Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN STASE ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. D DENGAN BAYI BERAT


LAHIR RENDAH (BBLR) DAN HIPERBILIRUBIN DI RUANG NICU
RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Ambar Arum. R (2004069)

Bagas wicaksana (2004073)

Diah Karmini (2004076)

Elmi Yatha Sartika (2004077)

Kristina Angwarmase (2004084)

Janicka Jacklyn. W (2004080)

Luciana Renata (2004088)

Monika Oktaviani. D (2004090)

Regita Prameswari (2004093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2021
ii
LAPORAN STASE ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. D DENGAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR) DAN HIPERBILIRUBIN DI RUANG NICU
RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Ambar Arum. R (2004069)

Bagas wicaksana (2004073)

Diah Karmini (2004076)

Elmi Yatha Sartika (2004077)

Kristina Angwarmase (2004084)

Janicka Jacklyn. W (2004080)

Luciana Renata (2004088)

Monika Oktaviani. D (2004090)

Regita Prameswari (2004093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. D


DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DAN
HIPERBILIRUBIN DI RUANG NICU
RS BETHESDA YOGYAKARTA

TANGGAL 08-10 FEBRUARI 2021

Oleh :
kelompok 3

Laporan ujian stase anak ini disetujui pada tanggal .............. 2021

Mengetahui

Pembimbing

(Indah Prawesti, S. Kep., Ns., M.Kep)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan judul “Asuhan
Keperawatan pada Bayi Ny. D dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubin di Ruang NICU RS Bethesda Yogyakarta. ”Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas di Stase Anak.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan didukung oleh
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Indah Prawesti, S. Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.

Yogyakarta, Februari 2021

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LatarBelakang............................................................................................. 1
B. TujuanPenulisan.......................................................................................... 1
BAB II :LANDASAN TEORI ............................................................................... 3
A. Konsep Medis.............................................................................................. 3
1. Definisi.................................................................................................. 3
2. AnatomiFisiologi................................................................................... 4
3. Etiologi.................................................................................................10
4. Pathway............................................................................................... 11
5. ManifestasiKlinis................................................................................ 12
6. PemeriksaanDiagnostik....................................................................... 12
7. Penatalaksanaan.................................................................................. 12
8. Komplikasi.......................................................................................... 13
B. KonsepKeperawatan................................................................................. 14
1. Pengkajian.............................................................................................. 14
2. DiagnosaKeperawatan............................................................................17
3. Intervensi................................................................................................18
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................25
A. PengkajianKeperawatan............................................................................ 25
B. Diagnosis Keperawatan............................................................................. 49
C. Intervensi................................................................................................... 50
D. CatatanPerkembangan............................................................................... 56

iv
BAB IV : PEMBAHASAN ...................................................................................89
A. Pengkajian..................................................................................................89
B. DiagnosaKeperawatan................................................................................89
C. IntervensiKeperawatan...............................................................................90
D. ImplementasiKeperawatan.........................................................................91
E. EvaluasiKeperawatan.................................................................................91
BAB V : PENUTUP ..............................................................................................92
A. Kesimpulan .............................................................................................. 92
B. Saran ........................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperbilirubin adalah penyakit yang disebabkan oleh penimbuhan bilirubin


dalam jaringan tubuh sehingga kulit, mukosa dan skelra berubah menjadi
kuning Nike (2014) diperbaharui oleh Yanti Siska (2016)).

Angka kematian bayi (AKB) yaitu jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari
pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Menurut WHO (World Health
Organization) 2015 negara ASEAN (Association of South East Asia Nations)
seperti di singapura 3/1000 kelahiran hidup, Malaysia 5, 5/1000 kelahiran
hidup, Thailand 17/1000 kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 kelahiran hidup
dan Indonesia 27/1000 kelahiran hidup.

Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah hiperbilirubin, yang
mana merupakan salah satu fenomena klinis yang sering ditemukan pada bayi
baru lahir diminggu pertama dalam kehidupannya. Insiden hiperbilirubin di
Amerika 65%, Malaysia 75%, Indonesia 54, 47% (Putrid dan Mexitalia,
2014). Pada Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas,2015) menyatakan bahwa
angka bayi baru lahir di Indonesia 51,47%, Sumatra Barat 47,3%, dengan
factor penyebab Asfiksia 51%, BBLR 42,9%, Section Cesaria 18,9%,
Prematur 33,3%, kelainankongenital 2,8%, sepsis 12%.

Berdasarkan teori, angka kejadian Hiperbilirubin dan studi dokumentasi


kelompok tertarik untuk mengelola asuhan keperawatan pada pasien Bayi Ny
D dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atas indikasi Hiperbilirubin,
Kelompok akan mengelola pasien dalam waktu 3 hari. Pada laporan ini
kelompok akan membahas proses asuhan keperawatan dari pengkajian sampai
evaluasi.

1
2

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada kasus anak
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Hiperbilirubin di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat
pada pasien dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubin di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Yogyakarta
tahun 2021.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Hiperbilirubin di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan Post Sectio Caesarea indikasi Fetal Distress di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Hiperbilirubin di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan diagnose medis Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubin di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi
a. BBLR

Berat bayi lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) tanpa memandang usia
gestasi (Saifuddin, 2014).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2014).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Lubis,
2013).
b. Hiperbilirubin

Hiperbiliribun merupakan suatu dimana prosuksi bilirubin yang berlebihan


didalam darah (Slusher, 2013).

3
Hiperbilirubin merupakan suatu fenomena klinis tersering ditemukan pada
bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis atau patofisiologis,
atau kombinasi keduanya (Lubia, 2013).

4
5

2. Anatomi fisiologi

Gambar 2. Anatomi Hati


Hati merupakan salah satu organ paling vital dan kelenjar terbesar ditubuh
dengan beratnya kurang lebih 1500 g. Hati terletak di kuadran kanan atas
perut,tersembunyi dan dilindungi oleh sa ngkar toraks dan diafragma. Hati
normal terletak jauh di tulang rusuk 7 - 11 di sisi kanan dan melintasi garis
tengah menujuputing kiri.Hati melekat pada diafragma melalui ligamentum
falciform(Ozougwu, 2017)

Hati juga ditutupi oleh peritoneum viseral di bagian anterior dan posterior
kecuali untuk area kosong dimana hati langsung berbatasan dengan
diafragma.Ligamen hepatoduodenal menyelubungi porta hepatis termasuk
arteri hepatika, vena porta, dan duktus empedu ekstrahepatik (Juza dan Pauli,
2014).Hati terbagi menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan, kiri, kaudatus, dan
quadratus.Lobus pada bagian kanan dan kiri merupakan lobus terbesar,
sementara kaudatus dan quadratus lebih kecil dan terletak di posterior.Dua
ligamen terlihat di bagian anterior ligamen falciform memisahkan lobus
kanan dan kiri.Lebih rendah daripada ligamentum falciformis adalah
ligamen bundar, yang menonjol sedikit dari hati.Kandung empedu terlihat
secara anterior terletak di bagian paling bawah lobus kanan.Berdekatan
dengan lobus kaudatus terdapat sulkus untuk vena cava inferior.Dibawah
dari pada lobus kaudatus adalah porta hepatis, di mana arteri hepatic dan
vena portal hepatik masuk ke hati.Vena portal membawa darah yang
mengandung nutrisi dari sistem pencernaan.Lebih rendah dari porta hepatis
adalah saluran empedu yang mengarah kembali ke kantong empedu
(Ozougwu, 2017).
Hati memiliki beberapa fungsi, yaitu tempat metabolisme nutrisi makro
(karbohidrat, lemak, dan protein), tempat penyimpanan besi danvitamin,
pembentuk faktor koagulasi, pembentuk empedu, serta metabolismeberbagai
hormon dan obat-obatan.
Pada manusia dan organisme tingkat tinggi hati merupakan tempatutama
untuk metabolisme zat asing. Hati bertanggung jawab dalam prosesabsorbsi,
detoksifikasi, dan ekskresi berbagai jenis zat yang didapat daridalam
maupun luar tubuh, termasuk berbagai zat yang disintesis dalam hatiitu
sendiri.
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah produk sampingan dari penghancuran sel darah merah yang
sudah tua memberi pigmen warna empedu hitam kehijauan dan
menghasilkan semburat kuning penyakit kuning. Makrofag yang merupakan
sel kupfer mengambil dan mengancurkan sel darah merah yang sudah tua
dari sistem fagosit mononuklear, terutama di limpa dan hati. Dalam plasma,
bilirubin mengikat albumin dan dikenal sebagai bilirubin tak terkonjugasi
atau bilirubin bebas, yang larut dalam lemak.Dalam hati, bilirubin tak
terkonjugasi bergerak dari plasma di sinusoid ke dalam hepatosit. Dalam
hepatosit, itoin dengan asam
glukuronat membentuk bilirubin terkonjugasi, yang larut dalam air.
Konjugasi mengubah bilirubin dari zat yang larut dalam lipid yang dapat
7

melewati membran biologis ke zat yang dapat larut dalam air yang dapat
diekskresikan dalam empedu.Ketika bilirubin terkonjugasi mencapai ileum
distal dan kolon, bilirubin dikonjugasi oleh bakteri dan diubah menjadi
urobilinogen.Sebagian besar urobilinogenis kemudian diekskresikan dalam
urin dan sejumlah kecil dieliminasi melalui fases (Ozougwu, 2017).
1. Patoflodiagram (Mitayani, 2011)
9

2. Etiologi
a. Etiologi penyebab BBLR

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor


ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2014).
1) Faktor Ibu

Penyakit seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-


lain.
2) Komplikasi pada Kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan


antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
3) Usia Ibu

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan


oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
4) Faktor Kebiasaan

Ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
5) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan


kromosom.
6) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,


radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
7) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor yang berperan dalam mementukan status kesehatan seseorang


adalah tingkat sosial ekonomi. Sosial ekonomi merupakan gambaran
tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan
dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini
dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan
kesehatan (Notoatmodjo, 2013).
8) Faktor Pendidikan

Nursalam dan Siti Pariani (2012) semakin tinggi pendidikan semakin


tinggi mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula
sebaliknya. Semakin rendah tingkat pendidikan maka akan sulit
mencerna pesan yang disampaikan.
b. Etiologi dari hiperbillirubinemia adalah :
11

1) Pembentukan bilirubin yang berlebihan.


2) Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam
hati.
3) Gangguan konjugasi bilirubin.
4) Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel
darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula
timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5) Gangguan transportasi bilirubin dalam hati akibat penurunan
kapasitas pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia atau karena
pengaruh obat-obatan tertentu.
6) Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati
dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma siphilis.
3. Klasifikasi

Bayi yang termasuk pada BBLR dapat dibagi menjadi berikut ini :
a. Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB SMK) yaitu bayi
yang lahir premature dengan berat lahir sesuai usia kehamilan.
b. Neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB KMK) yaitu bayi
yang lahir premature dengan berat badan lahir kurang dari normal
menurut usia kehamilan.
c. Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK) yaitu
bayi yang lahir dengan usia hamil cukup bulan berat badan kurang dari
normal.
Menurut Ismawati (2011), mengklasifikasikan BBLR menjadi:
a. Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat 1500-2500
gram.
b. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi dengan berat badan
<1500 gram.
c. Berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu bayi yang lahir dengan
berat <1000.

4. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis dari BBLR (Mitayani, 2011), yaitu:
1) BB<2500gram dan panjang badan <45cm, lingkar dada <30cm dan
lingkar kepala <33cm.
2) Masa gestasi <37 minggu
3) Kulit tipis, transparan, planugo banyak, lemak subkutan amat sedikit
4) Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun sutura lebar
5) Genetalia ematur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora
6) Pergerakan kurang dan lemah, tagis lemah, pernapasan belum teratur
dan sering mendapatkan apnea
7) Lebih banyak tidur daripada bangun, refleks menghisap dan menelan
belum sempurna
b. Manisfestasi klinis
1) Manisfestasi BBLR
a) Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm,
lingkaran
b) dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
c) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
d) Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
e) Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
f) Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
g) Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
h) Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
13

i) Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi
jenis
j) Kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki –
laki belum
k) Turunnya testis.
l) Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami
hipotonik.
m) Menangis dan lemah.
n) Pernapasan kurang teratur.
o) Sering terjadi serangan apnea.
p) Refleks tonik leher masih lemah.
q) Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna
(Saputra, 2014).
2) Manisfestasi Hiperbilirubin

Apabil ada tanda-tanda sebagai berikut (Ridha, 2014).


a) Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender,
kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.
b) Ikterik terjadi pada 24 jam pertama
c) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24
jam.
d) Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan,
dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
e) Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f) Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr,
masa esfasi kurang 36 mg, defikasi, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi trauma lahir kepala, hipoglikemia.
5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang BBLR (Mitayani, 2011), yaitu:


a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hemoglobin (normal 12-24
GR/DL), Hematokrit (normal 33-38%).
b. Dekstrosit: menyatakan hipoglikemi (normal 40 mg/dl)
c. Analisa gas darah: menentukan derajat kekurangan distress bila ada
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipoklasemia
e. Bilirubun: mungkin meningkat pada polisetemia
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis
g. Jumlah terombosit (normal 200.000-475.000 mikroliter)
h. EKG, USG, EEG.
6. Pencegahan
Pencegahan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Proverawati
(2011), sebagai berikut:
a. Tingkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali
selama kurun mulai kehamilan muda, terutama pada ibu hamil dengan
resiko tinggi terjadi bayi BBLR harus segera dilaporkan dan dipantau dan
dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
b. Penyuluhan tentang perkembangan dan pertumbuhan janin serta
perawatan diri selama kehamilan
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi
sehat (20-34 tahun)
d. Beri asupan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat badan bayi
e. Menjaga bayi tetap hangat
f. Mengetahui tanda dan bahaya untuk segera mencari pertolongan
g. Timbang berat badan secara umum setiap minggu hingga BB bayi
mencapai 2,5 kg
7. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2011), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
15

Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi


hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5
gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat
dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa
bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
8. Komplikasi

Komplikasi pada BBLR (Mitayani, 2011), yaitu:


a. Sindrome aspirasi mekonium, adalah gangguan pernafasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran
b. Hipoglikemi simtolatik, ketidaknormalan kadar glukosa serum yang
rendah.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membrane surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
17

d. Asfiksia neonatarum, suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur
e. Hiperbilirubin, meningginya kadar bilirubin didalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
berwarna kuning.
A. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan


berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di laboratorium
(Surasmi, 2013).
a. Anamnese orang tua/keluarga

Meliputi : Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke
berapa, BB/ PB dan alamat, nama orang tua bayi.

b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kehamilan
Kurangnya antenal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Misalnya salisilat sulkaturosic oxitosin yang
dapat mempercepat proses konjugasi sebelum ibu partus.
2) Riwayat persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau dokter. Lahir prematur/
kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
3) Riwayat postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, kulit bayi
tampak kuning.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polychitemia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis).
c. Riwayat psikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua.
19

d. Pengetahuan keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua tentang bayi
yang ikterus.
e. Kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (refleks mengisap dan menelan
lemah) sehingga berat badan (BB) bayi mengalami penurunan. Palpasi
abdomen dapat menunjukan pembesaran limpa, hepar.
2) Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna
gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) dan feses
mungkin lunak/ cokelat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Bising
usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat.
3) Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.
4) Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktifitas, letargi, hipototonus dan
mudah terusik.
5) Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.
6) Neurosensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran
ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidros
fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitis Rh berat.
7) Pernapasan
Riwayat asfiksia
Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural, hemoragi
pulmonal)

f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
2) Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput /
mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan
melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi
dengan kulit bersih ( kuning), dapat juga dijumpai cianosis pada bayi
yang hypoksia
3) Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan
adanya tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya
infeksi
4) Perut : Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan
fototerapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan fototerapi, Perut
membuncit, muntah, mencret merupakan akibat gangguan
metabolisme bilirubin enterohepatik, splenomegali dan hepatomegali
dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella.
5) Urogenital : Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat /
acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan /
atresia saluran empedu
6) Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah
7) Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas
menurun, Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia,
echimosis, ikterus pada kulit dan sklera mata.
21

8) Pemeriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan


lainlain menunjukkan adanya tanda- tanda kern – ikterus (Surasmi,
2013)

g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, kadar bilirubin mencapai puncak kira-kira
6mg/dl, antara 2-4 hari kedepan. Apabila nilainya diatas 10mg/dl
maka dikatakan hiperbilirubinemia non fisiologis atau patologis. Pada
bayi dengan kurang bulan, kadar bilirubin mencapai puncaknya pada
nilai 10-12 mg/dl, antara 5-7 hari kehidupan (widagdo, 2012).
2) Ultrasonograf (USG)
Pemeriksaan USG digunakan untuk mengevaluasi anatomi cabang
kantong empedu.
3) Radioscope Scan
Pemeriksaan radioscope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis atau atresia biliary.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Proverawati (2011), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR dengan hiperbilirubin adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
2. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
5. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum
bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan
ekskresi bilirubin
23

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi Rasional


1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola Nafas. 1. Untuk mengetahui
efektif berhubungan keperawatan selama …x24jam perkembangan nafas dan
dengan maturitas pola napas menjadi efektif, untuk menentukan
pusat pernafasan, dengan kriteria hasil: intervensi selanjutnya
keterbatasan - RR 30-60 x/mnt 2. Observasi frekuensi dan 2. Untuk mengetahui
perkembangan otot, - Sianosis (-) bunyi nafas frekuensi dan bunyi nafas,
penurunan - Sesak (-) untuk menentukan
energi/kelelahan, - Ronchi (-) intervensi selanjutnya
ketidakseimbangan - Whezing (-) 3. Observasi adanya sianosis. 3. Sianosis mengindikasikan
metabolik. kekurangan oksigen
4. Tempatkan kepala pada 4. Posisi hiperekstensi dapat
posisi hiperekstensi. memaksimalkan
pengembangan paru
5. Beri O2 sesuai program 5. Oksigen sebagaiterapi
dokter tambahan
6. Observasi respon bayi 6. Untuk mengetahui
terhadap ventilator dan perkembangan bayi dan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi Rasional
terapi O2. menentukan intervensi
selanjutnya
2. Hipotermi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda 1. Tanda-tanda vital
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam vital. mengindikasikan perubahan
kontrol suhu yang termoregulasi membaik, pada pasien
imatur dan dengan kriteria hasil: 2. Suhu pada inkubator dapat
penurunan lemak - Suhu tubuh dalam rentang 2. Tempatkan bayi pada diatur sesuai kebutuhan pasien
tubuh subkutan. normal Suhu 36,5-37,5 incubator. 3. Untuk mengetahui kondisi
derajat Celcius bayi saat ini
- Kulit hangat. 3. Monitor tanda-tanda 4. untuk mempertahankan suhu
- Sianosis (-) hipotermi. tubuh bayi
- Ekstremitas hangat 5. Pakaian basah dapat
4. Hindari bayi dari membuat bayi menjadi
pengaruh yang dapat hipotermi
menurunkan suhu tubuh.
5. Ganti pakaian setiap
basah
25

Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi Rasional

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda infeksi. 1. Untuk mengetahui adanya
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam infeksi dan untuk menentukan
pertahanan tidak terjadi infeksi, dengan intervensi selanjutnya
imunologis yang kriteria hasil 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Untuk menghindari
kurang. - Suhu 36-37C sesudah kontak dengan penularan penyakit dari
- Tidak ada tanda-tanda bayi. lingkungan
infeksi. 3. Untuk menghindari
- Leukosit 5.000-10.000 3. Cegah kontak dengan penularan bakteri, virus, dll
orang yang terinfeksi. 4. Untuk mencegah terjadinya
4. Kolaborasi dengan dokter infeksi
pemberian antibiotic
sesuai program
B. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melakukan intervensi atau program keperawatan.

C. Evaluasi
Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan suhu
tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan elektrolit bayi
terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan partisipasi terhadap
rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang tua (Surasmi, 2013).
24

BAB III
PENGELOLAAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NY. D DENGAN BBLR dan


HIPERBILIRUBIN DI NICU / PICU RS.BETHESDA
YOGYAKARTA

Tanggal Pengkajian : 8 Februari 2021 Pkl 14.10


Oleh : Kelompok III
Pengkajian diperoleh dari status klien dan keluarga.
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. Ny. D
Tgl lahir, jam / umur : 4 Februari 2021 / 4 Hari
Agama : Kristen
Nama bapak/Ibu : Bp. B / Ny. D
Pendidikan Bapak/Ibu : S1 / S1
Pekerjaan Bapak/Ibu : Swasta / Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sleman
No. RM : 20040xx
Kelas :1
Diagnosa Medis : Diagnosa Deferensial : BBLR
: (Diagnosa Definitif : Hiperbilirubin)

b. Keluhan Pasien
a. Keluhan utama saat dikaji
Berat badan bayi mengalami penurunan dari 1015 gram menjadi 880
gram.
b. Keluhan tambahan saat dikaji

24
25

Ayah bayi mengatakan anaknya setelah lahir mengalami sesak nafas,


bayi berwarna kuning ikterik. Kesadaran bayi S4
c. Riwayat Penyakit sekarang
Bayi lahir tanggal 4 Februari 2021 pkl. 05.00 WIB usia kehamilan 28
minggu secara SC indikasi perdarahan antenatal di Klinik S dengan
BBL 1015 gram. Kondisi bayi saat lahir tampak ikterik, SaO2 menurun
dari 99% sampai 88% saat dilakukan penyapihan NCPAP. Nilai
APGAR menit pertama 6, menit kelima 8 sudah mendapat injeksi
vitamin K 0,5mg (IM) pemasangan infus D10% 3cc/jam, dilakukan
pemeriksaan PDL, Rapid test negatif.
Tanggal 4 Februari 2021 pkl 08.17 WIB sampai di IGD RS Bethesda,
pengkajian primer jalan nafas bebas, RR >30x/menit, akral hangat,
disability alert, triase katagori 3, HR 135x/menit, SaO2 99% RR
40x/mnt. Di IGD dilakukan thorak foto dan dipindahkan ke NICU
dengan indikasi BBLER yaitu BB<1000gram. Kondisi neonates sampai
NICU kondisi lemah, Suhu 36.7℃, HR 127x/menit, RR 48x/menit
kemudian dilakukan pemasangan NCPAP Peep 8 FiO2 21%. Saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Februari 2021 pukul 14.10, bayi
kesadaran S4, Respirasi dengan NCPAP Peep 8 FiO2 40%, ikterik, vital
sign HR 128x/menit, RR 54x/menit, SaO2 100% dan Suhu 37.2℃.

4. Riwayat Kelahiran
a. Ante natal
Penyulit kehamilan : Tidak ada
Penyakit yang menyertai kehamilan: Tidak Ada
b. Intra natal
Umur kehamilan : (28 minggu) Kurang Bulan
Jenis Persalinanan : Sectio Caesarea
Penyulit Persalinan : Tidak Ada
Komplikasi Persalinan : Perdarahan Antenatal
c. Post Natal
BBL: 880 gram PB: 32 cm. LK: 25 cm
LD: 21 cm. LLA: 6,5 cm
Trauma lahir : Tidak ada
Pernafasan : Spontan dengan bantuan NCPAP PEEP 8 FiO2 40%.
Apgar score: menit I: 6, menit V: 8
APGAR menit pertama
Score
Activity 1
Pulse 2
Grimace 1
Appearance 1
Respiration 1
Total score 6
APGAR menit kelima
Score
Activity 1
Pulse 2
Grimace 1
Appearance 2
Respiration 2
Total score 8

5. Riwayat Kesehatan Lalu


Bayi Ny D pada saat lahir mengalami BBLR dengan berat 1015 gram
beserta bayi tampak iterik, nilai APGAR menit pertama 6 menit ke lima 8
tidak memiliki alergi dan imunisasi lengkap sesuai usia.
6. Riwayat Keluarga
Ny D melahirkan di RS ditemani suami, Ny D selama kehamilan tinggal
bersama dengan suami dan anak pertama, bayi Ny D merupakan anak ke 2
27

Keterangan
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

7. Keadaan Saat Ini


a. Status nutrisi
Saat ini bayi minum ASI 6 x 1 cc melalui OGT, tidak muntah dan
tidak ada residu. Infus dex 5 1/4NS 4cc/jam (menggunakan infus
pump). Berat Badan (BB) mengalami penurunan dari 1015 gram
menjadi 880 gram, Panjang Badan (PB) 32 cm, Lingkar Kepala (LK)
25 cm, Lingkar Dada (LD) 21 cm dan Lingkar Lengan Atas (LLA) 6,5
cm.
b. Status Cairan
Bayi minum ASI 6 x 1 cc melalui OGT, tidak muntah dan tidak ada
residu. Ayah mengatakan bayi minum ASI ibu sudah karena sudah
keluar. Infus dex 5 1/4NS 4cc/jam (menggunakan infus pump). BAK
100cc/24jam, warna kuning. Intake oral+parenteral : 96 cc + 6 = 102
cc. BAK 100 cc/24 jam. . IWL = 50 cc/kgBB/24 jam (dengan
inkubator) 50 x 0,88 = 44 cc/24 jam. Output cairan = output + IWL =
100 + 44 = 144 cc. Balance cairan = output – input = 144 – 102 =
output>input.
c. Status Eliminasi
Ny. D mengatakan selama di rumah sakit bayi Ny. D buang air besar
(BAB) 3 kali, konsistensi lembek, warna kehijauan. Meconium (+).
BAK 100cc/24jam, warna kuning.
d. Kebutuhan Tidur
Bayi Ny. D selalu tidur dan bangun hanya sesaat
e. Pola Kebersihan Diri
Bayi Ny. D selama di inkubator tidak dimandikan
f. Pola Aktivitas
Bayi Ny. D dibantu total oleh perawat
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
 Bentuk : Kepala simetris
 Sutura : Tepat
 Fontanela ant : Tampak cekung
 Kelainan bawaan : Tidak Ada
Mata
 Konjungtiva : Anemis
 Bentuk : Simeris
 Sklera : Ikterik
 Pupil : Isokor
 Strabismus : Tidak Ada
Telinga : Simetris kanan-kiri, tidak terdapat kotoran
Hidung : Simetris, septum di tengah
Mulut : bibir kering
 Bentuk mulut : Simetris, tidak memiliki labioplatoschizis
 Reflek hisap : Lemah
 Reflek menelan : Lemah
Leher
 Gerakan : Bebas
 Trauma : Tidak ada
 Pembengakaan : Tidak ada
b. Dada : Terdapat retraksi dinding dada ringan,
suara napas vesikuler di seluruh lapang paru
29

c. Perut
 Bentuk : Flat, simetris
 Tali pusat : Kering
d. Anus : Paten
e. Ekstremitas : Teraba hangat
Atas : Sama panjang
 Bentuk : Normal
 ROM : Kuat
Bawah : Sama Panjang
 Bentuk : Normal
 ROM : Kuat
f. Sistem pernafasan
Usaha nafas : Dengan bantuan NCAP, PEEP 8, FiO2 40%
Frekuensi nafas : 54 x/menit
Tipe nafas: : Dada
Inspeksi : Terdapat retraksi dinding dada ringan
Palpasi : Simetris
Auskultasi : Suara napas vesikuler di seluruh lapang paru
Lendir: : Tidak ada
g. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung : Bunyi jantung tunggal, tidak ada gallop
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : HR. 128 x/mnt, reguller, lemah
Suhu : 37.2℃.
Akral : Hangat
Capilary refill : <3 detik

h. Sistem Neurologis
Kesadaran : S4
Nilai S4 :
Mata : Tertutup
Gerak :+
Menangis : +
Reflek cahaya: Kanan  reaksi (+)  reaksi (-)
Kiri  reaksi (+)  reaksi (-)
Reflek-reflek Moro  positif √ negatif
Palmar graps √ positif (lemah) negatif
Rooting  positif √ negatif
Babinski √ positif  negatif
Kejang √ tidak  ya  lama ..................
Pergerakan:
Kaki R/L √ kuat  lemah
Tangan R/L √ kuat  lemah
i. Sistem Gastrointestinal
Buang air besar:
 Frekuensi : 3 kali BAB
 Konsistensi : Lembek
 Warna : Kehijauan
 Mekonium : < 24 jam
Inspeksi: : Simetris, tidak tampak kelainan
Palpasi
 Hepar : Tidak dilakukan
 Lien : Tidak dilakukan
Perkusi: : Tympani
Auskultasi : Peristaltik terdengar
Muntah : Tidak ada
j. Sistem Perkemihan
Buang air kecil : 100 cc/24 jam
Warna : Kuning

k. Sistem Integumen
31

Warna : Jaundice
Turgor : Kembali cepat
Lesi/luka : Tidak ada
l. Nutrisi
Status gizi  baik  sedang  cukup √ buruk
BBL gram; 1015 BB sekarang 880 gram. Berat badan bayi
mengalami penurunan sebanyak 135 gram atau >13%
Intake enteral 6 ml/24 jam
  netek √ oral
 √OGT ... residu: tidak ada ; jumlah : - ; warna : -
 Jenis: √ASI  PASI
 Reflek menghisap : Lemah
 Reflek menelan : Lemah
Intake parenteral 96 ml/24 jam
 Jenis IV infuse dex 5 1/4NS; sejak tgl 8 Februari 2021
m. Psikososial
 Status anak : Diharapkan
 Respon orang tua : Cemas
 Hubungan orang tua dengan bayi : Baik
 Orang terdekat yang mudah dihubungi Ayah/ Suami.
 Nomer telepon/HP 082324632728
n. Orientasi
 Orang tua banyak bertanya tentang berat badan bayi dan
penanganan bayi kuning
 Orang tua mengerti penyakit anak : Ya
 Konsultasi dokter : Ya
 Jam berkunjung : Sudah
 Jam meneteki : Belum
9. Program Terapi Dokter
Infus Dextrose 5% 1/4NS : 4 cc/jam secara IV
ASI : 6 x 1 cc OGT
Aminophilin : 3 x 2 mg secara IV
Cefotaxim : 1 x 150 mg diberikan secara IV
Analisa Obat
Nama Kontraindika
Indikasi Efek samping Implementasi
Obat si
Infus Mencegah Pasien dengan Hipokalamia, Berikan obat
Dextrose hipogleki syok flebitis, sesuai dengan
mia, anafilaktik, trombosis langkah 6 benar
nutrisi dehidrasi berat, vena, obat, observasi
parenteral, dan riwayat hiponatremia, ada tidaknya
dan trauma kepala dan tanda gejala efek
rehidrasi hipervolemia samping obat
Aminophili Obstruksi Penyakit Kejang, mual Berikan obat
n saluran jantung, muntah, dada sesuai dengan
napas hipertensi, sakit, detak langkah 6 benar
yang hipertiroid, jantung obat, observasi
reversibel, ulkus lambung, meningkat ada tidaknya
serangan epilepsi, irreguler, tanda gejala efek
asma berat gangguan hati, reaksi alergi samping obat
kehamilan dan
menyusui
Cefotaxim Infeksi Hipersensitif Gangguan Berikan obat
saluran antibiotik saluran sesuai dengan
pernapasa cephalosporin pencernaan, langkah 6 benar
n bawah, gangguan saraf obat, observasi
infeksi pusat ada tidaknya
genitorinar tanda gejala efek
i, infeksi samping obat
ginekologi
33

,
bakterimia
/sepsis
10. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 7 Februari 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 16,5 gr/dl 15-24 gr/dl

Leukosit 8,5 ribu/mm3 5-21 ribu/mm3


Hematokrit 46,5 % 50-82%
Eritrosit 4,2-6,8 juta/mmk
Trombosit 191 ribu/mmk 217-497 ribu/mmk
GDS 76 mg/dl 50-60mg/dl

Bilirubin total 18,91 mg/dl 0,20-1.00g/dL

Bilirubin Direct 1,5 mg/dl 0-0,4g/dL


Bilirubin indirect 16,4 mg/dl 0,00-1.00g/dL
Golongan darah B+

b. Hasil Pemeriksaan Radiologi 4 Februari 2021


Kesan infiltrate dikedua pulmo, konfigurasi COR normal, abdomen
tidak tampak kelainan.
B. ANALISA DATA

(Belum diprioritaskan)

No DATA MASALAH PENYEBAB


1. Ds : ayah bayi mengatakan anaknya setelah Pola Nafas Imaturitas
lahir mengalami sesak nafas, berat badan Tidak Efektif Neurologis
lahirnya rendah
Do :
a. Respirasi dengan NCPAP Peep 8 FiO2
40%
b. Riwayat apnea 2 kali pada tanggal 7
(saturasi 72%), Down score : 2
c. Terdapat retraksi dinding dada ringan
d. Rontgen Thorax /tgl 04-02-2021 : kesan
infiltrat di kedua pulmo
e. Hct : 46,5%
f. Konjungtiva anemis
2. Ds : ayah mengatakan kulit anaknya berwarna Ikterik Penurunan
kuning Neonatus Berat Badan
Do : Abnormal
a. BBL : 1015 gram

BB tanggal 08-02-2021 : 880 gram


b. Bagian wajah, leher dan dada ikterik
(berwarna kuning)
c. Bilirubin total : 18,91 mg/dl
d. Bilirubin direk : 1,5 mg/dl
e. Bilirubin Indirek : 16,4 mg/dl
f. Sklera ikterik

3. Ds : Ayah mengatakan asi ibu sudah keluar Menyusui Ketidakadeku


35

Do : Tidak Efektif atan Refleks


a. Refleks sucking lemah Menghisap
b. Refleks rooting (-) Bayi
c. Fontanela anterior cekung
d. Bayi minum asi 6x1cc melalui OGT
4. Ds : ayah mengatakan anaknya lahir dengan Resiko Berat Badan
berat badan rendah Hipotermia Lahir Rendah
Do :
a. BBL : 1015 gram
b. BB tanggal 08-02-2021 : 880 gram
c. Bayi dirawat di inkubator dengan suhu :
35°c
5. Ds : ayah mengatakan anaknya lahir dengan Resiko Prematuritas
berat badan rendah Disorganisasi
Do : Perilaku Bayi
a. Refleks moro (-)
b. Refleks rooting (-)
c. Refleks sucking lemah
d. Refleks Grabs : lemah
C. Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Bayi Ny.D


Ruangan : PICU NICU
Tanggal/ pukul : 08-02-2021/ 14.30
No DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis


dibuktikan dengan :
Ds : ayah bayi mengatakan anaknya setelah lahir mengalami sesak nafas,
berat badan lahirnya rendah
Do :
a. Respirasi dengan NCPAP Peep 8 FiO2 40%
b. Riwayat apnea 2 kali pada tanggal 7 (saturasi 72%), Down score : 2
c. Terdapat retraksi dinding dada ringan
d. Rontgen Thorax /tgl 04-02-2021 : kesan infiltrat di kedua pulmo
e. Hct : 46,5%
2. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan Abnormal
dibuktikan dengan :
Ds : ayah mengatakan kulit anaknya berwarna kuning
Do :
a. BBL : 1015 gram
b. BB tanggal 08-02-2021 : 880 gram
c. Bagian wajah, leher dan dada ikterik (berwarna kuning)
d. Bilirubin total : 18,91 mg/dl
e. Bilirubin direk : 1,5 mg/dl
f. Bilirubin Indirek : 16,4 mg/dl
g. Sklera ikterik
h. Konjungtiva anemis
37

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan Refleks


Menghisap Bayi dibuktikan dengan :
Ds : Ayah mengatakan asi ibu sudah keluar
Do :
a. Refleks sucking lemah
b. Refleks rooting (-)
c. Fontanela anterior cekung
d. Bayi minum asi 6x1cc melalui OGT
4. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah
5. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas

Yogyakarta, 08 Februari 2021

Kelompok III
D. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Bayi Ny. D

Ruangan : PICU NICU


DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Tindakan
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45
1. Pola napas tidak efektif Standar Luaran : Pola Napas Standar Intervensi :
berhubungan dengan Pemantauan Respirasi
imaturitas neurologis Setelah dilakukan tindakan selama
Ds : ayah bayi mengatakan 3x24 jam masalah pasien dapat 1. Monitor frekuensi, 1. Perubahan pola
anaknya setelah lahir teratasi dengan kriteria hasil: kedalaman, usaha napas. pernafasan mengetahui
mengalami sesak nafas, a. Frekuensi napas membaik (40- kondisi bayi
berat badan lahirnya 60x/menit) 2. Berikan oksigen sesuai 2. Membantu meningkatkan
rendah b. Iramareguler program ( NCAP). kadar oksigen dan
Do : c. Tidak ada retraksi pada dinding pernafasan pada tubuh
a. Respirasi dengan dada 3. Dokumentasikan hasil 3. Memantau perkembangan
NCPAP Peep 8 FiO2 pemantauan dan menentukan
40%. 4. Jelaskan tujuan dan intervensi selanjutnya
prosedur pemantauan 4. Pemberian informasi
b. Riwayat apnea 2 kali pada keluarga digunakan untuk
pada tanggal 7 5. Berikan oksigen mengurangi kecemasan
(saturasi 72%), Down 6. Berikan aminophilin pada keluarga
score : 2 3x2mg melalui iv dan 5. Memnuhi kebutuhan
c. Terdapat retraksi obat cefotaxim 1x150mg oksigen sehingga perfusi

36
37

dinding dada ringan melalui iv. jaringan adekuat


d. Rontgen Thorax /tgl 6. Cefotaxim digunakan
04-02-2021 : kesan untuk pasien dengan
infiltrat di kedua gangguan infeksi saluran
pulmo pernapasan dan
e. Hct : 46,5% aminiphilin digunakan
untuk meredakan sesak
napas, mengi, sulit
bernapas.

Monika Monika

Monika Monika

Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 15.45

2. Ikterik neonates Standar Luaran : Adaptasi Standar intervensi :


berhubungan penurunan Neonatus Fototerapi neonatus
berat badan abnormal 1. Monitor ikterik pada 1. Mengetahui perubahan
Ds : ayah mengatakan kulit Setelah dilakukan tindakan selama sklera dan kulit bayi. suhu bayi menentukan
anaknya berwarna kuning 3x24 jam masalah pasien dapat intervensi selanjutnya
Do : teratasi dengan kriteria hasil: 2. Biarkan tubuh bayi 2. Mandikan bayi dengan
a. BBL : 1015 gram terpapar sinar fototerapi segera dan air hangat
b. BB tanggal 08-02- a. Membran mukosa kuning secara berkelanjutan. untuk mencegah
2021 : 880 gram menurun (5) terjadinya hipotermi
c. Bagian wajah, leher b. Kulit kuning menurun (5) 3. Anjurkan ibu 3. Baby oil meningkatkan
dan dada ikterik c. Sklera kuning menurun (5) mempumping ASI 2 jam kelembaban kulit bayi
(berwarna kuning) sekali. sehingga kulit bayi tidak
d. Bilirubin total : 18,91 kering
mg/dl 4. Mengetahui perkembangan
e. Bilirubin direk : 1,5 4. Kolaborasi dengan lab bayi dan menentukan
mg/dl untuk pemeriksaan kimia intervensi selanjutnya
f. Bilirubin Indirek : darah
16,4 mg/dl
g. Sklera ikterik
h. Konjungtiva anemis

Jenika Jenika Jenika

Jenika
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45

3. Menyusui tidak efektif Standar Luaran : Status Standar intervensi:


berhubungan dengan menyusui Pemberian Kesempatan
ketidak adekuatan reflex Menghisap Pada Bayi
39

menghisap bayi Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor pernafasan bayi 1. Mencegah terjadinya
Ds : Ayah mengatakan asi 3x24 jam masalah pasien dapat aspirasi pada bayi
ibu sudah keluar teratasi dengan criteria hasil: 2. Berikan waktu kepada 2. Memberikan rangsangan
Do : a. Hisapan bayi cukup meningkat bayi apabila kegiatan kepada bayi untuk
a. Refleks sucking lemah (4) menyusu dimulai menghisap.
b. Refleks rooting (-) b. Intake bayi cukup meningkat 3. Berikan kesempatan bayi
c. Fontanela anterior (4) sampai > lebih dari 1 jam 3. Memberikan kesempatan
cekung atau sampai bayi kepada bayi untuk
d. Bayi minum asi 6x1cc menunjukkan tanda-tanda menunjukkan tanda-
melalui OGT menyusui tanda menyusui.

Bagas Bagas Bagas

Bagas
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45
Standar Luaran : Termoregulasi Standar Intervensi:
4. Resiko hipotermi Neonatus Manajemen Hipotermia
berhubungan dengan
faktor resiko berat badan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor suhu tubuh bayi 1. Menilai perkembangan
3x24 jam masalah pasien dapat setiap 6 jam termoregulasi bayi
lahir rendah
teratasi dengan Kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala 2. Mengetahui lebih dini
a. Suhu tubuh membaik 36,5-37,5ºC hipotermi pada bayi adanya gejala hipotermia
3. Atur suhu yang hangat
b. Warna seluruh tubuh kemerahan pada inkubator 3. Menjaga bayi tetap hangat
c. Bayi tidak sianosis 4. Kenakan pakaian yang 4. Menjaga kehangatan bayi
d. Bayi tidak menggigil tebal dan selimut hangat
pada bayi

Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45
Standar Luaran : Status neurologis:
Standar Intervensi:
5. Resiko disorganisasi Pemantauan neurologis
perilaku bayi dengan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor reflek kornea 1. Menilai keadaan reflek
factor resiko 3x8 jam masalah pasien dapat kornea bayi.
teratasi dengan criteria hasil: 2. Monitor reflex moro bayi 2. Mengatur waktu
prematuritas.
a. Reflek pupil cukup meningkat (4) pemantauan untuk
b. Reflek bayi cukup membaik (4) mengetahui kondisi
perkembangan bayi.
3. Jelaskan tujuan dan 3. Pemberian informasi
prosedur pemantauan digunakan untuk
pada keluarga. mengurangi
kecemasan pada
keluarga.

Ambar Ambar
Ambar
Ambar
41

E. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Bayi Ny. D

Ruangan : PICU NICU/


Diagnosa medis : BBLR dengan Hiperbilirubin hari I

N NO Hari/tgl/jam PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDA


O DX/M TANGAN
K
1. I. Senin,8-02- I:
2021  Memonitor frekuensi,
15.00 kedalaman, usaha nafas
RR : 55x/menit, retraksi dinding
dada ringan, masih terpasang (Regita)
NCPAP
15.20  Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan pada
keluarga (Regita)
Keluarga mengatakan memahami
yang dijelaskan
15.30  Mendokumentasikan hasil
pemantauan
Hasil pemantauan di tuliskan di (Regita)
lembar observasi
16.00  Memberikan obat aminophiline
2 mg melalui iv
Obat masuk dengan lancar, tidak
ada alergi (Regita)
16.15  Memberikan oksigen melalui
NCPAP Peep 8 FiO2 40%
Bayi tampak aktif, tak sianosis (Regita)

E:
20.00 S:-
O:
Bayi menangis kuat, RR :
55x/menit, retraksi dinding dada
ringan, masih terpasang NCPAP
A : Masalah pola nafas tidak (Regita)
efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,dan
5

2. II Senin,8-02- I:
2021  Memonitor ikterik pada
15.00 sclera dan kulit bayi Luciana
Sklera ikterik, kulit bagian
wajah, leher dan dada kuning
15.30  Memberikan fototerapi pada
bayi Luciana
Bayi diberikan penutup mata
sebelum dilakukan fototerapi
17.00  Menganjurkan ibu untuk
mempumping ASI 2 jam Luciana
sekali
Ayah memahami kapan ibu
17.30 harus mempumping ASI
 Mengambil darah untuk
pemeriksaan bilirubin Luciana

Bayi menangis kuat saat


diambil darah di bagian kaki
20.00 E:
S: - Luciana
43

O: Sklera ikterik, kulit bagian


wajah, leher dan dada kuning,
bayi diberikan fototerapi
A: Masalah ikterik neonatus
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4

3. III Senin,8-02- I:
2021  Memonitor pernapasan
bayi Elmi
15.00 RR : 55x/menit
 Berikan waktu kepada bayi
16.00 apa bila kegiatan bayi Elmi
menyusui
 Menganjurkan member
kesempatan bayi sampai
16.30 lebih 1 jam atau sampai Elmi
bayi menunjukkan tanda-
tanda siap menyusu
17.00
S:-
O : Kemampuan menghisap dan Elmi
menelan lemah, pasien terpasang
OGT, bayi ASI 6 x 1 cc/hr, BB Elmi
saat ini 880 gr. RR: 55x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3
1 IV Senin, 8 I:
Februari  Memonitor suhu tubuh
2021 bayi Ambar
15.00 Suhu : 37,10C
 Memonitor tanda dan
gejala hipotermi pada bayi
15.10 Tidak terdapat tanda gejala
hipotermi: lesu, menolak Ambar
menyusu, kulit pucat,
kesulitan bernapas
 Mengatur suhu yang
hangat pada inkubator
Suhu incubator: 350C
 Mengenakan pakaian yang
15.25 tebal dan selimut hangat
pada bayi
Bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti
15.45 S
- Ambar
O
Suhu : 37,10C, tidak terdapat tanda
gejala hipotermi, suhu incubator
350C, bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti
A Ambar
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
5 V Senin, 8 I
Februari  Memonitor reflex kornea
2021 Reflex kornea + Diah
17.00  Memonitor reflex moro
17.10 bayi
Reflex moro (-)
17.15  Menjelaskan tujuan dan Diah
prosedur pemantauan
reflex moro pada keluarga
Keluarga mengerti apa itu Diah
reflex moro
S :-
45

O:
Reflex kornea (+), reflex moro (-),
keluarga mengerti reflex moro
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan 1,2,3

Catatan Perkembangan
Nama pasien : Bayi Ny.D
Ruangan : PICU/NICU
Diagnosis Medis : BBLR dengan Hiperbilirubin hari ke II

NO NO Hari/tgl/jam PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDA


DX/M TANGAN
K
1. I Selasa, 9 febuari S: -
2021 O: RR: 56 x/menit, retraksi dinding
07.10 dada ringan, terpasang NACPAP
A: Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi Monika
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,5
I:
 Memonitor frekuensi
07.40 kedalaman usaha napas
RR : 55 x/menit, retraksi
dinding dada ringan, masih Monika
terpasang NCPAP
 Mendokumentasikan hasil
07.50 pemantauan
Hasil pemantauan di tuliskan
dilembar observasi Monika
 Memberikan obat
08.00 aminophiline 2 mg melaui iv
Obat masuk dengan lancar,
tidak ada alergi Monika
 Memberikan obat cefotaxim
11.00 150 mg melaui iv
Obat masuk dengan lancar,
tidak ada alergi Monika
 Memberikan oksigen melalui
11.10 NCPAP Peep 8 FiO2 40 %
Bayi tampak aktif, tidak ada
sianosis Monika
E:
12.10 S: -
O:Bayi menangis kuat, RR: 58
x/menit, retraksi dinding dada masih
ringan, masih terpasang NCPAP
A: Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan Intevensi 1,2,3,5

2. II Selasa, 9 febuari S: -
2021 O: Sklera ikterik, kulit bagian wajah
07.10 leher dan dada kuning, bayi
diberikan fototerapi
A: masalah ikterik neonatus belum Jenika
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
07.40 I:
 Memonitor ikterik pada sclera
dan kulit bayi Jenika
Sklera ikterik, kulit bagian
07.50 wajah leher dan dada kuning
 Memberikan fototerapi pada
bayi Jenika
08.00 Bayi diberikan penutup mata
sebelum dilakukan
fotioterapi Jenika
 Menganjurkan ibu
08.10 mempumping ASI 2 jam
sekali
Ayah memahami kapan ibu Jenika
harus mempumping ASI
12.10  Mengambil darah untuk
pemeriksaan bilirubin
Bayi menangis kuat saat Jenika
diambil darah dibagian kaki
E:
S: -
O: Sklera masih ikterik, kulit bagian
wajah, leher dan dada masih kuning,
bayi diberikan fototerapi
A: Masalah ikterik neonatus belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1-4
3. III Selasa, 9 febuari S: -
2021 O:Kemampuan menghisap dan
07.10 menelan lemah, pasien terpasang
OGT, bayi ASI 6 x 1 cc/hr, BB saat Kristina
ini 880gr, RR 56x/menit
A:Masalah menyusui belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi 1,2,dan 3
I:
47

07.40  Memonitor pernapasan bayi


RR: 56x/menit Kristina
07.50  Memberikan kesempatan
pada bayi apabila kegiatan
08.00 menyusui dimulai
Bayi belum bisa menyusu Kristina
 Menganjurkan memberikan
kesempatan bayi sampailebih
1 jam atau sampai bayi Kristina
12.10 menungjukkan tanda-tanda
siap menyusui
E:
S:-
O: Kemampuan menghisap dan Kristina
menelan masihlemah, bayi masih
terpasang OGT,Bayi ASI 6 x 1 cc/hr,
BB hari880, RR: 58x/menit
A: Masalah menyusui belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,dan 3

4. IV Selasa, 9 febuari S: -
2021 O: Suhu: 37,3°C, tidak terdapat tanda
07.10 dan gejala hipotermi, suhu inkubator
35°C, bayi mengenakan pakaian Bagas
hangat dan terselimuti
A: Masalah belum teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
I:
 Memonitor suhu tubuh bayi
07.40 Suhu bayi: 37,5°C
 Memonitor tanda dan gejala Bagas
07.50 hipotermi pada bayi
Tidak terdapat dan gejala
hipotermi
 Mengatur suhu yang hangat Bagas
08.00 pada incubator
Suhu incubator 35°C
 Mengenakan pakaian yang
08.10 tebal dan selimut hangat pada Bagas
bayi
Bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti Bagas
12.10 E:
S: -
O: Suhu bayi 37,5°C, Tidak terdapat
dan gejala hipotermi, Suhu incubator Bagas
35°C, Bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 ,2, dan 4
5. V 07.10 S: -
O: Reflek kornea (+), Reflek moro
(-),
A: Masalah belum teratasi Ambar
P: Lanjutkan Intervensi 1 dan 2
07.40 I:
 Memonitor reflek kornea
07.50 Reflek konea (+) Ambar
 Memonitor reflek moro
12.10 Reflek moro (-)
E: Ambar
S: -
O: Reflek konea (+),reflek moro (-)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2
Ambar
49

Catatan Perkembangan
Nama pasien : Bayi Ny.D
Ruangan : PICU/NICU
Diagnosis Medis : BBLR dengan Hiperbilirubin hari ke III
N NO Hari/Tgl/Jam PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDA
O DK/M TANGAN
K
1. I Rabu, 10-02- S: -
2021 O: Bayi menangis kuat, RR: 58 x/menit,
retraksi dinding dada masih ringan, masih
terpasang NCPAP
07.10 A: Masalah pola napas tidak efektif belum
teratasi (Regita)
P: LanjutkanIntevensi 1,2,3,5
07.30
 Monitor frekuensi, kedalaman, usaha
Nafas
Nafas cepat, tak ada retraksi dinding dada, (Regita)
RR : 55x/menit
 Memberikan aminophilin 2mg melalui
08.00 iv
Obat masuk dengan lancar, tak ada tanda (Regita)
alergi
 Memberikan oksigen melalui NCPAP
Peep 8 FiO2 40%
Bayi tampak aktif, tak sianosis (Regita)
 Memberikan Cefotaxime 150mg
10.00 melalui iv
Obat masuk dengan lancar, tak ada tanda
alergi
11.00 (Regita)
 Mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil pemantauan di tuliskan di lembar
11.30 observasi
(Regita)
E:
S :-
O:
- Bayi menangis kuat, tidak ada
13.30 retraksi dinding dada
- RR: 55x/menit (Regita)
- Masih terpasang NCPAP
A : masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 5
2. II Rabu, 10-02-
2021 S: -
O: Sklera masih ikterik, kulit bagian
wajah, leher dan dada masih kuning, bayi (Elmi)
diberikan fototerapi
A: Masalah ikterik neonatus belum teratasi
P: LanjutkanI ntervensi 1-4

 Monitor ikterik pada sklera dan kulit


bayi (Elmi)
Sklera ikterik, kulit bagian wajah, leher
dan dada kuning
 Memberikan fototerapi pada bayi (Elmi)
Bayi diberikan penutup mata dan penutup
genetalia sebelum dilakukan fototerapi

E:
S:- (Elmi)

O : Sklera ikterik , kulit bagian wajah,


leher dan dada masih kuning, bayi
diberikan fototerapi

A : masalah ikterik neonatus belum


teratasi (Elmi)

P : lanjutkan intervensi 1-4

(Elmi)

(Elmi)

3. III Rabu, 10-02- S: -


2021 O:Kemampuan menghisap dan menelan
lemah, pasien terpasang OGT, bayi ASI 6 (Luciana)
x 1 cc/hr, BB saat ini 880gr, RR 56x/menit
A:Masalah menyusui belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi 1,2,dan 3
I: (Luciana)

 Memonitor pernapasan bayi


RR : 55x/menit (Luciana)
 Berikan waktu kepada bayi apa bila
kegiatan bayi menyusui
 Menganjurkan member kesempatan
bayi sampai lebih 1 jam atau sampai (Luciana)
bayi menunjukkan tanda-tanda siap
menyusu

(Luciana)
51

E:

S :-
O:
- Kemampuan menghisap dan (Luciana)
menelan masih lemah
- Pasien terpasang OGT (Luciana)
- Bayi minum ASI 6x1 cc /hari
- BB: 1050 gram
- RR: 55x/menit

A : masalah menyusui tidak efektif (Luciana)


belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2 dan 3 (Luciana)
4. IV Rabu, 10-02-
2021 S: -
O: Suhu bayi 37,5°C, Tidak terdapat dan
gejala hipotermi, Suhu incubator 35°C, (Diah)
Bayi mengenakan pakaian hangat dan
terslimuti
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2

I: (Diah)
 Memonitor suhu tubuh bayi
Suhu bayi: 37,3°C
 Memonitor tanda dan gejala
hipotermi pada bayi
Tidak terdapat dan gejala hipotermi
 Mengatu rsuhu yang hangat pada
incubator
Suhu incubator 35°C (Diah)
 Mengenakan pakaian yang tebal
dan selimut hangat pada bayi
à Bayi mengenakan pakaian hangat
dan terselimuti
E:
S:-
O : suhu 37,3°C, tidak terdapat tanda (Diah)
dan gejala hipotermi , suhu inkubator
35°C, bayi mengenakan pakaian dan
selimut
A : masalah resiko hipotermi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4 (Diah)

5. V Rabu, 10-02- S: -
2021 O: Reflek konea (+),reflek moro (-)
A: Masalah teratasi sebagian (Kristina)
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2
I:
 Memonitor reflek kornea (Kristina)
Reflek konea (+)
 Memonitor reflek moro
Reflek moro (-) (Kristina)

E:
S :-
O : Reflek konea (+),reflek moro (-) (Kristina)
A : masalah resiko disorientasi prilaku
bayi belum tertasi
P : lanjutkan intervensi 1 dan 2
(Kristina)

(Kristina)

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB IV berisi tentang pembandingan dan penguraian antara teori dan kasus kelolaan pada bayi Ny. D
yang dilakukan selama tiga hari dari tanggal 8-10 Februari 2021 di NICU/PICU RS Bethesda Yakkum
Yogyakarta. Bayi Ny. D merupakan pasien dengan diagnosa BBLR dengan Hiperbilirubin. Asuhan
keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, serta evaluasi.
Penulis sebagai acuan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dalam menguraikan sesuai
tahapan sebagai berikut.
A. Pengkajian Keperawatan

Menurut Lyer et al (1996) dalam Setiadi (2012) Pengkajian adalah tahap


awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Penyusun dalam mengelola
kasus kelolaan bayi Ny. D melakukan pengkajian dengan empat cara yaitu
studi kasus, observasi, pemeriksaan fisik, serta wawancara secara
langsung dengan pasien.
Hasil pengkajian pada tanggal 8 Februari 2021 pada Ny. D dan suami
secara wawancara dan studi kasus didapatkan riwayat bahwa Ny. D
53

melahirkan anak pada tanggal 4 Februari 2021 kehamilan 28 minggu


secara SC dengan indikasi perdarahan antenatal di Klinik S dengan BBL
1015 gram. Bayi saat lahir tampak ikterik dan saturasi oksigen menurun
dari 99% menjadi 88% saat dilakukan penyapihan dari NCPAP. Dalam
surat rujukan dituliskan indikasi rujukan back up CPAP. Nilai APGAR
pada menit pertama 6, menit kelima 8. Di Klinik S sudah mendapatkan
injeksi vitamin K 0,5mg (IM) pemasangan infus D10% 3cc/jam,
dilakukan pemeriksaan PDL, Rapid test negatif.
Pada tanggal 4 Februari 2021 pukul 08.17 WIB di IGD RS Bethesda
dilakukan pengkajian primer dengan hasil jalan nafas bebas, breathing RR
>30x/menit, sirkulasi akral hangat, disability alert, triase katagori 3, HR
135x/menit, SaO2 99% RR 40x/mnt. Di IGD dilakukan thorak foto dan
dipindahkan ke NICU dengan indikasi BBLER yaitu BB<1000gram.
Kondisi neonatus sampai NICU kondisi lemah, Suhu 36.7℃, HR
127x/menit, RR 48x/menit kemudian dilakukan pemasangan NCPAP
Peep 8 FiO2 21%. Riwayat kelahiran pada antenatal ibu mengatakan tidak
ada penyulit kehamilan, ibu hanya mengatakan mual ringan pada trimester
pertama.
Hasil pemeriksaan dengan pemeriksaan fisik dan observasi saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 8 Februari 2021 pukul 14.10, bayi kesadaran S4,
Respirasi dengan NCPAP Peep 8 FiO2 40%, ikterik, vital sign HR
128x/menit, RR 54x/menit, SaO2 100% dan Suhu 37.2℃. Antropometri
bayi sebagai berikut: Berat Badan (BB) 880 gram, Panjang Badan (PB) 32
cm, Lingkar Kepala (LK) 25 cm, Lingkar Dada (LD) 21 cm dan Lingkar
Lengan Atas (LLA) 6,5 cm. Hasil pemeriksaan fisik yang didapat
fontanela anterior tampak cekung, konjungtiva anemis, sklera ikterik.
Terdapat retraksi dinding dada ringan, suara napas vesikuler diseluruh
lapang paru, pada tanggal 7 didapatkan adanya periode apnea selama dua
kali, saturasi menurun 72% diberikan taktil dan dapat bernafas kembali
saturasi naik 99%, down score 2. Pemeriksaan reflek primitif didapatkan
Moro (-), Rooting (-), Sucking lemah, menggegam lemah Babinski positif.
Mekonium (+), BAB 3 kali, konsistensi lembek, warna kehijauan. BAK
100cc/24jam, warna kuning. Kulit tampak kuning pada bagian wajah,
leher dan dada.
Saat ini bayi minum ASI 6x1 cc melalui OGT, tidak muntah dan tidak ada
residu. Infus dex 5 1/4NS 4cc/jam (menggunakan infus pump). Bayi aktif
dan menangis kuat. Program Terapi dokter yang diberikan pada bayi Ny.
D adalah Aminophilin 3x2mg secara iv diberikan pada pukul 08.00, 16.00
dan 24.00 serta Cefotaxim 1x150mg diberikan secara iv pada pukul 11.00
WIB.
Hasil pemeriksaan secara studi kasus didapatkan hasil radiologi bayi Ny.
D tanggal 4 Februari 2021 memiliki kesan infiltrate dikedua pulmo,
konfigurasi COR normal, abdmomen tidak tampak kelainan. Hasil
pemeriksaan lab darah tanggal 7 Februari 2021 Hb 16.5 gr/dL, Hct 46.5%,
leukosit 8.500 sel/mmk, trombosit 191.000, gol darah B (+), GDS 76
mg/dL, billirubin total 18,91 mg/dL, Bilirubin direct 1,5 mg/dL dan
bilirubin indirect 16,4 mg/dL.
Berdasarkan data senjang yang mucul pada kasus kelolaan dengan teori
tidak banyak perbedaan, di mana bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2499 gram). Bayi pada kasus kelolaan memiliki berat saat lahir
1015 gram sehingga dikategorikan Berat badan lahir sangat rendah
(BBLSR) yaitu bayi dengan berat badan <1500 gram.
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil/lemah refleks
menghisap dan menelan, bayi yang kecil tidak mampu minum secara
efektif dan regurgutasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini
disebabkan karena mekanisme penutupan sfingter pilorus yang secara
relatif kuat. Pencernaan tergantung dari perkembangan dari alat
pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr
memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sektretoris,
demikian juga otot kurang berkembang. Hati relatif besar, tetapi kurang
berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan
predisposisi terjadinya ikterus akibat adanya ketidakmampuan untuk
melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak larut.
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru-
paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan
adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler.
Semakin matur bayi dan lebih berat badannya maka akan semakin besar
55

alveoli. Pada hakikatnya dindingnya di bentuk oleh kaliper, otot pernfasan


bayi lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang. Terdapat juga
kekurangan lipoprotein paru- paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan permukaan pada paru- paru. Surfakan di duga bertindak dengan
cara menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah terjadinya
kolaps pada saat terjadi ekspirasi (Maryuni, 2013).
41

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti


tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan
atau diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982) dalam
Dermawan (2012). Berdasarkan pengelolaan kasus pada bayi Ny. D
didapatkan 5 diagnosis, yang terdiri dari tiga diagnosis aktual dan dua
diagnosis risiko. Sedangkan pada teori terdapat lima diagnosis yang terdiri
dari 2 diagnosis aktual dan dua diagnosis risiko.
Diagnosis yang muncul secara teori pada kasus BBLR dengan
hiperbilirubin antara lain :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
5. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum
bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan
ekskresi bilirubin
Pada kelima diagnosis yang muncul pada daftar diagnosis teori, terdapat
satu diagnosis yang
Diagnosa yang muncul pada kasus kelolaan bayi Ny. D adalah :
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

Diagnosa tersebut ditegakkan oleh penyusun karena pada kasus


didapatkan data senjang ayah bayi mengatakan anaknya setelah lahir
mengalami sesak nafas, berat badan lahirnya rendah, respirasi dengan
NCPAP Peep 8 FiO2 40%, memiliki riwayat apnea 2 kali pada
tanggal 7 Februari 2021 (saturasi 72%), down score : 2, terdapat
retraksi dinding dada ringan, rontgen thorax pada tanggal 04 Februari
2021 : kesan infiltrat di kedua pulmo, Hct : 46,5%. Pola napas tidak
efektif mengacu pada definisi inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat, serta memiliki batasan karakteristik
imaturitas neurologis (SDKI, 2017). Diagnosa tersebut sesuai dengan
diagnosa yang muncul pada teori kasus bayi dengan BBLR dengan
hiperbilirubin.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi : Imaturitas
Defisit Nutrisi memiliki definisi asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Penyebab masalah keperawatan
ini adalah ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi, dan faktor
psikologis (SDKI, 2017). Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan
data senjang yang mucul yakni berat badan lahir : 1015 gram, berat
badan sekarang : 880 gram, penurunan berat badan : 135 gram /
>13%, refleks sucking lemah, dan refleks rooting (-). Data senjang
yang muncul sesuai dengan definisi masalaha keperawatan defisit
nutrisi dengan penyebab ketidakmampuan mencerna nutrisi:
imaturitas.
3. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
Abnormal

Diagnosis keperawatan ikterik neonatus mengacu pada kulit dan


membran mukosa neonatus menguning setelah 24 jam kelahiran
akibat bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam sirkulasi. Daftar
penyebab pada masalah keperawatan ini antara lain penurunan berat
badan abnormal, pola makan tidak ditetapkan dengan baik, kesulitan
transisi ke kehidupan ekstra uterin, usia kurang dari 7 hari dan
43

keterlambatan pengeluaran feses (mekonium) (SDKI, 2017). Masalah


keperawatan tersebut ditegakkan oleh penyusun berdasarkan data
yang muncul pada kasus yaitu data subyektif ayah mengatakan kulit
anaknya berwarna kuning. Data obyektif BBL : 1015 gram, BB
tanggal 08-02-2021 : 880 gram, bagian wajah, leher dan dada ikterik
(berwarna kuning), bilirubin total : 18,91 mg/dl, bilirubin direk : 1,5
mg/dl, bilirubin Indirek : 16,4 mg/dl, dan sklera ikterik. Diagnosis
tersebut diambil karena data senjang tersebut sangat mendukung
untuk ditegakkan masalah keperawatan ikterik neonatus, walaupun
pada teori tidak muncul. Selain itu, data yang mucul sesuai definisi
ikterik neonatus dengan penyebab berat badan abnormal.
4. Resiko hipovolemi dengan faktor resiko Kekurangan Intake Cairan
Risiko hipovolemi memiliki definisi berisiko mengalami penurunan
volume cairan intravaskuler, interstitial, dan /atau intraselular dengan
faktor risiko antara lain kehilangan caira secara aktif, gangguan
absorbsi cairan, usi lanjut, kelebihan berat badan, status
hipermetabolik, kegagalan mekanisme regulasi, evaporasi,
kekurangan intake cairan, dan efek agen farmakologis (SDKI, 2017).
Diagnosis ini ditegakkan dengan petimbangan bahwa BBL : 1015
gram, BB tanggal 08-02-2021 : 880 gram, bayi dirawat di inkubator
dengan suhu : 35°c. Berdasarkan data senjang yang muncul
mendukung ditegakkannya risiko hipovolemi dengan faktor risiko
kekurangan intake cairan.
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Refleks Menghisap Bayi

Diagnosis menyusui tidak efektif mengacu pada kondisi dimana ibu


dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses
menyusi dengan penyebab sebagai berikut: ketidakadekuatan suplai
ASI, hambatan pada neonatus, anmomali payudara ibu,
ketidakadekuatan reflex oksitosin, ketidakadekuatan reflex menghisap
bayi, payudara bengkak, riwayat operasi payudara, kelahiran kembar
(SDKI, 2017). Penyusun menegakkan diagnosa tersebut karena
didapatkan data senjang sebagai berikut, ayah mengatakan ASI ibu
sudah keluar, refleks sucking lemah, refleks rooting (-), fontanela
anterior cekung, bayi minum asi 6x1cc melalui OGT. Berdasarkan
data tersebut bayi tidak dapat menyusu karena refleks sucking lemah.
Maka dari itu, masalah keperawatan tersbut ditegakan dengan
penyebab ketidakadekuatan refleks menghisap bayi. Diagnosis ini
tidak muncul pada diagnosis teori, namun ditegakkan karena data
senjang yang mencul menunjang untuk ditegakkannya diagnosis
tersebut.
6. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah

Risiko hipotermi mengacu pada definisi berisiko mengalami


kegagalan termoregulasi yang dapat mengakibatkan suhu tubuh
berada dibawah rentang normal, dengan faktor risiko berat badan
ektrem, kerusakan hipotalamus, konsumsi alkohol, kurangnya lapisan
lemak subkutan, suhu lingkungan rendah, malnutrisi, pemakaian aaian
yang tipis, penurunan laju metabolisme, terapi radiasi, tidak
beraktivitas, transfer panas, trauma, dan prematuritas (SDKI, 2017).
Masalah keperawatan tersebut ditegakkan dengan fatktor risiko Berat
Badan Lahir Rendah karena secara teori pada buku SDKI
didefinisikan berisiko mengalami kegagalan termoregulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang normal. Definisi
tersebut sesuai dengan kasus kelolaan pada bayi Ny. D dengan faktor
risiko berat badan lahir rendah.
7. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas

Penyusun menegakkan diagnosis resiko disorganisasi perilaku bayi


dengan faktor resiko prematuritas dengan pertimbangan bahwa
diagnosis masalah keperawatan risiko disorganisasi perilaku bayi
memiliki definisi berisiko mengalami disintegrasi respon fisiologis
dan neurobehaviour bayi terhadap lingkungan dengan faktor risiko
45

kelebihan stimulasi sensosrik, prematuritas, prosedur invasif,


gangguan motorik, kelainan kongenital, kelainan genetik (SDKI,
2017). Hal ini ditunjang dengan pengakjian reflex pada bayi Ny. D
didapatkan hasil reflex moro negatif rooting (-), sucking lemah,
menggegam lemah, babinski positif, serta bayi memiliki riwayat
BBLSR dengan berat 1015 gram. Hal tersebut mendukung dalam
penegakkan diagnosa ini.
C. Rencana Keperawatan

Menurut Darmawan (2012) perencanaan keperawatan adalah suatu proses di


dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu
apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan. Rencana keperawatan disusun
berdasarkan teori rencana keperawatan yang meliputi: observation, nursing,
education, dan colaboration. Rencana keperawatan yang kelompok lakukan
sesuai kasus kelolaan bayi Ny. D adalah sebagai berikut
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

a. Monitor frekuensi, kedalaman, usaha napas


b. Berikanoksigensesuai program ( NCAP)
c. Dokumentasikan hasil pemantauan
d. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan pada keluarga
e. Berikan oksigen
f. Berikan aminophilin 3x2mg melalui IV
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi : Imaturitas
a. Monitor Berat badan
b. Berikan asi melalui OGT
c. Jelaskan tujuan pemasangan selang OGT
d. Konsultasikan dengan ahli gizi pemberian asi/4 jam
3. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
Abnormal
a. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
b. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara berkelanjutan.
c. Anjurkan ibu mempumping ASI 2 jam sekali.
d. Kolaborasi dengan lab untuk pemeriksaankimia darah
4. Resiko hipovolemi dengan faktor resiko Kekurangan Intake Cairan
a. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
b. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
c. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. Berikan cairan D5% 4cc/Jam
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Refleks Menghisap Bayi
a. Monitor pernafasan bayi
b. Berikan waktu kepada bayi apabila kegiatanmenyusudimulai
c. Berikan kesempatan bayi sampai > lebih dari 1 jam atau sampai
bayi menunjukkan tanda-tanda menyusui
6. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah
a. Monitor suhu tubuh bayi setiap 6 jam
b. Monitor tanda dan gejala hipotermi pada bayi
c. Atur suhu yang hangat pada inkubator
d. Kenakan pakaian yang tebal dan selimut hangat pada bayi
7. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas
a. Monitor reflek kornea
b. Monitor reflex moro bayi
c. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan reflex pada keluarga
Rencana keperawatan yang direncanakan dalam kasus kelolaan bayi Ny. D
tidak sepenuhnya sesuai dengan teori karena disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kondisi yang ada.
D. Implementasi Keperawatan
Menurut Setiadi (2012) implementasi keperawatan adalah pelaksanaan
rencana keperawatan oleh perawat dan pasien.
Pada hari pertama implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
47

1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

Memonitor frekuensi, kedalaman, usaha nafas, menjelaskan tujuan


dan prosedur pemantauan pada keluarga, mendokumentasikan hasil
pemantauan, memberikan obat aminophiline 2 mg melalui IV,
memberikan oksigen melalui NCPAP Peep 8 FiO2 40%
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi : Imaturitas
Memonitor berat badan bayi, memberikan ASI melalui OGT,
menjelaskan tujuan pemasangan selang OGT, mengkonsultasikan
dengan ahli gizi tentang pemberian ASI, memberikan ASI melalui
OGT
3. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
Abnormal

Memonitor ikterik pada sclera dan kulit bayi, Memberikan fototerapi


pada bayi, Menganjurkan ibu untuk mempumping ASI 2 jam sekali,
Mengambil darah untuk pemeriksaan bilirubin
4. Resiko hipovolemi dengan faktor resiko Kekurangan Intake Cairan
Mengidentifikasi tanda-tanda hipovolemia, mengatur interval waktu
pemantauan sesuai dengan kondisi pasien, menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan, memonitor sisa cairan Dextrose 5% ¼ NS
melalui intravena
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Refleks Menghisap Bayi

Memonitor pernapasan bayi, Berikan waktu kepada bayi apa bila


kegiatan bayi menyusui, Menganjurkan member kesempatan bayi
sampai lebih 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tanda-tanda siap
menyusu
6. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah
Memonitor suhu tubuh bayi, Memonitor tanda dan gejala hipotermi
pada bayi, Mengatur suhu yang hangat pada inkubator, Mengenakan
pakaian yang tebal dan selimut hangat pada bayi
7. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas
Memonitor reflex kornea, Memonitor reflex moro bayi, Menjelaskan
tujuan dan prosedur pemantauan reflex moro pada keluarga,
Pada hari kedua implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

Memonitor frekuensi kedalaman usaha napas, mendokumentasikan


hasil pemantauan, memberikan obat aminophiline 2 mg melaui iv,
memberikan obat cefotaxim 150 mg melaui iv, memberikan oksigen
melalui NCPAP Peep 8 FiO2 40 %,
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi : Imaturitas

Memonitor berat badan bayi, memberikan ASI melalui OGT,


memberikan ASI melalui OGT
3. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
Abnormal

Memonitor ikterik pada sclera dan kulit bayi, memberikan fototerapi


pada bayi, menganjurkan ibu mempumping ASI 2 jam sekali,
mengambil darah untuk pemeriksaan bilirubin

4. Resiko hipovolemi dengan faktor resiko Kekurangan Intake Cairan


mengidentifikasi tanda-tanda hipovolemia, mengatur interval waktu
pemantauan sesuai dengan kondisi pasien, memonitor sisa cairan
Dextrose 5% ¼ NS melalui intravena
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Refleks Menghisap Bayi
49

Memonitor pernapasan bayi, memberikan kesempatan pada bayi


apabila kegiatan menyusui dimulai, menganjurkan memberikan
kesempatan bayi sampai lebih 1 jam atau sampai bayi

6. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah


Memonitor suhu tubuh bayi, memonitor tanda dan gejala hipotermi
pada bayi, mengatur suhu yang hangat pada incubator, mengenakan
pakaian yang tebal dan selimut hangat pada bayi

7. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas


Memonitor reflek kornea, memonitor reflek moro

Pada hari ketiga implementasi keperawatan yang dilakukan adalah


1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

Memonitor frekuensi kedalaman usaha napas, mendokumentasikan


hasil pemantauan, memberikan obat aminophiline 2 mg melaui iv,
memberikan obat cefotaxim 150 mg melaui iv, memberikan oksigen
melalui NCPAP Peep 8 FiO2 40 %, Mendokumentasikan hasil
pemantauan
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi : Imaturitas

Memonitor berat badan bayi, memberikan ASI melalui OGT,


memberikan ASI melalui OGT
3. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
Abnormal

Memonitor ikterik pada sclera dan kulit bayi, memberikan fototerapi


pada bayi
4. Resiko hipovolemi dengan faktor resiko Kekurangan Intake Cairan
Mengidentifikasi tanda-tanda hipovolemia, tidak ada tanda-tanda
hipovolemia, mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien, memonitor sisa cairan Dextrose 5% ¼ NS melalui
intravena
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Refleks Menghisap Bayi

Memonitor pernapasan bayi, memberikan kesempatan pada bayi


apabila kegiatan menyusui dimulai, menganjurkan memberikan
kesempatan bayi sampai lebih 1 jam atau sampai bayi
6. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah
Memonitor suhu tubuh bayi, memonitor tanda dan gejala hipotermi
pada bayi, mengatur suhu yang hangat pada incubator, mengenakan
pakaian yang tebal dan selimut hangat pada bayi

7. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas


Memonitor reflek kornea, memonitor reflek moro

A. Evaluasi Keperawatan
Menurut Meirisa (2013) evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan
untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama tiga hari bayi Ny. D


menangis keras, tidak terdapat retraksi dinding dada, RR: 55x/menit,
masih terpasang NCPAP. Oleh karena itu masalah pola napas tidak
efektif belum teratasi dan masih melanjutkan intervensi 1,2,3,5
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi : Imaturitas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, berat badan
bayi 1050 gram, bayi diberikan ASI 6x1 cc/24 jam. Dengan demikian
masalah defisit nutrisi belum teratasi. Intervensi 1 dan 2 tetap
dilanjutkan.
51

3. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Penurunan Berat Badan


Abnormal

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari bayi Ny. D


menunjukkan sklera ikterik, kulit bagian wajah, leher dan dada masih
kuning, bayi diberikan fototerapi. Oleh karena itu, masalah ikterik
neonatus belum teratasi. Intervensi 1,2,3,4 tetap dilanjutkan
4. Resiko hipovolemi dengan faktor resiko Kekurangan Intake Cairan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam bayi Ny. D
didapati tidak ada tanda-tanda hipovolemia, pasien dipantau 1 jam
sekali, sisa cairan infus 340 cc. Masalah resiko hipovolemia belum
teratasi dan melanjutkan intervensi 1, 2 dan 4.
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Refleks Menghisap Bayi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari bayi Ny. D


kemampuan menghisap dan menelannya masih lemah Pasien
terpasang OGT, bayi minum ASI 6x1 cc /hari, BB: 1050 gram, RR:
55x/menit. Oeh karena itu, masalah menyusui tidak efektif belum
teratasi dan melanjutkan intervensi 1-3
6. Resiko Hipotermia dengan faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari suhu bayi Ny.
D 37,3°C, tidak terdapat tanda dan gejala hipotermi , suhu inkubator
35°C, bayi mengenakan pakaian dan selimut. Oleh karena itu, masalah
resiko hipotermi belum teratasi dan intervensi 1,2,3 dan 4 tetap
dilanjutkan.
7. Resiko Disorganisasi perilaku bayi dengan faktor resiko Prematuritas
Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama tiga hari reflek konea
bayi Ny. D positif, reflek moro negatif. Oleh karena itu, masalah
risiko disorientasi perilaku bayi belum teratasi dan intervensi 1 dan 2
tetap dilanjutkan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.D dengan BBLR dengan Hiperbilirubin
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, kami mendapatkan pengalaman nyata
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan BBLR dengan
Hiperbilirubin, yang dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian keperawatan. Pengkajian pada Bayi Ny.D
dengan BBLR dengan Hiperbilirubin didapatkan respirasi menggunakan
NCPAP Peep 8 FiO2 40% dan ikterik di wajah, leher serta dada. Tahap
53

penegakan diagnosa keperawatan yang muncul terdiri dari tujuh diagnosa


yaitu
pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, ikterik neonatus, risiko hipovolemi,
menyusui tidak efektif, resiko hipotermia, resiko disorganisasi perilaku bayi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam secara keseluruhan
masalah keperawatan belum teratasi dan masih melanjutkan nursing care
plan yang telah ditetapkan. Tahap penegakan diagnosa keperawatan dapat
kelompok simpulkan bahwa diagnosa sangat tergantung pada kondisi pasien,
tanda dan gejala yang muncul, serta komplikasi yang terjadi pada pasien

B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan.
Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca, mencari
referensi terbaru dan meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus
yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang
komprehensif.
2. Untuk Perawat

Perawat diharapkan lebih sering mencuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah
terjadinya resiko infeksi dan infeksi nosokomial di rumah sakit Bethesda
Yogyakarta. Perawat diharapkan melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
IDAI. (2014). Jadwal Imunisasi Anak dari 0-18 Tahun. Retrieved from IDAI:
http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/04/Jadwal-Imunisasi-2014
lanscapeFinal.pdf

Lubis & Hiswani. (2013). Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012
– 2013. Artikel. Sumatera Utara: Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas.

Mitayani, A. (2011). BBLR tanda dan gejala bayi berat badan lahir rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal.Jakarta : YBP –SP.

Ridha, N. H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. (S. Riyadi, Ed.). Yogjakarta:

Saifuddin, A.B. (2014). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: PT. Bina pustaka sarwono prawiharjo

Saputra, L., 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tanggerang: Bina Aksara.

Surasmi. (2013). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Proverawati, A., Ismawati, C. (2011). Berat badan lahir rendah. Yogyakarta:


Nuha Medika

Proverawati, Atikah., Ismawati, Cahaya. (2011). BBLR: Berat Badan Lahir


Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
55

Anda mungkin juga menyukai