PENDAHULUAN
1
pemeriksaan radiologi sendiri dapat berupa radiologi diagnostik dan
radiologi intervensi. Dalam radiologi diagnositik pemeriksaan yang dapat
dilakukan mulai dari foto polos abdomen, ultrasonografi, hingga CT Scan,
MRI, bahkan Radionuklir pankreas hingga terdiagnosisnya suatu kejadian
dari tumor pankreas. Untuk radiologi intervensi yang dilakukan antara lain
dapat berupa PTC yang dapat berakhir dengan tindakan PTBD.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Insiden karsinoma pankreas 7,6 per 100 ribu pertahun di Eropa Barat,
kira-kira 2,5% dari semua kasus baru yang terdiagnosa tumor dan 5% dari
semua kanker. Kanker pankreas merupakan penyebab nomor empat yang
menyebabkan kematian di Amerika dan ke delapan diseluruh dunia.
Mayoritas berasal dari duktus (85%) dimana pria dibanding wanita 1,5 : 1
dengan usia antara 60-70 tahun. The American Cancer Society mengestimasi
tahun 2010 kira-kira 43.140 kasus baru dari kanker pankreas (21.370 pria dan
21.770 wanita) terdiagnosa dan 36.800 orang meninggal karena kanker
pankreas. Insiden Internasional di dunia menempati urutan ke-13 dan
menempati urutan ke-8 yang menyebabkan kematian. Negara lain 8-12 kasus
per 100.000 orang pertahun. Insiden karsinoma pankreas 7,6 per 100.000
pertahun di Eropa Barat, kira-kira 2,5% dari semua kasus tumor baru yang
terdiagnosa dan 5% dari semua kanker. Lebih sering terjadi pada laki-laki
(1,5: 1) dengan usia antara 60-70 tahun. 3,9
3
kaput, disamping vena porta dan pembuluh darah mesenterik superior. Leher
dari pankreas bergabung dengan kaput dan korpus di anterior kelenjar ke
superior pembuluh darah mesenterik dan vena porta. Korpus pankreas berada
setinggi vertebra lumbal satu dimulai pada sebelah kiri vena mesenterik
superior. Permukaan posterior kontak dengan aorta, sebelah kiri glandula
adrenal dan ginjal, pembuluh darah ginjal kiri, dan arteri vena splenikus
dimana berjalan sepanjang tepi superior. Tail dari pankreas berjalan sepanjang
vertebra thorakal 12, dan ujung hilus dari lien.8,10
4
Vateri, melewati papilla minor, karena duktus asesorius sering berhubungan
dengan minor atau mayor papilla. Minor papilla ditemukan distal dari arteri
gastroduodenal yang menyilang posterior duodenum. Pada dewasa duktus
pankreatikus utama kira-kira 3-4 mm diameternya pada kaput pankreas, 2-3
mm pada korpus pankreas, 1-2 mm pada tail. Beberapa dilatasi terjadi normal
bersama usia diameternya 5-6 mm normal pada pasien usia 70 tahun. Dilatasi
duktal mengindikasikan adanya suatu obstruksi.8
5
glukagon selama periode fasting. Insulin dan glukagon sama dengan
polipeptida pankreatik dan somatostatin diproduksi oleh sel islet
Langerhans.8,10
6
vesicae biliaris. Dari sini, pembuluh limfa berjalan ke nodi hepatici dengan
berjalan sepanjang perjalanan arteri hepatica communis dan kemudian ke nodi
coelici. Persarafan di vesica biliaris terdiri atas saraf simpatis dan parasimpatis
yang membentuk pleksus coeliacus. Secara fisiologi, empedu dihasilkan oleh
hepatosit dan sel-sel duktus sebanyak 500-1500 mL/ hari. Sekresi aktif garam
empedu ke dalam canaliculus bilier dipengaruhi oleh volume empedu. Na + dan
air mengalir secara pasif untuk meningkatkan isoosmolaritas. Lechitin dan
kolesterol memasuki canaliculus pada laju tertentu yang berhubungan dengan
output garam empedu. Bilirubin dan sejumlah anion organik lainnya
(esterogen, sulfobromopthalen, dll) secara aktif disekresikan oleh hepatosit
melalui sistem transport yang berbeda dengan garam empedu. Diantara
makan, empedu disimpan di vesica biliaris, dimana empedu terkonsentrasi
pada hingga 20%/ jam. Na+ dan HCO3- atau Cl- secara aktif ditransport dari
lumennya selama absorpsi. Ada tiga faktor yang meregulasi aliran empedu
yaitu : sekresi hepatik, kontraksi vesica biliaris, dan tahanan spincter
choledochal. Dalam keadaan puasa, tekanan di ductus choledocus adalah 5-10
cm H2O dan empedu yang dihasilkan di hati disimpan di dalam vesica biliaris.
Setelah makan, vesica biliaris berkontraksi, spincter relaksasi dan empedu di
alirkan ke dalam duodenum dengan adanya tekanan di dalam duktus yang
terjadi secara intermiten yang melebihi tahanan spincter. Saat berkontraksi,
tekanan di dalam vesica biliaris mencapai 25 cm H2O dan di dalam ductus
choledocus mencapai 15-20 cm H2O. Cholecystokonin (CCK) adalah stimulus
utama untuk berkontraksinya vesica biliaris dan relaksasi spincter.22
Panjang ductus choledochus sekitar 3 inchi (8 cm). Pada bagian
perjalanannya, ductus ini terletak pada pinggir bebas kanan omentum minus,
di depan foramen epiploicum. Di sini ductus choledochus terletak di depan
pinggir kanan venae portae bawah hepatis dan pada sisi kanan arteri hepatica.
Pada bagian kedua perjalanannya, ductus terletak di belakang pars duodenum
di sebelah kanan arteri gastroduodenalis. Pada bagian ketiga perjalanannya,
ductus terletak di dalam sulcus yang terdapat pada facies posterior caput
pancreatis. Di sini ductus choledochus bersatu dengan ductus pankreaticus.22
7
Ductus choledochus berakhir di bawah dengan menembus dinding
medial pars descendens duodenum kira-kira di pertengahan panjangnya.
Biasanya ductus choledochus bergabung dengan ductus pankreatikus, dan
bersama-sama bermuara ke dalam ampula kecil di dinding duodenum, yang
disebut ampula hepatopankreatica (ampula vater). Ampula ini bermuara pada
lumen duodenum melalui sebuah papila kecil, yaitu papila duodeni major.
Bagian terminal kedua ductus beserta ampula dikelilingi oleh serabut otot
sirkular yang disebut musculus sphinter ampullae (sphincter oddi).22
2.4 Etiologi
8
seperti usia, penyakit pankreas (pankreatitis kronis dan diabetes mellitus) dan
mutasi genetik. Insiden kanker meningkat pada usia lanjut.1,8
2.5 Patofisiologi
Gejala awal kanker pankreas tidak spesifik dan samar sehingga sering
terlambat didiagnosis, akibatnya penyakit menjadi lanjut, penanganan sulit
dan angka kematian tinggi. Gejala awal dapat berupa rasa penuh, kembung di
ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare dan badan lemah. Keluhan ini tidak
khas, karena dapat dijumpai juga pada pankreatitis dan tumor intraabdominal
9
lainnya. Keluhan awal biasanya lebih dari 2 bulan sebelum didiagnosa
sebagai kanker.1
Gejala klinis awal mulai terlihat pada massa yang berasal dari kaput
pankreas dengan ukuran diameter lebih kecil dari 2-3 cm pada saat
didiagnosis, pada korpus dan tail diameter 5-7 cm. Obstruksi jaundice,
dengan pasase atau aliran urine yang gelap, dan kotoran yang pucat
merupakan gambaran klinis yang sering terjadi pada karsinoma kaput
pankreas, biasanya progresif, pruritus yang mengganggu, kandung empedu
biasanya palpabel, pada pasien dengan dengan obstruktive jaundice,
berhubungan dengan kanker pankreas. Penurunan berat badan bervariasi, bisa
sampai sekitar 44 kg, karena intake yang inadekuat dan malabsorpsi serta
penurunan fungsi liver. Nyeri abdomen kira-kira 70% pada saat
terdiagnosis, infiltrasi dari neoplasma dapat menyebabkan back pain
menunjukkan prognosis yang buruk. Diabetes mellitus atau kelainan glukosa
toleran terdapat pada sepertiga pasien. Terdapat steatore dan kegagalan
absorpsi lemak menyebabkan koagulopathy.8
Tanda klinis sangat tergantung pada letak tumor dan perluasan atau
stadium kanker. Pasien umumnya gizi kurang, anemik, ikterik, teraba tumor
massa padat pada epigastrium, sulit digerakkan karena letak tumor di
retroperitoneum. Dapat dijumpai ikterus dan massa yang dapat dipalpasi di
sekitar kandung empedu pada pasien dengan jaundice diduga sebagai
obstruksi neoplastik pada banyak duktus (Courvoisier Sign) yang disebabkan
oleh kanker pankreas, ditemukan pada separuh kasus, hepatomegali,
splenomegali, ascites. Kelainan lain terdapat nodul periumbilikus (Sister
Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory thrombophlebitis
(Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal dan edema tungkai.1
2.7 Diagnosis
10
9, gastroduodenografi, ultrasonografi, CT-Scan, skintigrafi pankreas, MRI
dan ERCP, endoskopik ultrasonografi, angiografi, PET, bedah dan biopsi.1, 11
11
Anamnesa pada awal kanker pankreas tidak spesifik dan samar,
sehingga sering terabaikan oleh dokter dan pasien, akibatnya terlambat
terdiagnosis sehingga pengobatan sulit dilakukan dan menyebabkan angka
kematian tinggi. Gejala awal kanker pankreas yaitu rasa penuh, kembung di
ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare (steatore), dan badan lesu. Gejala
awal tersebut tidak khas dan sering dijumpai pada pankreatitis, tumor
intraabdominal lainnya, dan penyakit gangguan saluran pencernaan. Keluhan
utama yang sering dijumpai pada kanker pankreas adalah sakit perut, berat
badan turun (lebih 75% kasus), dan ikterus, keluhan utama ini mencolok pada
stadium lanjut.
Sakit perut
Ikterus
Ikterus berupa ikterus obstrukstif yang disebabkan oleh
sumbatan saluran empedu oleh tumor, dijumpi pada 80-90% kanker
kaput pankreas dan sering terjadi lebih awal. Pada 6-13% kasus,
12
ikterus dapat terjadi akibat kanker dibadan dan ekor pankreas
stadium lanjut, akibat metatasis di hati atau limfonodi di hilus yang
menekan saluran empedu. Ikterus obstruktif pada kanker kaput
pankreas biasanya disertai dengan sakit perut, tetapi bukan kolik.
Berbeda dengan ikterus tanpa nyeri yang sering pada kanker duktus
kledukus atau kanker ampula vateri.
13
BAB III
RADIOLOGI
1. Gastroduodenografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan lengkung
duodenum akibat kanker pankreas. Kelainan yang dapat dijumpai
pada kelainan kanker pankreas dapat berupa pelebaran lengkung
duodenum, double contour, dan gambaran ‘angka 3 terbalik’ atau
Frostberg 3 sign karena pendorongan kanker pankreas yang besar
pada duodenum, di atas dan di bawah papila vateri (Sudoyo, 2006).
14
Gambar 3 Barium meal. “Double Gambar 4 Pembesaran loop
contour” (panah) pada lengkung duodenum, dengan gambaran ‘’angka 3
duodenum terbalik’’.
dibanding massa yang heterogen. Kira-kira 10% tidak menyebabkan
abnormalitas kontur kelenjar, dan tervisualisasi hanya karena ekogenisitas
tumor berbeda dari pankreas normal. Adakalanya karsinoma pankreas
hiperekoik. Lebih dari 60% karsinoma terjadi pada kaput pankreas, 5%
difus dan 35% ditemukan pada tail atau korpus. Kalsifikasi terjadi 5% dari
massa, biasanya fokal dan scattered, Kista intralesi yang kecil terjadi 15%
dari pasien. Pseudocyst berhubungan dengan obstruksi dari suatu duktus
pankreas terjadi kira-kira 5-10% pasien. Atrophy glandular terjadi karena
obstruksi yang disebabkan oleh tumor.11, 12
15
duktus pankreas dan duktus biliaris komunis) juga terlihat pada
adenokarsinoma pankreas. Pergeseran dan keterlibatan struktur vaskuler
yang berdekatan mungkin terjadi. Kompresi dari vena cava inferior oleh
kaput pankreas merupakan indikasi adanya lesi massa. Atrofi dari gland
bagian proksimal dengan obstruksi massa pada kaput pankreas hipoekoik
atau hiperekoik. 11,12,13
16
Gambar 6. Gambaran USG pada adenokarsinoma pankreas.
3. Endoskopik sonografi
Endoskopik sonografi (endosonografi) adalah metode pemeriksaan
yang cukup akurat untuk mendiagnosa tumor pankreas dan stadium
lokal. Untuk mendeteksi tumor dengan ukuran <3 cm, dilaporkan
endosonografi ini lebih sensitif daripada CT scan. Endoskopik
sonografi memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk Ca
pankreas, dimana rata-rata tingkat akurasi dari staging mencapai 80%
bahkan lebih. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai probe 25mm
dengan frekuensi 7,5 –12 MHz. Probe dimasukkan sejauh mungkin
kedalam duodenum dan diposisikan sedemikian rupa untuk dapat
melihat keseluruhan target organ. Saat alat ditarik ke bulbus duodeni
dapat terlihat kaput pankreas, v. porta dan daerah sekelilingnya.
Sedangkan untuk melihat korpus, kauda, v. lienalis dan trunkus
coeliakus skanning dilakukan dari korpus dan fundus gaster.
Gambaran yang diperoleh berupa; massa hipoekoik dengan atau tanpa
batas yang jelas, disertai kontur yang irreguler.
17
Gambar 7. Endosonografi pada Ca Caput Pankreas yang berukuran kecil
18
Gambar 8 Pencitraan Ultrasonografi Gambar 9 Pencitraan EUS pada pasien dengan
endoskopik pada kanker pankreas. massa pada kaput pankreas , yang mengenai
Gambaran diatas memperlihatkan vena porta.
jarum dalam proses biopsi tumor.
4. CT-Scan
19
Gambar 10: Gambaran CT pada Karsinoma Kaput Pankreas
20
5. MRI
21
Gambar 14: Gambaran MRI pada Karsinoma Pankreas
22
7. Kedokteran Nuklir (Nuclear Imaging)
Positron emission tomography (PET) merupakan salah satu
modalitas yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dari keganasan
pankreas. PET mendeteksi perubahan dari sel kanker pankreas yang
disebabkan oleh perubahan dari penggunaan glukosa sebagaimana
ditemukan pada sel kanker. Dengan 2-[fluorine 18]-fluoro-2-deoxy-D-
glucose (FDG), PET dapat digunakan untuk mengidentifikasi kanker
pankreas dan membedakannya dengan pankreatitis kronik dengan
sensitifitas 85-98% dan spesifisitas 53-93%. PET memiliki sensitivitas
yang tinggi dalam deteksi lesi > 1 cm. PET menunjukkan aktivitas
metabolik pada tingkat molekul. Sehingga, penyerapan dari FDG oleh
sel neoplasma bergantung pada faktor seperti oksigenasi jaringan,
aliran darah sekitar, dan reaksi inflamasi peritumoral. FDG PET
biasanya dilakukan bersamaan dengan modalitas contrast-enhanced
computed tomography (CECT).
23
kedalam hepar dengan bantuan fluroskopi setinggi vertebra torakal 12. Setelah
stilet ditarik, kontras diinjeksikan kedalam. Sehingga, terlihat tingkat obstruksi
setinggi apa dalam tampilan fluoroskopi. Tingkat kesuksesan dari PTC lebih dari
95% pada traktus biliaris yang mengalami dilatasi, dan 80% pada yang tidak
terdilatasi. Setelah itu dapat dilakukan drainase untuk evakuasi empedu. Semenjak
ada tehnik noninvasif seperti MRCP dan Endoskopi USG, tehnik ini mulai jarang
digunakan namun tetap dipilih dalam kasus evakuasi empedu dalam keadaan
darurat.23
24
3.3 Staging Kanker Pankreas
Staging pada kanker pankreas dilakukan untuk menentukan rencana terapi
termasuk resektabilitas, dan prognosis dari pasien.
Staging Staging kelompok Deskripsi
AJCC
0 Tis N0 M0 Kanker terbatas pada lapisan atas sel pankreas
dan tidak menginvasi lebih dalam. Disebut
karsinoma in situ. Tidak ada penyebaran ke
KGB regional atau metastasis jauh.
IA T1 N0 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan tidak
melebihi ukuran 2 cm. Tidak ada penyebaran ke
KGB regional atau metastasis jauh.
IB T2 N0 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih besar
dari 2 cm namun tidak lebih dari 4 cm. Tidak ada
penyebaran ke KGB regional atau metastasis
jauh.
IIA T3 N0 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih besar
dari 4 cm. Tidak ada penyebaran ke KGB
regional atau metastasis jauh.
IIB T1 N1 M0 Kanker terbatas pada pankreas dengan ukuran <
2 cm dan telah menyebar tidak lebih dari 3 KGB
regional. Tidak ada metastasis jauh.
T2 N1 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih besar
dari 2 cm namun tidak lebih dari 4 cm dan telah
menyebar tidak lebih dari 3 KGB regional. Tidak
ada metastasis jauh.
T3 N1 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih besar
dari 4 cm an telah menyebar tidak lebih dari 3
KGB regional. Tidak ada metastasis jauh.
III T1 N2 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih kecil
dari 2 cm dan telah menyebar lebih dari 4 KGB
regional. Tidak ada metastasis jauh.
T2 N2 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih besar
dari 2 cm namun tidak lebih dari 4 cm dan telah
menyebar lebih dari 4 KGB regional. Tidak ada
25
metastasis jauh.
T3 N2 M0 Kanker terbatas pada pankreas dan lebih besar
dari 4 cm an telah menyebar lebih dari 4 KGB
regional. Tidak ada metastasis jauh.
T4 N apapun M0 Kanker tumbuh diluar pankreas dan kedalam
pembuluh darah besar sekitar. Kanker mungkin
atau tidak menyebar ke KGB regional. Tidak ada
metastasis jauh
IV T apapun N Ditemukan metastasis jauh.
apapun, M1
Pada stadium IA, IB, dan IIA kanker masih dapat dilakukan tindakan
operasi atau resektabel, diatas itu tidak dapat dilakukan tindakan operasi.
3.5 Komplikasi
26
Diabetes melitus
Steatorrhea
Thrombophlebitis migrans
Thromboembolic disease
1. Bedah
Bedah pada kanker pankreas dapat dilakukan dengan dua cara: bedah
reseksi komplit dan bedah paliatif2. Pilihan reseksi bedah currative untuk
kanker pankreas termasuk pancreaticoduodenectomy (prosedur Whipple),
pancreatectomy distal, dan pancreatectomy total. Pancreatectomy total
adalah terapi yang paling efektif , tetapi hanya dapat diterapkan pada
sekitar 10-20 % kasus saja, yang tidak memiliki bukti metastasis
ditemukan di dada pemeriksaan X-ray dan perut-panggul CT scan.
Metastasis telah terjadi di sebagian besar kasus kanker pankreas saat
diagnosis ditegakkan, yaitu 40% telah berada di stadium lanjut secara
lokal, baik dioperasi atau tidak (ada keterlibatan mesenterika arteri
superior, vena mesenterika superior, sumbu celiac, vena cava inferior dan
aorta), 40 % mengalami metastasis visceral. Namun, tingkat 5 tahun
kelangsungan hidup setelah reseksi total hanya 10 % 1. Sebagian besar
pasien (85-90 %) hanya dapat di lakukan bedah paliatif yaitu dengan
membebaskan obstruksi bilier dengan cara bedah pintas bilier,
pemasangan sten perkutan dan perendoskopik. Adenokarsinoma pankreas
tidak direseksi dengan pertinbangan pada kasus dimana invasi
ekstrapankreas dari pembuluh darah mayor seperti arteri celiakus, arteri
hepatika, vena porta, SMA, atau SMV, invasi vena massive dengan
trombosis atau metastasis jauh ke liver, limfonodi regional, dan
peritoneum. Suatu tumor dengan invasi yang terbatas kedalam SMV dapat
diklasifikasikan sebagai resectabel1,2. Pasien dengan metastasis jauh dapat
dipertimbangkan untuk tindakan radiasi dan kemoterapi meskipun regimen
27
kemoterapi untuk adenokarsinoma pankreas adalah dengan 5 fluorourasil
(5 FU) atau gemcitabine, memberikan hanya sedikit keuntungan dan
memberikan sedikit perbaikan dalam kualitas hidup.
2. Kemoterapi
3. Radioterapi
3.7 Prognosis
28
BAB III
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
11. Padmomartono SF, Tumor Pankreas. Dalam: SudoyoW, Simadibrata M.
SetiyohadiB, editor, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima Interna
Publishing; 2010. 739-45
12. Ralis WP, Pancreatic Sonography Tumors Update
13. Sainani N, Catalano O, Sahani D. Pancreas In : Haaga JR, Dogra VS,
Forsting M, Gilkeson RC, Ha Kwon Hyun, Sundaram M., editors. CT and
MRI oh the whole body. Fifth ed. Mosby Elsevier. 2009; 1599-41
14. Irmayanti, Bahrun U, Parewangi L. Penanda Tumor Untuk Diagnosis
Karsinoma Kaput Pankreas. Update 2018 Juli 25 Available from :
http://www.kalbemed.com/Portals/6/13_262Penanda%20Tumor%20untuk
%20Diagnosis%20Karsinoma%20Kaput%20Pankreas.pdf
15. Buchler, Pancreatic Neoplasm. Dalam: Markus W, Uhl W, Malfertheiner
P, editor, Diseases of the Pancreas. Karger; 2004. 125
16. Zein LH, Siahaan Y. Gastroduodenal Stent dan Pancreatic Stent. Update
2018 Juli 25 Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63175/010.pdf?
sequence=1
17. Japaries W. Karsinoma pankreas. Buku ajar onkologi klinis. 2nd ed.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2008 .p. 442-9
18. Boer A, Ultrasonografi. Dalam: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik
Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 453- 455
19. Anand, Mahesh, Pancreatic Adenocarcinoma Imaging. Medscape.
Diakses pada 29 Oktober 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/370909-overview.
20. Lee, ES, Lee, JM. Imaging diagnosis of pancreatic cancer: A State-of-art
review. World Journal of Gastroenterology. Diakses pada 30 Oktober
2018. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4069314/pdf/WJG-
20-7864.pdf .
21. Jha, P dan Bijan, B. PET/CT for Pancreatic Malignancy: Potential and
Pitfalls. Journal Nuclear Medicine Technology. Diakses pada 31 Oktober
2018. http://tech.snmjournals.org/content/43/2/92.full.pdf .
31
22. Snell RS. Anatomi Pankreas. Dalam: Hartanto H, dkk. Anatomi klinik
untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC, 2006. h. 309-318.
23. Boulay, BR dan Parepally, M. Managing malignant biliary obstruction in
pancreas cancer – choosing the appropriate strategy. World Journal of
Gastroenterology. Diakses pada 7 November 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4110566/pdf/WJG-20-
9345.pdf
32