Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
Oleh :
kelompok 3
Laporan ujian stase anak ini disetujui pada tanggal .............. 2021
Mengetahui
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan judul “Asuhan
Keperawatan pada Bayi Ny. D dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubin di Ruang NICU RS Bethesda Yogyakarta. ”Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas di Stase Anak.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan didukung oleh
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Indah Prawesti, S. Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV : PEMBAHASAN ...................................................................................89
A. Pengkajian..................................................................................................89
B. DiagnosaKeperawatan................................................................................89
C. IntervensiKeperawatan...............................................................................90
D. ImplementasiKeperawatan.........................................................................91
E. EvaluasiKeperawatan.................................................................................91
BAB V : PENUTUP ..............................................................................................92
A. Kesimpulan .............................................................................................. 92
B. Saran ........................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) yaitu jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari
pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Menurut WHO (World Health
Organization) 2015 negara ASEAN (Association of South East Asia Nations)
seperti di singapura 3/1000 kelahiran hidup, Malaysia 5, 5/1000 kelahiran
hidup, Thailand 17/1000 kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 kelahiran hidup
dan Indonesia 27/1000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah hiperbilirubin, yang
mana merupakan salah satu fenomena klinis yang sering ditemukan pada bayi
baru lahir diminggu pertama dalam kehidupannya. Insiden hiperbilirubin di
Amerika 65%, Malaysia 75%, Indonesia 54, 47% (Putrid dan Mexitalia,
2014). Pada Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas,2015) menyatakan bahwa
angka bayi baru lahir di Indonesia 51,47%, Sumatra Barat 47,3%, dengan
factor penyebab Asfiksia 51%, BBLR 42,9%, Section Cesaria 18,9%,
Prematur 33,3%, kelainankongenital 2,8%, sepsis 12%.
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada kasus anak
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Hiperbilirubin di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat
pada pasien dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubin di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Yogyakarta
tahun 2021.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Hiperbilirubin di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan Post Sectio Caesarea indikasi Fetal Distress di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Hiperbilirubin di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan diagnose medis Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubin di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2021.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
a. BBLR
Berat bayi lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) tanpa memandang usia
gestasi (Saifuddin, 2014).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2014).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Lubis,
2013).
b. Hiperbilirubin
3
Hiperbilirubin merupakan suatu fenomena klinis tersering ditemukan pada
bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis atau patofisiologis,
atau kombinasi keduanya (Lubia, 2013).
4
5
2. Anatomi fisiologi
Hati juga ditutupi oleh peritoneum viseral di bagian anterior dan posterior
kecuali untuk area kosong dimana hati langsung berbatasan dengan
diafragma.Ligamen hepatoduodenal menyelubungi porta hepatis termasuk
arteri hepatika, vena porta, dan duktus empedu ekstrahepatik (Juza dan Pauli,
2014).Hati terbagi menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan, kiri, kaudatus, dan
quadratus.Lobus pada bagian kanan dan kiri merupakan lobus terbesar,
sementara kaudatus dan quadratus lebih kecil dan terletak di posterior.Dua
ligamen terlihat di bagian anterior ligamen falciform memisahkan lobus
kanan dan kiri.Lebih rendah daripada ligamentum falciformis adalah
ligamen bundar, yang menonjol sedikit dari hati.Kandung empedu terlihat
secara anterior terletak di bagian paling bawah lobus kanan.Berdekatan
dengan lobus kaudatus terdapat sulkus untuk vena cava inferior.Dibawah
dari pada lobus kaudatus adalah porta hepatis, di mana arteri hepatic dan
vena portal hepatik masuk ke hati.Vena portal membawa darah yang
mengandung nutrisi dari sistem pencernaan.Lebih rendah dari porta hepatis
adalah saluran empedu yang mengarah kembali ke kantong empedu
(Ozougwu, 2017).
Hati memiliki beberapa fungsi, yaitu tempat metabolisme nutrisi makro
(karbohidrat, lemak, dan protein), tempat penyimpanan besi danvitamin,
pembentuk faktor koagulasi, pembentuk empedu, serta metabolismeberbagai
hormon dan obat-obatan.
Pada manusia dan organisme tingkat tinggi hati merupakan tempatutama
untuk metabolisme zat asing. Hati bertanggung jawab dalam prosesabsorbsi,
detoksifikasi, dan ekskresi berbagai jenis zat yang didapat daridalam
maupun luar tubuh, termasuk berbagai zat yang disintesis dalam hatiitu
sendiri.
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah produk sampingan dari penghancuran sel darah merah yang
sudah tua memberi pigmen warna empedu hitam kehijauan dan
menghasilkan semburat kuning penyakit kuning. Makrofag yang merupakan
sel kupfer mengambil dan mengancurkan sel darah merah yang sudah tua
dari sistem fagosit mononuklear, terutama di limpa dan hati. Dalam plasma,
bilirubin mengikat albumin dan dikenal sebagai bilirubin tak terkonjugasi
atau bilirubin bebas, yang larut dalam lemak.Dalam hati, bilirubin tak
terkonjugasi bergerak dari plasma di sinusoid ke dalam hepatosit. Dalam
hepatosit, itoin dengan asam
glukuronat membentuk bilirubin terkonjugasi, yang larut dalam air.
Konjugasi mengubah bilirubin dari zat yang larut dalam lipid yang dapat
7
melewati membran biologis ke zat yang dapat larut dalam air yang dapat
diekskresikan dalam empedu.Ketika bilirubin terkonjugasi mencapai ileum
distal dan kolon, bilirubin dikonjugasi oleh bakteri dan diubah menjadi
urobilinogen.Sebagian besar urobilinogenis kemudian diekskresikan dalam
urin dan sejumlah kecil dieliminasi melalui fases (Ozougwu, 2017).
1. Patoflodiagram (Mitayani, 2011)
9
2. Etiologi
a. Etiologi penyebab BBLR
Ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
5) Faktor Janin
Bayi yang termasuk pada BBLR dapat dibagi menjadi berikut ini :
a. Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB SMK) yaitu bayi
yang lahir premature dengan berat lahir sesuai usia kehamilan.
b. Neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB KMK) yaitu bayi
yang lahir premature dengan berat badan lahir kurang dari normal
menurut usia kehamilan.
c. Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK) yaitu
bayi yang lahir dengan usia hamil cukup bulan berat badan kurang dari
normal.
Menurut Ismawati (2011), mengklasifikasikan BBLR menjadi:
a. Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat 1500-2500
gram.
b. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi dengan berat badan
<1500 gram.
c. Berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu bayi yang lahir dengan
berat <1000.
4. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis dari BBLR (Mitayani, 2011), yaitu:
1) BB<2500gram dan panjang badan <45cm, lingkar dada <30cm dan
lingkar kepala <33cm.
2) Masa gestasi <37 minggu
3) Kulit tipis, transparan, planugo banyak, lemak subkutan amat sedikit
4) Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun sutura lebar
5) Genetalia ematur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora
6) Pergerakan kurang dan lemah, tagis lemah, pernapasan belum teratur
dan sering mendapatkan apnea
7) Lebih banyak tidur daripada bangun, refleks menghisap dan menelan
belum sempurna
b. Manisfestasi klinis
1) Manisfestasi BBLR
a) Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm,
lingkaran
b) dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
c) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
d) Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
e) Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
f) Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
g) Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
h) Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
13
i) Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi
jenis
j) Kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki –
laki belum
k) Turunnya testis.
l) Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami
hipotonik.
m) Menangis dan lemah.
n) Pernapasan kurang teratur.
o) Sering terjadi serangan apnea.
p) Refleks tonik leher masih lemah.
q) Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna
(Saputra, 2014).
2) Manisfestasi Hiperbilirubin
d. Asfiksia neonatarum, suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur
e. Hiperbilirubin, meningginya kadar bilirubin didalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
berwarna kuning.
A. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Meliputi : Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke
berapa, BB/ PB dan alamat, nama orang tua bayi.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kehamilan
Kurangnya antenal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Misalnya salisilat sulkaturosic oxitosin yang
dapat mempercepat proses konjugasi sebelum ibu partus.
2) Riwayat persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau dokter. Lahir prematur/
kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
3) Riwayat postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, kulit bayi
tampak kuning.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polychitemia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis).
c. Riwayat psikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua.
19
d. Pengetahuan keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua tentang bayi
yang ikterus.
e. Kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (refleks mengisap dan menelan
lemah) sehingga berat badan (BB) bayi mengalami penurunan. Palpasi
abdomen dapat menunjukan pembesaran limpa, hepar.
2) Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna
gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) dan feses
mungkin lunak/ cokelat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Bising
usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat.
3) Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.
4) Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktifitas, letargi, hipototonus dan
mudah terusik.
5) Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.
6) Neurosensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran
ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidros
fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitis Rh berat.
7) Pernapasan
Riwayat asfiksia
Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural, hemoragi
pulmonal)
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
2) Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput /
mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan
melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi
dengan kulit bersih ( kuning), dapat juga dijumpai cianosis pada bayi
yang hypoksia
3) Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan
adanya tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya
infeksi
4) Perut : Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan
fototerapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan fototerapi, Perut
membuncit, muntah, mencret merupakan akibat gangguan
metabolisme bilirubin enterohepatik, splenomegali dan hepatomegali
dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella.
5) Urogenital : Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat /
acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan /
atresia saluran empedu
6) Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah
7) Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas
menurun, Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia,
echimosis, ikterus pada kulit dan sklera mata.
21
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, kadar bilirubin mencapai puncak kira-kira
6mg/dl, antara 2-4 hari kedepan. Apabila nilainya diatas 10mg/dl
maka dikatakan hiperbilirubinemia non fisiologis atau patologis. Pada
bayi dengan kurang bulan, kadar bilirubin mencapai puncaknya pada
nilai 10-12 mg/dl, antara 5-7 hari kehidupan (widagdo, 2012).
2) Ultrasonograf (USG)
Pemeriksaan USG digunakan untuk mengevaluasi anatomi cabang
kantong empedu.
3) Radioscope Scan
Pemeriksaan radioscope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis atau atresia biliary.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Proverawati (2011), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR dengan hiperbilirubin adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
2. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
5. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum
bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan
ekskresi bilirubin
23
3. Rencana Keperawatan
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda infeksi. 1. Untuk mengetahui adanya
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam infeksi dan untuk menentukan
pertahanan tidak terjadi infeksi, dengan intervensi selanjutnya
imunologis yang kriteria hasil 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Untuk menghindari
kurang. - Suhu 36-37C sesudah kontak dengan penularan penyakit dari
- Tidak ada tanda-tanda bayi. lingkungan
infeksi. 3. Untuk menghindari
- Leukosit 5.000-10.000 3. Cegah kontak dengan penularan bakteri, virus, dll
orang yang terinfeksi. 4. Untuk mencegah terjadinya
4. Kolaborasi dengan dokter infeksi
pemberian antibiotic
sesuai program
B. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melakukan intervensi atau program keperawatan.
C. Evaluasi
Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan suhu
tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan elektrolit bayi
terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan partisipasi terhadap
rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang tua (Surasmi, 2013).
24
BAB III
PENGELOLAAN KASUS
b. Keluhan Pasien
a. Keluhan utama saat dikaji
Berat badan bayi mengalami penurunan dari 1015 gram menjadi 880
gram.
b. Keluhan tambahan saat dikaji
24
25
4. Riwayat Kelahiran
a. Ante natal
Penyulit kehamilan : Tidak ada
Penyakit yang menyertai kehamilan: Tidak Ada
b. Intra natal
Umur kehamilan : (28 minggu) Kurang Bulan
Jenis Persalinanan : Sectio Caesarea
Penyulit Persalinan : Tidak Ada
Komplikasi Persalinan : Perdarahan Antenatal
c. Post Natal
BBL: 880 gram PB: 32 cm. LK: 25 cm
LD: 21 cm. LLA: 6,5 cm
Trauma lahir : Tidak ada
Pernafasan : Spontan dengan bantuan NCPAP PEEP 8 FiO2 40%.
Apgar score: menit I: 6, menit V: 8
APGAR menit pertama
Score
Activity 1
Pulse 2
Grimace 1
Appearance 1
Respiration 1
Total score 6
APGAR menit kelima
Score
Activity 1
Pulse 2
Grimace 1
Appearance 2
Respiration 2
Total score 8
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
c. Perut
Bentuk : Flat, simetris
Tali pusat : Kering
d. Anus : Paten
e. Ekstremitas : Teraba hangat
Atas : Sama panjang
Bentuk : Normal
ROM : Kuat
Bawah : Sama Panjang
Bentuk : Normal
ROM : Kuat
f. Sistem pernafasan
Usaha nafas : Dengan bantuan NCAP, PEEP 8, FiO2 40%
Frekuensi nafas : 54 x/menit
Tipe nafas: : Dada
Inspeksi : Terdapat retraksi dinding dada ringan
Palpasi : Simetris
Auskultasi : Suara napas vesikuler di seluruh lapang paru
Lendir: : Tidak ada
g. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung : Bunyi jantung tunggal, tidak ada gallop
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : HR. 128 x/mnt, reguller, lemah
Suhu : 37.2℃.
Akral : Hangat
Capilary refill : <3 detik
h. Sistem Neurologis
Kesadaran : S4
Nilai S4 :
Mata : Tertutup
Gerak :+
Menangis : +
Reflek cahaya: Kanan reaksi (+) reaksi (-)
Kiri reaksi (+) reaksi (-)
Reflek-reflek Moro positif √ negatif
Palmar graps √ positif (lemah) negatif
Rooting positif √ negatif
Babinski √ positif negatif
Kejang √ tidak ya lama ..................
Pergerakan:
Kaki R/L √ kuat lemah
Tangan R/L √ kuat lemah
i. Sistem Gastrointestinal
Buang air besar:
Frekuensi : 3 kali BAB
Konsistensi : Lembek
Warna : Kehijauan
Mekonium : < 24 jam
Inspeksi: : Simetris, tidak tampak kelainan
Palpasi
Hepar : Tidak dilakukan
Lien : Tidak dilakukan
Perkusi: : Tympani
Auskultasi : Peristaltik terdengar
Muntah : Tidak ada
j. Sistem Perkemihan
Buang air kecil : 100 cc/24 jam
Warna : Kuning
k. Sistem Integumen
31
Warna : Jaundice
Turgor : Kembali cepat
Lesi/luka : Tidak ada
l. Nutrisi
Status gizi baik sedang cukup √ buruk
BBL gram; 1015 BB sekarang 880 gram. Berat badan bayi
mengalami penurunan sebanyak 135 gram atau >13%
Intake enteral 6 ml/24 jam
netek √ oral
√OGT ... residu: tidak ada ; jumlah : - ; warna : -
Jenis: √ASI PASI
Reflek menghisap : Lemah
Reflek menelan : Lemah
Intake parenteral 96 ml/24 jam
Jenis IV infuse dex 5 1/4NS; sejak tgl 8 Februari 2021
m. Psikososial
Status anak : Diharapkan
Respon orang tua : Cemas
Hubungan orang tua dengan bayi : Baik
Orang terdekat yang mudah dihubungi Ayah/ Suami.
Nomer telepon/HP 082324632728
n. Orientasi
Orang tua banyak bertanya tentang berat badan bayi dan
penanganan bayi kuning
Orang tua mengerti penyakit anak : Ya
Konsultasi dokter : Ya
Jam berkunjung : Sudah
Jam meneteki : Belum
9. Program Terapi Dokter
Infus Dextrose 5% 1/4NS : 4 cc/jam secara IV
ASI : 6 x 1 cc OGT
Aminophilin : 3 x 2 mg secara IV
Cefotaxim : 1 x 150 mg diberikan secara IV
Analisa Obat
Nama Kontraindika
Indikasi Efek samping Implementasi
Obat si
Infus Mencegah Pasien dengan Hipokalamia, Berikan obat
Dextrose hipogleki syok flebitis, sesuai dengan
mia, anafilaktik, trombosis langkah 6 benar
nutrisi dehidrasi berat, vena, obat, observasi
parenteral, dan riwayat hiponatremia, ada tidaknya
dan trauma kepala dan tanda gejala efek
rehidrasi hipervolemia samping obat
Aminophili Obstruksi Penyakit Kejang, mual Berikan obat
n saluran jantung, muntah, dada sesuai dengan
napas hipertensi, sakit, detak langkah 6 benar
yang hipertiroid, jantung obat, observasi
reversibel, ulkus lambung, meningkat ada tidaknya
serangan epilepsi, irreguler, tanda gejala efek
asma berat gangguan hati, reaksi alergi samping obat
kehamilan dan
menyusui
Cefotaxim Infeksi Hipersensitif Gangguan Berikan obat
saluran antibiotik saluran sesuai dengan
pernapasa cephalosporin pencernaan, langkah 6 benar
n bawah, gangguan saraf obat, observasi
infeksi pusat ada tidaknya
genitorinar tanda gejala efek
i, infeksi samping obat
ginekologi
33
,
bakterimia
/sepsis
10. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 7 Februari 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 16,5 gr/dl 15-24 gr/dl
(Belum diprioritaskan)
Kelompok III
D. RENCANA KEPERAWATAN
36
37
Monika Monika
Monika Monika
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 15.45
Jenika
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45
menghisap bayi Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor pernafasan bayi 1. Mencegah terjadinya
Ds : Ayah mengatakan asi 3x24 jam masalah pasien dapat aspirasi pada bayi
ibu sudah keluar teratasi dengan criteria hasil: 2. Berikan waktu kepada 2. Memberikan rangsangan
Do : a. Hisapan bayi cukup meningkat bayi apabila kegiatan kepada bayi untuk
a. Refleks sucking lemah (4) menyusu dimulai menghisap.
b. Refleks rooting (-) b. Intake bayi cukup meningkat 3. Berikan kesempatan bayi
c. Fontanela anterior (4) sampai > lebih dari 1 jam 3. Memberikan kesempatan
cekung atau sampai bayi kepada bayi untuk
d. Bayi minum asi 6x1cc menunjukkan tanda-tanda menunjukkan tanda-
melalui OGT menyusui tanda menyusui.
Bagas
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45
Standar Luaran : Termoregulasi Standar Intervensi:
4. Resiko hipotermi Neonatus Manajemen Hipotermia
berhubungan dengan
faktor resiko berat badan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor suhu tubuh bayi 1. Menilai perkembangan
3x24 jam masalah pasien dapat setiap 6 jam termoregulasi bayi
lahir rendah
teratasi dengan Kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala 2. Mengetahui lebih dini
a. Suhu tubuh membaik 36,5-37,5ºC hipotermi pada bayi adanya gejala hipotermia
3. Atur suhu yang hangat
b. Warna seluruh tubuh kemerahan pada inkubator 3. Menjaga bayi tetap hangat
c. Bayi tidak sianosis 4. Kenakan pakaian yang 4. Menjaga kehangatan bayi
d. Bayi tidak menggigil tebal dan selimut hangat
pada bayi
Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari 2021 Jam Tanggal/jam : 8 Februari Tanggal/jam : 8 Februari
2021 Jam 14.30 14.35 2021 Jam 14.40 2021 Jam 14.45
Standar Luaran : Status neurologis:
Standar Intervensi:
5. Resiko disorganisasi Pemantauan neurologis
perilaku bayi dengan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor reflek kornea 1. Menilai keadaan reflek
factor resiko 3x8 jam masalah pasien dapat kornea bayi.
teratasi dengan criteria hasil: 2. Monitor reflex moro bayi 2. Mengatur waktu
prematuritas.
a. Reflek pupil cukup meningkat (4) pemantauan untuk
b. Reflek bayi cukup membaik (4) mengetahui kondisi
perkembangan bayi.
3. Jelaskan tujuan dan 3. Pemberian informasi
prosedur pemantauan digunakan untuk
pada keluarga. mengurangi
kecemasan pada
keluarga.
Ambar Ambar
Ambar
Ambar
41
E. CATATAN PERKEMBANGAN
E:
20.00 S:-
O:
Bayi menangis kuat, RR :
55x/menit, retraksi dinding dada
ringan, masih terpasang NCPAP
A : Masalah pola nafas tidak (Regita)
efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,dan
5
2. II Senin,8-02- I:
2021 Memonitor ikterik pada
15.00 sclera dan kulit bayi Luciana
Sklera ikterik, kulit bagian
wajah, leher dan dada kuning
15.30 Memberikan fototerapi pada
bayi Luciana
Bayi diberikan penutup mata
sebelum dilakukan fototerapi
17.00 Menganjurkan ibu untuk
mempumping ASI 2 jam Luciana
sekali
Ayah memahami kapan ibu
17.30 harus mempumping ASI
Mengambil darah untuk
pemeriksaan bilirubin Luciana
3. III Senin,8-02- I:
2021 Memonitor pernapasan
bayi Elmi
15.00 RR : 55x/menit
Berikan waktu kepada bayi
16.00 apa bila kegiatan bayi Elmi
menyusui
Menganjurkan member
kesempatan bayi sampai
16.30 lebih 1 jam atau sampai Elmi
bayi menunjukkan tanda-
tanda siap menyusu
17.00
S:-
O : Kemampuan menghisap dan Elmi
menelan lemah, pasien terpasang
OGT, bayi ASI 6 x 1 cc/hr, BB Elmi
saat ini 880 gr. RR: 55x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3
1 IV Senin, 8 I:
Februari Memonitor suhu tubuh
2021 bayi Ambar
15.00 Suhu : 37,10C
Memonitor tanda dan
gejala hipotermi pada bayi
15.10 Tidak terdapat tanda gejala
hipotermi: lesu, menolak Ambar
menyusu, kulit pucat,
kesulitan bernapas
Mengatur suhu yang
hangat pada inkubator
Suhu incubator: 350C
Mengenakan pakaian yang
15.25 tebal dan selimut hangat
pada bayi
Bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti
15.45 S
- Ambar
O
Suhu : 37,10C, tidak terdapat tanda
gejala hipotermi, suhu incubator
350C, bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti
A Ambar
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
5 V Senin, 8 I
Februari Memonitor reflex kornea
2021 Reflex kornea + Diah
17.00 Memonitor reflex moro
17.10 bayi
Reflex moro (-)
17.15 Menjelaskan tujuan dan Diah
prosedur pemantauan
reflex moro pada keluarga
Keluarga mengerti apa itu Diah
reflex moro
S :-
45
O:
Reflex kornea (+), reflex moro (-),
keluarga mengerti reflex moro
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan 1,2,3
Catatan Perkembangan
Nama pasien : Bayi Ny.D
Ruangan : PICU/NICU
Diagnosis Medis : BBLR dengan Hiperbilirubin hari ke II
2. II Selasa, 9 febuari S: -
2021 O: Sklera ikterik, kulit bagian wajah
07.10 leher dan dada kuning, bayi
diberikan fototerapi
A: masalah ikterik neonatus belum Jenika
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
07.40 I:
Memonitor ikterik pada sclera
dan kulit bayi Jenika
Sklera ikterik, kulit bagian
07.50 wajah leher dan dada kuning
Memberikan fototerapi pada
bayi Jenika
08.00 Bayi diberikan penutup mata
sebelum dilakukan
fotioterapi Jenika
Menganjurkan ibu
08.10 mempumping ASI 2 jam
sekali
Ayah memahami kapan ibu Jenika
harus mempumping ASI
12.10 Mengambil darah untuk
pemeriksaan bilirubin
Bayi menangis kuat saat Jenika
diambil darah dibagian kaki
E:
S: -
O: Sklera masih ikterik, kulit bagian
wajah, leher dan dada masih kuning,
bayi diberikan fototerapi
A: Masalah ikterik neonatus belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1-4
3. III Selasa, 9 febuari S: -
2021 O:Kemampuan menghisap dan
07.10 menelan lemah, pasien terpasang
OGT, bayi ASI 6 x 1 cc/hr, BB saat Kristina
ini 880gr, RR 56x/menit
A:Masalah menyusui belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi 1,2,dan 3
I:
47
4. IV Selasa, 9 febuari S: -
2021 O: Suhu: 37,3°C, tidak terdapat tanda
07.10 dan gejala hipotermi, suhu inkubator
35°C, bayi mengenakan pakaian Bagas
hangat dan terselimuti
A: Masalah belum teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
I:
Memonitor suhu tubuh bayi
07.40 Suhu bayi: 37,5°C
Memonitor tanda dan gejala Bagas
07.50 hipotermi pada bayi
Tidak terdapat dan gejala
hipotermi
Mengatur suhu yang hangat Bagas
08.00 pada incubator
Suhu incubator 35°C
Mengenakan pakaian yang
08.10 tebal dan selimut hangat pada Bagas
bayi
Bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti Bagas
12.10 E:
S: -
O: Suhu bayi 37,5°C, Tidak terdapat
dan gejala hipotermi, Suhu incubator Bagas
35°C, Bayi mengenakan pakaian
hangat dan terselimuti
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 ,2, dan 4
5. V 07.10 S: -
O: Reflek kornea (+), Reflek moro
(-),
A: Masalah belum teratasi Ambar
P: Lanjutkan Intervensi 1 dan 2
07.40 I:
Memonitor reflek kornea
07.50 Reflek konea (+) Ambar
Memonitor reflek moro
12.10 Reflek moro (-)
E: Ambar
S: -
O: Reflek konea (+),reflek moro (-)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2
Ambar
49
Catatan Perkembangan
Nama pasien : Bayi Ny.D
Ruangan : PICU/NICU
Diagnosis Medis : BBLR dengan Hiperbilirubin hari ke III
N NO Hari/Tgl/Jam PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDA
O DK/M TANGAN
K
1. I Rabu, 10-02- S: -
2021 O: Bayi menangis kuat, RR: 58 x/menit,
retraksi dinding dada masih ringan, masih
terpasang NCPAP
07.10 A: Masalah pola napas tidak efektif belum
teratasi (Regita)
P: LanjutkanIntevensi 1,2,3,5
07.30
Monitor frekuensi, kedalaman, usaha
Nafas
Nafas cepat, tak ada retraksi dinding dada, (Regita)
RR : 55x/menit
Memberikan aminophilin 2mg melalui
08.00 iv
Obat masuk dengan lancar, tak ada tanda (Regita)
alergi
Memberikan oksigen melalui NCPAP
Peep 8 FiO2 40%
Bayi tampak aktif, tak sianosis (Regita)
Memberikan Cefotaxime 150mg
10.00 melalui iv
Obat masuk dengan lancar, tak ada tanda
alergi
11.00 (Regita)
Mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil pemantauan di tuliskan di lembar
11.30 observasi
(Regita)
E:
S :-
O:
- Bayi menangis kuat, tidak ada
13.30 retraksi dinding dada
- RR: 55x/menit (Regita)
- Masih terpasang NCPAP
A : masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 5
2. II Rabu, 10-02-
2021 S: -
O: Sklera masih ikterik, kulit bagian
wajah, leher dan dada masih kuning, bayi (Elmi)
diberikan fototerapi
A: Masalah ikterik neonatus belum teratasi
P: LanjutkanI ntervensi 1-4
E:
S:- (Elmi)
(Elmi)
(Elmi)
(Luciana)
51
E:
S :-
O:
- Kemampuan menghisap dan (Luciana)
menelan masih lemah
- Pasien terpasang OGT (Luciana)
- Bayi minum ASI 6x1 cc /hari
- BB: 1050 gram
- RR: 55x/menit
I: (Diah)
Memonitor suhu tubuh bayi
Suhu bayi: 37,3°C
Memonitor tanda dan gejala
hipotermi pada bayi
Tidak terdapat dan gejala hipotermi
Mengatu rsuhu yang hangat pada
incubator
Suhu incubator 35°C (Diah)
Mengenakan pakaian yang tebal
dan selimut hangat pada bayi
à Bayi mengenakan pakaian hangat
dan terselimuti
E:
S:-
O : suhu 37,3°C, tidak terdapat tanda (Diah)
dan gejala hipotermi , suhu inkubator
35°C, bayi mengenakan pakaian dan
selimut
A : masalah resiko hipotermi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4 (Diah)
5. V Rabu, 10-02- S: -
2021 O: Reflek konea (+),reflek moro (-)
A: Masalah teratasi sebagian (Kristina)
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2
I:
Memonitor reflek kornea (Kristina)
Reflek konea (+)
Memonitor reflek moro
Reflek moro (-) (Kristina)
E:
S :-
O : Reflek konea (+),reflek moro (-) (Kristina)
A : masalah resiko disorientasi prilaku
bayi belum tertasi
P : lanjutkan intervensi 1 dan 2
(Kristina)
(Kristina)
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV berisi tentang pembandingan dan penguraian antara teori dan kasus kelolaan pada bayi Ny. D
yang dilakukan selama tiga hari dari tanggal 8-10 Februari 2021 di NICU/PICU RS Bethesda Yakkum
Yogyakarta. Bayi Ny. D merupakan pasien dengan diagnosa BBLR dengan Hiperbilirubin. Asuhan
keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, serta evaluasi.
Penulis sebagai acuan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dalam menguraikan sesuai
tahapan sebagai berikut.
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
A. Evaluasi Keperawatan
Menurut Meirisa (2013) evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan
untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.D dengan BBLR dengan Hiperbilirubin
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, kami mendapatkan pengalaman nyata
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan BBLR dengan
Hiperbilirubin, yang dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian keperawatan. Pengkajian pada Bayi Ny.D
dengan BBLR dengan Hiperbilirubin didapatkan respirasi menggunakan
NCPAP Peep 8 FiO2 40% dan ikterik di wajah, leher serta dada. Tahap
53
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan.
Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca, mencari
referensi terbaru dan meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus
yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang
komprehensif.
2. Untuk Perawat
DAFTAR PUSTAKA
IDAI. (2014). Jadwal Imunisasi Anak dari 0-18 Tahun. Retrieved from IDAI:
http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/04/Jadwal-Imunisasi-2014
lanscapeFinal.pdf
Lubis & Hiswani. (2013). Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012
– 2013. Artikel. Sumatera Utara: Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas.
Mitayani, A. (2011). BBLR tanda dan gejala bayi berat badan lahir rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ridha, N. H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. (S. Riyadi, Ed.). Yogjakarta:
Saifuddin, A.B. (2014). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: PT. Bina pustaka sarwono prawiharjo
Saputra, L., 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tanggerang: Bina Aksara.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
55