L. Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
a. 90% peserta hadir di tempat penyuluhan
b. Penyuluhan telah dilaksanaan di ruang Al-Aqsho 4 RSU Haji surabaya
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan telah dilakukan menjelang
penyuluhan dilakukan
2. Evaluasi Proses
a. Acara dilaksanakan tepat waktu
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum acara selesai
c. Peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan dan fasilitator menjawab pertanyaan
dengan tepat
3. Evaluasi Hasil
a. 80% pertanyaan yang diberikan penyaji mampu dijawab oleh peserta
b. 80% peserta mampu menjelaskan kembali dengan singkatmengenai Hemorrhagic post
partum (HPP)
M. Pengorganisasian
1. Moderator :
2. Penyaji :a.
B
Fasilitator :a.
b.
MATERI
HEMORRHAGIC POST PARTUM (HPP)
C. Faktor risiko
Faktor risiko perdarahan postpartum dapat ditemukan pada masa kehamilan atau
persalinan, bila didapati faktor resiko tersebut harus segera dilakukan perencanaan
dengan seksama. Bidan atau petugas kesehatan lainnya harus waspada dan tanggap
terhadap faktor risiko perdarahan postpartum dan sudah harus mempertimbangkan risiko
ini pada saat konseling penentuan tempat persalinan. Berikut ini faktor risiko perdarahan
postpartum (Queensland Clinical Guidelines, 2012), meliputi:
1) Masa kehamilan
a. Kehamilan wanita dengan usia >35 tahun
b. Wanita dengan etnis asia
c. Obesitas (IMT >30 kg/m2)
d. Grandemultiparitas
e. Memiliki penyakit kelainan darah, seperti von willebrand disease, idiopatik
trombositopenia purpura, trombositopenia akibat preeklampsi, disseminating
intravascular coagulation (DIC)
f. Memiliki riwayat perdarahan postpartum
g. Anemia (kadar Hb <9 g/dL di awal persalinan).
h. Perdarahan antepartum
i. Overdistensi uterus, yang disebabkan oleh: jumlah air ketuban yang berlebihan
(polihidramnion), kehamilan gemeli, janin besar (makrosomia) (APN, 2008).
j. IUFD (intrauterine fetal death)
2) Masa persalinan
a. Partus presitipitatus
b. Persalinan dengan kala I, II, dan III yang memanjang
c. Korioamnionitis
d. Induksi persalinan
e. Amniotic Fluid Emboli (AFE)
f. Inversio uteri
g. Trauma jalan lahir
3) Masa nifas
a. Obat-obatan yang menginduksi hipotonia (seperti anestesi, MgSO4).
b. DIC(disseminating intravascular coagulation)
c.
D. Pencegahan perdarahan postpartum
Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan sejak awal dengan mengenali
faktor risiko pada masa antenatal serta memberikan asuhan antenatal yang
tepat.Penelitian menunjukkan bahwa manajemen aktif kala III juga dapat menurunkan
insidendan tingkat keparahan perdarahan post partum (Nugroho, 2012). Manajemen aktif
kala III terdiri dari pemberian oksitosin 10 IU secara IM 1 menit setelah bayi lahir,
melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan melakukan traksi berlawanan setinggi
os pubis, masase uterus, jika tidak terjadi tanda-tanda pelepasan traksi dihentikan dan
tunggu kontraksi selanjutnya, dan setelah plasenta lahir masase fundus uteri setiap 15
menit selama 1 jam untuk merangsang kontraksi. Pemberian oksitosin profilaksis yang
diberikan secara rutin pada manajemen aktif kala III terbukti menurunkan risiko
perdarahan postpartum hingga 60%Untuk ibu bersalin secara seksio sesarea, oksitosin (5
IU dengan cara intravena perlahan) harus diberikan untuk merangsang kontraksi uterus
dan mengurangi keluarnya darah (Krisnadi, et al., 2012).
E. Penatalaksanaan perdarahan postpartum
Segera setelah diagnosis perdarahan postpartum ditegakkan, penatalaksanaan
yang mencakup 4 komponen, yaitu: komunikasi, resusitasi, monitoring tanda-tanda vital
dan mencari sumber perdarahan, serta menghentikan sumber perdarahan harus dilakukan
secara simultan (Krisnadi, et al., 2012).
1) Komunikasi
Hal ini berkaitan dengan lingkup asuhan kebidanan yakni mandiri, kolaborasi dan
rujukan. Berdasarkan protap penanganan perdarahan postpartum primer dari WHO
(2012), ketika mendapati ibu bersalin dengan perdarahan lebih dari 500 ml maka
bidan harus menghubungi: bidan yang bertanggung jawab dan memberitahu dokter
obstetridan anestesi yang terlatih dalam penanganan kasus perdarahan postpartum.
Untuk ibu bersalin yang kehilangan darah lebih dari 1000 ml dan perdarahan terus
berlangsung atau hingga ibu syok, maka yang harus dihubungi adalah :
a. Bidan yang berkompeten lain (tambahan di luar bidan yang bertugas)
b. Dokter obstetri tingkat menengah dan memberitahu konsultan
c. Dokter anestesi tingkat menengah dan menghubungi konsultan
d. Konsultan hematologis klinis yang siap dipanggil (on call)
e. Bank darah
f. Petugas pengantar spesimen darah
g. Team yang bertugas mencatat kejadian, tanda-tanda vital pasien, masuk dan
keluarnya cairan serta obat.
Sementara itu, tidak kalah penting juga bidan atau petugas kesehatan yang
bertugas memberikan penjelasan kepada pasien dan suami/keluarga tentang
masalah yang sedang terjadi termasuk penanganan yang akan dilakukan hingga
kemungkinan yang terburuk, seperti perlunya tindakan operatif bila konservatif
dan medisinalis tidak membantu (Krisnadi, 2012).
2) Resusitasi
Berdasarkan rekomendasi guidline dari WHO (2012) terdapat dua tahap
dalam resusitasi pasien perdarahan postpartum primer, yakni :
a. Penatalaksanaan dasar untuk perdarahan postpartum minor (kehilangan darah
500-1000ml tanpa gejala syok) :
- Pasang akses intravena
- Awali infuse kristaloid
- Pasang kateter urin
b. Protokol lengkap untuk perdarahan postpartum mayor (kehilangan darah lebih
dari 1000 ml dengan perdarahan yang berlangsung dan gejala syok) :
- Bebaskan Airway, Breathing, dan Circulation
- Pemberian oksigen 10-15 lpm
- Pemasangan jalur IV dengan ukuran lebih besar dari sebelumnya sebanyak 2
- Pasien diposisikan datar
- Upayakan pasien tetap dalam kondisi hangat
- Berikan transfuse darah sesegera mungkin
- Sampai dengan transfuse darah tersedia/dapat diberikan, berikan infuse
hingga 3,5 liter warmer fluid solution, 2 liter crystalloid dan atau 1-2 liter
koloid, ulangi sesuai kebutuhan
- Pemberian terapi faktor VIIa harus sesuai dengan evaluasi klinis dan hasil test
koagulasi
Tujuan utama resusitasi pada kasus perdarahan postpartum adalah
mengembalikan volume darah dan oxygen-carrying capacity. Penggantian cairan
yang hilang harus dilakukan berdasarkan pertimbangan julah darah yang hilang dan
yang pada umumnya underestimated (di bawah jumlah yang sesungguhnya). Packed
Red Cell (PRC) adalah cairan terbaik untuk menggantikan darah yang hilang dan
harus ditransfusikan secepat mungkin. Transfusi darah diberikan bila kadar
hemoglobin <7 g/dL akan tetapi pada keadaan perdarahan masif pertimbangan harus
didasarkan pada keadaan klinis pasien dan tidak harus menunggu hasil laboratorium
(Krisnadi, et al. 2012).
Pada tahun 2006 The British Committee for Standart in Hematology membuat
standar pencapaian resusitasi cairan dan darah pada keadaan perdarahan postpartum
mayor, sebagai berikut:
- Hemoglobin > 8 g/dL
- Jumlah trombosit >75.000/L
- Protrombin >1,5 x nilai normal
- Fibrinogen >1,0 g/L
3) Pemberian medikamentosa
Berikut adalah dosis pemberian obat pada kasus perdarahan postpartum
menurut WHO (2000)
Coad, Jane, Dunstall dan Melvyn. 2007. Anatomi & Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: EGC
Cunningham FG, Leveno KJ, et all. 2005. Obstetri William edisi 21. Jakarta : EGC
Dewi, V.N.L. dan Tri S. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Dinkes, Jatim. 2013. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya : Dinkes Jatim
Fraser, M., Cooper, A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles edisi 14. Jakarta : EGC
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. 2007. Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI
dan JHPIEGO Corporation
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Arcan
Mauren Boyle, Micheal, J., Kreo. 2009. Kedaruratan dalam Persalinan. Jakarta : EGC
Rochjari, P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : SMF Obgyn RSU Dr. Soetomo
Saifuddin, A.B. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Yogjakarta: CV.ANDI
OFFSET.
Uliyah, Musrifatul, Hidayat dan A. Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik
Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo