Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

DISUSUN OLEH :

Dessy
Heni
Iip
Eka
Caswati
N.Mimin Kusmiati
Lia Karliani
Lia Dahlia

POLITEKES TASIK MALAYA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan kualitas menjadi prioritas di Indonesia khususnya dalam


pelayanan di rumah sakit. Rumah sakit tidak cukup bila hanya menawarkan
pelayanan dengan konsep asal “selamat” tetapi perlu menawarkan hasil maksimal
berupa pelayanan yang berdasarkan kepuasan dengan standar profesi yang tinggi.
Rumah sakit tidak hanya berfungsi untuk kegiatan mengobati, tetapi merupakan
tempat untuk meningkatkan status kesehatan individu, sehingga kualitas kesehatan
dan hidup manusia Indonesia meningkat pula. Lebih jauh dikatakan bahwa rumah
sakit merupakan salah satu tatanan pemberi jasa layanan kesehatan yang semakin
berkembang dan jika dilihat jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun.

BAB II
RUANG LINGKUP RUMAH SAKIT DAN PONEK

A. Pelayanan Rumah Sakit

Hasil Susenas tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah rumah sakit di


Indonesia telah mencapai 2234 unit, dan lebih dari setengah jumlahnya adalah
rumah sakit milik swasta. Tren kenaikan jumlah rumah sakit yang semakin tahun
semakin bertambah mengindikasikan bahwa rumah sakit harus mampu bersaing
dan memenangkan persaingan tersebut. Apalagi dengan terjadinya globalisasi
ekonomi dan datangnya era perubahan menjadi tantangan yang serius bagi para
eksekutif dalam mengelola rumah sakit. Dalam menghadapi era perubahan
tersebut, diperlukan sikap kehatihatian para eksekutif untuk dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan sekaligus menjaga kelangsungan organisasinya agar
mampu bertahan hidup. Dalam era keterbukaan batas geografi, hambatan yang
dihadapi adalah munculnya pesaing baru yakni berdirinya rumah sakit yang bukan
hanya berasal dari tingkat local maupun nasional saja, tetapi berasal dari tingkat
internasional. Oleh karena itu, diharapkan rumah sakit yang telah berdiri dan
beroperasi di saat ini harus mempersiapkan diri untuk membina organisasinya
terutama sumber daya dan sistem manajerial agar mampu menciptakan jasa
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas bagi pelanggannya. Fungsi
pelayanan kesehatan di rumah sakit sendiri telah mengalami pergeseran, yang
dulunya sebagai organisasi yang bersifat sosial, kini telah menjadi sebuah
organisasi bisnis yang berupaya mencari keuntungan (profit) dari usaha yang
dijalankan. Hal itu disebabkan rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks,
padat modal dan padat teknologi sehingga memerlukan biaya yang cukup tinggi
untuk keberlangsungan upaya pelayanan kesehatan tersebut. Sumber daya
manusia yang harus dimiliki rumah sakit pada prinsipnya telah diatur melalui
akreditasi rumah sakit yakni dalam penentuan jumlah dan spesifikasi tenaga serta
fasilitas penunjang layanan yang harus dimiliki oleh sebuah rumah sakit.
Sementara itu, citra dan profitabilitas rumah sakit yang diperoleh berasal
dari mekanisme kunjungan pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Pasien pengguna jasa pelayanan rumah sakit tentunya akan sangat
mengharapkan nilai kesembuhan atau pemecahan masalah kesehatan yang
dialaminya sehingga mereka sehat kembali. Apabila harapan (expectation)
tersebut dapat terpenuhi, berarti masalah kesehatan yang dialaminya telah
terpecahkan yakni dengan memperoleh kesembuhan dan menjadi sehat, bahkan
bila mungkin menjadi bugar.

Fokus jasa pelayanan kesehatan rumah sakit adalah bagaimana


menciptakan pasien (pelanggan) yang mengalami gangguan dapat teratasi melalui
pengobatan dan penyembuhan penyakit. Sebagai imbalan jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan, maka pasien harus membayar tarif/iuran yang
ditetapkan rumah sakit. Tarif yang dibayar pasien merupakan sumber daya
finansial agar bisnis rumah sakit dapat berjalan dan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas). Kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit
kepada pasien akan menentukan baik-buruknya citra rumah sakit. Rumah sakit
yang mempunyai citra baik adalah rumah sakit yang dapat menciptakan jasa
pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga pasien merasa puas dengan jasa
pelayanan yang diterima dan sebaliknya. Dengan demikian baik-buruknya citra
rumah sakit akan sangat ditentukan oleh tingkat kepuasan pasien selaku pengguna
jasa pelayanan.

Citra baik rumah sakit akan berimbas pada meningkatnya profitabilitas


rumah sakit, sebaliknya citra buruk akan berimbas pada menurunnya profitabilitas
rumah sakit. Oleh sebab itu, keberadaan rumah sakit sebagai salah satu organisasi
yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan diharapkan mampu memelihara
dan menjaga kualitas produk jasa layanannya dengan fokus kepada pelanggan
(pasien).
Jasa pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
produk barang (fisik). Menurut Griffin dan Rolland karakteristik jasa layanan
adalah:

1. Intangibility (tidak berwujud), artinya jasa layanan tidak dapat dilihat, diraba,
dirasa, didengar dan dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting tidak
berwujud adalah nilai yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan,
kepuasan atau rasa aman.
2. Unstortability (tidak dapat disimpan), artinya jasa tidak mengenal persediaan
atau penyimpanan produk yang dihasilkan. Karakteristik itu disebut juga tidak
dapat dipisahkan (inseparability) mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan
dikonsumsi pada saat yang sama.
3. Costumization (desain yang khas), artinya jasa didesain khusus untuk
kebutuhan pelanggan sebagaimana jasa pelayanan kesehatan. Jasa merupakan
aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik
atau konstruksi yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu
yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah atau pemecahan yang dihadapi
konsumen. Untuk pasien yang berkunjung ke rumah sakit nilai tambahnya
adalah diketahuinya diagnosis penyakit dan kesembuhan penyakit yang diderita
secara aman (patient safety) serta merasa puas terhadap layanan yang diberikan
(patient satisfaction).
4. Indikator patient safety dan patient
satisfaction adalah apabila jasa layanan kesehatan yang diberikan mempunyai
kualitas yang diharapkan.

Menurut Garvin et al, kualitas jasa merupakan kondisi dinamis yang


berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyckof kualitas jasa adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan keinginan pelanggan. Kualitas total jasa terdiri atas
tiga komponen utama, yaitu technical quality, funcional quality dan corporate
image. Dalam ISO 9001:2015 terdapat delapan prinsip sistem manajemen mutu
yang dijadikan sebagai acuan kerangka kerja yang membimbing organisasi
menuju peningkatan kualitas kerja. Kedelapan prinsip tersebut adalah:

1. Fokus
Pelanggan Pelanggan merupakan bagian yang sangat penting bagi
organisasi, oleh sebab itu manajemen organisasi harus benar-benar
memahami, memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini yang akan datang
bahkan melebihi harapan pelanggan.
2. Kepemimpinan
Pemimpin sangat penting dalam menciptakan kesatuan arah dan tujuan
organisasi, menciptakan dan mempertahankan lingkungan lingkungan
internal sehingga personel terlibat secara penuh untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Keterlibatan
Personel Keterlibatan personel secara penuh pada semua tingkatan
organisasi sangat penting sehingga kemampuan personel dapat digunakan
untuk kepentingan organisasi.
4. Pendekatan Proses
Pendekatan proses sangat penting untuk mencapai hasil yang diinginkan
agar lebih efisien dengan mengelola aktivitas dan sumber daya yang
berkaitan sebagai suatu proses. Proses merupakan integrasi yang berurutan
dari personel, material, metode, mesin dan peralatan dalam lingkungan
untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah bagi pelanggan.
5. Pendekatan Sistem terhadap Manajemen
Identifikasi, pemahaman dan pengelolaan proses yang saling berkaitan
sebagai suatu sistem yang mendukung efektivitas dan efisiensi organisasi
dalam mencapai tujuannya.
6. Peningkatan Berkesinambungan
Peningkatan kesinambungan akan meningkatkan kinerja organisasi secara
keseluruhan dan harus menjadi komitmen perusahaan. Peningkatan
berkesinambungan merupakan proses berkesinambungan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi dalam memenuhi
kebijakan dalam mencapai tujuan organisasi.
7. Pendekatan Faktual dalam Pengambilan Keputusan
Keputusan yang efektif harus berdasarkan keputusan analisis data dan
informasi yang faktual, sehingga masalah mutu dapat diselesaikan secara
efektif dan efisien. Keputusan yang diambil harus ditujukan untuk
meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem
manajemen mutu.
8. Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan
Organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan berhubungan saling
menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.

Beberapa pakar yang mendalami pemasaran, mengidentifikasi sepuluh


faktor utama yang menentukan kualitas jasa yaitu:

1. Realibility, mencakup dua hal pokok mencakup konsisten kerja dan


kemampuan untuk dipercaya. Hal itu berarti perusahaan memberikan
jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time). Selain itu
juga perusahaan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya
sesuai dengan jadwal yang disepakati. Responsiveness, yaitu kemauan dan
kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan
pelanggan.
2. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan
jasa tertentu.
3. Access, yakni kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal itu berarti
fasilitas jasa yang mudah dijangkau waktu menunggu yang tidak begitu
lama, saluran komunikasi dan lain-lain mudah dihubungi.
4. Courtesy, merupakan sikap sopan santun, respek perhatian dan keramahan
yang dimiliki contact personal seperti resepsionis, operator telepon dan
lain-lain.
5. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam
bahasa yang dapat mereka pahami serta selalu mendengarkan saran dan
keluhan pelanggan.
6. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup
nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi (contact
personal) dan interaksi dengan pelanggan. Security, yaitu aman dari
bahaya risiko atau keraguraguan. Aspek tersebut mencakup finansial dan
kerahasiaan.
7. Understanding/knowing the costumer, yaitu usaha untuk memahami
kebutuhan pelanggan.
8. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa yang dapat berupa fasilitas fisik,
peralatan yang dipergunakan. Mutu yang baik adalah jika penyedia jasa
memberikan pelayanan melebihi harapan pelanggan dan sebaliknya mutu
adalah buruk jika pelanggan memperoleh layanan yang lebih rendah dari
harapannya.

Dengan demikian, upaya untuk menciptakan kepuasan pelanggan


memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need and want)
pelanggan dan apa yang diberikan (given) oleh pemberi layanan.

B. Poli Rumah Sakit

Poliklinik umum merupakan salah satu layanan yang ada di Rumah Sakit
yang memberikan pelayanan kedokteran berupa pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan penyuluhan kepada pasien atau masyarakat agar tidak terjadi
penularan dan komplikasi penyakit, serta meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan dilakukan
oleh dokter dan perawat,bidan yang memiliki sertifikat dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan primer. Dalam menjalankan tugasnya, poli
umum terintegrasi dengan seluruh unit pelayanan lainnya (poli gigi, poli Anak,
poli penyakit dalam, poli penyakit bedah,mata, Poli Ibu, Poli Gizi, Apotik, Lab,
dll). Pengobatan ke poli sistem nya terbagi menjadi 2 ada pasien rujukan bpjs dari
pasyankes tingkat pertama ada pasien umum yang sengaja ingin memeriksakan
keadaan kesehatan nya dengan datang secara langsung tanpa rujukan.

C. Pelayanan Kesehatan Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit

Adalah salah satu bentuk layanan perawatan kesehatan rumah sakit dimana
penderita tinggal atau menginap sedikitnya satu hari. Rawat inap adalah pelayanan
kesehatan perorangan, yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
keperawatan, rahabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada
sarana kesehatan rumah sakit dimana dengan alasan medik penderita harus
menginap. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit yang diberikan
tirah baring di rumah sakit. Ruangan rawat inap berupa ruangan atau bangsal
(ward room) yang berisi tempat tidur dan di huni oleh beberapa pasien sekaligus.
Namun pada beberapa rumah sakit juga menyediakan kategori kelas tertentu
seperti Rawat Inap VIP, Rawat Inap VVIP, Eksekutif untuk mengakomodasi
kebutuhan pasien akan pelayan dan fasilitas yang lebih dari standar.

Pasien rawat inap di rumah sakit secara umum berawal dari IGD, Rawat
Jalan atau Poliklinik, serta rujukan. Pada pasien rawat inap ditangani oleh dokter
spesialis dan dokter jaga bangsal (ward room doctor). Dokter spesialis menangani
pasien berdasarkan penyakit yang diderita pasien. Dokter jaga bangsal merupakan
dokter umum yang menangani pasien berdasarkan letak bangsal. Setiap pasien
rawat inap akan memilki DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan); adalah
seorang dokter yang bertanggung jawab terhadap pelayanan dan pengelolaan
asuhan medis seorang pasien, sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 39 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang RI nomor 44 tentang Rumah Sakit.
Pelayanan medis merupakan inti kinerja berdasarkan evidence base medicine
(kedokteran berbasis bukti). Dalam proses ini, DPJP melakukan pelayanan sesuai
dengan keahliannya, bila kasus Penyakit Dalam maka DPJP yang kompeten
untuk kasus Penyakit Dalam adalah dokter Spesialis Penyakit Dalam begitu juga
dengan spesialis lainnya. Satu pasien memiliki jumlah dokter spesialis yang
berbeda-beda dan jumlah dokter jaga bangsal yang sama. Dokter spesialis
memiliki kewajiban untuk mengunjungi pasien minimal satu kali dalam satu hari.

Jenis Urgensi Pasien

1. Pasien yang tidak urgen, artinya penundaan perawatan pasien tersebut


tidak akan mempengaruhi penyakitnya.
2. Pasien yang urgen, tetapi tidak darurat gawat, dapat dimasukkan
kedalam daftar tunggu.
3. Pasien gawat darurat (emergency), maka harus langsung dirawat.

Jenis Kelompok Pasien

1. Usia; Neonatus, Anak, Dewasa.


2. Jenis Penyakit; Infeksi, Non Infeksi
3. Jenis Kelamin; Laki-laki, Perempuan
4. Tingkat Keparahan; Ranap Reguler, Intensive

Konsep Kelas Standar

1. Kebutuhan standar minimal sarana prasarana dan alat kesehatan yang


harus terpenuhi disetiap ruang rawat inap
2. Memenuhi standarPPI dan keselamatan pasien
3. SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien sesuai
dengan jenis pelayanan rawat inap)
4. Akses dan mutu sesuai standar pelayanan
D. Pelayanan Ponek 24 Jam

Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan


pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Rumah
sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga yang sesuai


kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Untuk mencapai
kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan
pelatihanpelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan prilaku dalam pelayanan kepada pasien. Kematian bayi baru lahir,
umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti berat badan lahir rendah, aspixia
dan infeksi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan
pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu
umumnya disebabkan perdarahan, infeksi, pre eklamsia / eklamsia, persalinan
macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan
mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan
dalam sistem terpadu tingkat nasional maupun regional.

1) Ruang Lingkup Pelayanan PONEK:


a. Stabilisasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan persiapan untuk
pengobatan
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK Rumah Sakit di
ruang tindakan
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio
cesarea
d. Perawatan intensif ibu dan bayi
e. Pelayanan Asuhan Ante Natal (kehamilan) Risiko Tinggi.
2) Kriteria Umum Rumah Sakit PONEK:
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi
baik secara umum maupun emergensi obstetrik-neonatal
b. Dokter, bidan dan perawat terlatih melakukan resusitasi neonatus dan
kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan
pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal
d. Jika memungkinkan,terdapat kebijakan tidak ada uang muka bagi
pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal
e. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu
f. Mempunyai standar respon time di UGD (target diupayakan selama 5
menit), di kamar bersalin (target diupayakan kurang dari 30 menit),
pelayanan darah (target diupayakan kurang dari 1 jam).
g. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan
operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum. 8. Tersedia
kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dengan target dalam
waktu kurang dari 30 menit
h. Memiliki Tim yang siap untuk melakukan operasi atau melaksanakan
tugas sewaktu-waktu (on call).
i. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara
lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anastesi, dokter
penyakit dalam, dokter spesialis lain, serta dokter umum, bidan dan
perawat.
j. Mengupayakan tersedianya pelayanan darah yang siap 24 jam
3) Melaksanakan kegiatan PONEK dalam bentuk :
a. Melaksanakan pertemuan PONEK triwulan
b. Melaksanakan pertemuan PONEK semester
c. Melaksanakan pertemuan PONEK secara insidentil
d. Melaksanakan Koordinasi dalam pelayanan PONEK dengan unit terkait
untuk memaksimalkan pelayanan

E. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Kebijakan kesehatan adalah sekumpulan tim medis yang dibuat


pemerintah berhubungan dengan kesehatan pasien. Kebijakan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien yang optimal. Dimana tim medis
memiliki hak yang penuh dalam memberikan kesehatan selama di rumah sakit
harus melayanani pasien dengan baik dengan peraturan yang telah diterapkan.
Tenaga medis yang berada di rumah sakit adalah bagian yang paling utama dari
pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien atau klien.

Kebijakan yang dibuat dirumah sakit harus mempunyai standar yang


akurat.

Jenis Kebijakan yang ada di Rumah Sakit anatara lain :

1. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien


2. Pelayanan instalasi
3. Pelayanan gawat darurat
4. Pelayanan rekam medis
5. Skrining dan triase
6. Pelayanan dan asuhan pasien
7. Pelayanan laboratorium
8. Pelayanan radiologi
9. Penundaan pelayanan
10. Pembatasan dan pembatalan pelayanan
11. Hambatan dalam pelayanan
12. Pemulangan pasien
13. Pelayanan home care
14. Resume pasien pulang
15. Transportasi
16. Hak pasien dan keluarga
17. Penolakan pelayanan dan pengobatan
18. Asesmen pasien
19. Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
20. Pencegahan dan pengendalian rumah sakit
21. Dokter penanggung jawab pelayanan
22. Pelayanan anestesi dan bedah
23. Kesehatan dan keselamatan kerja
24. Pelayanan haemodialisa
25. Pemberian edukasi dan informasi pasien dan keluarga
26. Pelayanan KB
27. Pelayanan TB dan strategi dots
28. Sasaran keselamatan pasien
29. Program pengendalian resisten anti mikroba
30. Pelayanan geriatri

Dalam masalah pasien yang di alami nya , tim medis juga harus mampu
memberikan pengambilan keputusan yang tepat.tujuan nya yaitu dari sistem
pelayanan yang integrasi.

F. Pedoman Profesi Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan

Berdasarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga


Kesehatan pada Bagian Keempat yakni mengenai Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi dan Standar Prosedur Operasional dalam pasal 66 sebagai
berikut :

a. Setiap Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk


memenuhi Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar
Prosedur Operasional.
b. Standar Profesi dan Standar Pelayanan Profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk masing-masing jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh
organisasi profesi bidang kesehatan dan disahkan oleh menteri.
c. Standar Pelayanan Profesi yang berlaku Universal ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
d. Standar Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional diatur dengan Peraturan
Menteri.

Penggolongan Tenaga Medis Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 36


Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan macam-macam Tenaga Medis dalam
pasal 13 poin ke (2) yakni ialah jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam
kelompok Tenaga Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas
Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, dan Dokter Gigi Spesialis. Berdasarkan
dengan adanya suatu Peraturan Menteri Nomor 775/MENKES/PER/IV2011
Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dalam bagian Ketentuan
Umum sebagai berikut :

. Berdasarkan Undang – undang no. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan dalam pasal 58, yakni wajib untuk :

1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib

a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar


Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur
Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
Penerima Pelayanan Kesehatan
b. Memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan
atau keluargannya atas tindakan yang akan diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan
d. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen atau
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan
e. Merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan
lain yang mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai

2) Registrasi dan Perizinan Tenaga Kesehatan atau Tenaga Medis

a. Berdasarkan Undang – undang no. 36 Tahun 2014, pada pasal 44


tentang Tenaga Kesehatan bagian registrasi, yakni ialah :

1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib


memiliki STR.

2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh


konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi
persyaratan.
3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a) Memilki Ijazah pendidikan di bidang kesehatan;

b) Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

c) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

d) Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan


sumpah/janji profesi; dan

e) Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan


ketentuan etika profesi.

G. Standar Minimum Rumah sakit

Standar Pelayanan Minimum di Rumah Sakit pada hakekatnya merupakan


jenis-jenis pelayanan kesehatan perorangan di pusat-pusat pertanggungjawaban
yang wajib dilaksanakan oleh Rumah Sakit dengan standar kinerja yang
ditetapkan. Namun demikian mengingat kondisi masing-masing daerah yang
terkait dengan sumber daya yang tidak merata maka diperlukan pentahapan dalam
pencapaian SPM di Rumah Sakit, sesuai dengan kondisi/perkembangan kapasitas
daerah. Mengingat seyogianya SPM di Rumah Sakit menjadi hak konstitusional
masyarakat maka seyogianya SPM Rumah Sakit menjadi prioritas dalam
perencanaan dan penganggaran daerah.

Pengertian Umum SPM : Adalah ketentuan tentang jenis dan mutu


pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan layanan Umum kepada
masyarakat Jenis-jenis pelayanan rumah sakit, yang minimal wajib disediakan :

1. Pelayanan gawat darurat

2.Pelayanan rawat jalan

3.Pelayanan rawat inap


4.Pelayanan Bedah

5.Pelayanan persalinan dan perinatologi

6.Pelayanan intensif

7.Pelayanan radiologi

8.Pelayanan laboratorium patologi klinik

9.Pelayanan rehabilitasi medik

10.Pelayanan farmasi

11.Pelayanan gizi

12.Pelayanan transfusi darah

13.Pelayanan keluarga miskin

14.Pelayanan rekam medis

15.Pengelolaan limbah

16.Pelayanan administrasi manajemen

17.Pelayanan ambulan / kereta jenasah

18.Pelayanan pemulasaraan jenasah

19.Pelayanan laundry

20.Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit

21.Pelayanan pengendalian infeksi

22. Pelayanan keamanan

Ini termasuk pedoman penyusunan standar pelayanan minimum di Rumah Sakit,


2017.
H. SOP Pelayan Rumah Sakit

SOP rumah sakit merupakan alat pengendalian layanan yang diberikan


pasien dalam hal layanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Tujuan SOP adalah untuk menciptakan komitmen pekerjaan dalam


mewujudkan good govermance sebagai alat penilaian kinerja yang bersifat
internal dan eksternal (Nazvia et al., 2014). Untuk meningkatkan kinerja rumah
sakit yang efektif dan efisien, perlu adanya SOP yang bersifat teknis, administratif
dan prosedural sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja rumah sakit
(Atmoko, 2012).

Pedoman pembuatan SOP rumah sakit mengacu pada Kementerian


Kesehatan dan Kementerian Keuangan. Kedua pedoman tersebut disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit setempat baik rumah sakit swasta maupun
pemerintah. SOP rumah sakit merupakan pedoman keselamatan pasien untuk
mendapatkan layanan dan pelayanan kesehatan yang optimal. Masih banyak
rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta dalam
menyusun SOP belum maksimal (SOP Peneriman dan SOP Pengeluaran). SOP
tersebut digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan dan layanan kesehatan
secara optimal (Atmoko, 2012; Banda, 2015; Nazvia et al., 2014).

Pada prinsipnya, standar operasional prosedur lebih diorientasikan pada


penilaian kinerja internal kelembagaan, terutama dalam hal proses kerja di
lingkungan organisasi termasuk kejelasan unit kerja yang bertanggungjawab.
Standar operasional prosedur berbeda dengan pengendalian program yang lebih
diorientasikan pada penilaian pelaksanaan dan pencapaian outcome dari suatu
program. Namun keduanya saling berkaitan karena standar operasional prosedur
merupakan acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,
termasuk dalam pelaksanaan program.

SOP dapat digunakan untuk penilaian kinerja secara eksternal dan


pedoman yang sifatnya internal digabungkan dengan pedoman eksternal berupa
responsivit, responsibilitas, dan akuntabilitas untuk terwujudnya akuntabilitas
kinerja rumah sakit. Selama ini, penilaian akuntabilitas kinerja rumah sakit pada
umumnya didasarkan pada standar eksternal. Sebagai bentuk organisasi publik,
rumah sakit memiliki karakteristik khusus yang bersifat birokratis dalam internal
rumah sakit. Oleh karena itu, untuk menilai pelaksanaan mekanisme kerja internal
tersebut unit kerja pelayanan publik harus memiliki acuan untuk menilai
pelaksanaan kinerja rumah sakit berdasarkan pada indikator teknis, administratif
dan prosedural. Maka dari sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi
yang bersangkutan dalam bentuk SOP. Pentingnya SOP dalam penyenggaraan
rumah sakit dan hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja memiliki
SOP dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja tentang pedoman
penyusunan SOP.
Daftar Pustaka

Kesehatan, K. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


340/Menkes/Per/III/2010. Jakarta.

Assen, M. V., Berg, G. V., & Pietersma, P. (2013). Key Management Models.
Jakarta: Atmoko, T. (2012).

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah. Skripsi. Universitas Padjajaran Bandung.

Anda mungkin juga menyukai