Anda di halaman 1dari 10

NAMA : FITO WILDAN.

KELAS : 3A/D3 KEPERAWATAN

NIM : 201902010085

MAKUL : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Memahami jenis dan prosedur triase IGD

Triase IGD adalah proses penentuan atau seleksi pasien yang diprioritaskan untuk mendapat
penanganan terlebih dahulu di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.

Proses penentuan ini dilakukan untuk mendapatkan urutan penanganan sesuai tingkat kegawatdaruratan
pasien, seperti kondisi cedera ringan, cedera berat yang bisa mengancam nyawa dalam hitungan menit
dan jam, atau sudah meninggal.

Jenis Triase IGD

Dalam sistem triase IGD, ada 4 kategori warna. Empat kategori warna tersebut memiliki arti masing-
masing yang disesuaikan dengan kondisi pasien, yaitu:

1. Kategori merah

Pasien dengan kategori merah adalah pasien prioritas pertama (area resusitasi) yang butuh pertolongan
segera. Kriteria pasien yang masuk dalam kategori ini adalah mengalami kondisi kritis yang
membutuhkan pertolongan medis segera.

2. Kategori kuning

Pasien dalam kategori kuning merupakan prioritas kedua (area tindakan) yang juga membutuhkan
pertolongan segera. Hanya saja, pasien yang termasuk kategori ini tidak dalam kondisi kritis.

3. Kategori hijau

Kategori ini termasuk dalam prioritas ketiga (area observasi). Pasien dalam kategori ini umumnya
mengalami cedera ringan dan biasanya masih mampu berjalan atau mencari pertolongan sendiri.

4. Kategori hitam

Kategori hitam hanya diperuntukkan bagi pasien yang sudah tidak mungkin ditolong lagi atau sudah
meninggal.
Prosedur Triase Pasien IGD

Prosedur triase dimulai ketika pasien tiba di Instalasi Gawat Darurat. Dokter akan langsung melakukan
pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan kondisi pasien.

Pemeriksaan singkat dan cepat ini meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda-tanda vital (tekanan darah,
denyut nadi, pernapasan), kebutuhan medis, dan kemungkinan bertahan hidup. Setelah melakukan
pemeriksaan, dokter akan menentukan kategori warna triase yang sesuai untuk kondisi pasien.

Jika berada di kategori merah, pasien akan langsung diberikan tindakan medis di ruang resusitasi, dan bila
memerlukan tindakan medis lebih lanjut, pasien akan dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah
sakit lain.

Jika berada di kategori kuning, pasien bisa dipindahkan ke ruang observasi. Pasien dalam kategori ini
akan ditangani setelah pasien kategori merah selesai.

Sedangkan pasien dengan kategori hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, dan jika kondisinya
memungkinkan pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.

Untuk pasien yang sudah meninggal, yaitu kategori hitam, bisa langsung dipindahkan ke ruang jenazah.

Status triase ini akan dinilai ulang secara berkala, karena kondisi pasien dapat berubah sewaktu-waktu.
Apabila kondisi pasien berubah, dokter juga akan segera melakukan triase ulang (retriase). Sebagai
contoh, pasien yang berada dalam kategori kuning bisa berpindah ke kategori merah ketika kondisinya
bertambah parah.

B. SARPRAS IGD

Suatu IGD RS berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari ruangan Triase,

ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan

ruangan observasi.

Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah

terdiri dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua

) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur

Peralatan

Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat

Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap


pasien Gawat darurat.

Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan

jantung seperti monitor dan defribrilator

a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :

1. Mesin suction ( 1 set )

2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )

3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )

4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )

5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )

6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )

7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &

penghalang ( 1 buah )

8. Gunting besar (1 buah )

9. Defribrilator ( 1 buah )

10. Monitor EKG ( 1 buah )

11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1

buah )

12. Papan resusitasi ( 1 buah )

13. Ambu bag ( 1 buah )

14. Stetoskop ( 1 buah )

15. Tensi meter ( 1 buah )

16. Thermometer ( 1 buah )

17. Tiang Infus ( 1 buah )

b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah

1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )
2. Verban segala ukuran : 4 x 5 em ( 5 buah ) 4 x10 em

3. Vena seksi set ( 1 set )

4. Extraksi kuku set ( 2 set )

5. Hecting set ( 5 set )

6. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:

Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )

Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )

Jarum ( 1 set )

7. Lampu sorot ( 1 buah )

8. Kassa ( 1 tromel )

9. Cirkumsisi set ( 1 set )

10. Ganti verban set ( 3 set )

11. Stomach tube / NGT

12. Spekulum hidung ( 2 buah )

13. Spuit sesuai kebutuhan

14. Infus set ( 1 buah )

15. Dower Catheter segala ukuran

16. Emergency lamp ( 1 buah )

17. Stetoskop ( 1 buah )

18. Tensimeter ( 1 buah )

19. Thermometer ( 1 buah )

20. Elastis verban sesuai kebutuhan

21. Tiang infus ( 2 buah )

c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :

1. Stomach tube / NGT

2. Urine bag ( 3 buah )


3. Otoscope ( 1 buah )

4. Nebulizer ( 1 buah )

5. Mesin EKG ( 1 buah )

6. Infus set ( 1 buah )

7. IV catheter semua nomer ( 1 set )

8. Spuit sesuai kebutuhan

9. Tensimeter ( 1 buah )

10. Stetoskop ( 1 buah ).

11. Thermometer ( 1 buah )

12. Tiang infus ( 1 buah )

d. Alat – alat untuk ruang observasi

1. Tensi meter ( 1 buah )

2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )

3. Termometer ( 1 buah )

4. Stetoskop ( 1 buah )

5. Standar infus ( 1 buah )

6. Infus set ( 1 set )

7. IV catheter segala ukuran ( 1 set )

8. Spuit sesuai kebutuhan

e. Ambulance

Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini memiliki 2 ( dua

) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian

umum.

C. KOMPETENSI NAKES

a. Perawat pelaksana
Kualifikasi :

Pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman klinik dua tahun ners dengan

pengalaman klinik 1 tahun di rumah sakit dan sudah tersertifikasi emergency nursing

basic 2.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1. Mampu menguasai basic assessment primary survey dan secondary survey.

2. Mampu memahami triase dan releiase

3. Mampu memberikan asuhan keperawatan kegawat daruratan

4. Mampu melakukan trindakan keperawatan

5. Mampu memahami terapi definlif

6. Mampu menerapkan aspek elik dan legal

7. Mampu melakukan komunikasi terapiutik kepada pasien/ keluarga

8. Mampu berkerjasama dalam tim

9. Mampu melakukan pendokumentasian / pencatatan dan pelaporan

b. Ketua tim

Seorang perawat yang bertanggung jawab dan berwenang terhadap lembaga pelaksana

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di gawat daarurat ,

yang bertanggung jawab kepada kepala ruangan IGD.

Kualifikasi ketua tim IGD level iii dan IV :

1. D3 keperawatan dengan pengalaman lima (5) tahun di igd dan sudah tersetivikasi

emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance lainnya.

2. Ners dengan pengalaman tiga (3) tahu di igd dan sudah memiliki sertifikat

emergency nursing basic 2 pelatihan gawat darurat

3. S2 keperawatan dengan pengalaman satu tahun di igd dan sudah tersefikasi

emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance lainnya.


Kompetensi yang harus dimiliki :

1. Memiliki kemampuan sebagai pelaksana

2. Mampu mengelola pelayanan asuhan keperawatan

3. Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan.

Kualifikasi ketua tim IGD level I dan II :

1. D3 keperawatan dengan pengalaman kerja 2 tahun di IGD dan sudah memiliki

emergency nursing basic 2

2. Ners dengan pengalaman kerja satu tahun di igd dan sudah memiliki sertifikat

emergency nursing basic 2

Kompetensi yang harus dimiliki :

1. Memiliki kemampuan sebagai perawat pelaksana

2. Mampu mengelola pelayanan asuhan keperawatan

3. Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan

4. Mampu melakukan triase.

c. Perawat kepala ruangan

Kualifikasi kepala ruangan igd level III dan IV

Minimal ners, pengalaman sebagai perawat pelaksama tiga tahun di IGD, pengalaman

menjadi ketua tim 2 tahun sudah meiliki sertifikat emergencynursing basic 2 dan

pelatihan gawat darurat advance lainnya serta melakukan pelatihan manajemen.

Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan sertifikat :


1. Memiliki kemampuan sebagai ketua tim

2. Mampu menjamin tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten di rumah sakit

3. Mampu menegosiasi dan mengkoordinasi semua kegiatan keperawatan gawat

darurat dan bencana

4. Mampu membuat perencanaan dan melakukan pengembangan keperawatan serta

pelayanan gawat darurat.

D. GAWAT DARURAT BERDASARKAN PRESPEKTIF ISLAM

Darurat sebagaimana maslahat, mempunyai pengaruh dalam perubahan status

hukum karena keduanya memang mempunyai kaitan yang sangat erat. Hukum-hukum

itu dapat diketahui baik dari nash al-Quran atau dari Sunnah. Kedua acuan ini

dijadikan sebagai dua sumber orisinil hukum Islam. Hukum-hukum tersebut juga

dapat diketahui dari ijtihad para ulama dengan memakai metode-metode ijtihat yang

telah mereka temukan, seperti qiyas, istihsan dan istihlah lewat upaya istiqra

(deduksi) terhadap petunjuk-petunjuk (amarat) dalam nash-nash al-Quran dan sunnah,

yang dalam perkembangan selanjutnya dilegalkan sebagai metode istimbath dalam

hukum Islam. Hukum-hukum Islam yang telah diketahui statusnya lewat sumber-

sumber orisinil dan depedensinya (ketergantungan) itu kemudian dalam terminologi

keilmuan Islam disebut sebagai fikih. Disisi lain, seluruh umat Islam baik dari

kalangan ulama maupun dari kalangan umum sepakat bahwa jika syariat Islam

dikomparasikan dengan syariat-syariat sebelum Islam, akan semakin nampak betapa

syariat Islam adalah syariat yang sangat moderat dan bahkan sangat toleran.

Perintah untuk berobat dengan menggunakan jasa medis tidak berarti bahwa

Rasulullah SAW adalah seorang dokter yang merumuskan semua jenis penyakit dan

obat-obatnya, meskipun Rasulullah SAW dalam banyak kesempatan menunjukkan

pola hidup sehat dan menggunakan item-item tertentu dalam pengobatan seperti

madu, habhah sauda’ dan lain-lainnya, tetapi fokus Rasulullah SAW lebih kepada
dakwah akidah, tatanan sosial, hukum dan sejenisnya, namun meskipun demikian,

dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, beliau SAW bersabda;

َ ‫ َما أَ ْنزَ َل اهللاُ دَا ًء إِالَّ أَ ْن‬.


َ . ‫زَل لَهُ ِشفَا ٌء‬
5 ) ‫(ر َو اهُ إِ بْ نُ َم ا َج ْه‬

Artinya: Tidaklah Allah menciptakan sebuah penyakit melainkan ada obatnya.

(H.R. Ibn Majah).

Dengan tidak adanya acuan baku dalam proses pengobatan dari wahyu,

membuka peluang eksperimen bagi para pegiat dunia medis untuk mengembangkan

ilmu-ilmu kesehatan sejak di zaman Rasulullah SAW sampai saat ini, hal ini tentunya

berdampak kepada kemajuan sarana dan pola penanganan medis yang sejalan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Para ulama sepakat bahwa sakit dalam banyak keadaan menjadi salah kondisi

dharurat yang membolehkan seseorang untuk menyingkap auratnya kepada dokter

yang bersebrangan jenis kelamin dengan si pasien, dan ini masuk dalam kaedah dasar

yang disusun oleh ulama;

ِ ‫ب یْ ُح الْ َم حْ ظُ وْ َر ا‬
30 ‫ت‬ ُ ُ‫اَ لضَّ ُر وْ َر ة‬
ِ ‫ت‬

Artinya: Kondisi dharurat membolehkan seseorang untuk melakukan hal-hal

yang dilarang. Kaedah ini menafsirkan adanya pengecualian untuk melakukan sesuatu

yang dilarang pada kondisi yang dapat membinasakan diri seseorang sehingga sampai

memudaratkannya,31 senada dengan firman Allah swt:

‫اغ َوالَ عَا ٍد فَالَ إِ ْث َم‬ ُ


ٍ َ‫یر َو َما أ ِه َّل بِ ِه لِ َغی ِْر هَّللا ِ ۖ◌ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغی َْر ب‬ ِ ‫إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْی ُك ُم ْال َم ْیتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ‬
ِ ‫نز‬
‫ق َر ِة‬ َ ْ‫َعلَ ْی ِه ۚ◌ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحی ٌم (سُ وْ َر ةُ ال‬
َ ‫ب‬

Artinya: Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmumu bangkai, darah,

daging babi dan (daging) binatang yang disembelih dengan (menyebut nama) selain

Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya

dan tidak (pula) melampui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesunguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-Baqarah: 173).

Dharurat adalah kondisi dimana seseorang dalam bahaya atau kesulitan yang

dapat melahirkan kemudharatan, sehingga mengharuskannya untuk melakukan

perbuatan haram, atau meninggalkan kewajiban atau menunda kewajiban untuk

menolak kemudharatan tersebut.33 Seperti sebagaimana yang terjadi dizaman

rasulullah SAW pada peperangan Khandaq, beliau memerintahkan Sa’ad bin Muadz

yang terkena anak panah untuk berobat dengan seorang perempuan bernama

Rupaidah. Perintah ini bukan tidak beralasan, rasulullah SAW mengatakan “Rafidah

adalah perempuan yang mengerti masalah medis”.Meskipun Rafidah adalah seorang

perempuan tetapi dalam peperangan bukanlah perkara mudah mecari banyak dokter,

selain itu Rafidah disebut sebagai wanita kaya yang membuat kemah instalasi gawat

darurat pertama dalam sejarah Islam. Perintah Rasulullah ini masuk dalam konteks

kondisi yang tidak normal, yaitu keadaan darurat yang tidak mungkin untuk ditawar.

Anda mungkin juga menyukai