Oleh :
PENDAHULUAN
Yang menjadi faktor terkuat dari Rumah Sakit ternyata bukanlah dokternya, namun
fasilitasnya. Sepandai apapun dokter atau tenaga kerja lainnya, akanlah sia-sia jika tidak
ditemani dengan fasilitas yang mencukupi. Alasan inilah, yang menjadikan zaman teknologi
yang sudah serba ada ini menjadikan pemasukkan uang menjadi sangat penting dalam
pembangunan Rumah Sakit.
Beberapa rumah sakit tentunya mendahulukan tenaga kerja sebelum fasilitas-fasilitas
rumah sakit, dimana tenaga kerja yang mencukupi nantinya akan menjadikan pembangunan
fasilitas tersebut lebih mudah dikembangkan. Dalam pembangunan fasilitas ini, banyak faktor
yang harus ditentukan agar input yang ada dapat segaris dengan output yang ada dalam
Rumah Sakit.
Pembangunan Rumah Sakit yang dapat memaksimalkan kinerja inilah menjadi masalah
utama dalam Rumah Sakit itu sendiri, jika kinerja dapat dimaksimalkan dengan desain yang
ada, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang ingin bekerja pada instansi tersebut dan
menambah pemasukkan Rumah Sakit tersebut sehingga dapat menambahkan fasilitas dan
teknologi yang dapat memajukan kinerja dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Salah satu rumah sakit pada daerah Cawang, Jakarta, yaitu Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional merupakan sebuah Rumah Sakit swasta yang menjadi salah satu Rumah Sakit yang
akan dijadikan contoh subjek dalam permasalahan ini.
2. Desain layout seperti apakah yang lebih cocok untuk dapat diterapkan dalam
pengembangan RSPON Cawang dengan mempertimbangkan standar
Kementrian Kesehatan dan Departemen Kesehatan RI?
2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
penelitian yang terkait dengan hospital layout, untuk pengembangan ilmu
manajemen rumah sakit yang biasanya hanya membahas pada level
aktifitasnya saja, kini harus menghubungkan dengan desain fisik rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar
(1996) adalah sebagai berikut:
a. Aspek pendekatan
b. Aspek teknik
Dilakukan penilaian atas tiga komponen, yaitu:
1. Komponen struktur
Komponen struktur menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan
bangunan fisik, struktur organisasi, kualifikasi staf rumah sakit dan lain-lain.
2. Komponen proses
Komponen proses menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan dengan
pasiennya.
3. Komponen hasil
Komponen hasil menilai hasil pengobatan (dengan berbagai kekurangannya).
Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap
status pengobatan dan kepuasan pasiennya.
c. Aspek kriteria
Lobi rumah sakit merupakan gerbang untuk melakukan kegiatan dirumah sakit. Area lobi
rumah bersatu dengan area ruang tunggu registrasi. Area registrasi berfungsi sebagai
tempat pasien melakukan melakukan registrasi untuk kemudian melakukan pemeriksaan
di poliklinik.
Kondisi lobi dan area registrasi cukup ramai. Hal tersebut dikarenakan rata-rata kondisi
pasien yang datang ke RSPON tidak dapat melakukan kegiatan normal seperti
melakukan pendaftaran seorang diri maka satu orang pasien rata-rata ditemani 2-3 orang
pengantar yang bertugas menemani dan melakukan kegiatan administrasi.
3.2.1 Sumber Stress
Yang membedakan RSPON dengan rumah sakit umum adalah di rumah
sakit otak ini pengunjung kerap menemukan kondisi pasien yang
kondisinya telah setengah lumpuh sehingga banyak yang harus
mengunakan ranjang rawat inap untuk membawa pasien tersebut.
Hal ini dapat menimbulkan tekanan dan perasaan takut kepada pasien lain
yang kondisinya tidak terlalu parah. Hasil dari wawancara kepada pasien
dan keluarganya tentang perasaan pasien saat melihat pasien lain yang
kondisinya lebih parah lalu lalang di area publik membuat perasaan
mereka takut. Takut apabila kelak mereka mengalami kondisi yang
serupa. Perasaan takut pasien tersebut meruapakan stress yang muncul
akibat kondisi lingkungan fasilitas kesehatan tersebut. Apabila ditambah
dengan stress akibat penyakit yang diderita oleh pasien tersebut maka
dapat menurunkan semangat hidup pasien dan memperlambat proses
penyembuhan.
Solusi dari pihak fasilitas kesehatan untuk mengurangi stress dari pasien dilakukan dengan
berbagai langkah sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Pencahayaan buatan digunakan untuk mereduksi stress dari pasien yang berada
diruang tunggu karena pencahayaan alami tidak sampai dibeberapa titik rumah
sakit dikarenakan ukuran bangunan yang luas. Pencahayaan difasilitas kesehatan
menggunakan warna warna yang temaram. Untuk RSPON menggunakan warna
pink kengunan yang lembut yang bertujuan untuk memberikan perasaan tenang
kepada pasien dan keluarga sehingga dapat meningkatkan harapan untuk sembuh
bagi pasien tersebut. Penggunaan warna yang lembut tersebut juga merupakan
salah satu syarat pencahayaan seperti yang ditulis pada Peraturan menteri
kesehatan republik Indonesia nomor 24 tahun 2016 Pasal 22 ayat 4 yaitu
pencahayaan tidak boleh menimbulkan efek silau.
Sedangkan untuk ruang inap walaupun tidak mendapat kesempatan unutk melihat
interiornya namun peletakan kamar inap sebagian besar berada di area bukaan yang
mendapat pencahayaan alami. Ruang seperti kamar inap diletakkan didekat jendela agar
mendapat pemandangan yang menghadap keluar. Tujuannya untuk mereduksi stress saat
melakukan perawatan dengan cara memberikan pemandangan dunia luar sebagai
metodenya.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil survey di RSPON adalah RSPON memperhatikan interior untuk
mengurangi stres dari pasien. Salah satu upayanya melalui pencahayaan dan penggunaan
warna. Pencahayaan pada ruang tunggu dibuat temaram berfungsi untuk menenangkan
pasien. Pencahayaan temaram termasuk dalam standar rumah sakit yang telah ditetapkan.
Selain itu interior rumah sakit menggunakan warna warna yang lembut dan tidak
mencolok. Dari pihak rumah sakit mengatakan bahwa menghindari warna warna yang
mencolok. Warna mencolok dapat menyebabkan shock hingga kejang pada pasien di
rumah sakit otak nasional maka dari itu penggunaan warna pada rumah sakit pusat otak
nasional dibuat se soft mungkin.
Alternatif solusi desain yang dapat diterapkan pada RSPON adalah memisahkan area
publik dengan jalur sirkulasi pasien. Sirkulasi pasien dihubungkan langsung ke dalam area
perawatan dan tidak melewati pasien. Area publik yang berhubngan dengan area pasien
dapat menyebabkan mental pengunjung dan pasien yang hanya melakukan kontrol
menrurun dan meningkatkan stress didalam diri mereka. Baiknya sirkulasi tersebut dipisah
agar tidak menambah tingkat stress pada pasien
Daftar Pustaka
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Mohamad, Kartono.2005. UU Praktik Kedokteran Melindungi Pasien atau Dokter
Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan