Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA BERENCANA

Dosen Pembimbing:
Winda Widyastuti, MNS

Disusun Oleh :

Nama : Ega Rezania Mu’afah


Nim : 201901010064
Kelas : 2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Konsep Dasar
1. Definisi
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan
program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (BKKBN, 2015).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia
subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus
dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran
dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat
diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi
yang akan datang (Manuaba.2015)
1.2 Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya
yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan
tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut
yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

2. Etiologi
a. Mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan cara menekan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP). Pertambahan penduduk yang tidak terkendali
akan mengakibatkan kesenjangan bahan pagan kaena perbandingan yang tidak
sesuai dengan jumlah penduduk. Hal ini tentunya juga akan diikuti dengan
penuran angka kelahiran atau disebut Total Fertility Rate dari 2,78 menjadi
2.0 per wanita pada tahun 2015.
b. Mengatur kehamilan dengan cara menunda usia perkawinan hingga benar-
benar matang., menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan. Serta untuk
menghentikan kehamilan bila dirasakan telah memiliki cukup anak.
c. Membantu dan mengobati kemandulan atau infertilisasi bagi pasangan yang
telah menikah lebih dari satu tahun dan ingin memiliki anak tetapi belum
mendapat keturunan.
d. Sebagai married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah. Dengan harapan nantinya pasangan tersebut memiliki
pengetahuan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan berkualitas.
e. Tercapainya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta
membentuk keluarga yang berkualitas.

3. Manifestasi Klinik
a. Mayoritas tanpa gejala.
b. Vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi)
c. Setelah berhubungan seksual (poscoital).
d. Diantara siklus menstruasi.
e. Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika
disertai infeksi vagina
f. Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat
secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih,
sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma
dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
infertilitas pada wanita.

4. Patofisiologi
Proses terjadi erosi portio dapat disebabkan karena danya rangsangan dari luar
misal IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk
ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi
denaturasi/koalugasi membran sel dan terjadilah erosi portio.Bisa juga dari
gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel
superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio.Dari posisi IUD yang tidak tepat
menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret
vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan
terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase
keganasan leher rahim.Selain dan personal hygiene yang kurang, IUD juga dapat
menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan media subur
untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapat
masuknya kuman dan menyebabkan infeksi.Dengan adanya infeksi dapat
menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio,
yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metorhagia, ostium uteri eksternum
tampak kemerahan,sekret juga bercampur dengan nanah.(Winkjosastro, hanifa.
Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta: 2005).
5. Pathway

Pil kombinasi Pil tunggal

Mengganggu
hormon estrogen Mengandung dosis
KB Pil
dan progesteron kecil bahan progestin
sentesis
Mencegah
Kehamilan Mencegah kehamilan
                  
Efektif bila diminum Efek samping: perdarahan
Pathway KB teratur diluar haid, mual, bercak
hitam di pipi
Kelebihan mencegah
kehamilan lebih Kerugian : perubahan pada
efeektif tidak siklus haid
Kb implan
mempengaruhi ASI

Efektifitas tinggi, Kerugian: Rasa nyeri,


tidak mempengaruhi gangguan menstruasi
hub sex, tidak
mempengaruhi Sporal lepas, radang
Kb IUD/ SPIRAL panggul
kualitas ASI lebih

Tubektomi vasektomi

Efektifitas tinggi Efektifitas tinggi

Tidak mempengaruhi
Morbiditas dan
ASI, tidak mengganggu
mortalitas jarang
Kb Steril hub sex

Efektifitas dalam
Efek samping:
jangka panjang
perdarahan diluar haid,
mual, bercak hitam
dipipi
6. Macam dan Jenis
a.) Metode Efektif
1) Pil KB
 Mencegah pengeluaran hormon dari hifofises yang perlu untuk
ovulasi sehingga tidak terjadi ovulasi.
 Menyebabkan perubahan endometrium, sehingga endometrium
tidak siap untuk nidasi.
 Menambah kepekatan lendir, serviks, sehingga tidak mudah
ditembus oleh spermatozoa
Macam Pil

 Tipe kombinasi : tiap tablet berisi ertrogen dan progesteron dalam


dosis tertentu, biasanya di dalam satu rangkaian terdapat 20,21
atau 22 tablet. Contoh : Previson (20), Ovral, Eugynom, Ovulan
(21), Lyndiol (22).
 Tipe urutan : biasanya terdiri dari 21 tablet Contoh : ovin.
 Tipe berangkai (serial) : hampir sama dengan tipe kombinasi atau
urutan, ditambah beberapa tablet (7 buah yang berisi vitamin atau
mineral, tidak berisi hormon Contoh : ovulen Fe 28, Eugynon ED.
Hal-hal yang harus diperhatikan

 Pil adalah salah satu kontrasepsi yang efektif


 Pil harus diminum secara teratur
 Pil akan mengurangi keluanya darah haid

Cara Pemakaian Pil

 Rangkaian pil yang berisi 20, 21, 22 tablet mulai diminum pada hari
ke lima (harinya harus di ingat) diteruskan samapai habis, kemudian
istirahat dan mulai lagi dengan rangkaian pil yang baru pada hari yang
sama.
 Rangkaian pil yang 28 tablet (tipe rangkaian
 Mulai minum pada hari pertama haid dan dilanjutkan terus tanpa
terputus dengan rangkaian baru, tanpa menghiraukan ada terjadinya
haid.
 Pil diminum pada waktu yang sama setiap hari, sebaiknya malam hari
sebelum tidur
 Bila lupa minum pil, pil yang lupa segera diminum setelah ingat,
disusul pil yang seharusnya diminum pada hari itu
 Bila lupa minum pil 2 hari berturut-turut, harus beranggapan dirinya
tidak terlindungi terhadap kemungkinan kehamilan. Sehingga harus
disertai dengan alat KB yang lainnya seperti memakai kondom
 Pil dapat mengurangi produski air susu maka mereka yang masih mau
menyusui anaknya jangan memakai pil KB
Indikasi Pemakaian Pil
Pil dapat diberikan pada waktu semua wanita yang bersuami yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : tidak sedang hamil, tidak ada kontra indikasi
- Kontraindikasi Pemakaian Pil
- Kanker payudara dan organ reproduksi
- Penyakit kuning atau pernah menderita penyakit hati dalam 3 tahun
terakhir
- Penyakit pembuluh darah
- Tekanan darah tinggi
- Decompensio Cordis
- Diabetes Millitus
- Gejala-gejala Sampingan perasaan mual, muntah-muntah, perasaan pusing
dan sakit kepala, pembesaran payudara, nafsu makan bertambah, perasaan
lelah, gelisah dan mudah tersinggung. Tekanan darah tinggi, berat badan
bertambah / berkurang, pigmentasi kulit (kloasma), jerawat (acne),
keputihan (candidiasis vaginal) dan gangguan pola perdarahan :
berkurangnya pedarahan waktu haid hentikan penggunaan pil, ganti
dengan cara KB lainnya

2) Akor (alat kontrasepsi dalam lahir)


Kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus dipasang di dalam rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedis lain yang
sudah terlatih
a.) Macam AKDR
Ada berbentuk spiral (lipper Loop) atau berbentuk cooper T Cu
200,220 atau multi load Cu 250 (ML – Cu 250
b.) Cara Kerja
Dengan adanya alat ini di dalam rahim, maka terjadi perubahan pada
endometrium. Perubahan ini mengakibatkan kerusakan (lysis) pada
spermatozoa yang masuk, sehingga tidak mampu membuahi sel telur
c.) Kelebihan AKDR 
 Efektifitas tinggi walaupun masih mungkin terjadi kehamilan
2%
 Dengan satu kali pemasangan, dapat dibiarkan dalam rahim
selama bertahun-tahun sehingga dapat mencegah kehamilan
dalam jangka waktu lama biasanya selama 4 tahun untuk
berlapis tembaga
 Murah dan ekonomis
 Tidak ada kemungkinan kegagalan dalam kesalahan peserta KB
 Tidak bergantung senggama/coitus
 Reversibel dapat dibuka sewaktu-waktu
d.) Indikasi Pemasangan AKDR
 Telah mendapat persetujuan suami
 Pernah melahirkan dan telah mempunyai anak, serta ukuran
rahimnya tidak kurang dari 5cm
 Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk
sterilisasi
 Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun
 Dianjurkan sebagai pengganti pil KB, bagi peserta yang
umumnya di atas 35 tahun
 Tidak ada kontrasepsi
e.) Kontraindikasi Pemasangan AKDR
 Adanya kehamilan
 Infeksi panggul (pelivis) yang terus menerus, akut, kronis
 Lecet (erosi) atau peragangan pada leher rahim
 Diketahui atau dicurigai kanker rahim
 Perdarahan yang tidak normal dari alat kelamin
 Perdarahan haid yang hebat
 Alergi logam
 Rahim kecil, endometriosis
f.) Saat yang baik untuk pemasangan AKDR
 Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat. Biasanya
dilakukan pada waktu haid yaitu pada akhir haid atau pada hari
sebelum berakhirnya haid karena servis lembut dan sedikit
terbuka, perdarahan dan saket perut mungkin tidak
menimbulkan keluhan pada wanita tersebut
 Pemasangan AKDR pada saat indikasi haid atau abortus
spontan, asalkan tidak ada tanda-tanda infeksi misalnya : tidak
panas, rahim tidak lembut, tidak ada keputihan seperti nanah
atau banyak sekali.
 Setelah melahirkan yaitu : segera setelah melahirkan, 2-4 hari
setelah melahirkan, 40 hari setelah melahirkan.
3) Suntikan KB
Suntikan KB mengandung hormon progesteron tidak mengandung
estrogen
a) Cara Kerja
 Manghalangi terjadinya ovulasi
 Menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi iritasi
 Memekatkan lendir seviks sehingga menghambat perjalanan
spermatozoa melalui kanalis servikalis
b) Keuntungan
 Sangat efektif, kegagalannya kurang dari 1%
 Kemungkinan salah dan lupa memakainya tidak ada
 Dapat diberikan pada ibu yang menyusunkan, karena tidak
mengurangi produksi ASI (Air Susu Ibu)
 Diberikan setiap 12 minggu sekali
c) Macam
Kontrasepsi suntikan yang beredar di indonesia ada 2 (dua) macam
yaitu DMPA (Depo Medroxy Progesteron Asetat) yang lazim disebut
DEPO PROVERA dan Net Oen (Noretisteron Oenathate) yang lazim
disebut NORISTERAT. Depo provera sebagai kontrasepi suntikan
diberikan dengan dosis 150 mg/ 3cc, sedangkan notisteret dengan dosis
200 mg/ 1cc
d) Waktu Pemberian, kontrasepsi suntik dapat diberikan pada
 Pasca persalinan sampai 40 hari
 Pasca keguguran samapai 7 hari
 Interval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari ke lima
haid
e) Cara Penyuntikan
 Intramuskular
 Tempat penyuntikan
 Pada otot bokong (gluteus) yang dalam, bekas suntikan ditutup
dengan plester untuk mencegah keluarnya obat
 Pada otot pangkal lengan (deltoid)
f) Indikasi
 Ibu telah mempunyai anak hidup
 Tidak dalam keadaan hamil
 Riwayat siklus haid teratur
 Tidak terdapat kontraindikasi
g) Kontraindikasi
 Hamil
 Perdarahan pervagina yang tidak diketahui sebabnya
 Tumor atau keganasan
 Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati,
tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes
4) Susuk KB
Kontrasepsi yang populer dengan nama “susuk KB” ini berisi
levonorgertrel, terjadi dari 6 kapsul yang di asersikan dibawah kulit
lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku.
Levonorgestrel adalah suatu progesten yang telah banyak dipakai
dalam pil KB seperti ovral dan nordette. Setiap kapsul mengandung 38
mg levonorgertrel. Setiap hari  keenam kapsul akan melepaskan 50
mikrogram levonorgertrel. Dan akan efektif sebagai kontrasepsi untuk
5 tahun
a) Keuntungan
 Norplant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam
menceah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan
secara sempurna.
 Norplant tidak dapat merepotkan
 Sekali pasang
 Norplant sangat memuaskan, tidak ada yang dimasukan ke
dalam vagina dan tidak mengganggu kebahagiaan dalam
hubungan  seksual.
 Norplant sangat mudah diangkat kembali, kesuburan
langsung dapat kembali setelah norplant di angkat.
b) Cara Kerja
 Setelah norplant dimasukan kedalam kulit lengan atas
akseptor, secara tetap sejumlah levenorgestrel akan
dilepaskan. Keadaan inilah yang melindungi akseptor dari
kehamilan selama norplant tetap berada di tempat tersebut.
 Lama norplant mencegah kehamilan : 5 tahun. Inilah alasan
mengapa norplant disebut sebagai cara KB jangka panjang
 Daya perlindungan norplant dalam mencegah kehamilan :
tidak dibuktikan bahwa norplant mempunyai daya
perlindungan yang lebih besar dari pada pil KB. Dalam
pemakaian sehari-hari hal ini memungkinkan karena tidak
adanya faktor ”lupa” seperti dalam penggunaan pil.
Demikian pula telah dibuktikan bahwa norplant lebih
efektif dari pada IUD, kondom dan cara sederhana lainnya.
 Indikasi : setiap ibu yang sehat dan tidak ingin hamil dalam
waktu 1 – 5 tahun
 Kontraindikasi pemakaian norplant : hamil, kelainan
kardiovaskuler, sakit kuning, sakit gula, infeksi pinggul,
galaktoca, prikosit/ nenrosis, riwayat kehamilan ektopik,
riwayat molahidatidosa, varices berat, ibu sedang
menyusui.
 Saat pemasangan norplant : pada saat sedang mentruasi atau
1 – 2 hari setelah menstruasi selesai.
c) Efek samping
 Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan
yang paling sering ditemui, kadang-kadang ada akseptor
yang mengalami kenaikan dalam berat badan.
 Tindak lanjut setelah pemasangan norplant : setelah
norplant dipasang, akseptor dipesan datang dua minggu
kemudian 13 bulan, 25 bulan, 37 bulan dan 61 bulan, atau
setiap waktu bila akseptor mengalami keluhan/ gangguan/
efek samping. Beberapa sebab seorang akseptor di anjurkan
datang ke klinik sebelum tanggal yang di tentukan
 Pemeriksaan rutin pada waktu pertama kali menstruasi
setelah pemasangan
 Bila 2 bulan setelah pemasangan akseptor belum mendapat
menstruasi. Hal ini kadang-kadang terjadi, sehingga
akseptor menjadi tidak tenang. Untuk sebaiknya dilakukan
test kehamilan.
 Bila akseptor ingin hamil lagi
 Bila akseptor akan pindah alamat, karena norplant
merupakan metode yang baru, tidak semua petugas dapat
membuka pengangkatan/ pemasangan norplant.

b) Metode mantap dengan cara operasi


1. Pada wanita (Tubektomi/MOW)
Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan operasi kecil dengan mengikat
dan memotong saluran tuba (telur) pada istri. Dengan demikian telur dari ovarium
tidak dapat mencapai organ rongga rahim, sehingga tidak terjadi bembuahan,
dengan tubektomi hubungan suami istri tidak terganggu, fungsi haid berlangsung
seperti sedia kala, dan kesehatan fisik , mental, maupun emosi tidak terganggu.
Tubektomi dapat dilakukan pada pasca peralihan, pasca keguguran dan tindakan
dilaksanakan dalam jangka waktu 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam setelah
melahirkan
 Keuntungan
-Pasien dirawat di rumah sakit dan lamanya perawatan tidak lama
-Uterus dan kedua tubannya masih belum berinvolusi (uterusnya masih
besar dan kedua tubannya masih panjang) sehingga operasinya mudah dan
hanya memerlukan anastesi local.
2. Pada pria(Vasektomi/MOP)
Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan operasi ringan dengan cara
mengikat atau memotong saluran sperma (vas deferent) sehingga sperma tidak
dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak
terjadi pembuahan.
 Keuntungan
-Tidak ada mortalitas (kematian)
-Morbiditas (mengakibatkan sakit) kecil sekali
-Tidak perlu dirawat di rumah sakit
-Dilakukan anastesi lokal, hanya kurang lebih 15 menit
-Kemungkinan kegagalan tidak ada, karena diperiksa kepastian
laboratorium
-Tidak mengganggu hubungan seksual dan jumlah cairan mani yang
dikeluarkan waktu coitus tidak berubah
-Biaya murah
-Dapat dilakukan dimana saja asal tempatnya bersih dan tenang tidak
selalu harus dikamar operasi
7. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan maka
diperiksa
a.) Hb biasanya < 10g/ dl
b.) Trombosit (biasanya normal/ turun bila perdarahan hebat)
c.) Leukosit (biasanya sedikit meningkat > 10.000/ mm3)
B. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas Pasien :
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Status Perkawinan
Komunikasi yang dipakai
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
Biodata Penanggung Jawab :
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Komunikasi yang dipakai

b. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya


c. Faktor Lingkungan

2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Untuk mengetahui alasan pasien datang dan keluhan yang
dirasakan (Sumiaty, 2013). Keluhan utama pada akseptor Kontrasepsi suntik
3 bulan dengan kenaikan berat badan adalah pasien merasa terganggu
aktivitasny karena berat badannya yang gemuk dan terasa berat
(Harnawatiaj,2009).
b. Riwayat menstruasi Untuk mengetahui tentang riwayat haid yaitu usia
menarche, siklus, lama menstruasi,banyaknya,dismenorhoe (Sumiaty, 2013).
c. Riwayat perkawinan Untuk menanyakan status klien, apakah sekarang sudah
menikah ataukah belum menikah, usia pertama kali menikah, lamanya usia
pernikahan. Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada
istrinya(Sumiaty, 2013).
d. Riwayat obstetrik Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir dan nifas (Sumiaty, 2013).
e. Riwayat keluarga berencana Menanyakan kepada ibu : jenis kontrasepsi yang
digunakan, lama penggunaan nya, keluhan nya selama menggunakan
Kontrasepsi suntik (Rismalinda, 2014). Pada akseptor kontrasepsi suntik 3
bulan dengan peningkatan berat badan, masalah yang dihadapai pasien adalah
ibu mengatakan adanya peningkatan berat badan (Sulistyawati,2011).
f. Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat kesehatan ibu, penyakit yang sedang diderita, apakah pernah
dirawat, berapa lama dirawat, dengan penyakit apa dirawat, Riwayat
kesehatan keluarga : penyakit menular,penyakit keturunan /genetic. Pada
kasus akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan, pasien yang mempunyai riwayat
Diabetes Melitus(DM) dan hipertensi (>180/110 mmHg) tidak diperbolehkan
menggunakan Kontrasepsi suntik 3 bulan (Saifuddin,2003).
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan
mengamati adakah peningkatan berat badan atau tidak pada pasien
(Susilawati,2008).
2. Pola eliminasi: untuk menanyakan pada klien perubahan yang terjadi pada
BAB terdiri dari : frekuensi, warna, masalah dan BAK terdiri dari :
frekuensi, warna, bau, dan masalah (Susilawati,2008).
3. Pola tidur dan istirahat: untuk menanyakan tidur siang, tidur malam, dan
masalahnya. Pada kasus akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan pola istirahat
pasien meningkat (Harnawatiiaj,2009)
4. Aktifitas Menanyakan bagaimana pola aktivitas klien. Aktifitas akan
terganggu karena kondisi tubuh yang semakin meningkat berat badannya
(Susilawati,2008).
5. Pola hygiene: Menanyakan kepada klien seberapa sering mandi, menyikat
gigi, dan mengganti pakaian nya, kebersihan vulva
6. Pola seksualitas : Meliputi frekuensi dan masalah. Pada kasus akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan terjadi
masalah yaitu penurunan libido (Sulistyawati,2011)
h. Riwayat psikologis meliputi
Respon ibu dan suami, dukungan keluarga lain,pengambilan keputusan. Pada
kasus akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan,
ibu merasa tidak nyaman dengan keadaannya (UII,2008).

3) Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
b. Vital Sign
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Mata
3. Leher
4. Telinga
5. Hidung
6. Mulut
7. Kulit
8. Paru
9. Jantung
10. Perut
11. Genetalia
12. Ekstermitas

2. Diagnosa Keperawatan
a.) Perubahan pola haid spothing haid berhubungan dengan Proses adaptasi homoral
b.) Gangguann rasa aman (cemas) berhubungan dengan Efek samping dari alat
kontrasepsi tertentu 

3. Intervensi
a. Perubahan pola haid spothing haid b/d Proses adaptasi homoral
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan dengan kriteria
hasil :
 Dalam waktu 2 bulan pola haid kembali normal
 Dalam waktu 1 bulan haid normal dengan Sifat darah haid kembali pada siklus
awal/ bias
 Tidak ada spothing haid yang berulang

Intervensi

 Kaji lamanya dan banyaknya spothing


 Jelaskan pada ibu efek samping alat kontrasepsi akor dan homoral pada hari-
hari pertama pemakaian alat kontrasepsi
 Observasi untuk Pemeriksaan Lab, Hb, Leukosil, Trombosit, Ht
b. Gangguann rasa aman (cemas) b/d Efek samping dari alat
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan dengan kriteria
hasil :
 Klien tampak tenang dan dapat memahami efek samping penggunaan alat
kontrasepsi
 Klien kooperatif dan mau bekerja sama dalam pemasangan alat kontrasepsi

Intervensi

 Kaji tingkatan cemas


 Jelaskan pada klien tentang tindakan operasi/efek samping dari alat
kontrasepsi
 Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya tentang keraguan alat kontrsepsi
 Berikan support psikososial kepada klien, terhadap pemasangan alat
kontrasepsi
REFERENSI

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.


Manuaba, Ida Bagus Gde. 2015. Pengantar Kuliah Obtetri. EGC. Jakarta.
Hartanto, H., 2002, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnisa Medis & Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC
Manuaba,C., Manuaba, F., & Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstretri. Jakarta:EGC
Carpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Bobak. L. J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta. Yayasan Essentia Medica
Depkes RI, 2011, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Keluarga, Jakarta
Manuaba,dkk (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Pandungan, Dan KB Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nugroho, Taufan. 2011.Buku Ajar Obstretri.yogjakarta:Nuha Medika
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9 Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai