Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PEMANTAUAN IBU HAMIL RESIKO TINGGI

DI PUSKESMAS CIKALONG TAHUN 2018

DIBUAT OLEH SUSIANA AM.Keb


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin


lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang
mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat
mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada
dapat dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema
tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun
bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan terutama
bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi.
Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda
Hartman yaitu akibat proses nidasi blastosis ke endometrium yang
menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan
tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu
abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa

Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat


mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan
yang dihadapi. kehamilan risiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi
serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas
akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang
dikandungnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar kelompok dan pembaca dapat memahami konsep dasar dari


kehamilan resiko tinggi.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi pengertian kehamilan risiko tinggi.

b) Mengidentifikasi faktor kehamilan risiko tinggi.

c) Mengidentifikasi cara menentukan kehamilan risiko tinggi.


d) Mengidentifikasi tentang penatalaksanaan kehamilan risiko
tinggi.

e) Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada


kehamilan resiko tinggi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Kehamilan (gestasi) adalah kondisi seorang ibu dengan perkembangan


janin yang ada di dalam perutnya. Kehamilan biasanya merupakan
peristiwa bahagia. Namun, beberapa komplikasi pengalaman yang terjadi
pada perempuan selama ataupun sebelum kehamilan akan mengancam
kesejahteraan ibu dan bayi. Setiap kehamilan memiliki risiko. Karena itulah
menjelang hamil, seorang calon ibu perlu menyiapkan kondisinya secara
istimewa.

Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir


dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita
hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang
wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida
1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

Dalam masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi


menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda
dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi
keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa
triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa.
Triwulan ke-3 menandakan awal ‘viabilitas‘, yang berarti janin dapat tetap
hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi


budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan
ke-3 adalah sebuah pribadi hidup yang baru.

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan


terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan
dan nifas normal.

Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung


pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu
sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan
organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan
bayi dalam kandungan akan berjalan baik.
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah
medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya
disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai
kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut
primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil
dikenal sebagai gravida.

Masa kehamilan biasanya terbagi dalam periode, yang dikenal sebagai


triwulan, yaitu :

1. Triwulan I : berlangsung hingga minggu kehamilan ke-13.

Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang cepat. Pada masa ini
risiko keguguran juga termasuk tinggi.

Dari Zigot menjadi Embrio

Zigot adalah sebuah kumpulan sel yang terbagi hingga mencapai 100
sel, yang kemudian disebut dengan blastocyst, yaitu bagian dalam dari sel
yang mana akan membentuk embrio. Sementara bagian luar dari sel akan
membentuk plasenta yang kemudian memberikan nutrisi dan kehidupan
bagi janin.

Tiga minggu sebelum terjadinya kehamilan, blastocyst akan melekat


pada dinding rahim ibu, dan kemudian melepaskan hCG. Hal ini akan
terjadi hanya beberapa hari setelah pembuahan. Dokter kandungan
biasanya akan mulai menghitung masa 40 minggu kehamilan, dari tanggal
hari pertama haid ibu yang terakhir (walaupun biasanya pembuahan sering
terjadi 2 minggu setelahnya, yaitu masa subur ibu).

Pada usia 5 minggu, otak, sumsum tulang belakang, jantung dan


beberapa organ lainnya mulai terbentuk. Saat ini embrio dibentuk dari 3
lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Setiap jaringan dan
organ janin akan dibentuk dari 3 lapisan ini. Ectoderm akan membentuk
sistem saraf dan tulang belakang, mesoderm akan membentuk jantung dan
sistem peredaran darah, dan endoderm akan membentuk paru – paru,
sistem pencernaan, kelenjar tiroid, hati, dan pankreas. Sementara itu,
plasenta dan tali pusar mulai terbentuk, dimana tali pusar akan berfungsi
untuk mengirimkan nutrisi dan makanan untuk embrio yang masih
berkembang.

Walaupun saat ini embrio masih seukuran biji beras, ibu hamil akan
mulai merasakan tanda-tanda awal kehamilan seperti mual muntah di pagi
hari, sering buang air kecil, mengantuk, dan keinginan untuk suatu jenis
makanan. Payudara mulai terasa membesar, dan lebih lembek. Beberapa
ibu bahkan mulai bertambah berat badannya. Tetapi pada umumnya,
karena mual muntah, berat badan akan menurun. Pada masa inilah
biasanya ibu mulai berkunjung ke dokter kandungan, dan pada minggu
kelima ini, USG sudah dapat menangkap detak jantung janin.

Ibu harus extra hati – hati pada trimester pertama ini, karena saat
inilah organ – organ utama janin mulai dibentuk. Sebaiknya ibu
menghindari minum alkohol, obat – obatan tanpa pengawasan dokter,
kafein, dan rokok. Ibu juga dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi,
berolahraga ringan secara teratur dan mengkonsumsi vitamin untuk
memperkuat janin yang biasanya berupa asam folat

Dari embrio menjadi janin

Pada minggu – minggu terakhir trimester 1, embrio mulai memiliki


bentuk seperti struktur wajah dan tunas yang kemudian membentuk
tangan dan kaki.

Pada minggu ke 8, embrio kemudian menjadi janin. Organ – organ


tubuh seperti ginjal, hati, paru – paru dan otak mulai berfungsi. Jari – jari
mulai berbentuk demikian juga alat kelamin (yang belum dapat terlihat
karena belum berbentuk penis ataupun vagina).

2. Triwulan II : berlangsung dari minggu ke-14 hingga minggu


kehamilan ke-27

Pada trimester 2 inilah banyak terjadi perubahan dalam dirinya. Mual


– muntah di pagi hari mulai hilang, rasa malas dan lemas tidak lagi
dirasakan. Kesimpulannya, banyak yang merasakan dirinya kembali sehat
pada trimester 2 ini. Napsu makan mulai kembali, bahkan mungkin
menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Namun ada banyak juga wanita
hamil yang pada trimester 2 ini mulai sering merasakan nyeri lambung
(sakit maag).

Walaupun saat ini ukuran janin hanya beberapa centimeter (masih


sangat kecil), namun perut ibu mulai bertambah besar. Kelenjar susu pada
payudara ibu mulai bekerja untuk produksi susu. Pada trimester inilah,
payudara ibu mulai memproduksi cairan kekuningan yang kaya nutrisi
untuk bayi, yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum akan menjadi
makanan pertama begitu bayi lahir hingga beberapa hari setelahnya.
Sekarang janin sudah mulai bergerak dan menendang, namun ibu
belum dapat merasakannya. Ukuran kepala janin yang semula jauh lebih
besar dari tubuhnya, sekarang mulai mengecil dan menjadi lebih
proporsional. Saat ini janin memiliki rambut tipis dan halus, tumbuh di
seluruh tubuhnya yang disebut dengan lanugo. Ginjal janin dan saluran
kemih mulai memproduksi air kemih yang kemudian dikeluarkan ke air
ketuban. Sel – sel darah merah pun mulai diproduksi.

Minggu ke-15, ukuran janin kurang lebih 10-13 cm dengan berat


sekitar 200 gram. Walaupun kelopak matanya masih menutup, namun ia
mulai sensitif terhadap sinar yang dapat tertangkap oleh matanya.
Terkadang, dokter kandungan sudah dapat melihat jenis kelamin janin
melalui USG saat ibu melakukan kunjungan di minggu ke 15 atau 16 ini.2

Antara minggu ke 16 dan 20, janin mulai dapat mendengar suara dari
luar rahim ibunya, bahkan dapat mengenali suara ibunya sendiri.
Wajahnya pun sudah dapat melakukan bermacam – macam ekspresi seperti
meringis, merengut, tersenyum, dan lain – lain. Kepalanya mulai tumbuh
rambut, tengkorak-nya pun mulai mengeras, dan jutaan syaraf kecil pada
otaknya mulai memerintahkan otot untuk bergerak. Organ reproduksi-nya
mulai terlihat jelas. Di akhir minggu ke 19 atau 20, ibu mulai dapat
merasakan tendangan kecil pada dinding rahim.

Beberapa wanita hamil terlihat lebih cerah dan “bersinar”. Hal ini
mungkin disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke wajah ibu. Banyak
pula ibu hamil yang pada perut bagian bawahnya timbul garis – garis
hitam. Garis – garis hitam ini timbul karena adanya peningkatan pada
pigmen kulit atau melanin, yang biasanya akan hilang setelah melahirkan.
Pada beberapa wanita juga akan timbul stretchmark yang biasanya juga
akan hilang setelah melahirkan.

Pada minggu ke-20, panjang janin sekitar 15 – 17 cm, dengan berat


hampir 1 kg. Sistem pencernaannya mulai berfungsi lebih banyak dan
memproduksi mekonium. Tubuhnya diselimuti dengan semacam cairan
kental berwarna putih yang disebut vernix caseosa, dimana cairan ini
berguna untuk melindungi kulitnya dari air ketuban di dalam rahim ibu.

Untuk melatih sistem pencernaan dan paru – parunya, janin mulai


dapat menelan dan “menghirup” air ketuban. Paru – parunya akan
memproduksi suatu zat yang disebut surfactant, dimana zat ini akan
membuat kantung udara dalam paru – parunya mengembang begitu ia
dilahirkan ke dunia.
Saat ini, kemungkinan besar wajah ibu hamil akan timbul jerawat,
karena kulitnya memproduksi minyak lebih banyak. Pada beberapa kasus
juga timbul varises pada kaki ibu. Perubahan lain yang dialami ibu hamil
saat ini adalah payudara yang semakin membesar, perubahan warna kulit,
sakit maag, dan kesulitan buang air besar.

Minggu 27 adalah minggu terakhir dari trimester kedua. Saat ini, janin
telah tumbuh hingga 35 cm dengan berat sekitar 1 kg. Tubuhnya sudah
terlihat seperti bayi yang baru lahir. Jika terpaksa dilahirkan pada masa
ini, ia sudah mempunyai kemungkinan untuk hidup walaupun akan
menghadapi banyak masalah bersangkutan dengan kesehatannya.

3. Triwulan III : berlangsung dari minggu ke-28 hingga masa


kelahiran

Dalam masa 12 minggu ke depan, perkembangan janin di dalam


rahim akan mencapai kesempurnaan, dan bersiap – siap untuk menjalani
proses kelahiran. Panjang badannya kurang lebih 40 cm dengan berat
badan sekitar 1,5 kg. Tubuhnya mulai berisi karena terbentuknya lemak di
bawah kulitnya. Lemak yang terbentuk ini akan membantu janin dalam
mengatur suhu tubuhnya begitu ia dilahirkan. Otak-nya sekarang lebih
besar dan lebih terstruktur, demikian juga tengkorak kepala-nya yang
mulai menyesuaikan dengan pertumbuhan otak.

Seiring dengan pertumbuhan janin, perut ibu mulai semakin


membesar dan berbagai rasa tidak nyaman akan muncul. Mungkin ibu
hamil akan merasa kesulitan untuk tidur (insomnia). Adanya tekanan pada
diafragma ibu membuatnya sering sesak napas. Ini juga akibat dari perut
yang membesar dan menekan organ – organ pencernaan ke atas dan tentu
saja membuat ibu menjadi semakin tidak nyaman. Ibu juga akan
merasakan pegal pada punggung dan kakinya, juga keinginan untuk buang
air kecil yang semakin sering karena pertumbuhan janin yang semakin
besar kini semakin menekan kandung kemih.

Kebanyakan, pada trimester 3, otot – otot pada dinding rahim ibu


hamil mulai melakukan “latihan” kontraksi yang disebut kontraksi palsu
atau kontraksi braxton hicks. Terkadang kontraksi ini dirasa sangat
kencang sehingga ibu mengira sudah mengalami proses persalinan.
Kontraksi palsu ini hanya berlangsung sesekali dan tidak memiliki interval
yang sama. Jika posisi ibu dirubah, kontraksi palsu kadang akan hilang
dengan sendirinya. Berhati – hatilah akan adanya kelahiran prematur jika
pada trimester 3, terjadi kontraksi yang dianggap palsu, namun terjadi
secara teratur dan semakin kencang.
Pada minggu ke 32, janin sudah dapat menggerakkan bola matanya
dan dapat membedakan gelap dan terang. Saat ini, penambahan berat
badan bayi berlangsung lebih cepat yaitu sekitar 200 hingga 250 gram per
minggu. Sekarang ukuran janin sudah mencapai kurang lebih 45 cm.
Rambutnya sudah mulai melebat, dan ia juga sudah memiliki kuku pada
jari – jari tangan dan kakinya.

Rahim ibu mulai terasa sesak baginya, sehingga gerakan janin tidak
leluasa seperti sebelumnya. Tendangan – tendangannya mulai terasa lebih
kencang daripada sebelumnya, dan terkadang membuat perut ibu berubah
bentuk karena posisi janin yang berubah – ubah dan terus bergerak.

Pada minggu ke 35, panjang janin mencapai antara 47-50 cm dengan


berat kurang lebih 2,5 hingga 3 kg. Rambut halus di sekujur tubuhnya
perlahan – lahan mulai rontok. Cairan kental berwarna putih yang
melindungi tubuhnya dari air ketuban juga mulai menghilang. Seluruh
organ tubuh janin semakin mendekati sempurna.

Biasanya pada bulan terakhir di trimester 3, dokter kandungan


meminta ibu untuk datang tiap seminggu sekali sampai saatnya
melahirkan. Normalnya, pada minggu ke 35 kepala janin sudah berada di
bawah, dan semakin mendekati jadwal kelahirannya, kepala janin akan
menempati posisi engaged pada jalan lahir (terkunci pada jalan lahir).
Karena posisi “terkunci” ini lah, kadang ibu merasakan sakit
pada selangkangan dan pangkal paha jika sedang berjalan. Ibu hamil pun
mungkin sudah dapat lebih lega dalam bernapas, tidak sesak seperti
sebelumnya karena posisi janin sudah turun ke jalan lahir.

Walaupun jadwal kelahiran biasanya ditetapkan pada 40 minggu,


namun mulai minggu ke 37 sebenarnya janin sudah sempurna dan dapat
dilahirkan dengan sehat. Panjangnya mungkin sudah mencapai 50 cm atau
lebih dengan berat normal sekitar 2,8 hingga 3,3 kg.

Minggu ke 40 adalah masa yang sesuai dengan perhitungan tanggal


kelahiran (due-date). Namun sedikit sekali ibu yang melahirkan tepat dan
sesuai dengan tanggal perkiraan kelahiran. Kebanyakan melahirkan
beberapa hari lebih cepat atau lebih lambat. Namun jika hingga minggu ke
42 ibu belum juga melahirkan, biasanya dokter kadungan akan
menggunakan metode induksi untuk memancing kontraksi agar janin
dilahirkan. Hal ini karena takut terjadi keracunan air ketuban bagi janin
yang sudah melewati jadwal perkiraan lahir.

B. Antenatal Care
Pengertian Antenatal Care /Asuhan antenatal adalah suatu program
yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang
aman dan memuaskan.

Tujuan Antenatal Care :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan


ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan janin.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Kunjungan Ante Natal Care ( ANC )

1. Kunjungan antenatal care ( ANC ) sebaiknya dilakukan 4 kali


selama kehamilan, yaitu :

1 kali pada trimester pertama, yaitu :

1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga


suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.
2) Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat
mengancam jiwa.
3) Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya ).

1 kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 ),yaitu


1) Sama seperti kunjungan pada trimester pertama.
2) Perlu kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia, pantauan
tekanan darah, periksa protein urine dan gejala yang lainnya.
2. kali pada trimester ketiga, yaitu :

1) Sama seperti kunjungan sebelumnya.

2) Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan


ganda.

3) Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran


di Rumah Sakit.

2. Asuhan Standar minimal 7T, yaitu

1. Timbang berat badan,


2. Mengukur Tekanan darah
3. Ukur Tinggi fundus uteri (TFU),

1) Mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh


kembang janin.
2) Untuk mengetahui usia kehamilan.
3) Pada kehamilan diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita
ukur (cm).
4) Jika usia kehamilan kurang dari 20 minggu menggunakan petunjuk-
petunjuk badan.

Pemberian imunisasi TT lengkap

1) TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.


2) TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
3) TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
4) TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
5) TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun /
seumur hidup.

1. Pemberian Tablet Fe
1) Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.
2) Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.
3) Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
4) Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.

1. Tes terhadap penyakit menular seksual, dan


2. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan


langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah
satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu. Skrining
pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko
dari kelompok dengan faktor resiko.

Riko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan
ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang
masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan
skrining berulang, secara periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai
hamil genap enam bulan.

Tujuan Skrining antenatal :

1. Melakukan Deteksi dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor
resikonya.
2. Menemukan ibu risiko tinggi dengan pengertian kemungkinan
terjadinya risiko kematian/kesakitan ibu
3. Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam
keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untukpersiapan mental, biaya
dan transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan
tempat dan penolong menuju persalinan aman.
4. Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara
memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada
ibu hamil.

C. Kehamilan Resiko Tinggi

Berbagai faktor yang menyebabkan ada perempuan yang tergolong


sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya yang lebih besar
pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini yang bisa
menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat
menimbulkan kematian pada ibu dan janin. Adapun kehamilan yang
memiliki risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan
maupun persalinan bila dibandingkan dengan Ibu hamil yang normal yang
disebut dengan kehamilan resiko tinggi.

Kehamilan risiko tinggi dibagi dalam 4 golongan :

1. 1. Penyakit yang menyertai kehamilan


1. Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal
misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam darah
dan tingginya kadar protein dalam urin.
2. Inkompatibilitas darah atau ketidaksesuaian golongan darah
misalnya pada janin dan ibu yang dapat menyebabkan bahaya
baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus.
3. Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula
4. Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak
memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan
melahirkan.
5. Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan
pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya perdarahan
yang lama yang dapat mengancam jiwa.
6. Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat membahayakan
ibu dan janin.
7. 2. Penyulit kehamilan
1. Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya
yaitu kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini
merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting.
2. Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada
hamil muda yang disebabkan oleh abortus atau
keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar
kandungan dan hamil mola, maupun perdarahan pada
triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan oleh
plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi
atau melekat tidak normal dalam kandungan dan solutio
plasenta atau pelepasan plasenta sebelum waktunya.
3. Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya
kehamilan, misalnya hidramnion atau cairan ketuban
yang banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan
gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan.
4. Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia
kehamilan lebih dari 42 minggu.
5. Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio
sesarea.
6. 3. Riwayat obstetris yang buruk
1. Kematian anak pada persalinan yang lalu atau
anak lahir dengan kelainan congenital (cacat
bawaan)
2. Satu atau beberapa kali mengalami partus
prematurus atau melahirkan belum pada
waktunya.
3. Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi
berulang kali dan berturut-turut terjadi, sekurang-
kurangnya 3 kali berturut-turut.
4. Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu
tidak merencanakan untuk menunda kehamilan
dengan cara apapun, tapi selama 5 tahun tidak
hamil.
5. 4. Keadaan ibu secara umum
1. Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
2. Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko
tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih
dari 4 orang anak.
3. Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus
atau ibu yang terlalu gemuk.
4. Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang
dari 145 cm.
5. Bentuk panggul ibu yang tidak normal.
6. Jarak antara dua kehamilan yang terlalu
berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.
7. Ibu yang tidak menikah, berhubungan
dengan kondisi psikologis
8. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
9. Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.

D. Komplikasi Kehamilan Resiko Tinggi

Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa


terjadi pada janin maupun pada ibu. Antara lain :

1. 1. Bayi
1. Bayi lahir belum cukup bulan.
2. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3. Janin mati dalam kandungan.
4. 2. Ibu
1. Keguguran (abortus).
2. Persalinan tidak lancar / macet.
3. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
4. Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
5. Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan


resiko tinggi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
penyakit dan efek yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu
hamil tersebut selama kehamilannya. Jika perlu dilakukan pemeriksaan
tambahan agar dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan atau
perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan.

E. Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi

Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-


beda tergantung dari penyakit apa yang sudah di derita sebelumnya dan
efek samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan.tes
penunjang sangat diharapkan dapat membantu perbaikan dari pengobatan
atau dari pemeriksaan tambahan.

Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan


yang harus melakukan pengawasan yng intensif, misalnya dengan
mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal. Konsultasi diperlukan dengan
ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam dan ahli kesehatan
anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara berbagai ahli.
Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu dipertimbngkan
oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan induksi
persalinan atau tidak.

F. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi

Pendekatan risiko pada ibu hamil merupakan strategi operasional


dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian
melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan
yang lebih intensif kepada risiko ibu hamil dengan cepat serta tepat, agar
keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk itu
diperlukan skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan
untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko pada ibu hamil tersebut.

Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui


skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara pro/aktif pada semua ibu
hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau
nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader
Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.

Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu


hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan
aman. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk
persiapan mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai
dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan
Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah,
maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian
ibu, yaitu :

1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi


2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat
secara memadai

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Darah

Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda dinyatakan


positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi
virus tertentu atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan
untuk pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang
tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki
bayi dengan Down Syndrom.

2. Alfa Fetoprotein (AFP)

Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah
untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18
kehamilan. Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi
menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida
(perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali
(tidak terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar
MSAFP yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi
dengan berat lahir rendah.

3. Sampel Chorion Villus (CVS)

Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan


berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk
memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk
mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya
kelainan pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista,
thalasemia, dan sindroma Down.

4. Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan strukturapada janin,
seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang.
Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh
faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan.
Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi
plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh
cacat yang diderita janin.

Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan


kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui
lewat USG.

5. Amiosentesis

Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35


tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama
untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak.
Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui
dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-
bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang
susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini
dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion
ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu
sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil
biakan tersebut.

6. Sampel darah janin atau cordosentesis

Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil
jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan
USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes
ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen
tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada
darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.

7. Fetoskopi

Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati


atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang
digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen
sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan
menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-
lensa.
Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam
kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja
sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.

8. Biopsi Kulit Janin

Pemeriksaan ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB)


dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang
berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi
ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama
lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes ini
dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu.

H. Prognosis

Prognosis untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi tergantung pada


ringan beratnya penyakit yang dialami ibu. Ada beberapa kondisi yang
tidak memungkinkan untuk seorang ibu untuk hamil dikarenakan jika ibu
tersebut hamil maka akan membawa beresiko pada bayi yang
dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid, pada
penyakit ini glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang
tidak stabil, bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah dari
hormon thyroid yang abnormal dapat mnyebabkan masalah pada
kehamilan sehingga dapat mengganggu kesehatan bayi yang ada dalam
kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini dapat dibantu dengan
pengobatan.selama jumlah dari hormon thyroid masih dalam batas yang
terkontrol selama kehamilan maka tidak akan ada masalah selama
kehamilan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya.

Ada beberapa kondisi yang biasanya tidak berhubungan dengan


kehamilan tapi dapat timbul suatu kondisi yang dipicu oleh kehamilan itu
sendiri. Seperti asma, epilepsi, dan colitis ulcerative. Contohnya beberapa
ibu dengan riwayat cholitis ulcerative akan menunjukkan kondisi dengan
gejala yang lebih berat selama kehamilan, sementara yang lainnya ada juga
yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama kehamilan ataupun
dapat membaik selama kehamilannya . hal yang sama juga bisa dialami
oleh ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan mengalami perbaikan
selama kehamilannya, dan juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga
ada yang merasa tidak berpengaruh pada kehamilannya. Kondisi ini
memang sulit untuk diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti
mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian, pada intinya semua wanita
dengan penyakit kronik sebaiknya harus kontrol secara rutin selama
kehamilannya.

Ada beberapa kelompok dari kondisi medis yang dapat berdampak


langsung pada kehamilan. Wanita dengan lupus (penyakit yang disebabkan
perubahan pada sistem imun yang mengakibatkan peradangan pada
jaringan penyokong dan organ – organ) atau dengan penyakit ginjal
mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya. Kehamilan dapat
menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara signifikan
dan dapat menuju tingkat yang lebih serius. Oleh karena penyakit ini dapat
mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke
bayi melalui plasenta, hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi.
Bayi-bayi ini mungkin tidak dapat berkembang dan mengalami
pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi pertumbuhan intrauterin).
Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi lahir meninggal.

Diabetes adalah suatu kondisi dimana dapat terjadi karena


dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan itu sendiri. Diabetes dapat
menyebabkan keguguran, defek kelahiran, kematian pada bayi baru lahir.
Ketika seorang wanita mengontrol kadar gula dalam darahnya dengan hati-
hati dan mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan insulin, hal itu tidak
berarti menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya, kehamilan
membuat diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara keseluruhan, gula
darah dan kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani
kehamilan.

Ada beberapa hal yang dapat sedikit mengurangi komplikasi selama


kehamilan yaitu dengan sering berkunjung ke penyedia layanan kesehatan
dan hendaknya hati-hati terhadap obat-obatan, wanita dengan masalah
medis biasanya berusaha untuk melakukan pola hidup sehat, dan biasanya
kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat
menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita
dengan masalah medis itu harus mempertimbangkan risiko tersebut
sebelum memutuskan untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang
mendapatkan perawatan dari perinatologis selama kehamilan. Walaupun
kejadiannya jarang dalam kasus penyakit jantung berat, misalnya, risiko
ibu begitu tinggi untuk hamil sehingga ia tidak lagi harus
mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau dengan kata lain mutlak
tidak boleh hamil.
I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. 1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehantan
2. 1) Alasan masuk rumah sakit

2) Riwayat kesehatan sekarang: Jika pasien sadar tanyakan keluhan


yang dirasakan pasien saat ini dan tanyakan apakah pasien sering
memeriksakan kehamilan nya atau tidak.

3) Riwayat kesehatan yang lalu dan keluarga

– Tanyakan apakah keluarga penderita ada menderita penyakit


menular (AIDS, Hepatitis)

– Tanyakan apakah ada anggota keluarga menderita penyakit


keturunan (Hipertensi, DM)

4) Riwayat Aktivitas Sehari-hari

Kaji aktivitas dan kemampuan motorik (ADL), meliputi:

– Pemenuhan Nutrisi – Cairan : pola makan dan minum

– Pemenuhan Eliminasi : Oliguria < 400 ml/ 24 jam

– Tidur-istirahat : Kurang istirahat – tidur (cemas)

– Aktivitas : ada gangguan atau tidak

5) Data Psikologis, sosiologi dan spiritual: Tanyakan perasaan pasien


saat ini (sedih, cemas, takut), bagaimana kegiatan ibadahnya.

b. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum: Kaji tingkat kesadaran pasien.

2) Menimbang berat badan

3) Mengukur TTV

4) Kepala: lakukan pemeriksaan kepala (nyeri kepala)

5) Muka: kaji keadaan edema wajah


6) Mata: adanya gangguan penglihatan

7) Telinga: gangguan pendengaran

8) Hidung: Mukosa, bentuk hidung

9) Mulut dan faring: Kaji kondisi mulut

10) Leher: Pembengkakan, Nyeri pada leher

11) Thoraks paru: Pneumonia/ edema paru pada ibu hamil akibat
kelanjutan edema anasarka. Jantung: Dekom

12) Abdomen: Nyeri ulu hati, bising usus tidak normal, cepat/ lambat.
Mengukur tinggi fundus.

13) Ekstrimitas: edema

14) Sistem integumen: turgor kulit jelek

1. 2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi
glomerulus.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, mual muntah
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d aliran darah keotak
menurun
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
tentang penyakitnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi


terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut
embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).
Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida
atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai
gravida

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan


terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan
dan nifas normal.

Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat


bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin.
Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-
bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan
perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik.

B. Saran

Dalam penulisan makalah yang berjudul asuhan keperawatan resiko


tinggi dan komplikasi pada kehamilan, kelompok mengharapkan kepada
pembaca agar mampu memahami dan mencegah resiko tinggi dan
komplikasi pada kehamilan dan kepada perawat mampu menerapkan
asuhan keperawataan pada pasien dengan kehamilan resiko tinggi serta
komplikasinya. Namun, kelompok menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai