
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan
keperawatan anak dengan Tumor Wilm
b. Tujuan Khusus
Dengan makalah ini di harapkan mahasiswa dapat menjelaskan
a) Anatomi Fisiologi Sistem perkemihan
b) Definisi retinoblastoma
c) Etiologi
d) Manifestasi klinis
e) Patofisiologi
f) Pathway
g) Pemeriksaan penunjang
h) Penatalaksanaan medis dan Keperawatan
i) Asuham Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PADA ANAK DENGAN TUMOR WILIAM

1. Anatomi Sistem Perkemihan

a. Ginjal

Organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis cairan tubuh secara


baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatik dengan mengstur
volume cairan, keseimbangan osmotik, Adam anda, ekskresi sisa metabolisme,
sistem pengaturan hormonal dan metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga
abdomen, retroperitonial primer kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh
lemak dan jaringan ikat di belakang peritonium.

Struktur Ginjal

a. Bagian dalam (internal) medula. Subtansia medularis terdiri dari piramid


renalis jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang,
sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat merah,
konsistensi lunak dan bergranula, subtansia ini tepat di bawah tunuka fibrosa,
melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan dengan sinus renalis,
bagian dalam di antara piramid dinamakan kolumna renalis.
Struktur Mikroskopis Ginjal

Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Nefron adalah massa tubulus


mikroskopis ginjal yang merupakan satuan fungsional ginjal. Nefron menyaring
darah dan mengontrol komposisinya. Setiap nefron berawal dari berkas kapiler
yang terdiri atas :

1) Glomerulus, gulungan kapiler yang terletak di dalam kapsul bowman


(ujung buntu tubulus ginjal yang bentuknya seperti kapsula cekung
menutupi glomerulus yang saling melilitkan diri). Glomerulus menerima
dari arteriola aferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui
arteriola aferen. Natrium secara bebas difiltrasi dalam glomerulus sesuai
dengan konsentrasi dalam plasma. Kalium difiltrasi secars bebas.
Diperkirakan 10-20% kalium plasma terikat oleh protein dan tidak bebas
difiltrasi sehingga kalium dalam keadaan normal.
2) Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung berhubungan
dengan kapsul Bowman, peningkatan reabrobsi natrium akan mengurangi
pengeluaran air dan natrium. Hal ini dapat menggangu pengeceran dan
pemekatan urin yang normal. Kalium diresorbsi lebih dari 70%
kemungkinan dengan mekanisme transportasi aktif akan terpisah dari
resorpsi natrium.
3) Anda henle, klorida secara aktif diserap kembali dari cabang ascendens
anda henle dan natrium bergerak secara pasif untuk mempertahankan
kenetralan listrik. Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kembali
karena nefron bersifat tidak permeabel terhadap air. Kalium terfiltrasi
sekitar 20-25% diabsorbsi pada pars ascendens lengkung henle proses
pasti terjadi karena graiden elektrokimia yang timbul sebagai akibat dari
reabsorpsi aktif klorida pada segmen nefron ini.
4) Tubulus distal konvulta, bagian tubulus yang berkelok-kelok dan jauh
letaknya dari kapsula bowman. Masing-masing duktus koligens berjalan
melalui korteks dan Medika ginjal, bersatu membentuk suatu duktus yang
berjalan lurus dan bermuara ke dalam duktus belini seterusnya menunju
kaliks minor ke kaliks mayor. Akhirnya mengosongkan isinya ke dalam
pelvis renalis pada apsek masing-masing piramid medula ginjal.
5) Duktus koligen medula, bukan merupakan saluran metabolik tidak aktif,
tetapi pengaturan secara halus ekskresi natrium urine terjadi di sini dengan
aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorpsi natrium.

b. Ureter

Terdiri dari dua saluran, bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) panjangnya 25-30 cm. Pembagian ureter menurut tempatnya:

1) Pars abdominalis ureter, dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang


peritoneum sebelah media anterior M. Psos mayor, ditutupi oleh fasia
subseorsa. Ureter kanan terletak pada pars descendens duodenum, sewaktu
turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan di silang oleh kolon dekstra dan
vasa ilaika ilikolika, dekat Apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah
mesenterium dan bagian akhir ileum.
2) Para pelvis ureter, ureter dopat ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian
dalam nervus obturstoris, arteri vasialis anterior dan arteri hemoroidalis
media. Pada bagian bawah insisura iskiadika mayor ureter agak miring ke
bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.

c. Vesika urinaria

Vesika urinaria terletak dibelakang os pubis. Baihan ini tempat menyimpan urine,
berdinding otot kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang
dikandung. Vesika urinaria pada waktu kosong terletak di aspeks vesika urinaria
dibelakang tepi atas simfisis pubis. Permukaan posterior vesika utinaria berbentuk
segitiga, merupakan muara ureter dan sudut inferior membentuk uretra. Apabila
vesika urinaria penuh, permukaan superior membesar dan menonjol ke atas masuk ke
dalam rongga abdomen. Peritoneum menutupi bagian bawah dinding anterior kolimna
vesika urinaria, terletak di bawah vesika urinaria dan permukaan atas prostat.

d. Berkemih

Suatu refleks spinalis yang dipermudah dan dihambat oleh pusat saraf yang lebih
tinggi dikendalikan oleh pusat saraf diotak. Reflek diawali dengan peregangan otot
vesika urinaria waktu terisi oleh urine. Impuls aferens berjalan menuju nervus
splangnikus dan sfingter ini melemas bila urin masuk ke pelvikus dan ke segmen
sakralis II,III,IV medula spinalis. Implus eferens juga berjalan ke sfingter uretra
melalui nervus pudendus dan sfingter ini melemas bila urine masuk ke uretra. Implus
aferens tambahan berjalan ke Medika spinalis dari uretra memperkuat refleks.

e. Uretra

Alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan fungsinya menyalurkan
urine keluar. Untuk uretra laki-laki, melalui dari orifisium uretra interna di dalam
vesika urinaria sampai orifisium uretra eksterna pada penis, panjangnya 17,5-20cm
yang terdiri dari uretra prostatika, uretra para membranasea, dan orifisium uretra
eksterna. Untuk uretra wanita, terletak di belakang simifis, berjalan sedikit miring ke
arah atas. Salurannya dangkal, panjangnya 4 cm dari orifisium. Uretra ini terdapat di
belakang simifis pada dinding anterior vagina , menjurus obliq ke bawah dan
menghadap ke depan.

2. Fisiologi Sistem Perkemihan

a. Refleks Berkemih

Ketika kandung kemih terisi banyak urine, tekanan kandung kemih menjadi lebih
tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral
Medika spinalis melalui nervus pelvikus, kemudian secara refleks kembali lagi ke
kandung kemih melalui nervus parasimpatis. Ketika kandung kemih terisi sebagian,
kontraksi berkemih biasanya secara spontan berelaksasi. Setelah beberapa detik otot
detrusor berhenti berkontraksi dan tekanan turun kembali ke garis Basal.

Oleh karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah
sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat. Pada saat berkemih
menjar cukup kuat menimbulkan refleks lain yang berjalan melalui nervus pudendal
ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak
daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter ekstrena, berkemih pun akan terjadi.

b. Perangsangan Berkemih

Refleks berkemih adalah refleks medula spinalis. Seluruhnya bersifat automatik,


tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak. Pusat ini antara lain :

1) Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terletak di pons
varoli.
2) Beberapa pusat yang terletak di korteks serebral, terutama bekerja sebagai
penghambat tetapi dapat menjadi perangsang.

Sebagai pengendali akhir dari berkemih sebagai berikut :

1) Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih,
kecuali perisitiwa berkemih dikehendaki.
2) Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks
berkemih timbul dengan membuat kontraksi tonik terus menerus. Pada sfingter
ekstremis kadung kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih.
3) Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat
berkemih sakral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih. Dalam waktu
bersamaan menghambat sfingter eksternus ksndung kemih sehingga peristiwa
berkemih dapat terjadi.
c. Transpor Urine pada Berkemih

Urine mengalir dari duktus koligentes masuk ke kalik renalis, meregangkan Kalila
renalis, meningkatkan aktivitasnya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik
menyebar ke pelvis renalis kemudian turun sepanjang ureter.

Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum


kandung kemih. Dinding kandung kemih cenderung menekan ureter dengan demikian
mencegah aliran balik urine dari kandung kemih sewaktu terjadi kompresi kandung
kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi sepanjang ureter akan meningkatkan
tekanan dalam ureter, sehingga bagian yang menembus dinding kemih membuka dan
memberikan kesempatan urine mengalir ke kandung kemih.

3. Definisi

Tumor Wilms (nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sek
embrional primitive di ginjal. Tumor wilms biasanya ditemukan di anak-anak yang
berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau
orang dewasa. Tumor ini tumor ganas intra abdomen yang sering terjadi pada anak-anak
tumbuh dengan cepat (progresif).

Tumor ini neoplasma embrionak dari ginjal, biasanya muncul sebagai masa
asimtomatik di abdomen atas atau di pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua
memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan
fisik terhadap anak yang tampak sehat (Basuki,2011).

Neublastoma merupakan neoplasma dari sel embrional neural dan salah satu
tumor padat, sering terjadi pada anak usia 7 tahun. Neublastoma berasal dari kelenjar
supra renal, tetapi dapat dijumpai disepanjang jalur saraf simpatis. Gejala pembesaran
perut merupakan gejala awal yang harus diwaspadai adanya suatu tumor jaringan pada
neublastoma (Sari Pedriasi,2009).
4. Etiologi

Penyebab pasti tumor wilm tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada satu atau beberapa gen . pada sel-sel
dari sekitar 30% kasus tumor wilm didapatkan delasi yang melibatkan setidaknya dua
lokus pada kromosok 11. Delesi-delesi konstitusional hemizigos pada data dari lokus ini
11P13, jika berhubungan dengan dua jenis kelamin yang jarang terjadi yang berkaitan
dengan tumor Wilms, yaitu sindroma WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi
genitourinarius, dan retardasi mental) dan sindroma Denys-Drash (tumor Wilms,
nefropati, dan kelainan genital). Keberadaan lokus kedua, 11p15 dapat menjelaskan
hubungan antara tumor Wilms dengan sindroma Beckwith-Wiedemann, suatu sindroma
kongenital yang ditandai dengan beberapa tipe neoplasma embrional, hemihipertrofi,
makroglosia, dan viseromegali. Terdapat kemungkinan adanya keterlibatan lokus ketiga
pada tumor Wilms yang bersifat familial. Lebih dari 85% tumor Wilms dengan anaplasia
didapatkan adanya mutasi pada gen supresor p53, yang hamper tidak pernah ditemukan
pada tumor wilm tanpa anaplasia.

5. Manifestasi klinis

Lebih dari 90% penderita ditemukan massa abdomen, nyeri perut, hematuria, dan
demam jarang ditemukan. Rupturnya tumor dengan perdarahan intra-abdomen
menyebabkan keadaan acute abdomen. Ekstensi tumor ke dalam vena renalis akan
menyebabkan varikosel, hapatomegali karena obstruksi vena hepatica, asites dan kadang
gagal jantung. Hipertensi sering dipertemukan karena peninggian kadar renin. Pada
pemeriksaan fisi sangan penting dicari tanda yang berkaitan dengan sindroma tumor
wilm yaiu aniridia.

Gejala yang paling sering didapatkan pada tumor Wilms adalah massa abdominal
yang asimtomatik, yang dilaporkan oleh orang tua pasien atau ditemukan oleh dokter saat
pemeriksaan fisik untuk penyakit lain. Massa biasanya lunak dan terfiksir, serta jarang
melewati garis tengah. Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri abdomen dan muntah. Pada 5
- 30% pasien, dapat ditemukan adanya hipertensi, gross hematuria, dan demam. Gejala
hipotensi, anemia, dan febris dapat ditemukan pada sebagian kecil pasien yang
mengalami perdarahan. Pasien dengan penyakit stadium lanjut dapat datang dengan
gejala gangguan saluran pernapasan, yang berhubungan dengan adanya metastasis ke
paru.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa abdomen yang dapat dipalpasi.


Pemeriksaan terhadap massa abdomen harus dilakukan dengan hati-hati, karena palpasi
yang terlalu berlebihan dapat berakibat rupturnya tumor yang besar ke kavum abdomen.
Temuan kelainan-kelainan yang terdapat pada sindroma WAGR dan sindroma Denys-
Drash yang dapat terjadi bersamaan dengan tumor Wilms, seperti aniridia, malformasi
genitourinarius, dan tanda-tanda pertumbuhan yang berlebihan harus dicatat.

6. Patofisiologi

Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan
cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan
meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus
dan tubulus yang primitif dan abortif dengan ruangan Bowman yang tidak nyata, dan
tubulus abortif dikelilingi Stroma sel kumparan.

Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distt, tetapi kemudian di invasi


oleh sel tumor. Tumor ini pada sisitem memperlihatkan warna yang putih atau keabu-
abuan homogen, lunak, dan encepaloid. Tumor tersebut akan menyebar hingga ke
abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
dengan dilakukan palpasi.

Wilms tumor seperti pada retinablastoma disebabkan oleh dua trauma mutasi pada
gen supersor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen supersor
tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua inaktivasi alel kedua
dari gen tumor supersor spesifik.

Munculnya tumor Wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenal ginjal atau pembuluh
Vena renal dan menyembur ke organ lain.
7. Klasifikasi Tumor Wilms

a. Berdasarkan Gambaran Histologi

Tumor Wilms dapat dibedakan menjadi dua kelompok prognostik dengan dasar
histopatologinya, yaitu:

a) Histologi baik (favorable histology)Pada jenis ini didapatkan tumor yang


menyerupai perkembangan ginjal normal dengan tiga tipe sel, yaitu blastemal,
epitelial (tubulus), dan stromal. Tidak semua tumor mengandung ketiga jenis sel
secara bersamaan, tetapi dapat pula ditemukan tumor yang hanya mengandung
satu jenis sel yang membuat diagnosis menjadi lebih sulit .
b) Histologi anaplastik (anaplastic histology)Pada jenis ini didapatkan
pleomorfisme dan atipia yang hebat pada sel-sel tumor yang dapat bersifat fokal
maupun difus. Anaplasia fokal tidak selalu berhubungan dengan prognosis yang
buruk, tetapi anaplasia difus selalu mempunyai prognosis yang buruk (kecuali
pada stadium I). Anaplasia berhubungan pula dengan resistensi terhadap
kemoterapi dan masih dapat terdeteksi setelah kemoterapi preoperatif.
b. Berdasarkan Stadium
Stadium tumor Wilms ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan pencitraan,
terapi operatif dan pemeriksaan patologis yang didapatkan pada saat nefrektomi.
Tumor dengan histologi baik dan histologi anaplastik memiliki stadium penyakit
yang sama sehingga dalam mendiagnosis tumor Wilms, kedua kriteria klasifikasi
(misalnya: stadium II dengan histologi baik atau stadium II dengan histologi
anaplastik) harus disebutkan. Sistem klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini
dibuat oleh National Wilm’s’ Tumor Study Group yang ke-V (NWTSG-V), sebagai
berikut:

a) Stadium I

Untuk tumor Wilms stadium I, harus didapatkan satu atau lebih kriteria di bawah ini:

1. Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya.


2. Permukaan kapsula renalis intak.
3. Tumor tidak ruptur atau telah dibiopsi (biopsi terbuka atau biopsi
jarum) sebelum pengangkatan.
4. Tidak ada keterlibatan pembuluh darah sinus renalis.
5. Tidak ada sisa tumor yang terlihat di belakang batas-batas eksisi.
b) Stadium II
Untuk tumor Wilms stadium II, harus didapatkan satu atau lebih kriteria di
bawah ini:
1. Tumor meluas ke luar dari ginjal tetapi telah dieksisi seluruhnya.
2. Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke kapsula
renalis atau invasi ekstensif ke sinus renalis).
3. Pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor.
4. Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau terdapat
bagian tumor yang pecah selama operasi yang mengalir ke pinggang,
tetapi tidak melibatkan peritoneum.

c) Stadium III

Terdapat tumor residual non hematogen dan melibatkan abdomen dengan satu
atau lebih dari kriteria di bawah ini dapat ditemukan:

1. Tumor primer tidak dapat direseksi karena adanya infiltrasi lokal ke


struktur-struktur vital.
2. Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis (hilus
renalis, paraaorta, atau di belakangnya).
6. Komplikasi
a. Metastasis ke paru-paru, sum sum tulang (anemia), ginjal kontra lateral dan hati.
b. Komplikasi dari pembedahan.
c. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi yang terdiri dari :
a) Efek musculoskeletal
Pengobatan radiasi pada anak-anak dapat mengganggu proses
pertumbuhan dan perkembangan jaringan normal. Tingkat kerusakan
tergantung pada dosis total, fraksinasi, dan lapangan radiasi. Radiasi hanya
pada sebagian dari tulang belakang, seperti yang digunakan dalam panggul
iradiasi sebelum tahun 1960, menghasilkan pertumbuhan diferensial tulang
belakang dan perkembangan selanjutnya dari deformitas tulang belakang.
Akan tetapi, dengan menggunakan teknik dimana keseluruhan dari satu
segmen vertebral yang diiradiasi, dapat mencegah terjadinya deformitas
yang lebih buruk seperti skoliosis.
b) Kesehatan reproduksi
Efek kesehatan reproduksi jangka panjang, termasuk fertilitas dan
tingkat keberhasilan kehamilan, adalah salah satu isu yang signifikan bagi
penderita tumor Wilms, terutama karena organ reproduksi diketahui
bersifat sensitif terhadap pajanan radiasi.
c) Disfungsi renal
Sejumlah besar penderita tumor tersebut memiliki glomerulus subklinis
dan kerusakan tubular. Insufisiensi ginjal kronis telah dilaporkan pada 19-
73% dari penderita yang sembuh dari tumor Wilms yang menjalani
nefrektomi dan radioterapi pada abdomen.Beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk menurunkan kemungkinan terjadinya disfungsi renal
adalah dengan melakukan operasi dengan teknik nefron sparing untuk
jenis tumor Wilms bilateral dengan menghindari kemoterapi nefrotoksik
dan mengoptimalkan strategi terapi radiasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis tumor Wilms,
di antaranya adalah hitung darah lengkap, profil kimia, yang mencakup
pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolisis rutin, urinalisis, pemeriksaan fungsi
koagulasi, dan pemeriksaan sitogenik, yang mencakup.
b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan pencitraan terpilih dalam
mendiagnosis massa pada ginjal atau abdomen, mendeteksi kemungkinan adanya
trombus pada vena renalis atau vena cava inferior, dan dapat memberikan
informasi mengenai kondisi hepar dan ginjal kontralateral. Pada tumor Wilms,
pemeriksaan USG ginjal menunjukkan adanya massa besar yang tidak homogen
dan area-area multipel dengan echogenisitas yang menurun yang menunjukkan
adanya nekrosis.
c. CT Scan
Pemeriksaan CT scan abdomen dapat membantu menentukan asal mula
tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, keterlibatan ginjal bilateral, kondisi
ginjal kontralateral, adanya invasi ke pembuluh pembuluh darah besar (misalnya
vena cava inferior), dan adanya metastasis ke organ-organ lain (misalnya hepar).
d. Foto X-RayToraks
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya metastasis ke organ
paru.

8. Penatalaksanaan
a) Penatalkasanaan Medis
a. Pembedahan
Menurut protokol NWTSG, langkah pertama dalam terapi tumor Wilms adalah
menentukan stadium penyakitnya, diikuti dengan nefrektomi radikal, jika
memungkinkan. Dalam penatalaksanaan tumor Wilms, kunci kesuksesannya
terletak pada terapi secara multimodal, yang terdiri dari operasi, radiasi, dan
kemoterapi.
NWTSG merekomendasikan kemoterapi preoperatif dalam kondisi-kondisi seperti
berikut ini:
a) Perluasan tumor ke dalam vena cava
b) Kondisi ini didapatkan pada 5% kasus tumor Wilms, dan berhubungan
dengan terjadinya komplikasi bedah (40% kasus), meskipun ditangani
oleh ahli bedah yang berpengalaman. Dimulainya kemoterapi setelah
menentukan stadium penyakit dan biopsi dapat menurunkan ukuran
tumor dan trombus, sehingga menurunkan pula insidens komplikasi
bedah hingga 25%.
c) Tumor yang tidak dapat dioperasi (inoperable)
d) Tumor-tumor yang berukuran besar dan melibatkan struktur-struktur
vital membuat reseksi menjadi sulit, insidens komplikasinya tinggi dan
insidens pecahnya tumor juga tinggi. Walaupun demikian, ukuran
tumor dapat diperkecil dengan kemoterapi sehingga insidens pecahnya
tumor dapat diturunkan hingga 50%.
e) Tumor Wilms bilateral
Reseksi tumor dilakukan dengan dibuatnya insisi abdominal
transversa dan eksplorasi abdomen. Eksplorasi harus mencakup organ
ginjal kontralateral dengan memobilisasi kolon ipsilateral dan
membuka fascia Gerota. Jika terdapat tumor bilateral, nefrektomi tidak
dilakukan tetapi dilakukan pengambilan spesimen untuk biopsi. Jika
terdapat tumor unilateral, dilakukan nefrektomi dan diseksi atau
pengambilan sampel dari nodul kelenjar getah bening regional. Biopsi
dilakukan jika tumor tidak dapat direseksi dan nefrektomi ditunda
hingga kemoterapi, yang pada sebagian besar kasus dapat mengecilkan
ukuran tumor.
Pada tumor Wilms bilateral (5% kasus), dilakukan eksplorasi
bedah, biopsi dari kedua sisi, dan penentuan stadium tumor yang
akurat. Tindakan ini diikuti dengan kemoterapi selama enam minggu
sesuai dengan stadium dan histologi tumor. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan ulang menggunakan pemeriksaan penunjang, yang diikuti
dengan operasi definitif.
b. Terapi ajuvan
protokol kemoterapi dan radioterapi pasca operasi yang dilakukan
berdasarkan penentuan stadium saat operasi.

Terapi radiasi pada tumor Wilms dilakukan dalam kurun waktu dua
minggu setelah dilakukannya nefrektomi. Radiasi lokal, tumor bed dan
kelenjar paraaorta dengan batas 1 cm menjadi bagian dalam Clinical Target
Volume (CTV). Dosis yang dianjurkan adalah 10,8 Gy dalam 6 fraksi.

Dalam kasus dimana terjadi ruptur pre operasi, penyebaran ke


peritoneum, atau pecahnya tumor pada saat operasi, keseluruhan abdomen
harus diradiasi dengan dosis 10,5 Gy dalam 7 fraksi. Lapangan radiasi
keseluruhan abdomen ini harus mengikutsertakan seluruh vertebra untuk
mencegah terjadinya skoliosis.

follow-up setelah terapi harus dilakukan dalam jangka waktu yang


lama (jika mungkin, seumur hidup) karena tumor Wilms dapat kambuh
setelah beberapa tahun. Follow-up mencakup pemeriksaan X-ray toraks
dan USG abdomen setiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, setiap 6 bulan
selama 2 tahun berikutnya, dan selanjutnya 2 tahun sekali.

b) Penatalaksanaan Keperawatan

a) Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan pasien

b) Memberikan informasi tentang proses atau kondisi penyakit, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan

c) Mengalihkan rasa nyeri yang di hadapi pasien

d) Melakukan kompres untuk menurunkan suhu tubuh

9. WOC Tumor Wiliam


Kelainan genetik

Poloferasi patolgikblastema

Tubuli dan Glomerulua tidak berdifusi


dengan baik pada kehamilan

Blastema renalis di janin

Pre oprasi Tumor Wiliam


Tindakan
Post oprasi oprasi

Tumor belum menembus Kurang Infolnkon


kapsul ginjal pengetahuan tuinitas
jaringan

berdiferensiasi

Keluarga Anak

Tumor menembus ginjal


perrineal, hilus, vena renal
ansidetas
Resiko infeksi

Ansietas
Nyeri

Disfungsi Hematoma
ginjal

Menyebar ke Paru paru Otak


Gangguan Gang. abdomen
glomerulus Keseimbangan
asam basa

Gang. filtrasi Hemi hipertrofi Sesak nafas


kakeksia

Gang. Nutrisi tubuh


Muntah &
metabolisme berkurang
hematuri Cairan banyak mual
keluar

Nafsu makan Intoleransi


berkurang aktifitas
Resiko kurang
cairan
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUMOR WILIAM


1. Pengkajian
a) Identitas :
menanyakan nama, jenis kelamin, alamat, nomer telefon yang bisa
di hubungi
b) Riwayat kesehatan sekarang :
klien biasanya mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar perut, tidak nafsu makan, mual,muntah,dan diare, badan
panas hanya satu hari pertama sakit
c) Riwayat kesehatan dahulu :
apakah klien mehngeluh ada kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms
d) Riwayat kesehatan keluarga :
apakah ada riwayat kluarga klien pernah mengidap kanker atau
tumor sebelumnya
e) Pemeriksaan fisik :
melakukan pemeriksaan TTV klien, dan mengopservasi head to too
dan yang harus di perhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan
pengukuran tekanan darah pada keempat ekstremitas. Tumor dapat
memproduksi renin atau dapat menyebabkan kompresi vaskuler
sehinggamengakibatkan hipertensi. Deskripsi yang rinci mengenai kelainan
traktus urinarius dan adanya aniridia atau hemipertrofi juga perlu di cari.
f) Pemeriksaan penunjang :
1) Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat
ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang
ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini
ditemukan, maka prognosis diagnosis buruk
2) Pada foto polos abdomen akan tampak massajaringan lunak dan
jarang ditemukan klasifikasi di dalamnya
3) Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran
distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises
4) Dari pemeriksaan renoarteriogram didapatkan gambaran arteri yang
memasuki masa tumor, foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi
kedalam paru-paru
g) Pola aktifitas :
1) Pola nutrisi dan metabolic
Suhu bandan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat
terjadi kelebihan beban sirkulasi karna adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuhklien mudah infeksi karna
adanya depresi system imun, adanya mual, muntah dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karna
adanya edem. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena ureuma.
2) Pola eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan
pada glomelurus menyebabkan sisa-sisa metabolisme tidak dapat di
ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus
yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan origuria sampai
anuria,proteuria, hematuria.
3) Pola aktivitas dan latihan
Pada klien dengan kelemahan malaise, kelembaban otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperglikemia. Dalam perawatan klien
butuh istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah
mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru makapada
inspeksi terlihat retraksi dada, penggunaan oto bantu pernafasa,teraba,
auskultasi terdengar rales dan krekls, pasien mengeluh sesak,frekuensi
nafas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pembesaran
jaringan (dyspnea,ortopnea dan pasien terlihat lemah), anemia dan
hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembulu darah.
Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi
ensefalopati merupakan gejala serabrum karena hipertensi dengan
gejala penglihatan kabur, pusing, muntah dan kejang-kejang.
4) Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur karena sesak dan gatal karena adanya
tremia. Kelebuhan,kelemahan malaise, kelemahan otot dan kelemahan
tonus
5) Kognitif dan perseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan klien bersisikkasar dan
rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
ensefalopati hipertensi. Hipertensi terjadi pada hari pertama sakit dan
ditemukan bila ada infeksi karena imunitas yang menurun
6) Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan
edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh seperti
semula
7) Hubungan peran
Anak tidak boleh di besuk oleh teman-temannya karena jauh
dari lingkungan perawatan yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
2. Diagnose keperawata
No Nanda Noc Nic
1 Nyeri kronik yang Tingkat nyeri (L.08068) Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Definisi : pengalaman Definisi : mengidentifikasi dan
infiltrasi tumor sensorik atau emosional yang mengelola pengalaman sensorik
berkaitan dengan kerusakan akut emosional yang beraitan
jaringan actual atau dengan kerusakan jaringan atau
fungsional, dengan onset fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan mendadak atau lambat dan
berinteraksi ringan hingga berinteraksi ringan hingga berat
berat dan konsisten. dan konsisten.
Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi
jam klien mampu : lokasi,karakteristik,dura
1. Meringis dari skala 4 si,frekuensi,kualitas,inte
menjadi skala 3 nsitas nyeri
2. Sikap progtektif dari 2. Identifikasi skala nyeri
skala 4 menjadi skala 3. Identifikasi respons
3 nyeri non verbal
3. Gelisah dari skala 4 4. Monitor keberhasilan
menjadi skala 3 terapi konplementer
4. Kesulitan tidur dari yang sudah diberikan
skala 4 menjadi skala 5. Mobitor efek
3 sampingpenggunaan
5. Fungsi berkemih dari analgesic
skala 4 menjadi skala 6. Fasilitasi istirahat dan
3 tidur
6. Nafsu makan dari
skala 4 mejadi skala 3
7. Pola tidur dari skala 4
menjadi skala 3
2 Resiko Hipovolemia Status cairan (L.03028) Kekurangan cairan (1.03116)
yang berhubungan Definisi : kondisi volume Definisi : mengidentifikasi dan
dengan gangguan cairan intravaskuler, mengelola penurunan volume
absorbs cairan interstisiel, dan atau cairan intravaskuler.
intraseluler Tindakan :
1. Periksa tanda dan gejala
Setelah dilakukan tindakan hipovolemia (mis.
keperawatan selama 3x24 Frekuensi nadi
jam klien mampu : meningkat, nadi teraba
1. Turgor kulit dari lemah, tekanan darah
skala 4 menjadi skala menurun, tekanan nadi
2 menyempit, turgor kulit
2. Output urin dari skala menurun, membrane
4 menjadi skala 2 mukosa kering, volume
3. Perasaan lemah dari urin menurun,
skala 3 menjadi skala hematocrit
2 meningkat,haus,lemah)
4. Keluhan haus dari 2. Monitor intake dan
skala 4 menjadi skala output cairan
3 3. Hitung kebutuhan
5. Konsentrasi urine cairan,
dari skala 4 menjadi 4. Berikan asupan cairan
skala 3 oral
6. Membrane mukosa 5. Anjurkan
dari skala 4 menjadi memperbanyak asupan
skala 3 cairan oral,
7. Intake cairan dari 6. Anjurkan menghindari
skala 4 menjadi skala perubahan posisi
3 mendadak
7. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl,RL),
8. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotensi (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%),
9. Kolaborasi pemberian
cairan koloid
(mis.albumin,plasmanat
e),
10. Kolaborasi pemberian
produk darah
3 Defisit Nutrisi yang Status nutrisi (L.030330) Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhububgan Definisi : keadekuatan Definisi : mengidentifikasi dan
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk mengelola asupan nutrisi yang
mengabsorbsi nutrisi memenuhi kebutuhan seimbang
metabolisme Tindakan :
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
keperawatn selama 3x24jam 2. Monitor asupan
klien mampu : makanan
1. Nyeri abdomen dari 3. Monitor berat badan
skala 4 menjadi skala 4. Monitor hasil
2 pemeriksaan
2. Indeks masa tubuh labolatorium
(IMT) dari skala 4 5. Berikan makanan tinggi
menjadi skala 3 serat untuk mencegah
3. Nafsu makan dari konstipasi
skala 4 menjadi skala 6. Berikan makanan tinggi
3 kalori dan tinggi protein
4. Bising usu dari skala 7. Kolaborasi dengan ahli
4 menjadi skala 3 gizi untuk menentukan
5. Membran mukosa jumlah kalori dan jenis
dari skala 4 menjadi nutrisi yang dibutuhkan
skala 3 jika perlu.

3. Evaluasi
a. Anak sudah tidak merasa nyeri karena anak sudah tidak rewel seperti waktu
pertama kali datang
b. Anak sudah berkurang dari rasa gelisah, untuk jam tidur anak sudah mulai
teratur dari tidur siang dan malam.
c. Mukosa bibir pada anak lembab.
d. Dari kebutuhan cairan anak output dan input menjadi normal dan stabil.
e. Warna urine pada anak sudah sedikit tidak pekat.
f. Dalam pemeriksaan bising usus pada anak sudah mulai normal yaitu 10
x/Menit
g. Untuk usupan makan anak meningkat, anak makan 3x sehari dengan porsi
makan dihabiskan 1 porsi.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Tumor Wilms adalah tumor ginjal padat yang dapat dijumpai pada anak berusia di
bawah 10 tahun (10%) dengan kemungkinan risiko terkena yang hampir sama pada laki-
laki maupun perempuan. Tumor Wilms paling sering dijumpai pada anak berusia 3 tahun
dan sekitar 10% merupakan lesi bilateral. Tumor Wilms mungkin ditemukan pada anak
dengan kelainan anridia (tidak memiliki iris), dan sindrom Beckwith Wiedemann
(makroglosia, omfalokel, viseromegali, dan hipoglikemia neonatal).

Penyebab pasti tumor Wilms tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada satu atau beberapa gen. Pada sel-sel
dari sekitar 30% kasus tumor Wilms didapatkan delesi yang melibatkan setidaknya dua
lokus pada kromosom 11. Delesi-delesi konstitusional hemizigous pada satu dari lokus
ini, yaitu 11P13, juga berhubungan dengan dua jenis kelainan yang jarang terjadi yang
berkaitan dengan tumor Wilms, yaitu sindroma WAGR (tumor Wilms, aniridia,
malformasi genitourinarius, dan retardasi mental) dan sindroma Denys-Drash (tumor
Wilms, nefropati, dan kelainan genital). Keberadaan lokus kedua, 11p15 dapat
menjelaskan hubungan antara tumor Wilms dengan sindroma Beckwith-Wiedemann,
suatu sindroma kongenital yang ditandai dengan beberapa tipe neoplasma embrional,
hemihipertrofi, makroglosia, dan viseromegali.

Gejala yang paling sering didapatkan pada tumor Wilms adalah massa abdominal
yang asimtomatik, yang dilaporkan oleh orang tua pasien atau ditemukan oleh dokter saat
pemeriksaan fisik untuk penyakit lain. Massa biasanya lunak dan terfiksir, serta jarang
melewati garis tengah. Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri abdomen dan muntah. Pada 5
- 30% pasien, dapat ditemukan adanya hipertensi, gross hematuria, dan demam. Gejala
hipotensi, anemia, dan febris dapat ditemukan pada sebagian kecil pasien yang
mengalami perdarahan. Pasien dengan penyakit stadium lanjut dapat datang dengan
gejala gangguan saluran pernapasan, yang berhubungan dengan adanya metastasis ke
paru.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distt, tetapi kemudian di invasi
oleh sel tumor. Tumor ini pada sisitem memperlihatkan warna yang putih atau keabu-
abuan homogen, lunak, dan encepaloid. Tumor tersebut akan menyebar hingga ke
abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
dengan dilakukan palpasi.

Klasifikasi tumor wilms berdasarkan Berdasarkan Gambaran Histologi (Histologi


baik (favorable histology) Histologi anaplastik (anaplastic histology). Berdasarkan
Stadium, stadium (I,II,III). Komplikasi dari penyakit tumor wilms seperti, 1). Metastasis
ke paru-paru, sum sum tulang (anemia), 2). ginjal kontra lateral dan hati. Komplikasi dari
pembedahan. 3). Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi. Pemeriksaan
Penunjang 1). Laboratorium 2). Ultrasonografi (USG) 3). CT Scan 4). Foto X-RayToraks
. pemeriksaan penunjang 1). Pembedahan 2) terapi ajuvan.
Daftar Pustaka

Hartanto Sugandi and Supriana Nana.2014. Tatalaksanaan tumor Wilms. Radioterapi &
Onkologi Indonesia. Vol.5 : 61-69.

Mulatsih Sri and Farah Diba Vicka.2009. Neuroblastoma pada Anak Usia 7 Tahun. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. Vol.10 : 292-295.

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI).2019.Pedoman Tata Laksana Kanker Ginjal.Jakarta: Ikatan
Ahli Urologi Indonesia (IAUI)

PPNI (2016).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,Edisi


1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.


Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2016).Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Sutedja Tirawan and Supriyana Nana.2017.Radioterapi Pada Wilms’Tumor. Radioterapi &


Onkologi Indonesia.Vol.8 : 84-92.

Anda mungkin juga menyukai