Anda di halaman 1dari 36

ADAPTASI FISIOLOGI

KEHAMILAN TRIMESTER 3 DAN


KOMPLIKASI YANG DAPAT
TERJADI PADA KEHAMILAN
TRIMESTER 3
About HERLINA
Presented by Group 3 :
NEVI SENI MELANI

Us LIA NIRMALA NEVIYAH AMBAR ARUM

LUSI KRITLINA NINA AINUN

METY KURNIAWATI
ADAPTASI FISIOLOGIS SEMESTER 3
Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai
oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua, yang
berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan
hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin
berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian
besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin
yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 g/hari
pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35
g/hari pada usia gestasi 34 minggu
Kehamilan

a. Pengertian kehamilan
Kehamilan dimulai dari fertilisasi dan dilanjutkan dengan nidasi sampai lahirnya janin. Kehamilan normal
berlangsung selama 40 minggu. Kehamilan terbagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester kesatu dimulai dari
konsepsi sampai 12 minggu, trimester kedua dimulai dari 13-27 minggu, dan trimester ketiga dimulai dari
28-40 minggu
b. Perubahan fisiologis pada kehamilan
1) Sistem reproduksi
2) Payudara
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem hematologis
5) Sistem urinaria
6) Sistem pencernaan
SLIDESMANIA
LANJUTAN….....

7) Sistem musculoskeletal
8) Peningkatan berat badan
9) Sistem Integumen
SLIDESMANIA
d. Kebutuhan dasar ibu hamil

Menurut Kemenkes RI (2012), kebutuhan ibu dalam kehamilan antara lain :


1) Nutrisi
2) Istirahat
3) Pakaian
4) Kebersihan tubuh
5) Stimulasi bagi pekembangan otak janin
6) Perawatan payudara
7) Kebutuhan seksual
8) Senam hamil
SLIDESMANIA

9) Persiapan persalinan
LANJUTAN....

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin

Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan,


bentuk janin, diferensiasi dan fungsi organ-organ yang dibentuk.
Akan tetapi makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui
plasenta (ari-ari) mempuyai peranan yang sangat penting untuk
menunjang potensi keturunan ini
LANJUTAN....

Perkembanan janin pada trimeser 3 (28 sampai 40 minggu)


Minggu Ke-28

Pada janin laki-laki testis akan turun ke kantung


skrotum. Jaringan otak berkembang. Sekarang janin
dapat bermimpi. Sekarang rahim mencapai 4 jari di
atas tali pusat Ibu. Panjangnya sekitar 38 cm dan
beratnya mencapai 1000 gram.
LANJUTAN.....

Minggu Ke-32

Janin berada dalam posisi kepala di bawah sampai nanti lahir.


Janin akan tetap menendang, gerakan rata-rata sehari meningkat
375 perhari, tapi anda tidak akan merasakn semuanya. 10 gerakan
sehari sudah normal. Panjang janin sekitar 43 cm dan beratnya
mencapai sekitar 1800 gram. Paru-paru berkembang dan dapat
mendukung kehidupannya.
LANJUTAN....

Minggu Ke-36

Panjang janin mencapai 46 cm, berat 2500 gram. Janin


menambah berat badan cukup banyak, 700 gram. Hal ini
disebabkan lemak telah bertumpuk di bawah kulit dan sekitar bahu.
Mulai dari minggu ini janin sudah mempunyai ukuran dan
kematangan yang siap untuk lahir. Jika janin lahir pada minggu ini
janin lahir prematur tetapi akan baik saja. Pada bulan terakhir
kehamilan ini janin akan mendapat antibody dari Ibunya seperti
campak.
LANJUTAN.....

Minggu Ke-39-40

Sekarang kehamilan telah mencapai periode penuh. Panjang janin


sekitar 50 cm dan berat mencapai 3300 gram. Bayi laki-laki sekitar 100
gram lebih berat dari bayi perempuan. Bulan ini merupakan sentuhan akhir
yang penting. Pertubuhan dan perkembangan utuh telah tercalpai janin
bulat sempurnal, dada dan kelenjar payudara menonjol, perkembangan
jenis kelamin sempurna. Tali pusat telah melakukan tugasnya dengan
sempurna panjang normal 50-65 cm. Panjang kepala bokong 36 cm. Berat
badan tergantung pada sejumlah variabel, rata-rata 7,5 pon.
Komplikasi pada Kehamilan
Kasus gawatdarurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin
dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat
disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul
secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
danmanajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau,
2006)
Komplikasi pada Kehamilan
Trimester III
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Pre-Eklampsia
Eklampsia
Gemelli
Serotinus
Oligohidramnion
Ketuban Pecah Dini
Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir
(prae= di depan; vias = jalan). Jadi plasenta yang
implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum (Wahyu, 2013).
1. Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan
risiko terjadinya plasenta previa misalnya bekas operasi rahim (bekas sesaratau operasi mioma, sering
mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, kelainan bawaan
rahim. Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang
baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baik vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa
ditemukan pada : Multipara, terutama jika jarak antara kehamilan pendek, Mioma uteri, Kuret yang
berulang, Umur lanjut dan Bekas seksio sesarea (Wahyu, 2013).

2. Faktor Risiko
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya plasenta previa yaitu umur, banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan
(paritas), hipoplasia endometrium, korpus luteum bereaksi lambat, tumor-tumor (seperti mioma uteri,
polip endometrium, dan manual plasenta, kehamilan kembar, serta riwayat plasenta previa sebelumnya
seperti Umur, Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas), Riwayat kehamilan sebelumnya.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa
adalah :
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup (Fauziyah, 2012).
Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal
dari uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia
kehamilan (masa gestasi) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr
Etiologi

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian,
beberapa hal di bawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara
lain sebagai berikut :
1. Hipertensi esensial atau pre eklampsi.
2. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3. Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendangan anak yang sedang di gendong.
4. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5. Uterus yang sangat kecil.
6. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun)
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
8. Mioma uteri.
9. Defisiensi asam folat
10. Merokok, alkohol, dan kokain
11. Perdarahan retroplasenta
12. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat pelayanan kesehatan
tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya
dan secepat-cepatnya. Mengingat komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan banyak
dan syok berat hingga kematian, atonia uteri, kelainan pembekuan darah dan oliguria.
Maka sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit. Dalam melakukan rujukan, bidan dapat memberikan
pertolongan darurat dengan :
1. Memasang infus
2. Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3. Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4. Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5. Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalam pemberian
pertolongan pertama.
Preeklampsi-Eklampsia
Preeklampsia yaitu penyakit yang terjadi di dalam kehamilan dan muncul
setelah umur kehamilan 20 minggu gestasi, ditandai dengan gejala hipertensi,
edema, proteinuria. Preeklampsia disebabkan oleh banyak faktor dan jika
tidak segera ditangani akan menimbulkan eklamsia atau kejang (Wahyuni,
2013).
Etiologi

Sampai saat ini terjadinya preeklampsia-eklampsia belum diketahui


penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi
pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab
dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk
terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar
untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan,
riwayat kehamilan, riwayat preeclampsia. (Wardani et all, 2015)
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,
tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit
ini, antara lain:
1. Teori Genetik
2. Teori Imunologik
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
4. Teori Radikal Bebas
5. Teori Kerusakan Endotel
6. Teori Trombosit
7. Teori Diet Ibu Hamil
Faktor Risiko
1. Riwayat Preeklampsia . Ibu dengan riwayat preeklampsia berisiko besar mengalami kembali
preeklampsia sebanyak tujuh kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah mengalami
preeklampsia (Robson, 2011)
2. Usia. Usia ibu sangat berperan dalam menentukan tingkat kematangan pribadi dan fisik seorang
ibu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2013) usia yang tergolong usia ideal dengan
kematangan mental dan fisik yang optimal yaitu ibu yang berumur 20-35 tahun
3. Paritas. Pada kehamilan pertama atau primigravida, pembentukan antibodi penghambat (blocking
antibodies) terhadap antigen plasenta belum sempurna (akan sempurna pada kehamilan
berikutnya). Sehingga primigravida meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia daripada
multigravida (Rukiyah, 2010)
4. Riwayat hipertensi. Hipertensi yang diderita pada kehamilan sebelumnya sudah mengakibatkan
gangguan atau kerusakan pada organ penting tubuh dan ditambah lagi dengan adanya kehamilan
maka kerja tubuh akan bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan
yang lebih berat lagi dengan timbulnya edema dan proteinuria (Wiknjosastro, 2005)
5. Penyakit diabetes. Wanita dengan diabetes mellitus saat hamil memiliki risiko preeklampsia seiring
dengan perkembangan kehamilan (Taber, 2008). Ginjal memegang peranan penting dalam
mengatur tekanan darah. Apabila ginjal mengalami gangguan, fungsi pengendalian tekanan darah
juga akan terganggu (Yulianti & Maloedyn, 2006).
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan preeklampsia
2. Monitor tekanan darah 2x sehari dan cek protein urin rutin
3. Pemeriksaan laboratorium darah (Hb, Hct, AT, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT) dan urin rutin
4. Monitor kondisi janin
5. Rencana terminasi kehamilan pada usia 37 minggu. Atau usia < 37 minggu bila kondisi janin
memburuk, atau sudah masuk dalam persalinan/ ketuban pecah dini (KPD).
6. Penatalaksanaan preeklampsia berat
7. Stabilisasi pasien dan rujuk ke pusat pelayanan lebih tinggi
8. Prinsip manajemen preeklampsia berat:
9. Monitor tekanan darah, albumin urin, kondisi janin, dan pemeriksaan laboratorium
10. Mulai pemberian antihipertensi
11. Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin (oral short acting), hidralazine dan
labetalol parenteral. Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah nitogliserin, metildopa,
labetalol
12. Mulai pemberian MgSO4 (jika gejala seperti nyeri kepala, nyeri uluhati, pandangan kabur).
Loading dose beri 4 gram MgSO4 melalui vena dalam 15-20 menit. Dosis rumatan beri MgSO4 1
gram/jam melalui vena dengan infus berlanjut.
13. Rencana terminasi pada usia kehamilan 34-37 minggu. Atau usia kehamilan <34 minggu bila
terjadi kejang, kondisi bayi memburuk, edema paru, gagal ginjal akut
Gemelli
Kehamilan kembar dapat didefinisikan sebagai kehamilan dimana 2 atau
lebih embrio terbentuk secara simultan.Kehamilan kembar terjadi 1% dari
seluruh kehamilan.
Etiologi

Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua ovum yang berbeda yaitu
kembar ovum-ganda, dizigotik, atau fraternal. Sekitar sepertiga janin kembar
berasal dari satu ovum yang dibuahi, kemudian membelah menjadi dua struktur
serupa, masing-masing berpotensi berkembang menjadi individu terpisah, yaitu
kembar ovum tunggal, monozigotik, atau identik. Salah satu atau kedua proses
tersebut mungkin berperan dalam pembentukan kehamilan multijanin lainnya.
Serotinus
Menurut Manuaba (2009), kehamilan lewat waktu atau yang disebut juga
kehamilan serotinus, prolonged pregnancy, atau post-term pregnancy adalah
kehamilan dengan usia kehamilan telah lebih dari 42 minggu lengkap mulai
dari hari menstruasi pertama.
Etiologi
1. Menurut Sastrawinata (2010), ada beberapa hal yang berpengaruh
terhadap kejadian serotinus, antara lain sebagai berikut:
2. Faktor potensial. Adanya hormon adrenokortikotropik (ACTH) pada
fetus atau defisiensi enzim sulfatase plasenta. Kelainan sistem saraf
pusat pada janin sangat berperan, misalnya pada keadaan anensefal.
3. Semua faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik faktor ibu,
plasenta maupun anak. Kehamilan terlama adalah 1 tahun 24 hari
yang terjadi pada keadaan dengan anensefal.
Faktor risiko yang diketahui untuk kehamilan serotinus adalah ibu
dengan kehamilan serotinus sebelumnya, dan apabila ibu melahirkan
anak perempuan maka anak perempuannya tersebut memiliki risiko dua
hingga tiga kali lipat untuk mengalami kehamilan serotinus. Nulliparitas
dan ibu dengan indeks masa tubuh ≥25 sebelum kehamilan juga
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kehamilan serotinus
(Cuningham, 2012).
Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang
baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan
antara janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim
(Sastrawinata, dkk, 2004)
1. Etologi

Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa


keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan
dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis (Khumaira,
2012:188). Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah
secara bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia gestasi tersebut.
Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau kehilangan cairan yang
meningkat ketuban pecah dini menyebabkan 50 % kasus oligohidramnion,
penurunan produksi cairan amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan
menurunkan keluaran ginjal janin obstruksi pintu keluar kandung kemih atau
uretra akan menurunkan keluaran urin dengan cara sama (Rukiyah dan Yulianti,
2010:232).
Faktor Risiko
1. Dari sudut maternal Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali
akibat persalinannya oleh karena:
2. Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi
3. Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria. Dengan demikian komplikasi
maternal adalah trias komplikasi persalinan dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan
perlukaan jalan lahir.
4. Komplikasi terhadap janinya
5. Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung terhadapat janinnya:
6. Deformitas janin adalah: Leher terlalu menekuk-miring, Bentuk tulang kepala janin
tidak bulat, Deformitas ekstermitas, Talipes kaki terpelintir keluar
7. Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress
8. Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan dikeluarkannya
mekonium semakin mengentalkan air ketuban
9. Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi kesulitan bernapas
karena paru-paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru
10. Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya menyebabkan kematian janin intrauterin
Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran
spontan cairan dari kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda
inpartu
Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. secara garis
besar KPD dapat terjadi karena lemahnya selaput ketuban, di mana terjadi abnormalitas
berupa berkurangnya ketebalan kolagen atau terdapatnya enzim kolagenase dan protease
yang menyebabkan depolimerisasi kolagen sehingga elastisitas dari kolagen berkurang.
Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curetage)
3. Trauma misalnya hubungan seksual saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3 kali
seminggu, pemeriksaan dalam dan amniosintesis
4. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah
6. Usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun. (Taher, 2021)
Faktor Risiko
Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi :
1. Usia
Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia
seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ
reproduksinya sudah mulai berkuarng kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima
kehamilan (Sudarto, 2016)
2. Sosial Ekonomi
Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status
kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan
seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
3. Paritas
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara mempengaruhi proses
embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya. KPD
lebih sering terjadi pada multipara, karena penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya
jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang
lalu (Nugroho, 2010).
Thank You

Anda mungkin juga menyukai