Kelompok 2
NINDI SAPUTRI (2420221006)
NISA ARSYAD (2420221026)
NURVA LAKAMATI (2420221023)
NAYA AURELIA BILONDATU (2420221042)
CINDI LESTARI (2420221048)
AULIYAH MARHABA (2420221056)
ZAENAB MUHAMMAD (2420221020)
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang "Tata Kelola Rumah Sakit". Makalah ini ditulis untuk
memenuhi syarat nilai mata kuliah Dasar-Dasar Administrasi Dan Manajemen Rumah Sakit.
Pada makalah ini akan di bahas mengenai pentingnya tata kelola rumah sakit, tata
kelola rumah sakit ini memiliki peran yang signifikan dalam membangun tata kelola rumah
sakit. Makalah ini berisi paparan peran secara keseluruhan mengenai tata kelola rumah sakit.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman, membaiknya laju perekonomian serta derajat
kesehatan masyarakat yang juga meningkat, berdampak terhadap kebutuhan akan
pelayanan rumah sakit yang memiliki kualitas bagus. Kebijakan pemerintah tentang
pendirian rumah sakit, poliklinik, dan puskesmas pun merambah ke berbagai daerah
(Ella, 2015). Masyarakat tidak hanya menilai kualitas tenaga medis rumah sakit
tempatnya berobat namun masyarakat juga akan menyoroti kualitas pelayanan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit yang bersangkutan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Divianto (2012) bahwa bukan hanya sekedar kualitas tempat pelayanan saja yang
menjadi sorotan masyarakat umum tetapi kualitas dari pelayanan yang menjadi
prioritas utama yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan
pelayanan pengobatan.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya (DEPKES RI,
2009). Rumah sakit menurut WHO (World Health Organization) dalam Azwar (2010)
adalah suatu organisasi sosial dan kesehatan yang mempunyai fungsi untuk
memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada 2 2 masyarakat, baik sebagai
penyembuhan penyakit (kuratif) maupun pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai den.gan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan individu
penggunanya (Azwar, 2010).
Good Corporate Governance juga sangat diperlukan dalam struktur tatanan
organisasi sebuah sektor publik (Ella dkk, 2015). Menurut PP Republik Indonesia No.
77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit, pada pasal 2 dikatakan
bahwa Pengaturan pedoman organisasi Rumah Sakit bertujuan untuk mewujudkan
organisasi Rumah Sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka mencapai
visi dan misi Rumah Sakit sesuai tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).
Untuk rumah sakit, tata kelola yang diberlakukan akan berbeda dengan
organisasi yang tidak bergerak di bidang kesehatan, sehingga tata kelola rumah sakit
yang baik dan berbasis medis bisa disebut dengan Good Clinical Governance.
Berbeda dengan organisasi atau perusahaan yang tidak berbasis medis, Clinical
governance yang baik dinilai tanggungjawab atau akuntabilitasnya berdasarkan
kinerja klinis bukan kinerja yang lain karena ini berdasarkan setting rumah sakit (Ella
dkk, 2015), Clinical Governance merupakan suatu kerangka kerja organisasi yang
akuntabel untuk meningkatkan kualitas layanan dan menerapkan standar tinggi
layanan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk melakukan layanan
klinis (NHS-UK Department of Health 1998) dalam (Ella dkk, 2015).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sistem tata kelola rumah sakit?
2. Mengetahui apa yang di maksud dengan tata kelola klinis yang baik (Good
Clinical Govermance)?
3. Mengetahui apa saja manajemen risiko yang terjadi di dalam tata kelola rumah
sakit?
4. Mengetahui bagaimana current issue yang ada dalam tata kelola rumah sakit?
5. Mengetahui jurnal peneletian tata kelola rumah sakit?
C. TUJUAN
1. Bisa mengetahui bagaimana sistem tata kelola rumah sakit.
2. Mampu mengetahui tentang tata kelola klinis yang baik.
3. Mampu mengetahui resiko apa saja yang terjadi di dalam tata kelola rumah sakit.
4. Mampu mengetahui current issue dari tata kelola rumah sakit.
5. Mampu mengetahui jurnal penelitan tentang tata kelola rumah sakit.
D. MANFAAT
Makalah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai tata
kelola rumah sakit, tata kelola klinis yang baik, dan manajemen resiko yang terjadi
terjadi di dalam tata kelola rumah sakit. Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk
menambah pengetahuan dan sebagai pedoman bagi pembaca.
BAB 2
PEMBAHASAN
Beberapa kategori risiko yang harus diidentifikasi meliputi namun tidak terbatas
pada risiko:
1.Operasional adalah risiko yang terjadi saat rumahsakit memberikan pelayanan kepada
pasien baik klinis maupun non klinis.
2.Risiko klinis yaitu risiko operasional yang terkait dengan pelayanan kepada pasien
(keselamatan pasien) meliputi risiko yang berhubungan dengan perawatan klinis dan
pelayanan penunjang seperti kesalahan diagnostik, bedah atau pengobatan
3.Risiko non klinis yang juga termasuk risiko operasional adalah risiko PPI (terkait
pengendalian dan pencegahan infeksi misalnya sterilisasi, laundry, gizi, kamar jenazah dan
lain-lainnya), risiko MFK (terkait dengan fasilitas dan lingkungan, seperti kondisi bangunan
yang membahayakan, risiko yang terkait dengan ketersediaan sumber air dan listrik, dan lain
lain. Unit klinis maupun non klinis dapat memiliki risiko yang lain sesuai dengan proses
bisnis/kegiatan yang dilakukan di unitnya
4.Misalnya unit humas dapat mengidentifikasi risiko reputasi dan risiko keuangan;
Risiko keuangan; risiko kepatuhan (terhadap hukum dan peraturan yang berlaku).
Risiko reputasi (citra rumah sakit yang dirasakan oleh masyarakat).
Risiko strategis (terkait dengan rencana strategis termasuk tujuan strategis rumah
sakit).
Risiko kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.
Kategori Resiko:
Resiko Keuangan adalah resiko yang disebabkan oleh segala sessuata yang
menimbulkan tekanan terhadap pendapatan dan belanja organisasi
Resiko Kebijakan adalah resiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan
organisasi baik internal maupun eksternal yang berdampak langsung terhadap
organisasi
Resiko kepatuhan adalah resiko yang disebabkan oleh organisasi atau pihak eksternal
tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku.
Resiko legal adalah resiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan hukum kepada
organisasi
Resiko Fraud adalah resiko yang disebabkan kecurangan yang di sengaja Oleh pihak
internal yang merugikan keuangan negara
Resiko Reputasi adalag Resiko yang disebabkan oleh menurunnya kepercayaan
publik atau masyarakat yang bersumber dari persepsi negatif organisasi
Resiko Operasional adalah resiko yang disebabkan oleh :
1. ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal kesalahan manusia
atau kegagalan sistem
2. adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional organisas
Evaluasi Tata Kelola Rumah Sakit Badan Layanan Umum pada 4 Rumah
Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali
ABSTRAK
Rumah Sakit sebagai sebuah institusi perlu menerapkan good corporate governance dan
good clinical governance dalam meningkatkan mutu pelayanannya secara
berkesinambungan. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pemerintah
menyadari perlunya keleluasaan praktik berbisnis yang sehat di berbagai instansinya,
sehingga diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 (PP 23/2005) mengenai
Pengelolaan Keuangan BLU dan mengijinkan penerapannya dapat dilaksanakan di
berbagai instansi pemerintah termasuk Rumah Sakit. Mengevaluasi tata kelola pada 4
(empat) Rumah Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali. Terdapat perbedaan
implementasi pada ke 4 (empat) RS Vertikal tipe A di Jawa dan Bali yang diteliti.
Perbedaan tersebut adalah perbedaan pencapaian kelengkapan persyaratan dokumen tata
kelola serta perbedaan pada 4 (empat) unsur tata kelola BLU sesuai PP 23/2005 yang
meliputi 12 (dua belas) faktor terkait peningkatan mutu pelayanan menurut skema
Donabedian1.a dan Glickman2.a, yaitu budaya korporat, penetapan BLU, hospital by
laws, Renstra & RBA, pengembangan layanan, pengadaan barang dan jasa, standar
pelayanan, penetapan tarif, pejabat pengelola, penetapan remunerasi, kepegawaian,
pembinaan dan pengawasan. Perlunya peningkatan pemahaman pejabat pengelola satuan
kerja, peningkatan kualitas pembinaan dan pengawasan, pembentukan pengelola khusus
BLU di Kemenkes, pembentukan tim terpadu yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan. Diperlukan juga perubahan budaya organisasi, seleksi dan evaluasi RS
BLU, pemenuhan syarat kelembagaan BLU, reward and punishment, peraturan yang
jelas, rencana strategis dan rencana bisnis anggaran yang sesuai. Kebijakan publik yang
tepat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan suatu negara dalam mencapai
tujuannya.
ABSTRACT
A hospital as an institution needs to implement good corporate governance and good clinical
governance to improve service quality continuously. Public Service Agency (BLU) is a
government agency established in order to provide services to the community in the form of
supply of goods and/or services being sold without profit and doing activities based on the
principles of efficiency and productivity. The government realized the needs for flexibility in
healthy business practices of practices of various institution, so it has issued Government
Regulation No. 23, 2005 (PP 23/2005) of the Financial Management BLU and allow its
application to be implemented in a variety of government agencies including the hospitals.
The purpose of this research is to A hospital as an institution needs to implement good
corporate governance and good clinical governance to improve service quality continuously.
Public Service Agency (BLU) is a government agency established in order to provide
services to the community in the form of supply of goods and/or services being sold without
profit and doing activities based on the principles of efficiency and productivity. The
government realized the needs for flexibility in healthy business evaluate governance at four
(4) type A vertical hospitals in Java and Bali. There are differences in the implementation.
These include differences in achievement of the completeness document on good corporate
governance as well as governance requirements documents as well as differences in the 4
(four) elements of governance from PP 23/2005 that includes 12 (twelve) related factors of
Donabedian1.a and Glickman’s2.a scheme: corporate culture, BLU establishment, hospital
by laws, strategic planning & business plan budget, service development, procurement of
goods and services, service standards, tariffs, management officer, remuneration, staffing,
training and supervision. This research suggested the need for improved understanding of
work force management officer, the quality of guidance and supervision, the establishment of
specialized managers in BLU in Ministry of Health, the establishment of an integrated team
involving all stakeholders. Improvements needed in change organizational culture, BLU’s
hospital selection & evaluation, BLU’s institutional requirements, reward & punishment
system, clear rules and strategic plan & business plan budget. Appropriate public policy to
determine the success of a country in achieving its objectives is needed.
PENDAHULUAN
Pemerintah melalui amanat UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit mengharapkan pada
tahun 2011 semua Rumah Sakit pemerintah baik vertikal yang secara struktur berada
langsung di bawah Kementerian Kesehatan RI maupun RS daerah sudah menjadi organisasi
BLU/BLUD. Saat ini, pengelolaan keuangan negara telah mencanangkan sebuah paradigma
baru yang turut memperhatikan tiga aspek manajemen keuangan negara, yaitu orientasi pada
hasil atau mutu pelayanan, profesionalitas, serta transparansi dan akuntabilitas. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005, telah dinyatakan secara gamblang bahwa konsep
BLU merupakan paket reformasi untuk mengubah satuan kerja pemerintah menjadi
berorientasi kinerja atau hasil.
Tinjauan Pustaka
Good Governance
Tata kelola atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi “governance”. Menurut
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) (2012), tata kelola merupaka
suatu istilah yang terkait dengan mekanisme mengarahkan, mengendalikan baik suatu
organisasi atau lembaga atau pun suatu fungsi, agar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai ya dan harapan seluruh pihak yang berkepentingan (stakesholder). Berbagai
pengertian tentang tata kelola memiliki cakupan yang luas dan meliputi aspek pengambilan
keputusan, penjabaran ekspektasi, kejelasan pengawasan terhadap penggunaan kewenangan,
serta pemenuhan akuntabilitas dan pertanggungjawabannya, perencanaan strategik, pemastian
kinerja, kepemimpinan dan manajemen, keteraturan dan kepatuhan, serta serangkaian proses,
mekanisme dan struktur yang berlaku.
Menurut Mc Sherry dalam Clinical Governance (2009), terdapat hal pokok yang perlu
dicermati yaitu Public Perceived Experience dan Organizational Evidence of Healthcare
Delivery. Pandangan publik selalu berdasarkan pengalaman individu, pandangan media serta
pelayanan yang diberikan. Seringkali pandangan baik adalah tertuju kepada para dokter dan
perawat RS, sedangkan pandangan-pandangan buruk ditujukan kepada manajemen pengelola
serta kebijakan. Lebih jauh, Mc Sherry dan Pearce (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga
unsur penting guna mencapai Good Cinical Governance atau pencapaian atas mutu pelayanan
yang baik dalam sebuah organisasi, antara lain:
Setelah krisis moneter tahun 1998 ditambah adanya krisis keuangan global 2008,
timbul kesadaran RS pemerintah untuk menjadi lebih mandiri. Saat itu, pemerintah
mengakomodasi ide-ide kemandirian tersebut dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah RI
No. 6 Tahun 2006 tentang Perusahaan Jawatan bagi 13 Rumah Sakit Pendidikan Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 tentang Pola Pelayanan Keuangan
Badan Layanan Umum, sejak awal tahun 2006 semua Rumah Sakit Perjan (Perusahaan
Jawatan) telah kembali menjadi Unit Pelaksana Teknis milik Kementerian Kesehatan dengan
status baru sebagai RS BLU. Alasan Pemerintah memilih bentuk BLU bagi satuan kegiatan
yang berpotensi dikelola secara efisien dan efektif adalah agar satuan kerja yang mendapat
imbalan dari masyarakat dalam proporsi pelayanan mempunyai keleluasaan mengelola
sumber daya untuk meningkatkan pelayanannya. Peluang ini diberikan secara khusus untuk
satuan kerja yang melaksanakan tugas operasional pelayanan publik. Melalui pola BLU ini,
satuan kerja termasuk Rumah Sakit Pemerintah juga dapat melakukan pengamanan terhadap
aset negara yang dikelola satuan kerja tersebut (Website Direktorat Pembinaan Pengelolaan
Keuangan BLU, 2013). Karakteristik BLU RS berdasarkan pada Keputusan Menteri
kesehatan No. 1981/Menkes/SK/XII/2010 adalah:
a. BLU RS bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan juga mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip efisiensi dan juga
produktivitas serta penerapan praktik bisnis yang etis dan sehat dengan tidak semata-mata
mencari keuntungan.
b. BLU RS merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan yang diberikan tugas
serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, penelitian dan
pengembangan serta usaha lain dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan mengetahui kondisi tata
kelola RS BLU saat ini dibandingkan dengan persyaratan tata kelola BLU yang tercantum
dalam PPNo. 23/2005 dan aturan terkait lainnya. Penelitian terdiri dari dua tahap, tahap
pertama adalah pertanyaan tentang aspek persyaratan dokumentasi tata kelola RS BLU, dan
tahap ke dua adalah pertanyaan kedalaman atau indepth dari jawaban tahap pertama.
Pertanyaan ini dilakukan terhadap 4 RS BLU vertikal di Jawa dan Bali Indonesia yang
dianggap mewakili seluruh populasi yang ada, yaitu RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSUPN
Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta, RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan RSUP Sanglah
Denpasar.
Dalam penelitian ini dipisahkan antara dokumen input, proses, dan output agar dapat
dibedakan tahapan pemikiran dan masukan dari peneliti dalam pemenuhan pencapaian mutu
pelayanan yang baik.
Dari semua dokumen output yang ditanyakan hanya dokumen remunerasi yang belum
dimiliki oleh ke 4 (empat) informan. Seluruh RS telah melaksanakan proses penyusunan dan
pengajuan ke Kementerian Kesehatan, tetapi dari Kementerian Kesehatan belum memberikan
pengajuan kepada Kementerian Keuangan, sehingga belum ada satu pun SK remunerasi yang
disahkan. Kebijakan lain yang terkait BLU adalah dokumen tarif RS yang sudah diajukan
oleh ke 4 (empat) informan ke Kementerian.
Budaya
Penetapan RS BLU
Hospital by laws
Rencana strategi (renstra) dan RBA
Pengembangan pelayanan dan investasi
Pengadan barang dan jasa
Penetapan standar pelayanan
Penetapan tarif pelayanan
Pejabat pengelola
Kepegawaian
Pembinana dan kepegawaian
Dari hasil penelitian yang bertujuan mengevaluasi implementasi Tata Kelola Badan
Layanan Umum pada 4(empat) Rumah Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali,
didapatkan bahwa:
1. Implementasi tata kelola RS BLU pada RS vertikal kelas A masih belum maksimal,
dibuktikan dengan masih banyaknya kendala yang dirasakan oleh RS dan narasumber.
b. Perbedaan pada 4 (empat) unsur tata kelola yang meliputi 12 unsur terkait.
Adapun saran perbaikan secara umum terhadap kebijakan tata kelola RS BLU antara
lain:
Daftar Rujukan
1. Donabedian, A. (1977). Quality of Care: How Can It Be Assessed. Arch of Path &
Lab Med. (pp. 11).
9. National Institute of Standards Technology (NIST). (2013). About The Criteria for
Performance. Gaithersburg: Baldridge Performance Excellent. (2013).
10. Collins, Jim. (2004). Good to Great. Batam: KPG (Karisma Publishing Groups).
11. Nugroho, Riant. (2012). Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Manajemen Kebijakan. Jakarta: Kompas Gramedia.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dapat
diambil suatu kesimpulan yaitu; UU No. 44/2009 Pasal 36 disebutkan bahwa
"Tata Kelola Rumah Sakit" sudah menganut prinsip tata kelola rumah sakit
yang baik yaitu prinsip legalitas, prinsip hukum perlindungan hak asasi
manusia (HAM) yang terimplementasi dalam prinsip persamaan, prinsip
keadilan, selanjutnya adalah prinsip transparansi, prinsip profesionalitas,
prinsip perlindungan hukum, dan prinsip pertanggung jawaban hukum.
Bahwasannya tata kelola rumah sakit di Indonesia berdasarkan prinsip Good
Governance yaitu prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, independensi dan
responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran.
B. SARAN
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, perlu menetapkam
pemberlakukan SNARS (Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit) edisi
dalam bentuk instrumen hukum, sehingga ada jaminan kekuatan mengikat
secara hukum. Komisi Akreditasi Rumah Sakit selain melakukan workshop,
bimbingan, dan penilaian, perlu menerbitkan contoh form yang digunakan di
rumah sakit yang isinya terkait seperti elemen penilaian dalam standar
sehingga staf Rumah Sakit bisa lebih cepat belajar untuk menerapakan standar
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA