ATONIA UTERI
DISUSUN OLEH :
Nama : Dina Aryani
NIM : 2014901017
Program Studi : NERS
B. Definisi
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah perdarahan pasca persalinan
dimana akibat dari kegagalan serabut – serabut otot uterus terjadi perdarahan
post partum dimana terjadi setelah plasenta lahir atau 4 jam setelah plasenta
lahir.
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. ( Sylvi Wafda, 2019).
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Manuaba, 2012).
C. Klasifikasi
D. Etiologi
Faktor – faktor predisposisi Atonia uteri meliputi :
1. Regangan rahim yang berlebihan dikarenakan Polihidramnion, kehamilan
kembar, makrosemia atau janin besar
2. Persalinan yang lama Persalinan yang lama dimaksud merupakan
persalinan yang memanjang pada kala satu dan kala dua yang terlalu lama
3. Persalinan yang terlalu cepat atau persalinan spontan
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Multiparitas yang sangat tinggi
6. Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua serta keadaan umum
ibu yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. Terjadinya
peningkatan kejadian atonia uteri sejalan dengan meningkatnya umur ibu
yang diatas 35 tahun dan usia yang seharusnya belum siap untuk dibuahi.
Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi
frekuensi perdarahan yang terjadi (Prawirihardjo, 2006).
7. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
8. Bekas operasi Caesar.
9. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. Bila terjadi riwayat persalinan
kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan dirumah sakit, dan jangan di
rumah sendiri.
10. Dapat terjadi akibat melahirkan plasenta dengan memijat dan mendorong
uterus kebawah sementara uterus belum terlepas dari tempat implannya
atau uterus. Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat dapat diketahui.
Tetapi, bila perdarahan sedikit dalam waktu banyak tanpa disadari, pasien
(ibu) telah kehilangan banyak darah sebelum ibu tanpak pucat dan gejala
lainnya. Perdarahan karena atonia uteri, uterus tanpak lembek membesar
(Anik-Yulianingsih 2009).
E. Patofisiologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
seratserat myometrium. kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi
terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium
dinamakan atonia uteri dan keadaan inimenjadi penyebab utama perdarahan
postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang
sama sekalitidak disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya
faktor predisposisi dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan
perawat terhadap gangguan tersebut.
Pathway Atonia Uteri
1. Umur
2. Multipara dan grade multipara
3. Obstetri operatif dan narkose
4. Uterus terlalu diregang dan besar pada gemeli,
hidramnion dan janin besar
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
Overdistensi Uterus
Cedera
Resiko Syok
Biologi
Uterus tidak
berkontraksi dalam 15
detik Kehilangan
Kompresi
Bilingual Volume
Atonia Uteri Cairan Aktif
Penatalaksanaan Perdarahan
Hipovolemia
Robekan Jalan Kehilangan Vascular
Lahir/Episiotomi Yang Berlebihan
Takipnea
Keterlambatan Tidak
Pengisaian Terkompensasi
Dalam Kapiler Hipoventilasi
Hematoma
Porsi Pucat Kulit Perubahan Sekuncup
Pola Napas Jantung
Tidak Efektif
Kemerahan, Perfusi Perifer Tidak
Edema Efektif Resiko
Penurunan
Curah Jantung
Resiko Infeksi
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang selalu ada pada perdarahan postpartum akibat Atonia
Uteri adalah :
1. Perdarahan segera setelah anak lahir
2. Pada palpasi, meraba Fundus Uteri disertai perdarahan yang memancur
dari jalan lahir.
3. Perut terasa lembek atau tidak adanya kontraksi
4. Perut terlihat membesar
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada atonia uteri penting untuk memantau
keadaan umum dan mewaspadai terjadinya syok dan komplikasi lainnya,
pemeriksaannya diantaranya :
1. Pemeriksaan golongan darah dapat dilakukan untuk pencocokan silang
bila sewaktu waktu pasien memerlukan transfusi darah. Pemeriksaan
darah lengkap dilakukan untuk mengetahui bila ada penurunan
hemoglobin ataupun hematokrit, juga bila terjadi peningkatan jumlah sel
darah putih.
2. Waktu pembekuan darah dan waktu perdarahan penting untuk
menyingkirkan diagnosis faktor trombin sebagai penyebab timbulnya
perdarahan pascasalin. Pemeriksaan ini dapat juga digunakan untuk
melihat adanya komplikasi koagulopati intravaskular diseminata.
3. Melakukan pengecekan terhadap faktor koagulasi seperti trombosit dan
fibrinogen. Klinisi perlu berhati-hati bila ditemukan peningkatan
degradasi produk fibrin (dDimer). Penurunan kadar fibrinogen dapat
menunjukkan masa tromboplastin parsial diaktivasi.
H. Penatalaksanaan Medis
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.
Pasien bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan sampai
syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung
pada keadaan klinisnya. Pada umumnya dilakukan simultan bila pasien syok,
dapat dilakukan :
1. Sikap trendelenburg, memasang venous line dan memasang oksigen
2. Merangsang uterus dengan cara :
a. Merangsang fundus uteri dengan merangsang puting susu
b. Pemberian misoprosol 800 – 1000 µg per – rectal
c. Kompresi bimanual interna minimal selama 7 menit. Apabila tidak
berhasil lakukan tindakan selanjutnya yaitu kompresi bimanual
eksternal selama 7 menit.lakukan kompresi aorta abdominalis
d. Bila semua tindakan gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau malakukan histerekomi. Alternatifnya
berupa : · Ligasi arteria uterine atau arteria ovarika · Histerektommi
total abdominal.
Langkah-langkah rinci penatalaksanaan Atonia uteri pasca persalinan :
1. Lakukan massage pundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan :
massage merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan massage
sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus.
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah : selaput
ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan dapat menghalangi
kontraksi uterus secara baik.
3. Mulai melakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
teruskan kompresi bimanual interna hingga 5 menit : sebagian besar
atonia uteri akan teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimannual
tidak berhasil setelah 5 menit, dilakukan tindakan lain
4. Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna : Bila
penolong hanya seorang diri, keluarga dapat meneruskan proses kompresi
bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah
selanjutnya.
5. Berikan metal ergometrin 0,2 mg intra muskuler / intravena :
metilergometrin yang diberikan secara intramuskuler akan mulai bekerja
dalam 5-7 menit dan akan menyebabkan kontraksi uterus. Pemberian
intravena bila sudah terpasang infuse sebelumnya.
6. Berikan infuse cairan larutan ringer laktat dan oksitoksin 20 IU/500 ml :
anda telah memberikan oksitoksin pada waktu penatalaksanaan aktif kala
tiga dan metil ergometrin intramuskuler. Oksitoksin intravena akan
bekerja segera untuk menyebabkan uterus berkontraksi. Ringer laktat
akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama atoni.
7. Mulai lagi kompresi bimanual interna atau pasang tampon uterovagina.
8. Teruskan cairan intravena hingga ruang operasi siap.
9. Lakukan laparotomi : pertimbangkan antara tindakan mempertahankan
uterus dengan ligasi arteri uterine/hipogastrika atau histerektomi. :
pertimbangan antaralain paritas, kondisi ibu, jumlah perdarahan.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume
cairan ( D. 0009 )
2. Pola Nafas Tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi ( D.
0005 )
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ( D. 0023 )
4. Resiko Syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan ( D. 0039 )
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( D. 0077 )
6. Resiko penurunan curah jantung berhungna dengan perubahan frekuensi
jantung ( D. 0011 )
7. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer ( kerusakan integritas kulit )( D. 0142 )
K. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Perfusi Perifer tidak Setelah dilakukan tindakan dalam Perawatan Sirkulasi ( I.02079 )
efektif berhubungan waktu 3x24 jam diharapkan perfusi Observasi
dengan kekurangan perifer meningkat ( L. 02011 ) dengan Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
volume cairan ( D. 0009 ) kriteria hasil : edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
1. Kekuatan nadi perifer meningkat brachial index)
2. Penyembuhan luka meningkat Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3. Sensasi meningkat (mis. Diabetes, perokok, orangtua, hipertensi
4. Warna kulit pucat menurun dan kadar kolesterol tinggi )
5. Edema perifer menurun Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
6. Nyeri ekstremitas menurun bengkak pada ekstremitas
7. Paratesia menurun Terapeutik
8. Kelemahan otot menurun Hindari pemasangan infus atau pengambilan
9. Kram otot menurun darah diarea keterbatasan perfusi
10. Bruit Femoralis menurun Hindari pengukuran tekanan darah pada
11. Nekrosis menurun ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
12. Pengisian kapiler membaik Hindari penekanan dan pemasangan
13. Akral membaik torniquet pada area yang cedera
14. Turgor kulit membaik Lakukan pencegahan infeksi
15. Tekanan darah sistolik meningkat Lakukan perawatan kaki dan kuku
16. Tekanan darah diastolik meningkat Lakukan Hidrasi
17. Tekanan arteri rata-rata membaik Edukasi
18. Indeks ankle brachial membaik Anjurkan berhenti merokok
Ajurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan dan penurun
kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyeka beta
Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis. Melembapkan kulit kering pada
kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa )
2 Pola Nafas Tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi ( I.01014 )
berhubungan dengan keperawatan dalam waktu 3x24 jam Observasi :
sindrom hipoventilasi diharapkan pola napas membaik 1. Monitor frekuensi , irama, kedalaman dan
( D. 0005 ) ( L.01004 ) dengan kriteria hasil : upaya napas
1. Dispnea menurun 2. Monitor pola napas
2. Penggunaan otot bantu napas 3. Monitor kemampuan batuk efektif
menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
3. Pemanjangan fase ekspirasi 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4. Frekuensi napas membaik 7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil X-Ray Thoraks
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan Tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika
perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika
perlu
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitoring nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Edukasi :
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian aritmia, jika perlu
Prahardina, dr. 2019. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta : GM.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, edisi I
cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, edisi I
cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, edisi I
cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional
Indonesia