Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor
prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan ultrasonografi abdomen
sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di klinik-klinik rawat jalan, makin
banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal yang masih dalam stadium awal.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang dewasa.
Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-anak di
bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa
tiap tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi
dengan kelainan pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien
bertahan hidup hingga 5 tahun.
Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan rata-rata
kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal sedikit lebih banyak terjadi
pada laki-laki dibanding wanita (2:1) dan umumnya terdiagnosa pada usia antara 50 70
tahun, tapi dapat terjadi pada usia berapa saja juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10%
keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya merupakan lesi
bilateral.

B.

RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul adalah:
1. Bagaimanakah konsep penyakit dari tumor renal?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor renal?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Penulis makalah ini daharapkan dapat membuat asuhan keperawatan tenteng
tumor renal.
2. Tujuan khusus
a) Dapat melakukan pengkajian untuk menggali data yang ada pada
pasien tumor renal.
1

b) Dapat mengindetifiaksi masalah keperawatan dan menegakkan


diagnosa keperawatan pada pasien tumor renal.
c) Dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien tumor renal.

D. METODE
Dalam penyusunan makalah ini kami mengangkat metode kajian pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada
dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel
ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang
melapisi tubulus renalis.
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista
(rongga berisi cairan) biasanya jinak.
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal adalah
organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih
seseorang. Ini membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran
darah, membuat urin, yang pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh.
Manusia dilahirkan dengan dua ginjal. Tumor Ginja terbentuk ketika sel tumbuh
terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya, sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel
baru. Ketika proses ini berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru
tumbuh ketika mereka tidak dibutuhkan, membuat tumor. Ketika tumor ginjal
jinak, tidak kanker dan tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun, kadangkadang tumor dapat mengganggu fungsi organ, sehingga mereka bisa diangkat
melalui pembedahan.
Jauh lebih serius adalah tumor ganas ginjal, yang kanker dan dapat menyebar
ke area lain di tubuh seseorang. Jenis tumor ginjal berpotensi mengancam
kehidupan. ginjal sel karsinoma , karsinoma sel transisional , dan 'tumor Wilms
adalah tumor sering didiagnosis kanker ginjal yang paling. Pada orang dewasa,
karsinoma sel ginjal berkembang paling sering. Anak-anak lebih mungkin untuk
mengembangkan 'tumor Wilms kanker .
Bila seseorang memiliki karsinoma sel ginjal, tumor ginjal berkembang dalam
sel unit penyaringan ginjal itu, yang disebut nefron. Sering kali, sel-sel kanker di
daerah ini berkembang sebagai salah satu massa dalam satu ginjal. Namun,
dimungkinkan untuk lebih dari satu tumor ginjal untuk mengembangkan hanya
pada satu ginjal, dan kedua ginjal dapat dipengaruhi oleh tumor pada saat yang
sama.
3

Karsinoma sel Transisi berkembang di lapisan pelvis ginjal , yang merupakan


bagian dari organ yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan pengeringan
limbah cair. Kadang-kadang tumor ini juga terbentuk dalam ureter, yang tabung
sempit yang mengarah ke kandung kemih. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan
mengembangkan di kandung kemih itu sendiri.
Tumor Wilms terbentuk dalam ginjal dan dapat menyebar ke limfe node yang
dekat ginjal. Mereka juga bisa menyebar ke hati dan paru-paru. Sayangnya, jenis
ini biasanya mempengaruhi tumor ginjal anak-anak yang kurang dari lima tahun.
Meskipun setiap orang dapat mengembangkan karsinoma sel ginjal, risiko
meningkat dengan usia, dan mereka yang paling umum pada mereka yang 60 dan
di atas. Pria lebih berisiko daripada wanita, dan merokok dan obesitas juga menjadi
faktor risiko. Mereka yang terkena asbes , kadmium , dan tichlorothylene mungkin
lebih beresiko, sebagai orang-orang yang telah dirawat karena gagal ginjal di masa
lalu. Untuk alasan yang tidak sepenuhnya dipahami, mereka yang tinggi tekanan
darah juga lebih beresiko.
Merokok juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan karsinoma sel
transisional. Seseorang juga lebih berisiko untuk mengembangkan jenis tumor
ginjal ketika ia bekerja dengan bahan kimia karsinogenik di tempat kerja. Sebuah
obat phenacetin disebut, yang tidak lagi di pasar di Amerika Serikat, telah
dikaitkan dengan jenis tumor ini juga.
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal memiliki
sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang
merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung
kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria)
dan vulva (wanita).
Fungsi ginjal adalah untuk:
a) Menyaring limbah metabolic.
b) Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah.
c) Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari
tubuh.
d) Membantu mengatur tekanan darah.
e) Membantu mengatur pembentukan sel darah.
f) Setiap

ginjal

terdiri

dari

sekitar

juta

unit

penyaring

(nefron).

sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding
4

yang berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah


(glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
Anatomi ginjal
Kedua ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing di
sisi kanan dan di sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai
vertebrata L3. Ren dexter terletak sedikit lebih rendah daripada ren sinister karena
besarnya lobus hepatis dexter. Masing-masing ren memiliki facies anterior dan
facies posterior, margo medialis dan margo lateralis, extremitas superior dan
extremitas inferior (Keith, 2002).
Ke arah kranial masing-masing ren berbatas pada diaphragma yang
memisahkannya dari cavitas pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies
posterior ren berbatas pada musculus quadratus lumborum. Nervus subcostalis dan
arteria subcostalis dan vena subcostalis serta nervus iliohypogastricus melintas ke
kaudal dengan menyilang facies posterior ren secara diagonal. Hepar, duodenum
dan colon ascendens terletak ventral berbatas pada gaster (ventriculus), splen
(lien), pancreas, jejunum dan colon descendens (Keith, 2002).
Pada tepi medial masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang
dikenal sebagai hilum renale, yakni tempat arteria renalis masuk, dan vena renalis
serta pelvis renalis keluar. Hilum renale sinistrum terletak dalam bidang
transpilorik, kira-kira 5 cm dari bidang median, setinggi vertebra L1. Di hilum
renale vena renalis terletak ventral dari arteria renalis yang berada ventral dari
pelvis renalis. Hilum renale memberi jalan ke suatu ruang dalam ren yang dikenal
sebagai sinus renalis dan berisi pelvis renalis, calices renales, pembuluh, saraf dan
jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-beda (Keith, 2002).
Kedua ureter adalah pipa berotot sempit yang mengantar urin dari kedua ren
ke vesica urinaria. Bagian kranial ureter yang lebar, yakni pelvis renalis terjadi
karena persatuan dua atau tiga callices renales majores yang masing-masing
menghimpun dua atau tiga calices renales minores. Setiap calices renales minores
memperlihatkan sebuah takik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak
pyramis renalis yang disebut papilla renalis. Pars abdominalis ureter melintas amat
dekat pada peritoneum parietale dan terletak retroperitoneal dalam seluruh
panjangnya. Kedua ureter melintas ke arah mediokaudal sepanjang processus
transversi vertebrarum lumbaliorum dan menyilang arteria iliaca externa tepat
5

distal dari tempat arteria iliaca externa dipercabangkan dari arteria iliaca
communis. Lalu masing-masing ureter menyusuri dinding pelvis lateral untuk
bermuara dalam vesica urinaria (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis (adrenalis) masing-masing terletak pada bagian
kraniomedial ren. Masing-masing glandula suprarenalis terbungkus dalam capsula
fibrosa dan diliputi oleh fascia renalis. Bentuk dan topografi masing-masing
glandula suprarenalis berbeda. Glandula suprarenalis dextra yang berbentuk segi
tiga, terletak ventral terhadap diaphragma dan ke arah ventral menyentuh vena cava
inferior di sebelah medial dan hepar di sebelah lateral. Glandula suprarenalis
sinistra yang berbentuk seperti bulan sabit berbatas pada splen, gaster, pancreas dan
crus diaphragma (Keith, 2002).
Arteria renalis dilepaskan setingi discus intervertebralis antara vertebra L1 dan
vertebra L2. Arteria renalis dextra yang lebih panjang melintas dorsal dari vena
cava inferior. Secara khas di dekat hilum renale masing-masing arteri bercabang
menjadi 5 arteria segmentalis yang merupakan arteria akhir-akhir, artinya ialah
bahwa arteri-arteri ini tidak beranostomasis. Arteria segmentalis melintas ke
segmenta renalia. Beberapa vena menyalurkan darah dari ren dan bersatu menurut
pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena renalis terletak
ventralis terhadap arteria renalis dan vena renalis sinistra yang lebih panjang
melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke dalam
vena cava inferior (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis memiliki vaskularisasi yang amat luas melalui
arteria suprarenalis yakni cabang arteria phrenica inferior, melalui arteria
suprarenalis media (satu atau lebih) dari aorta abdominalis, dan melalui arteria
suprarenalis inferior dari arteria renalis. Darah dari masing-masing glandula
suprarenalis disalurkan keluar oleh vena suprarenalis yang besar dan seringkali
banyak vena kecil. Vena suprarenalis dextra yang pendek bermuara ke dalam vena
cava inferior sedangkan yang lebih panjag di sebelah kiri bersatu dengan vena
renalis sinistra (Keith, 2002).
Arteri untuk pars adominalis ureter biasanya berasal dari tiga sumber: arteria
renalis, arteria testicularis atau arteria ovarica dan aorta. Penyaluran balik darah
dari kedua ureter terjadi melalui vena testicularis atau vena ovarica. Pembuluh
limfe ren mengikuti vena renalis dan ditampung oleh nodi lmphoidei lumbales
6

aortici. Pembuluh limfe dari bagian kranial uereter dapat bersatu dengan yang
berasal dari ren atau langsung ditampung oleh nodi lymphoidei lumbales.
Pembuluh limfe dari bagian tengah ureter biasanya ditampung oleh kelenjar limfe
sepanjang arteria iliaca communis, sedangkan yang berasal dari bagian kaudal
ditampung oleh nodi lymphoidei iliaci interni (Keith, 2002).
Pembuluh limfe dari glandula suprarenalis berasal dari pleksus di sebelah
dalam capsula glandula suprarenalis dan dari pleksus di sebelah dalam medulla
glandula suprarenalis. Banyak pembuluh limfe keluar dari glandula suprarenalis ;
terbanyak pembuluh-pembuluh ini berakhir dalam nodi lymphoidei lumbales
(Keith, 2002).
Saraf-saraf untuk ren dan ureter berasal dari plexus renalis dan terdiri dari
serabut simpatis dan parasimpatis. Serabut aferen plexus renalis berasal dari nervi
sphlanchnici thoracici. Kedua glandula suprarenalis dipersarafi secara luas dari
pleksus coeliacus dan nervi splanchnici thoracici (Keith, 2002).
2. EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS
Di rumah sakit, insidens tumor ginjal menempati urutan ke tiga dari tumor
saluran kemih setelah tumor kandung kemih dan prostat. Tumor ginjal padat jinak
lebih jarang ditemukan dibanding tumor ganas (De Jong, 2000). Karsinoma ginjal
terjadi di tubuli proksimal ginjal. Hipotesis Grawitz (1883) bahwa tumor terjadi
dari sisa adrenal di dalam ginjal ternyata tidak betul dan nama hipernefroma yang
didasarkan atas ini tidak berlaku lagi. Tumor ini tiap tahun dijumpai pada 5 dari
tiap 100.000 laki-laki dan 3 tiap 100.000 wanita. Kelainan ini dapat terjadi pada
umur 17 70 tahun. Dengan frekuensi puncak antara 60 dan 70 tahun. Karsinoma
ginjal merupakan 2 3% semua malignitas.
3. PENYEBAB / ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah
secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan
menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang
dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor
yang ganas disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak
jaringan di sekitarnya.

Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau
sistem getah bening dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini dikenal
sebagai metastase tumor). Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya
meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal. Resiko terjadinya karsinoma sel
ginjal meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling sering
terjadi pada usia 50-70 tahun. Pria memiliki resiko 2 kali lebih besar dibandingkan
wanita.
Faktor resiko lainnya adalah:
a) Merokok
b) Kegemukan (obesitas)
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi).
d) Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes).
e) Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun
memiliki resiko tinggi).
f) Penyinaran.
g) Penyakit Von Hippel-Lindau.
h) Makanan tinggi lemak.
i) Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
j) Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka
panjang, penggunaan analgesic dalam waktu lama.
4.

PATOLOGI DAN PATOGENESIS


Seperti telah disinggung tumor ini berasal dari sel tubulus proksimal ginjal
yang dapat dimulai dari dearah korteks maupun dari daerah dekat medula. Tumur
dari daerah korteks cenderung untuk meluas ke daerah jaringan di sekitar ginjal.
Tumor sendiri mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari jaringan parenkim yang
tertekan serta jaringan fibrous dan sel-sel imflamasi. Infiltrasi tumor ke arah luar
pada karsinoma sel ginjal menimbulkan tonjolan atau bulding atau masa yang
dapat dipakai sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG dan CT-Scaning.
Karsinoma sel ginjal mempunyai ukuran yang sangat bervariasi mulai dari
ukuran kecil sampai besar dengan diameter berukuran 8-9cm. Jika tumor telah
besar secara makroskopik akan terlihat permukaan berwarna kekuningan atau
8

berwarna orange oleh karena banyak mengandung zat lemak. Potongan


permukaan pada tumor yang lebih kecil tampak homogen, sedangkan tumor yang
lebih besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan daerah
pendarahan dan daerah nikrosis serta sekali-sekali ditemukan adanya kalsifikasi di
dearah perifer. Secera histopatologi karsinoma sel ginjal ini dapat digolongkan
pada bentuk clear cell type (25%), granular cell type (25%), bentuk sarkomatoid
cell type (2%). Bentuk yang lebih sering adalah bentuk mixed type (48%).
Keluhan klinis tumor turut ditentukan oleh besarnya tumor dan invasi terhadap
jaringan sekitar seperti kelenjar getah bening serta invasi ke dalam pembuluh
darah. Invasi ke dalam pembuluh darah ini terutama ke dalam vena renalis pada
gilirannya memberikan keluhan dan gejala metastasis tumor tersebut.
5.

PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari tubulus proksimal ginjal yang mula-mula berada
didalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor
bisa berasal dari tubulus distalis maupun duktus kolegentes. Biasanya tumor ini
disertai dengan pseudokapsul yang tediri atas parenkim ginjal yang tertekan oleh
jaringan tumor dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang
berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota
merupakan barier yang menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya.
Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye, sedangkan pada gambaran
histopatologik terdapat berbagai jenis, yakni clear cell, granular, sarkomatoid,
papiler dan bentuk campuran.

6.

PATHWAY
Sel-sel dalam saluran kemih
membelah diluar kendali
Faktor Resiko:
merokok,kegemukan
, tekanan darah
tinggi,dll

Terbentuk massa
9
Metastase tumor

+
Regangan
fasis ginjal
Batu ginjal
&
kontraksi
Nyeri pada
otot ureter Inflama
sisi ginjal
si
yang
Ureter
Hematuria

Tumor ganas
Menurunny
a
berat badan

Perubahan
warna Urin

Kurang informasi

PK Demam

MK gg
kesimbangan
cairan krg dr
kebutuhan tubuh

MK nyeri
MK Resiko
kekurangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

MK Kurang
pengetahu
an

7. KLASIFIKASI
1. TUMOR JINAK
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang
terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan
merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma.
Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya
simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena
pertumbuhan yang multisentrik (De Jong, 2000).
b. Fibroma Renalis
10

Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis
atau tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara
tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala
klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal
keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau
papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi
tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang
terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi
didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis
tidak jelas perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ; keduanya
tersusun atas sel besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya
berdasarkan ukurannya ; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm
ditentukan sebagai tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat
dipegang sebab karsinoma stadium awal juga mempunyai diameter kurang
dari 30 mm. Proses ganas dapat terjadi pada adenoma korteks.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan
mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat
begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
e. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal.
Beberapa menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau
merupakan predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi
trauma.Tumor yang jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang
memproduksi renin yang merupakan penyebab terjadinya

hipertensi

(Underwood, 2000). Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan
leiomioma (De Jong, 2000).
11

2. TUMOR GANAS
a. Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang
berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh
keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur
lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya
alat bantu diagnosa USG dan CT scan (Basuki, 2003).
b. Nefroblastoma
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak
berusia kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun.
Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anakanak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan
(Basuki, 2003). Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan
dan laki-laki sama banyaknya. (Underwood, 2000). Tumor Wilms merupakan
10% dari semua keganasan pada anak. Tumor ini mungkin ditemukan pada
anak dengan kelainan aniridia, keraguan genitalia pada anak dan sindrom
Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia
neonatal). Satu persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan
secara dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms telah dilokasi pada garis p
13 kromosom 11 (De Jong, 2000).
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau
karsinoma sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan
berupa: anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia (Basuki, 2003).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1) karsinoma sel
transitional dan (2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang
terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra proksimal, pielum juga dilapisi oleh
sel-sel transitional dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma
transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel
pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis (Basuki,
2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel
renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional
12

yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam


rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya
hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai
vena renalis (Underwood, 2000)
7. GEJALA KLINIS
a) Pada stadium dini, tumor ginjal jarang menimbulkan gejala.
b) Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria
(adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang
tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih.
c) Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa
bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa
pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
d) Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin, yang
merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah.
e) Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
1) Nyeri pada sisi ginjal yang terkena.
2) Penurunan berat badan.
3) Kelelahan.
4) Demam yang hilang-timbul.
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut,perutnya membuncit ketika di
bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena invasi tumor yang menembus
sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap
protein tumor. Gejala lain yang bisa muncul adalah :
1) Malaise ( merasa tidak enak badan).
2) Anorexia.
3) Anemia.
4) Lethargi.
5) Hemihypertrofi
6) Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada ( karena ada metastase ).
7)
8. PEMERIKSAAN
a.
Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intravena
Foto polos abdomen dan pielografi intravena ini dapat digunakan
untuk memastikan adanya batu saluran kencing yang disertai dengan
hidronefrosis. Pada periksaan ini urolitiasis akan memperlihatkan adanya
kalsifikasi, kemungkinan hidroureter dan hidronefrosis. Jika gambaran ini
13

tidak ditemukan dan sebaliknya ada bulding dari kontur ginjal orang akan
memikirkan karsinoma sel ginjal. Dugaan ini diperkuat oleh adanya bayangan
homogen dengan kalsifikasi yang linier atau terlokalisir pada bagian ginjal
tertentu. Ketepatan diagnostic dengan cara ini hanya sekitar 75% dan karena
itu masih diperlukan pemeriksaan konformasi lainnya.
b.

Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi bersifat non-invasif, tidak terlalu mahal
dan hampir tidak mempunyai dampak sampingan. Ultrasonografi dapat juga
digunakan sebagai penuntun dalam melakukan biopsy aspirasi memakai jarum
halus.

Gambaran

radiologis

pertanda

karsinoma

sel

ginjal

adalah

didapatkannya masa tanpa internal echo kista sederhana dengan transmisi


homogeny dan adanya gambaran dinding di bagian posterior. Ketepatan
c.

diagnostic dengan cara ini cukup tinggi dan dilaporkan kira-kira 95%.
Pemeriksaan CT-Scanning
Ketepatan diagnosis dengan cara ini lebih tinggi dan dilaporkan
mencapai 98%. Hasil ini lebih tinggi lagi jika CT-Scan dikerjakan bersamaan
dengan media kontras. Walau lebih mahal biaya tindakan diagnostic ini
bebrsifat invasive. Dugaan karsinoma sel ginjal ditandai dengan masa
hipoekoik di dearah tumor. Dengan media kontras masa ini tampak homogeny

d.

dengan area hipoekoik yang lebih jelas dari jaringan ginjal disekitarnya.
Angiografi Ginjal
Merupakan suatu tindakan diagnostic tergolong invasive dan
mempunyai banyak komplikasi seperti perdarahan, timbulnya emboli, terjadi
aneurisme pada tempat suntikan. Komplikasi yang lebih berat timbul apabila
menderita alergi terhadap bahan kontras. Adanya tumor pada pemeriksaan ini
ditunjukan oleh adanya neovaskularisasi dan fistula arteriovenosa. Dengan
arteriografi ginjal dapat diketahui adanya invasi tumor kea rah vena kava dan
vena renalis. Walau agak mahal dan mempunyai beberapa resiko, pemeriksaan
ini masih dipertahankan pada pasien yang mempunyai satu ginjal (setelah
nefrektomi atau satu ginjal atrofi) sebagai pedoman untuk pengobatan atau

e.

tindakan nefrektomi parsial.


Pemeriksaan Radionuclide Image
Pemeriksaan ini menjadi penting untuk pasien yang alergi terhadap
bahan kontras sehingga tidak dapat dilakukan pielografi intravena atau CTScanning memakai bahan kontras. Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh
14

adalah dapat dibuat diagnosis metastasis jarak jauh seperti metastasis ke


tulang, paru dan otak. Biaya pemeriksaan relative mahal namun diperlukan
dalam mengupayakan

penatalaksanaan

pasien. Disamping

nefrektomi

mungkin diperlukan obat-obat seperti interferon dan interleukin untuk


f.

menekan metastasis.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Perlu dikerjakan untuk mengetahui histopatologis yang terjadi pada
seseorang pasien yang disangka karsinoma sel ginjal, sekaligus untuk
membedakan

dari

tumor

lain.

Untuk

aspirasi

diperlukan

tuntunan

ultrasonografi untuk menjamin bahwa jaringan yang diambil dapat mewakili


tumor yang hendak kita tentukan jenisnya dan untuk menghindari bagianbagian lain yang mungkin terdiri dari pembuluh darah. Bahaya perdarahan
dapat terjadi namun tidak sering dilaporkan dengan adanya tuntunan
ultrasonografi.
9. PROGNOSIS
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang
berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika
urinaria.
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena
kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa
memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar dengan
cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang jauh, maka
prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran, kemoterapi maupun
hormon.
10. THERAPY
Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal adalah
pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek atau nefrotomi
radikal).
Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar adrenal
diatasnya, jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening.
Pada nefrektomi simplek, dilakukan pengangkatan ginjal saja.
15

Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat khusus ke dalam pembuluh
darah yang menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini, tumor akan
kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya.
Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum pembedahan atau untuk mengurangi
nyeri dan perdarahan jika pembedahan tidak mungkin dilakukan. Embolisasi arteri
bisa menyebabkan mual, muntah atau nyeri yang bersifat sementara. Terapi
penyinaran biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri pada kanker yang telah
menyebar ke tulang. Efek samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat
penyinaran menjadi merah atau gatal, mual dan muntah.
Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya
interferon atau interleukin-2. Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan
juga dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit.
11. PENATALAKSANAAN
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala
diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
1. Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan
dilanjutkan beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil
yang cukup memuaskan. Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi
dari Actinomisin D dengan Vincristine.
2. Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik
terhadap radioterapi (bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau
setelah operasi dan kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika
sebagai terapi sandwich (Basuki, 2003).
3. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati
garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar
limfa retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan para aorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava,
tumor tersebut harus diusahakan diangkat. Pada waktu pembedahan harus
diusahakan agar tidak terjadi penyebaran untuk mencegah kenaikan tingkat
16

keganasan klinis. Pada awal pembedahan v. Renalis dan v. Kava sebaiknya


ditutup dengan klem, sebelum memanipulasi ginjal yang kena tumor. Pada
tumor bilateral harus dilakukan pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum
untuk menentukan diagnosa dan perangai histologik. Apabila termasuk
golongan prognosis baik, dapat diberikan kemoterapi disusul dengan
nefrektomi parsial. Kalau termasuk golongan prognosis buruk harus
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi dan radiotrapi kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
4. Kemoterapi
Tumor renal termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika
yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek
samping yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat
diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32%
dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4
8 minggu. Jadi, tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko
rupture intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah
di reseksi total. Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif
dalam pengobatan tumor, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin,
Cisplatin dan Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah
menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi
akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga
pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
a) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces,
diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari
secara

intravena.

Dosis

total

tidak

melebihi

500

mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu


digunakan sebagai terapi prabedah.
b) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya
diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara
intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat
menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak
terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena.
17

Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang


menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan
sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.
c) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces
pencetius, diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari
selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini
tidak dapat melewati sawar otak, dapat menimbulkan toksisitas pada
miokard

bila

melebihi

dosis.

Dapat

dikombinasi

dengan

Aktinomisin D.
d) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.
e) Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 1800
mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral
100-300 mg/m2/hari.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
Pengkajian fisik
Pengkajian Perpola
1) Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar
18

mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya
depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake
nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan
pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2) Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi
penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria,proteinuri, hematuria.
3) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena
adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan
otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien
mengeluh

sesak,

frekuensi

napas.

Kelebihan

beban

sirkulasi dapat

menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat


lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh
darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi
ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala
penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tibatiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4) Polatidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.
5) Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi
karena inumnitas yang menurun.
6) Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula.
7) Hubungan peran :
Pasien tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
19

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ureter
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme
protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah
ditandai dengan penurunan berat badan lebih dari 20 %
c. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan
(fase diuretic) ditandai dengan turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
keterbatasan kognitif, kurang terpajannya informasi ditandai dengan sering
bertanya,

menyatakan

masalahnya,

dan

tidak

akurat

dalam

mengikuti

instruksi/pencegahan komplikasi.

3. INTERVENSI
a)

DX 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi ureter


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri
berkurang/hilang

Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang.
2) Klien tidak meringis.

Intervensi :
No
1

Intervensi
Rasional
Kaji lokasi dan durasi tingkat Memberikan informasi yang diperlukan

nyeri
Ajarkan

relaksasi
Berikan
reposisi

teknik

distraksi

pengalihan
dan

menyenangkan

untuk merencanakan asuhan.


dan Untuk melancarkan peredaran darah

sehingga nyeri berkurang


seperti Untuk
meningkatkan

kenyamanan

aktivitas dengan mengalihkan perhatian klien dari


seperti rasa nyeri

mendengarkan musik atau nonton


4

TV
Kolaborasi pemberian analgetik
(asam mefenamat)

Analgetik dapat mengurangi nyeri

20

b)

DX 2 : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


katabolisme

protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,

anoreksi, mual, muntah ditandai

dengan penurunan berat badan

lebih dari 20 %.
Tujuan:

setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

3x

24

jam

pasien

mempertahankan status nutrisi adekuat.


Kriteria Hasil :
1) Berat badan stabil.
2) Tidak ditemukan adema.
3) Albumin dalam batas normal.
No
1

Intervensi
Rasional
Monitor intake makanan setiap Memberikan informasi tentang status
hari, apakah klien makan sesuai gizi klien

dengan kebutuhannya
Anjurkan
klien

untuk Kalori merupakan sumber energy

mengkonsumsi makanan tinggi


kalori dengan intake cairan yang
3

adekuat
Kontrol faktor lingkungan seperti Mencegah

mual

muntah,

distensi

bau busuk atau bising. Hindarkan berlebihan, dispepsia yang menyebabkan


makanan

yang

terlalu

manis, penurunan

berlemak dan pedas


4

Kolaboratif dengan ahli gizi

nafsu

makan

serta

mengurangi stimulus berbahaya yang


dapat meningkatkan ansietas.
Untuk mengetahui/menegakkan diet
makanan dan minuman

b) DX 3 : Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan


berlebihan (fase diuretic) ditandai dengan turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir
kering.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan kebutuhan
cairan klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1)Turgor kulit elastic
2) Mukosa bibir lebab
Intervensi :
21

No
1

Intervensi
Rasional
Ukur intake dan output cairan, memberikan

2
3
4

hitung IWL yang akurat


Perhatikan tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan sesuai indikasi
Awasi hasil lab : elektrolit Na+

informasi

tentang

status

cairan
Untuk mengetahui tingkat dehidrasi
mencegah terjadinya dehidrasi
Na+ berfungsi untuk mengikat cairan
dalam tubuh

d) DX 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajannya informasi ditandai dengan sering
bertanya,

menyatakan

masalahnya,

dan

tidak

akurat

dalam

mengikuti

instruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
klien mengetahui informasi tentang penakitnya.
Kriteria Hasil:
1) Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
2) Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Intervensi :
No
1

Intervensi
Rasional
Review pengertian klien dan Menghindari
keluarga

tentang

adanya

duplikasi

dan

diagnosa, pengulangan terhadap pengetahuan klien

pengobatan dan akibatnya


Tentukan persepsi klien tentang Memungkinkan dilakukan pembenaran
kanker

dan

pengobatannya, terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi

ceritakan pada klien tentang serta kesalahan pengertian


pengalaman klien lain yang
3

menderita kanker
Beri informasi yang akurat dan Membantu klien dalam memahami proses
faktual.

Jawab

secara

spesifik,

pertanyaan penyakit
hindarkan

informasi yang tidak diperlukan


Berikan bimbingan kepada Membantu klien dan keluarga dalam
klien/keluarga

sebelum membuat keputusan pengobatan

mengikuti prosedur pengobatan,


therapy yang lama, komplikasi.
22

Anjurkan

klien

untuk Mengetahui

sampai

sejauh

mana

memberikan umpan balik verbal pemahaman klien dan keluarga mengenai


dan mengkoreksi miskonsepsi penyakit klien
tentang penyakitnya
D. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi yang ada diatas.
E. EVALUASI
1. Dx 1 Nyeri berhubungan dengan inflamasi ureter ditandai dengan klien
meringis.
Evaluasi : Nyeri klien berkurang/hilang dalam skala 0 (0-10).
2. Dx 2 Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi,
mual, muntah ditandai dengan penurunan berat badan lebih dari 20 %.
Evaluasi : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.
3. Dx 3 Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan
berlebihan (fase diuretic) ditandai dengan turgor kulit tidak elastis, mukosa
bibir kering.
Evaluasi : Kebutuhan cairan klien terpenuhi.
4. Dx 4 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajannya informasi ditandai
dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam
mengikuti instruksi/pencegahan komplikasi.
Evaluasi : Klien mengetahui informasi tentang penyakitnya.

23

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma
renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.
Faktor penebabnya adalah:
a) Merokok
b) Kegemukan (obesitas)
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
d) Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki
resiko tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes).
e) Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa
menahun memiliki resiko tinggi)
B. SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa perawat agar lebih memahami sistem perkemihan
dalam tubuh untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa.

24

DAFTAR PUSTAKA
Brunner

&

Suddart.2002.Buku

Ajar

Keperawatan

Medikal-Bedah

Edisi

vol.2.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC


Carpenito-moyet,Lynda Juall,2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Djafaar,Jusman.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 ed.3.Jakarta:Balai Penerbit
FKUI
Santosa,Budi,2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Prima Medika.
Underwood, J.CE.2000.Patologi Umum dan Sistematik Vol.2.Jakarta:ECG
http://denfirman.blogspot.com/2009/12/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-tumor.html
http://kireihimee.blogspot.com/2009/07/tumor-ginjal.html

http://en.wikipedia.org.wiki/Renal_cell_carcinoma

25

26

Anda mungkin juga menyukai