Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

DINAS KESEHATAN
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11 Tamalanrea Telp. (0411) 586451 Fax. (0411) 586451

MAKASSAR

90245

15 Oktober 2012 Kepada Yth. Direktur Utama RSUP Fatmawati di JAKARTA

Nomor Sifat Lamp Hal

: : : :

08625/Yankes-2/X/2012 Biasa 3 (tiga) lembar Permohonan Menjadi Nara Sumber

Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Sosialisasi Standar Pelayanan Kedokteran yang akan diikuti oleh Komite Medik Rumah Sakit pemerintah/TNI/Polri dan swasta se-Sulawesi Selatan, maka kami mengharapkan Ibu menugaskan dr. Dody Firmanda, SpA(K), MA untuk menjadi nara sumber pada kegiatan dimaksud. (jadwal terlampir) Adapun rencana pelaksanaannya, Insya Allah pada : Hari : Selasa s.d. Rabu Tanggal : 23 24 Oktober 2012 Tempat : MAKASSAR GOLDEN HOTEL Jl. Pasar Ikan No. 52 Makassar Telp. 0411- 3633000 Sebagai bahan kelengkapan administrasi panitia, maka nara sumber diharapkan membawa SPPD dan Surat Tugas rangkap 3 (tiga) yang telah dicap/stempel basah dan ditandatangani (terlampir contoh SPPD dan Surat Tugas). Anggaran pertemuan ini dibebankan pada Dana APBN Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2012. Untuk informasi dapat menghubungi contact person Hapsari (No. HP 085393089804). a.n. dr. Laela Prih

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kesediaannya, kami haturkan terima kasih.

a.n. GUBERNUR SULAWESI SELATAN KEPALA DINAS KESEHATAN,

Dr. dr. H. RACHMAT LATIEF, Sp.PD.,M.Kes.,FINASIM Pangkat : Pembina Utama NIP : 19590204 198511 1 002

JADWAL TENTATIVE SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN MAKASSAR GOLDEN HOTEL, 23 - 24 OKTOBER 2012
HARI/TGL WAKTU 12.00 - 14.00 14.00 - 14.15 14.15 - 14.30 14.30 - 16.45 16.45 - 18.15 18.15 - 19.15 19.15 - 21.30 08.00 - 09.30 RABU 24-10-2012 09.30 - 09.45 09.45 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 15.15 15.15 MATERI Registrasi Peserta Pembukaan Coffee Break Kebijakan Kedokteran di Provinsi Sulawesi Selatan Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Standar Pelayanan Kedokteran ISHOMA NSPK pada Praktik Kedokteran Standar Pelayanan Kedokteran Sesuai dengan PMK 1438/MENKES/PER/IX/2010 Coffee Break Panitia PEMATERI KET

SELASA 23 -102012

Kepala Dinas Kesehatan Prov. Sulsel IDI Wilayah Sulawesi Selatan Kepala Bidang Yankes dr. Dody Firmanda, Sp.A(K),M.A. (Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta) dr. Dody Firmanda, Sp.A(K),M.A. (Ketua Komite Medik RSU Fatmawati Jakarta) dr. Dody Firmanda, Sp.A(K),M.A. (Ketua Komite Medik RSU Fatmawati Jakarta) Panitia

3 2 3 2

JPL JPL JPL JPL

Clinical Pathways dalam Kendali Mutu dan Biaya


ISHOMA Penyusunan Clinical Pathways dan Implementasinya Penutupan
JUMLAH

JPL

JPL

16

JPL

PANITIA PELAKSANA

Clinical Pathways dalam rangka Kendali Mutu dan Kendali Biaya

Dody Firmanda Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta

Pendahuluan Dalam melakukan evaluasi kebijakan dan sistem layanan kesehatan (healthcare system and policies evaluation) ada 3 kriteria kunci yakni kriteria efektifitas, efisiensi, dan keberadilan/ekuiti (effectiveness, efficiency and equity) yang merupakan suatu rangkaian sistematik dalam suatu sistem. 1 Melakukan suatu analisis ekonomi dalam pelayanan kedokteran profesi adalah tidak mudah, mengingat banyak faktor yang harus dipertimbangkan dari berbagai dimensi termasuk cara pendekatan dari jenis analisis ekonomi yang akan digunakan, batasan terminologi ekonomi itu sendiri mengenai utilization, productivity, benefit, efficiency, effectiveness, value for money, kebijakan fiskal dan tingkat inflation rate yang sering kali berubah. Disamping keterbatasan sumber daya dan kebijakan ekonomi yang dipengaruhi politis, sehingga tidak jarang 'resources' tersebut telah dipagu menjadi 'fixed'.2 Pada Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit pada pasal 33 menerangkan tentang organisasi rumah sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel.3

Disampaikan pada Acara Sosialisasi Standar Pelayanan Kedokterant diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar Golden Hotel, Makassar 23-24 Okt 2012 1 Aday LA, Begley CE, Lairson DR. Evaluating the healthcare system: effectiveness, efficiency and equity. 3rd ed. Washington DC: Health Administration Press, 2004. 2 Firmanda D. Aplikasi integrasi sinergis antara Evidenve-based Medicine, Evidence-based Healthcare dan Evidence-based Policy dalam satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi IDAI di masa mendatang.II.Cost Effectiveness Analyses (CEA) Standar Pelayanan Medis (SPM) Kesehatan Anak IDAI Disampaikan pada Acara Pertemuan Perhimpunan Organisasi Profesi dengan Ditjen Yan Medik Depkes RI di Bogor September 2005. http://www.scribd.com/doc/12827936/Dody-Firmanda-2005-042-Aplikasi-integrasi-sinergisEvidenvebased-Medicine-Evidencebased-Healthcare-dan-Evidencebased-Policy-dalam-Clinical-Gove 3 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.4,5 Sedangkan di sisi dimensi lain profesi itu sendiri dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya dan keprofesiannya dalam koridor etik-sosio-budaya serta berbagai peraturan dan perundangan hukum.7 Dalam Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada pasal 45 menerangkan tentang kewajiban menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.6

4 5

Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah 6 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Kendali Mutu dan Upaya Peningkatan Mutu Profesi Clinical Pathways dalam Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) di Rumah Sakit Sampai saat ini belum ada kata kesepakatan akan batasan/definisi dari MUTU itu sendiri, namun dapat dibagikan dalam beberapa perspektif mutu sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1. Mutu sebagai pertemua standar tehnis pemberi layanan dan harapan pasien.

Gambar 2. Mutu adalah penerapan teknologi dan ilmu kedokteran yang memberikan manfaat layanan dari resiko cedera atau efek samping.

Gambar 3. Mutu berdasarkan hasil kinerja yang aman, terjangkau dan memberikan dampak positif dalam mortalitas, morbiditas, kecacatan dan malnutrisi.

Gambar 4. Mutu berdasarkan filosofi dari total quality melaksanakan yang seharusnya dengan benar dan segera. Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) untuk Rumah Sakit dan Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 terdapat Peraturan Pelaksanaan Tata Kelola Klinis (clinical governance) yang menerangkan bahwa guna melaksanakan tata kelola klinis (clinical governance) di rumah sakit maka setiap staf medis berkewajiban untuk: 1. melaksanakan keprofesian medis sesuai dengan Kewenangan Klinis dan Penugasan Klinis masing masing dalam Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) rumah sakit dan kelompok staf medis (SMF), 2. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional yang disesuaikan dengan kebutuhan medis pasien. 3. melakukan konsultasi sesuai kebutuhan pasien, 4. merujuk pasien apabila ditemukan keterbatasan kemampuan, sarana dan prasarana rumah sakit.

Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) adalah sistem peningkatan mutu rumah sakit yang terdiri dari komponen quality assurance yakni setting standards, conform to standards dan continuous quality improvement (CQI). Kebijakan Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) di Rumah Sakit adalah: 1. Fokus pada pasien 2. Pelayanan secara terintegrasi dan berkesinambungan sesuai: a. b. c. d. e. f. a. b. Panduan Praktik Klinis (PPK) bagi staf medis Panduan Praktik Klinis (PPK) - Asuhan Keperawatan bagi staf keperawatan Panduan Praktik Klinis (PPK) (Sistem Unit Dosage Daily UDD) bagi staf farmasis Standar Prosedur Operasional dan Standing Orders bagi petugas laboratorium Standar Prosedur Operasional bagi jajaran manajemen struktural Standar Prosedural Operasional bagi manajemen fungsional Rawat Jalan : Instalasi Rawat Jalan Rawat Inap i. ii. iii. iv. v. c. d. e. Instalasi Rawat Kelas III Instalasi Rawat Kelas II Instalasi Rawat Kelas I VIP Instalasi Rawat Intensif

3. Tempat layanan meliputi:

Emergensi : Instalasi Gawat Darurat Instalasi Bedah Sentral Penunjang Diagnostik: i. Instalasi Radiologi ii. Instalasi Patologi Klinik/Laboratorium Terpadu

4. Upaya Rujukan Kesehatan 5. Manajemen Risisko Klinis dan Keselamatan Pasien

Konsep Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Rumah Sakit (Gambar 5) adalah perpaduan: 1. Kebijakan (policy) tingkat makro dan mikro sesuai kebijakan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sehingga mampu laksana untuk diimplementasikan dengan secara sistematis dalam bentuk program dan kegiatan layanan pada tingkat organisasi rumah sakit dan institusi/unit di dalamnya. 2. Provisi layanan kesehatan berdasarkan layanan berjenjang dengan pola rujukan. 3. Pembiayaan dengan strategi peningkatan upaya efisiensi, realokasi sesuai prioritas dan peningkatan pendanaan net revenue generating.

SJSN BPJS 2014

Gambar 5. Konsep Clinical Governance (Tata Kelola Klinis) Rumah Sakit

Struktur Clinical Governance (Tata Kelola Klinis) Rumah Sakit Standar Pelayanan Kedokteran7 adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter dalam menyelenggarakan praktik kedokteran8 dan salah satu tindak lanjut dari perundangan yang telah diterbitkan enam tahun yang lalu.9 Standar Pelayanan Kedokteran terdiri dari Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedural Operasional (SPO).10 Pelayanan di Rumah Sakit dilaksanakan secara terpadu oleh profesi medis, perawat, farmasis dan penunjang lainnya di instalasi layanan dibawah manajemen Kepala Instalasi terkait maka dengan demikian semua profesi terkait di atas di wajibkan untuk membuat Panduan Praktik Klinis masing masing sesuai bidang keprofesiannya (medis, perawat dan farmasi) serta penunjang dan manajemen instalasi dalam bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO). Maka strukur Clinical Governance Rumah Sakit adalah sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Struktur Clinical Governance Rumah Sakit Medis Standar Audit CQI PPK Medis Audit Medis Revisi PPK Keperawatan Farmasi Penunjang SPO SO Audit Revisi SPO dan SO Manajemen SPO Audit Manajemen Revisi SPO Integrasi Clinical Pathways Analisis Varians Revisi Clinical Pathways

PPK PPK Keperawatan Kefarmasian Audit Audit Keperawatan Farmasi Revisi Revisi PPK PPK Keperawatan Kefarmasian

Untuk penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) staf medis11 dibuat mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang dibuat oleh organisasi profesi12 dan disahkan oleh Menteri Kesehatan7.

Permenkes RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran. http://www.scribd.com/doc/43070763/Dody-Firmanda-2010-Permenkes-No-1438-MENKES-PER-IX2010-Standar-Pelayanan-Kedokteran 8 Permenkes RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 1 ayat 1. 9 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 44 ayat 3. 10 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 3 ayat 1. 11 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 11.

Model Clinical Governance (Tata Kelola Klinis) Rumah Sakit Setelah Konsep dan Struktur diatas maka Model Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Rumah Sakit yang berfokus pada paien (patient centrednes), terintegrasi, berkesinambungan (continuity of care) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6 berikut yang terdiri dari: 1. Sistem Manajemen dengan subsistem Pelayanan, subsistem Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan subsistem Pembiayaan dan Keuangan 2. Sistem Staf Medis Fungsional (SMF) 3. Sistem Instalasi

1. Sistem Manajemen RS 2. Sistem SMF 3. Sistem Instalasi

Direktur Rumah Sakit

Gambar 6. Model Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Rumah Sakit

12

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 3 dan Pasal 6.

Kendali Biaya - Manfaat Clinical Pathways dalam Efisiensi Pembiayaan, Efektifitas Pelayanan dan Keberadilan/Ekuiti Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.13,14,15 Berikut hasil penelitian penerapan Clinical Pathways Pneumonia (Gambar 7 dan 8) yang dilakukan dalam rangka membuktikan adanya efisiensi biaya, efektifitas layanan dan keberadilan/ekuiti bagi semua pasien tanpa memandang latar belakang keadaan sosial ekonomi, pendidikan maupun gender. Dari Gambar 7 dan 8 di bawah untuk kasus pneumonia biaya perawatan sampai sembuh (dengan tarif rumah sakit) mempergunakan Clinical Pathways Pneumonia adalah sekitar Rp 495 000,- untuk kelas III, Rp 1 120 000,untuk kelas II, Rp 1 480 000,- untuk kelas I dan Rp 2 150 000,- untuk kelas VIP. Sedangkan bila dihitung berdasarkan klaim Jamkesmas untuk kasus yang sama adalah Rp 2 707 663,-. Maka secara matematik dengan mempergunakan Clinical Pathways untuk kasus pneumonia tersebut menghemat (2 707 663 495 000 = Rp 2 212 663,-). Dengan demikian terlihat jelas dari segi ekonomi/pembiayaan rumah sakit tersebut sangat efisien dan menguntungkan bila menggunakan Clinical Pathways. Dengan mempergunakan Clinical Pathways dapat menghitung Cost Weight setiap

kelompok kasus, contoh untuk kasus pneumonia di atas rerata sumberdaya (resources) rumah sakit (obat obatan, bahan dan alat dll) yang terpakai adalah Rp 250 000,- maka Cost-Weight nya adalah (450 000/250 000 = 1.8).

13

Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005. 14 Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005. 15 Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.

10

Gambar 7. Contoh hasil penelitian implementasi salah satu Clinical Pathways untuk kasus pneumonia

11

Gambar 8. Contoh analisis hasil implementasi salah satu Clinical Pathways pada tahun 2006 untuk kasus pneumonia

12

Tentang cara langkah langkah perhitungan cost weight, casemix index, base rate rumah sakit dan alokasi anggaran dapat dilihat dalam Gambar 9 berikut.

Gambar 9. Contoh perhitungan berdasarkan data hasil implementasi Clinical Pathways dalam mencari Relative Weight (cost weight), Case Mix Index dan Base Rate.

Implementasi Clinical Pathways sangat bermanfaat bagi profesi dalam memberikan pelayanan, pendidikan maupun penelitian di rumah sakit sebagaimana dapat dilihat dalam gambar 10 sampai 12 berikut.

13

Gambar 10. Implementasi Clinical Pathways dalam bidang pelayanan di rumah sakit.

14

Gambar 11. Implementasi Clinical Pathways untuk penelitian di rumah sakit.

15

Gambar 12. Implementasi Clinical Pathways dikaitan dengan asesmen penilaian untuk peserta didik mahasiswa dan peserta program dokter spesialis di rumah sakit maupun rumah sakit jejaring pendidikan.

16

Implementasi Clinical Pathways secara tidak langsung sebagaimana diutarakan diatas bahwa: Clinical Pathways sebagai instrumen pelayanan berfokus kepada pasien (patient-focused care), terintegrasi, berkesinambungan dari pasien masuk dirawat sampai pulang sembuh (continuous care), jelas akan dokter/perawat penanggung jawab pasien (duty of care), utilitas pemeriksaan penunjang, penggunaan obat obatan termasuk antibiotika, prosedur tindakan operasi, antisipasi kemungkinan terjadinya medical errors (laten dan aktif, nyaris terjadi maupun kejadian tidak diharapkan/KTD) dan pencegahan kemungkinan cedera (harms) serta infeksi nosokomial dalam rangka keselamatan pasien (patient safety), mendeteksi dini titik titik potensial berisiko selama proses layanan perawatan pasien (tracers methodology) dalam rangka manajemen risiko (risks management), rencana pemulangan pasien (patient discharge) , upaya peningkatan mutu layanan berkesinambungan (continuous quality improvement) baik dengan pendekatan tehnik TOC (Theory of Constraints) untuk sistem maupun individu profesi, penulusuran kinerja (performance) individu profesi maupun kelompok (team-work). Merupakan suatu rangkaian sistem yang dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk memenuhi persyaratan penilaian Akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi baru maupun dari Joint Commission International for Hospital (JCI) versi 2011 untuk standar standar dalam Section I. Patient Centered Standard maupun dalam Section II. Healthcare Organization Management Standard sebagaimana ilustrasi Gambar 13 sampai 15 berikut.

17

Gambar 13. Clinical Pathways dan JCI 2011 Accreditation Standards 18

Not Met

Gambar 14. Sistematika dalam JCI 2011 Hospital Standards dan Penilaiannya

19

Gambar 15. Clinical Pathways dan tehnik Tracer Methodology yang digunakan oleh surveyor dalam rangka Akreditasi JCI 2011

Terima kasih, semoga bermanfaat Makassar, 24 Oktober 2012 Dody Firmanda Ketua Komite Medik, RSUP Fatmawati, Jakarta http://www.scribd.com/Komite%20Medik 20

Anda mungkin juga menyukai