DISUSUN OLEH :
NIM 10821032
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana atau tempat yang digunakan
sebagai pelayanan kesehatan masyarakat, dan sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Peraturan Menteri Republik Indonesia, Rumah Sakit memberikan
pelayanan yang tepat dan akurat kepada pasien, dengan pelayanan yang tinggi dan
pelayanan yang minimal. Harus disediakan. Dari Indonesia. Standar medis rumah
sakit dipertahankan melalui kinerja profesional, efisiensi, efektivitas, dan kepuasan
pasien staf rumah sakit.
PENDAHULUAN
Dalam UU no. 40 Tahun 2004 pasal 19 dan pasal 23, diatur bahwa jaminan
kesehatan diselenggarakan secara nasional sesuai dengan asas jaminan sosial dan
asas pemerataan, dengan tujuan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan untuk pemenuhan Kebutuhan Kesehatan Dasar (KDK),
dan jika peserta memerlukan rawat inap di Rumah Sakit maka dilayani di Rumah
Sakit sesuai standar kelas.
Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya percepatan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan
menuntut rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi.
Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat dan persaingan yang semakin
ketat, rumah sakit dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya
(Depkes RI, 2007).
2. Kenyamanan
BAB II
ISI
2. Kenyamanan
Hal ini dikarenakan desain KRIS dibuat sesuai dengan pedoman dan
ketentuan tersebut. Penyesuaian yang dilakukan di beberapa rumah sakit yang
ukuran ruangannya tidak sesuai dengan desain konsensus KRIS akan
mengakibatkan penurunan TT yang pada akhirnya akan berdampak pada
ketidaksesuaian jumlah TT dengan jenis kelas rumah sakit, menurut SIO saat ini.
Sehingga beberapa rumah sakit melakukan penyesuaian dengan mengubah fungsi
beberapa ruangan yang ada untuk pengelolaan rumah sakit menjadi ruang rawat
inap atau dengan membangun gedung baru. Preferensi KRIS kelas A atau kelas B
yang disiapkan rumah sakit disesuaikan dengan segmen peserta yang banyak
berobat ke rumah sakit. Rumah sakit pemerintah akan menyiapkan lebih banyak
KRIS kelas A dan rumah sakit swasta akan menyiapkan lebih banyak KRIS kelas
B. Beberapa rumah sakit akan menyiapkan KRIS A dan KRIS B dengan jumlah TT
maksimal, misalnya kelas A disiapkan maksimal tiga TT/kamar dan kelas B hanya
lima TT/kamar sebagai nilai kompetitif.
Motivasi kerja bisa dikarenakan faktor insentif dan kondisi kerja. Menurut
peneliti pemberian insentif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat
sehingga produktivitas kerja perawat akan meningkat. Seperti pemberian insentif
finansial berupa gaji yang sesuai dengan hasil pekerjaannya dan penghargaan bagi
perawat berprestasi dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien merupakan salah satu motivator yang menyebabkan seseorang
senang dalam bekerja sehingga termotivasi melakukan pekerjaannya dengan baik.
Dan kondisi lingkungan kerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan merupakan
salah satu faktor meningkatkan kinerja perawat, baik kinerja individu maupun
kinerja rumah sakit. Keadaan kondisi kerja yang nyaman dinilai dari lingkungan
kerja tenang seperti bersih dan rapi akan membuat perawat nyaman dan semangat
dalam melaksanakan pekerjaanya dan ada jaminan keamanan sehingga perawat
akan merasa tenang dalam melakasanakan aktivitas. Kondisi lingkungan kerja yang
baik tersebut dapat mendukung pelaksanaan dalam bekerja sehingga mendorong
semangt bekerja dan meningkatkan kinerja perawat.
Pembayaran klaim diajukan dan diverifikasi setelah lima belas hari kerja
dan dibayarkan ke BPJS. Dan masih terdapat kendala atau kendala dalam proses
claim yaitu kelengkapan administrasi pasien yang masih kurang, seperti pasien
tidak membawa KTP, kartu keluarga dan lain-lain. Sehingga petugas BPJS
kesehatan memberikan waktu kepada pasien 3x24 jam untuk menyelesaikan arsip,
jika melebihi batas maka akan dikenakan denda, dan lamanya waktu sejak klaim
diajukan adalah 6-7 hari.
Sejak pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), banyak kendala
yang dihadapi. Masyarakat mengeluhkan sulitnya mendapatkan pelayanan yang
memadai. Saat melakukan pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium
maupun radiologi terkadang harus datang beberapa kali karena alokasi biaya sudah
melebihi paket INA-CBG's. Tidak jarang pasien mengeluh saat minum obat di
apotek disebabkan oleh obat yang tidak tersedia (kosong) atau jumlah obat yang
diterima dirasakan pasien kurang (manajemenrumahsakit.net/2014/01/perjualan-
dalam- pelaksanaan JKN). Di sisi lain, banyak rumah sakit yang mengeluhkan
besaran tarif pembiayaan yang diatur dalam Permenkes Nomor 59 Tahun 2014.
Tarif dalam peraturan tersebut dinilai terlalu kecil dan tidak sesuai dengan
pelayanan medis, harga obat saat ini dan reagen atau bahan habis pakai. Bagi pasien,
timbul kesan bahwa pihak rumah sakit hanya memberikan pelayanan seadanya
disertai dengan ketidakramahan dari petugas kesehatan.
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, senang dan lega bagi
seseorang akibat mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan
pelayanan suatu jasa. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat
kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan.
Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan akan sangat kecewa. Jika kinerja sesuai
dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan jika kinerja melebihi harapan,
pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman
masa lalu, komentar dari kerabat dan janji serta informasi dari berbagai media.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, tidak terlalu sensitif terhadap harga, dan
meninggalkan komentar yang baik tentang perusahaan.
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi perasaan puas pada pasien yang
berasal dari dalam rumah sakit, yaitu:
1. Sikap pendekatan staf terhadap pasien, yaitu sikap staf terhadap pasien
saat pertama kali datang ke rumah sakit.
2. Kualitas pelayanan yang diterima pasien adalah apa yang telah dilakukan
oleh pemberi pelayanan kepada pasien, berapa banyak pelayanan perawatan
yang berhubungan dengan proses penyembuhan penyakit pasien dan
kelangsungan perawatan pasien selama di rumah sakit.
6. Fasilitas ruang rawat inap bagi pasien yang harus dirawat. Fasilitas kamar
rawat inap ini disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai kamar
rawat inap yang diinginkan.
Tarif adalah nilai suatu pelayanan yang ditentukan oleh besar kecilnya
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut suatu
rumah sakit bersedia memberikan pelayanan kepada pasien. 2009).
Untuk rumah sakit pemerintah, tarif ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan atau Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan kontrol yang
ketat dari pemerintah sebagai pemilik rumah sakit.
Situasi ini terutama berlaku untuk rumah sakit pemerintah yang subsidinya
semakin berkurang.
1. Berorientasi biaya
1. Harga satuan
Ini mewakili biaya layanan per pasien (jumlah faktor produksi yang
dikorbankan untuk memberikan layanan).
Untuk menambah unit dengan okupansi rendah memang relatif sulit, namun
untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit perlu dibangun kembali unit-
unit yang mungkin menjadi pusat pendapatan.
4. Elastisitas
Rumah sakit juga perlu membandingkan tarif layanan untuk pesaing yang
sebanding.
Kendala dalam penerapan biaya isolasi 10% dari TT di rumah sakit terutama
terbatasnya ruang di rumah sakit dan saat ini rumah sakit tidak terlalu fokus
menyiapkan ruang isolasi standar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
catatan efek yang dihasilkan pada suatu pekerjaan atau kegiatan selama periode
tertentu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Contoh analisis kinerja adalah
analisis penerapan standar kelompok rawat inap terhadap kinerja suatu rumah sakit,
yang merupakan langkah penting untuk menentukan keberhasilan penerapan
kinerja yang ditentukan.
Terdapat beberapa kebijakan yang ada terkait dengan bangunan, sarana, dan
prasarana di rumah sakit, yaitu: petunjuk teknis bangunan rumah sakit rawat inap,
petunjuk teknis bangunan rumah sakit perawatan intensif, petunjuk teknis prasarana
sistem tata udara pada bangunan rumah sakit.
Sesuai dengan petunjuk teknis bangunan rumah sakit rawat inap tahun 2012
sehingga dengan ditetapkannya kriteria KRIS akan mempermudah rumah sakit
untuk menyamakan kelas rawat inap. Penyesuaian yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit adalah dengan mengubah fungsi beberapa ruangan, seperti ruang
manajemen rumah sakit menjadi ruang perawatan, atau dengan membangun gedung
baru. Saat ini rumah sakit pemerintah akan lebih banyak menyiapkan KRIS kelas
A dan rumah sakit swasta akan lebih banyak menyiapkan KRIS kelas B, sesuai
dengan dominasi segmen peserta yang berobat di rumah sakit. Untuk penyesuaian
kebijakan ini, pihak rumah sakit swasta menyatakan siap dari segi pendanaan meski
tidak dibantu pemerintah, selama klaim JKN saat ini masih lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Afni, D., & Bachtiar, A. (2022). Analisis Kesiapan Implementasi Kelas Rawat Inap
Standar: Studi Kasus Di RS Wilayah Kabupaten Tangerang (PP No 47 Tahun
2021). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(5), 6634-6655.
Hardi, J. (2010). Analisis tingkat kepuasan pasien umum dan pasien jamkesmas
terhadap mutu pelayanan rawat inap di RSUD Pasaman Barat tahun 2010.
Universitas Andalas. ISO 690
Lewiani, N., Lisnawaty, L., & Akifah, A. (2020). Proses Pengelolaan Klaim Pasien
BPJS Unit Rawat Inap Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari Tahun 2016
(Doctoral dissertation, Haluoleo University).
Dumaris, H. (2018). Analisis perbedaan tarif rumah sakit dan tarif Ina-CBG’s
pelayanan rawat jalan di RSUD Budhi Asih Jakarta tahun 2015. Jurnal Administrasi
Rumah Sakit Indonesia, 3(1).