KESELAMATAN PASIEN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat saat ini sangat kritis terhadap pelayanan kesehatan, karena pengetahuan
masyarakat tentang dunia kesehatan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena arus
informasi media cetak, elektronik dan internet menimbulkan tingginya harapan pasien
akan kepuasan pelayanan rumah sakit. Selain dari itu dengan banyaknya pertumbuhan
rumah sakit, pasien memiliki banyak pilihan dalam menentukan rumah sakit.
Rumah sakit harus mampu bersaing agar pasien dan keluarganya merasa aman
nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Salah satu strategi yang paling
tepat untuk mengimbangi hal tersebut adalah melalui pendekatan mutu pelayanan yang
harus dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan dan menyeluruh sehingga stake holder
maupun masyarakat yang membutuhkan, mendapatkan kepuasan dan memenuhi
harapannya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit,
ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit, namun harus diakui
kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan
isu mutu dan citra rumah sakit.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
I. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit
menyangkut berbagai fungsi pelayanan, serta mencakup berbagai tingkatan maupun
jenis disiplin. Rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik
di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di semua tingkatan.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan
penilaian akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat
input dan proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan
prosedur yang telah ditetapkan. Rumah sakit dipicu untuk dapat menilai diri
(self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang
lain, yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan
masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
Indikator rumah sakit disusun bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta nyata
sesuai standar yang ditetapkan.
Di lingkungan RUMAH SAKIT TK IV IM O7.O1 upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien telah dilaksanakan dengan berbagai cara baik mengikuti akreditasi
rumah sakit dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit maupun WHO serta standar lainnya.
Dengan dilaksanakannya standarisasi mutu pelayanan, diharapkan mutu dapat terus
dikontrol (quality control) dan dikendalikan yang sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pasien rumah sakit. Untuk itu diperlukan suatu pedoman Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien dalam rangka pelayanan yang akan menjelaskan prinsip mutu
pelayanan, langkah pelaksanaannya, penentuan indikator, penilaian, dsb. Pemanfaatan
pedoman ini akan melibatkan seluruh unit kerja di bidang/bagian dalam mengendalikan
dan meningkatkan pengelolaan mutu secara terpadu.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan rumah
sakit.
B. Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya upaya peningkatan mutu yang menunjang keselamatan
pasien
2. Terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar profesi
3. Tercapainya profesionalisme dalam mutu pelayanan
4. Tercapainya indikator mutu
5. Terselenggaranya survei yang berkaitan dengan mutu.
BAB II
KONSEP DASAR
I. KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH
SAKIT TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE
1. Pengertian mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian
yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu, yaitu:
a. Konsumen
b. Pembayar/perusahaan/asuransi
c. Manajemen Rumah Sakit TK IV im 07.01 lhokseumawe
d. Karyawan Rumah sakit TK IV im 07.01 lhokseumawe
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah sakit TK IV IM 07.01 lhokseumawe.
1. Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan RS Umum Metro Medical Center. secara efektif dan efisien agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Khusus
IV. KEBIJAKAN
A. UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
B. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
C. UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
D. PMK no 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
E. PMK 129 tahun 2008 Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
F. PMK 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
G. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit tahun 2008
H. Pedoman Clinical Pathway di Rumah Sakit tahun 2006
I. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit Depkes
tahun 2001
J. Indikator Kinerja RS Depkes tahun 2005
K. Pedoman pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) KKP-RS Edisi 2 tahun
2008
L. PMK NO 80 TAHUN 2020 Tentang Komite Mutu Rumah Sakit
M. Keputusan Direktur 009/SK-DIR/PMKP/XII/2018 tentang Upaya Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit tk iv im 07.01 lhokseumawe.
V. PENGORGANISASIAN
Di lingkungan Rumah Sakit tk iv im 07.01 Lhokseumawe Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien (KMKP) berada langsung di bawah pengawasan Direktur
Rumah Sakit. Ketua KMKP bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh mutu
pelayanan dan risiko yang dilaksanakan di rumah sakit, yang juga mencakup
Akreditasi rumah sakit dan Standar Mutu Pelayanan (SMP). Dalam melaksanakan
tugasnya Ketua KMKP dibantu oleh Tim Mutu, Tim Manajemen Risiko dan Tim
Keselamatan Pasien yang akan bekerja sama dengan semua unit kerja di rumah sakit.
STRUKTUR KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01
Lampiran Keputusan Direktur Rumah sakit TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE
Nomor : 001 / SK-DIR /PMKP/ XII /2018
Tanggal : 04 Desember 2018
PENANGGUNG JAWAB
dr. Arip puguh santoso sPPd
Dr.
ANGGOTA
1.
2
KETUA SUB KOMITE KESELAMATAN PASIEN
Dr.
ANGGOTA
1
2
KETUA SUB KOMITE MANAJEMEN RESIKO
1.
2.
KETUA PIC DATA
Ns. Cut Yeni Fachrina, S.Kep
ANGGOTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ns Nurhayati S,Kep
Ns Marina S,Kep
1. Uraian tugas
c. Mengumpulkan data indikator baik dari Ketua Tim Mutu maupun dari
Ketua Tim Keselamatan Pasien rumah sakit dan unit kerja terkait
2. Tanggung Jawab
3. Wewenang
VI. KEGIATAN
Langkah-langkah upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan dengan menggunakan
manajemen mutu dan keselamatan pasien. Peran Direktur Rumah Sakit dan para
pimpinan dalam melakukan perencanaan dan mengembangkan program peningkatan
mutu serta keselamatan pasien, memilih indikator mutu di tingkat rumah sakit
(indikator area klinik, area manajemen, dan sasaran keselamatan pasien) serta
keterlibatannya dalam menindaklanjuti capaian indikator yang masih rendah. Selain
itu, Direktur dan para pimpinan juga berperan memilih area prioritas sebagai area
fokus untuk perbaikan.
A. Pemilihan dan penetapan indikator mutu
Indikator mutu yang dipilih dan ditetapkan untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, yaitu pemilihan dan penetapan prioritas pengukuran mutu
pelayanan dapat berupa indikator pada area klinis, manajerial atau sasaran
keselamatan pasien. Untuk indikator mutu dapat dipilih dari Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit (SPM) yang sesuai dengan kondisi di masing-masing unit
kerja. Pemilihan dan penetapan prioritas indikator dilakukam oleh Direktur, para
pimpinan dan komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien sedangkan
indikator mutu untuk tingkat unit dipilih oleh kepala unit dipilih oleh kepala unit
yang spesifik di unitnya.
Pemilihan indikator baik untuk tingkat rumah sakit maupun tingkat unit
dilakukan berdasarkan prioritas dengan kriteria:
1. Berisiko tinggi bagi pasien
2. Memerlukan biaya tinggi
3. Diberikan dalam volume besar
4. Cenderung menimbulkan masalah
Selain indikator prioritas tersebut di atas, pengumpulan data wajib juga
dilakukan pada 12 (dua belas) indikator mutu pelayanan di rumah sakit dari
Kementerian Kesehatan.
B. Pengukuran (pengumpulan validasi data)
Pengumpulan indikator mutu dilakukan melalui pengumpulan data dan
validasi data. Pengumpulan data dilakukan oleh pengumpul data sedangkan
validasi data dilakukan oleh validator yang tidak terlibat dalam pengumpulan data
awal (data yang dikumpulkan pengumpul data).
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan berdasarkan kamus indikator yang diukur. Dalam
kamus indikator dijelaskan mengenai: jenis indikator, judul indikator, definisi
operasional indikator, tujuan peningkatan mutu, numerator, denumerator,
kriteria eksklusi, sumber data, Penanggung jawab (nama dan jabatan), alasan
pemilihan indikator, tipe indikator, jangka waktu laporan, frekuensi penilaian
data, metodologi pengumpulan data, target sampel dan sampel size, area
monitoring, nilai ambang/standar, jelaskan pengumpulan data dan analisisnya,
jelaskan bagaimana data akan diseminasi ke staf, nama alat atau nama file
(lampirkan formulir alat audit). Data yang dikumpulkan dicatat dalam formulir
pengumpul data dari masing-masing indikator mutu.
2. Validasi data
Data untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasin harus valid, oleh
karena itu data yang telah dikumpulkan oleh pengumpul data harus divalidasi
oleh validator data. Validator mengumpulkan ulang data yang dikumpulkan
oleh pengumpul data, kemudian diukur tingkat kesesuaian hasil pengukuran
validator dengan pengumpul data. Bila tingkat kesesuaiannya ≥ 90%, maka
data yang dikumpulkan oleh pengumpul data dikatakan “valid”. Validator pada
saat mengumpulkan data untuk validasi menggunakan format pengumpul data
yang sama dengan pengumpul data. Hasil validasi harus dilaporkan dan
didokumentasikan.
3. Analisis data
Data yang sudah valid kemudian dianalisis dengan cara (lihat SPO Analisis
Data)
a. Membandingkan data/hasil pengukuran indikator mutu dari waktu ke
waktu di dalam rumah sakit sendiri (misalnya : membandingkan data
bulanan, triwulan, semester dan tahunan).
b. Membandingkan data/hasil pengukuran indikator mutu dengan data/hasil
pengukuran indikator mutu rumah sakit lain yang sejenis (with similar
organization), bila memungkinkan.
c. Membandingkan data/hasil pengukuran indikator mutu dengan standar
(with standard), bila memungkinkan.
d. Membandingkan data/hasil pengukuran indikator mutu dengan praktik
yang terbaik atau lebih baik atau dengan pedoman praktek yang diakui
(recognized desirable practices identified as best or better practices or
practice guidelines).
C. Perbaikan (perbaikan mutu tercapai dan dipertahankan)
Apabila capaian indikator mutu belum mencapai standar atau target maka
harus dilakukan upaya perbaikan dengan menggunakan siklus PDSA (Plan, Do,
Study, Act)
Siklus PDSA (lihat gambar 1) merupakan model 4 langkah untuk melakukan
perubahan/perbaikan. Model ini berbentuk siklus tanpa akhir, sehingga harus
dilakukan secara berulang-ulang untuk perbaikan peningkatan mutu yang terus
menerus.
Gambar 1 Siklus PDSA
1. Plan (Merencanakan)
a. Identifikasi peluang
2. Do (Melaksanakan/menguji coba)
3. Study (Mengevaluasi)
4. Act (Bertindak)
Khusus untuk pengukuran, validasi dan analisis data dari indikator mutu yang
ditetapkan, monitoring dilakukan oleh Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien secara berkala (seminggu sekali) ke unit-unit kerja yang
menjadi area pengukuran indikator mutu, baik untuk tingkat rumah sakit maupun
tingkat unit.
IX. PENUTUP
Perbaikan mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan berdasarkan data, dimana
data tersebut dapat dipergunakan secara efektif bila praktik-praktik klinis dan
manajemen yang telah terbukti dilaksanakan dalam konteks yang lebih luas. Upaya
terus menerus merencanakan, merancang, mengukur, menganalisis dan
meningkatkan proses klinis maupun manajerial harus diatur dengan baik dan
membutuhkan kepemimpinan yang jelas agar dicapai hasil maksimal.
Pendekatan ini telah memperhitungkan fakta bahwa sebagian besar proses
perawatan klinis melibatkan lebih dari satu unit dan dapat melibatkan banyak
individu. Pendekatan ini juga memperhitungkan bahwa sebagian besar masalah klinis
dan manajerial itu saling berhubungan.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan proses tersebut harus dipandu
dengan kerangka kerja yang menyeluruh baik bagi kegiatan manajemen maupun
kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan mutu di rumah sakit, juga dipantau oleh
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Ditetapkan di Lhokseumawe
Pada Tanggal, Desember 2021
Direktur Rumah Sakit TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE