Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya
manusia yang berkualitas dan produktif. Kesehatan bukanlah semata-mata merupakan tanggung
jawab departemen kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari seluruh sector, termasuk
masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh upaya
pembangunan dan kondisi lingkungan social masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status
kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, partisipasi
aktif lintas sectoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta sangatlah diharapkan.

Menciptakan kondisi kesehatan masyarakat telah terbingkai dalam pembangunan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Salah satu ujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki
kualitas pelayanan. Pelayanan yang berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan ini
diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Rumah sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan medis
sebagai bentuk pendukung dari pelayanan bermutu kepada masyarakat, salah satu diantaranya
adalah pelayanan Instalasi Bedah Sentral.

Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Unit Bedah Sentral ini
yang disusun dari berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang disesuaikan dengan
kondisi RSIA Permata Hati sehingga dapat memberikan gambaran pelayanan unit bedah sentral
dari sisi landasan hokum, mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistic, fasilitas serta
peralatan. Sanitasi dan K3, dan tak kalah penting mengenai pengawasan pengendalian mutu.
Buku standar pelayanan unit bedah sentral ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Esuai dengan Visi dan Misi RSIA Permata hati menjaga dan meningkatkan kualitas dan
mutu pelayanan menjadi hal yang sangat penting. Hal tesebut sesuai Undang-undang RI No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa penyelenggaran rumah sakit bertujuan
memberi perlindungan terhadap keselamatan pasien (Pasient Safety), masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

Oleh sebab itu RSIA Permata Hati berkewajiban memberikan pelayanan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit. Untuk dapat tercapainya tujuan tersebut perlu adanya pedoman
sebagai pegangan atau dasar penyelenggaraan pelayanan operasi di Instalasi Bedah Sentral.

B. Tujuan Pedoman
Umum : Untuk meningkatkan mutu pelayanan anestesi dan bedah serta pelayanan sterilisasi di
RSIA Permata Hati.
Khusus :
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan anestesi dan bedah serta sterilisasi.
2. Sebagai acuan dalam pembuatan prosedur dan pelaksanaan pelayanan anestesi dan bedah
serta pelayanan sterilisasi di RSIA Permata Hati.

C. Ruang Lingkup Pelayanan Unit Bedah Sentral


Pelayanan Unit Bedah Sentral di RSIA Permata Hati meliputi :
1. Pelayanan Anestesi dan Bedah
a. Bedah umum
b. Bedah Obstetri Ginekologi
2. Pelayanan Sterilisasi

D. Batasan Operasional
1. Unit Bedah sentral adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan
kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
2. Kamar operasi adalah suatu ruangan tindakan pembedahan (operasi) didalam kamar bedah.
3. Tindakan operasi adalah setiap tindakan pembedahan yang dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi spesialis meliputi Bedah Obstetri Ginekologi dan Bedah Umum.
4. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran
adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostic, terapeutik atau rehabilitative
yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
6. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan
jaringan tubuh pasien.
7. Tindakan kedoktern yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan
tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibtkan kematian atau kecatatan.
8. Pelayanan anestesi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi dlam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (pra naestesi), intra
anestesi dan pasca anesthesia serta pelayanan lain sesuai dengan bidang anestesitesiologi
antara lain terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
9. Tim pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tim yang dipimpin oleh
dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter lain dan perawat anestesi atau
perawat yang berpengalaman dalam asisten anestesi.
10. Sterilisasi adalah suatu proses pengelolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia dan fisika.
11. Autoclave adalah suatu alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan.
12. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau
subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
13. Desinfeksi adalah proses inactive mikroorganisme melalui system terminal (panas) atau
kimiawi.
14. Indicator kimia adalah suatu alat berbentuk stip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan perubahan warna.

E. Landaan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796 Tahun 2011 Tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/Menkes/VIII/2011 Tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/PER/III/2011
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah
Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Asisten Manager Unit Bedah Sentral
Nama Jabatan : Asisten Manajer Unit Bedah Sentral
Unit Kerja : Unit Bedah Sentral
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Manajer Penunjang Medik dalam merencanakan, memimpin,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan si Unit Bedah Sentral. Sesuai
dengan ketentuan AD, ART, PT, Visi Misi dan Tujuan RS serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Uraian Tugas
a. Melaksanakan fungsi perencanaan
1) Menyusun rencana program kerja peningkatan mutu, pengembangan dan
pendidikan SDM, pengendalian logistic, pemeliharaan sarana dan prasarana,
pengembangan unit dan orientasi mitra di Unit Bedah Sentral & CSSD
2) Membantu manajer penunjang medik dalam membuat RKAPRAB dan tarif
berdasarkan proyeksi rencana kegitan di Unit Bedah Sentral & CSSD
3) Membantu menajer penunjang medik dalam membuat rencana kebutuhan tenaga
berupa pola ketenagaan berdasarkan analisa beban kerj di Unit Bedah Sentral &
CSSD
4) Mengusulkan kebutuhan alat medis dan non medis berdasarkan rencana strategi,
program kerja dan kebutuhan pelayanan di UBS & CSSD
5) Membantu manajer dalam menyusun continuous improvement di UBS & CSSD
6) Membantu manajer penunjang medik dalam menyusun pedomana pelayanan di
UBD & CSSD
7) Menyusun SPO pelayanan pasien di Unit Bedah Sentral & CSSD
8) Bersama Marketing merencanakan kegiatan marketing pelayanan Unit Bedah
Sentral & CSSD
b. Melaksanakan Fungsi Kepemimpinan
1) Memimpin & mengatur pembagian tugas bawahan di UBD & CSSD
2) Melakukan sosialisasi dan penjelasan langsung kepada staf tentang program kerja,
kebijakan pelayanan, RKAP, RAB & tarif pelayanan Unit Bedah Sentral & CSSD
3) Mengusulkan rotasi sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan
evaluasi kinerja Unit Bedah Sentral & CSSd
4) Melakukan koreksi, memberi petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan petunjuk
teknis Unit Bedah Sentral & CSSD
5) Melakukan koreksi terhadap laporan bulanan yang dianjurkan oleh Kepala ruang
UBS & CSSD
6) Membimbing dan membina Kepala ruang UBS & CSSD untuk mengingatkan
kemampuan manajerial
7) Memberikan solusi terhadap masalah pelayanan Unit Bedah Sentral & CSSD dan
melaporkan kepada Manajer Penunjang Medik
8) Mengatur pendayagunaan & pengembangan produk layanan Unit Bedah Sentral &
CSSd
9) Melakukan koreksi terhadap jadwal dinas dan mengatur ijin/cuti/tukar dinas
bawahan
c. Melaksanakan Fungsi Pengkoordinasian
1) Mengadaka pertemuan bulanan atau sewaktu-waktu bila diperlukan
2) Menghadiri rapat/pertemuan yang diadakan oleh manajemen RS dan direksi RS
3) Berkoordinasi dengan unit dan komite terkait
4) Menghadiri rapat/ pertemuan yang diadakan oleh intansi di luar rumah sakit terkait
pelayanan Unit Bedah Sentral & CSSD
d. Melaksanakan Fungsi Pergerakan dan Pelaksanaan
1) Melakukan sosialisasi dan penjelasan berupa petunjuk teknis atau penjelasan
langsung kebijakan pelayanan, program kerja, RKAP, RAB & tariff di UBS & CSSD.
2) Melaksanakan pendayagunaan dan pengembangan produk layanan di Unit Bedah
Sentral & CSSD.
3) Mengadakan pertemuan bulanan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan di Unit
Bedah Sentral & CSSD.
4) Melakukan koordinasi antar unit kerja dan pihak luar baik dengan instansi
pemerintah maupun swasta untuk pelayanan di Unit Bedah Sentarl & CSSD.
5) Menghadiri rapat yang diadakan oleh manajement RS dan Direksi.
6) Memimpin dan mengatur pembagian tugas bawahan baik berupa penugasan
langsung atau melalui jadwal dinas di Unit Bedah Sentral & CSSD.
7) Mengusulkan rotasi sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan
evaluasi kinerja Unit Bedah Sentral & CSD.
8) Membimbing, membina dan mengarahkan staf di Unit Bedah Sentral & CSSD untuk
meningkatkan kemampuan manajerialnya.
9) Memberikan solusi terhadap masalah pelayanan yang dihadapi di UBS & CSSD.
10) Melaksanakan program pelatihan dan pengembangan SDm di UBS & CSSD.
11) Mengajukan dan mengelola perijinan operasional di UBS & CSSD.
12) Memberi dan mengevaluasi jadwal, cuti/ijin dan tukar dinas di UBS & CSSD.
13) Melaporkan pelanggaran kedisiplinan di UBS & CSSD.
e. Melakukan Pengawasan, pengendalian dan Penilaian
1) Melakukan evaluasi dan analisa pelaksanaan kebijakan pelayanan, pelaksanaan
program kerja, pencapaian RKAP, dan tarif di UBD & CSSD.
2) Melakukan pembetulan terhadap pelanggaran kedisiplinan di UBS & CSSD.
3) Melaporkan evaluasi pendayagunaan dan pengembangan produk layanan di Unit
Bedah Sentral & CSSD.
4) Melakukan pengawasan pelaksanaan program KPRS di UBS & CSSD.
5) Melakukan penilain kinerja staf di lingkup Unit Bedah Sentral & CSSD.
6) Membuat laporan dan analisa kinerja berdasarkan hasil laporan kinerja UBS & CSSD.
f. Kewenangan
1) Mengatur rencana kegiatan di Unit Bedah Sentral & CSSD.
2) Mengusulkan penempatan petugas terkait pelayanan UBD & CSSD.
3) Koordinasikan dengan Dokter Spesialis dan Unit Bedah Sentral & CSSD.
4) Mengadakan rapat yang bertujuan untuk meningkatkan koordinai pelayanan baik di
unit terkait maupun rapat lintas unit.
5) Memberi masukan dan pendapat kepada atasan terkait pengembangan prosedur
pelayanan.
6) Menilai, menegur dan memotivasi petugas terkait pelayanan UBS & CSSD.
7) Melakukan penugasan terhadap unit-unit terkait untuk pelayanan UBS & CSSD.
g. Standart Kepegawaian
Dokter atau Sarjana Keperawatan, mempunyai sertifikasi Manajemen Kamar Operasi,
telah bekerja di Rumah Sakit selama 5 tahun dan pengalaman memimpin di sebuah unit
sekurang-kurangnya 2 tahun.

2. Kepala Ruang Unit Bedah Sentral


Ihtiar Jabatan:
Membantu Asisten Manajemn Bedah Sentral dalam membuat rencana kegiatan, menyusun
kebijakan pelaksanaan, standar dan prosedur pelaksanaan, kebijakan teknis dan
operasional, memimpin, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas pelayanan Unit Bedah Sental, sesuai dengan
ketentuan AD ART PT, Visi Misi dan Tujuan Rumah Sakit serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Uraian Tugas :
a. Melaksanakan Fungsi Perencanaan
1) Mengusulkan rencana program kerja peningkatan mutu, pengendalian logistic,
pengembangan SDm, pengembangan unit, pemeliharaan sarana prasarana dan
orientasi mitra UBS kepada Asisten Manager Bedah Sentral.
2) Mengusulkan data rencana kegiatan Unit Bedah Sentral yang diperlukan untuk
menyusun RKAP,RAB dan tarif kepada Asisten Manager Bedah Sentral.
3) Mengajukan data kebutuhan tenaga berdasarkan analisa beban kerja Unit bedah
Sental dan sesuai periode kerja waktu yang dibutuhkan.
4) Melaporkan data kebutuhan alat medis dan non medis Unit Bedah Sentral
berdasarkan renstra dan program kerja dan kebutuhan pelayanan.
5) Mengusulkan program continuously improvement di Unit Bedah Sentral.
6) Menyusun petunjuk teknik/pedoman pelayanan Unit Bedah Sentral.
7) Membuat SPO pelayanan di Unit Bedah Sentral.
b. Melaksanakan Fungsi Pergerakan dan Pelaksanaan
1) Memimpin dan mengatur tugas bawahan di Unit Bedah Sentral.
2) Melakukan sosialisasi dan penjelasan langsung kebijakan pelayanan, program kerja,
RKAP,RAB dan tarif Unit Bedah Sentral kepada staff Unit Bedah Sentral.
3) Mengusulkan sumber daya yang akan dirotasi sesuai kebutuhan pelayanan &
evaluasi kinerja Unit Bedah Sentral kepada Asisten Manager Bedah Sentral.
4) Mengadakan pertemuan bulanan atau sewaktu waktu apabila diperlukan di UBS.
5) Membuat laporan bulanan kepada Asisten Manager Bedah Sentral.
6) Membimbing dan membina staff Bedah Sentral untuk meningkatkan kemampuan
manajerial.
7) Memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam pelayanan medik di Unit
Bedah Sentral dan melaporkan kepada Asisten Manager Bedah Sentral.
8) Mengatur pendayagunaan & pengembangan produk layanan UBS.
9) Membuat jadwal dinas dan mengatur ijin/cuti, tukar dinas bawahan UBS.

c. Melaksanakan Fungsi Pengkoordinasian


1) Mengadakan pertemuan bulanan atau sewaktu-waktu bila diperlukan di UBS.
2) Menghadiri rapat/pertemuan yang diadakan oleh manajemen RS dan direksi PT.
3) Berkoordinasi dengan unit dan komite terkait.
4) Menghadiri rapat/pertemuan yang akan diadakan oleh intansi lain di luar rumah
sakit terkait pelayanan Unit Bedah Sentral.
d. Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
1) Menyusun rencana strategis, kebijakan pelayanan, program kerja, pencapaian RKAP
dan tarif di Unit Bedah Sentral.
2) Melaporkan hasil evaluasi pendayagunaan sumber daya dan pengembangan produk
layanan Bedah Sentral.
3) Melakukan penilaian kinerja bawahan secara berkala.
4) Melaporkan kebutuhan alat medis dan non medis di Unit Bedah Sentral.
5) Melaporkan dan melakukan pembinan terhadap pelanggaran kedisiplinan/peraturan
perusahaan yang dilakukan oleh bawahan di Unit Bedah Sentral.
6) Melaporkan kebutuhan tenaga di unit Bedah Sentral.
7) Melaporkan program continuously improvement Unit Bedah sentral.
e. Tugas lain
Melakukan tugas lain yang diberikan atasan.
f. Kewenangan
1) Mengatur kegiatan pelayanan di unit Bedah Sentral.
2) Melakukan penugasan kepada bawahan.
3) Mengawasi, memberikan petunjuk dan arahan terhadap pelaksanaan tugas
bawahan.
4) Memberikan penilaian, teguran, pembinaan , motivasi dan pujian kepada bawahan.
5) Meminta data/laporan dari staff di Unit Bedah Sentral.
6) Mengadakan koordinasi dengan unit kerja terkait terhadap pelaksanaan pelayanan
Bedah Sentral.
7) Memberikan masukan kepada atasan terkait pengembangan layanan Bedah Sentral.
8) Memberikan persetujuan terhadap ijin, cuti dan tukar dinas di Unit Bedah Sentral.
g. Standart Kepegawaian
Sarjana keperawatan, telah bekerja di Kamar Operasi selama 5 tahun dan pengalaman
memimpin di sebuah Unit Kerja Rumah Sakit sekurang-kurangnya 2 tahun, bertanggung
jawab dan berjiwa kepemimpinan.
h. Tanggung Gugat
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan kinerja dan perkembangan Unit Bedah Sentral.

3. Perawat Asisten Operator


Yaitu seorang tenaga keperawatan professional yang diberi wewenang dan ditugaskan
dalam membantu Ahli bedah dalam melaksanakan tindakan pembedahan.
Persyaratan :
a. Pendidikan D III perawatan, memiliki sertifikat khusus tehnik kamar operasi.
b. Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi minimal 2 tahun sebagai srub nurse.
c. Sehat
d. Mempunyai bakat dan minat serta iman.
e. Berdidikasi tinggi.
f. Berkepribadian mantap/emosional stabil.
g. Dapat bekerja sama dengan anggota tim.
h. Cepat tanggap.
Tanggung Jawab :
Secara administrasi dan kegiatan perawatan, bertanggung jawab kepada perawat Kepala
Kamar Operasi dan secara operasional tindakan bertanggung jawab kepada Ahli Bedah dan
Perawat Kepala kamar Operasi.

Uraian Tugas :
Sebelum pembedahan :
a. Melakukan pengecekan semua persiapan operasi baik persiapan kamar, persiapan
intrumen, persiapan tenun, persiapan obat alkes harus sesuai dengan jenis tindakan
operasi.
b. Membantu persiapan pasien mulai dari pembiusan, mengatur posisi pasien operasi.
c. Memastikan jenis operasi dan lokasi operasi.

Saat pembedahan :

a. Melakukan teknik Desinfeksi luka operasi


b. Bersama-sama Operator melakukan teknik drapping
c. Membantu Operator dalam melaksanakan tindakan pembedahan
d. Melindungi organ-organ tubuh lain selain organ yang dilakukan pembedahan
e. Mengkoordinasikan intrumen yang akan dipakai oleh Operator kepada srub nurse
f. Memastikan perhitungan kasa dan instrument sesuai dengan perhitungan kasa,
jarum dan instrument pada awal operasi sebelum Operator menutup lapisan
peritoneum dan sebelum Operator menutup lapisan fasia
g. Membantu Operator dalam melakukan hecting lapis demi lapis
h. Melakukan hecting kulit sesuai dengan permintaan Dokter Operator
i. Membersihkan luka operasi
j. Menutup luka daerah operasi.

Sebelum pembedahan :

a. Membersihkan kulit sekitar operasi dari sisa-sisa darah dan bethadin


b. Mengganti baju pasien bila kena darah
c. Bersama-sama tim bedah lainnya memindahkan paien ke brankart untuk kemudian
dibawa ke ruang pemulihan
d. Melakukan pengcekan dokumen operasi serta dokumentasi pemakaian obat dan
alat kesehatan yang dipakai selama operasi
e. Melakukan tugas administrasi yaitu membuat jadwal operasi di computer serta
melakukan billing operasi.
4. Perawat Intrumen/Srub Nurse
Yaitu seorang tenaga perawatan professional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam
pengelolaan paket alat pembedahan selama tindakan pembedahan berlangsung.
Persyaratan :
a. Pendidikan berijasah pendidikan formal keperawatan dari semua jenjang yang diakui
oleh pemerintahan atau berwenang, mimiliki sertifikat khusus teknik kamar operasi.
b. Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi minimal 2 tahun sebagai circulating
nurse.
c. Mempunyai bakat dan minat dan iman.
d. Berdidikasi tinggi.
e. Berkepribadian mantap/emosional stabil.
f. Dapar bekerja sama dengan anggota tim.
g. Cepat tanggap.

Tanggung jawab :

Secara administrasi dan kegiatan perawatan, bertanggung jawab kepada perawat Kepala
Kamar Operasi dan secara operasional tindakan bertangung jawab kepada Ahli Bedah dan
Perawat Kepala Kamar Operasi.

Uraian tugas :

Sebelum pembedahan :

a. Menyediakan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai meliputi :


1) Kebersihan ruang operasi dan peralatan
2) Meja mayo/instrument
3) Meja operasi lengkap
4) Lampu operasi
5) Mesin anestesi lengkap
6) Suction pump
7) Gas medis
b. Menyiapkan set intrumen steril sesuai jenis pembedahan.
c. Meyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai keperluan pembedahan.
d. Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.

Saat pembedahan :

a. Memperingatkan tim steril jika terjadi penyimpangan prosedur aseptic.


b. Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah dan asisten.
c. Menata instrument steril di meja mayo sesuai urutan prosedur pembedahan.
d. Memberikan bahan desinfektan kepada operator untuk desinfeksi kulit daerah yang
akan disayat.
e. Memberikan lanan steril untuk prosedur drapping.
f. Memberikan instrument kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur dan kebutuhan
tindakan tindakan pembedahan secara tepat dan benar.
g. Memberikan kasa steril kepada operator dan mengambil kaa yang telah digunakan
dengan memakai alat.
h. Menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan dalam keadaan siap pakai.
i. Mempertahankan instrument selama pembedahan dlam keadaan tersusun secara
sistematis untuk memudahkan bekerja.
j. Membersihkan instrument dari darah dalam pembedahan untuk mempertahankan
sterilisasi alat dan meja mayo.
k. Menghitung kasa, jarum dan instrument.
l. Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kainkasa dan jarum kepada ahli
bedah sebelum luka ditutup lais demi lapis.
m. Menyiapkan cairan untuk mencuci luka.
n. Membersihkan kulit sekitar luka setelah luka dijahit.
o. Membantu asisten operator menutup luka dengan kain kasa steril.
p. Menyiapkan bahan pemeriksaan laboratorium/patologi.

Setelah pembedahan :

a. Menfiksasi drain dan kateter.


b. Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah yang dipasang
elektroda.
c. Menggantikan alat tenun, baju pasien penutup kepala serta memindahkan pasien
dari meja operai ke kereta dorong.
d. Memeriksa dan menghitung semua intrumen dan menghitung sebelum dikeluarkan
dari kamar operasi.
e. Memeriksa ulang cattan dan dokumentasi pembedahan dalam keadaan lengkap.
f. Membersihkan intrumen bekas pakai dengan cara :
1) Merendam dengan cairan desinfektan yang mengandung detergent.
2) Menyikat sela-sela engsel instrument.
3) Membilas dengan air mengalir.
4) Mengeringkan.
g. Membungkus instrument sesuai jenis, macam, bahan, kegunaan dan ukuran.
Memasang pita autoclave dan membuat label nama alat-alat pada tiap bungkusan
instrument dan selanjutnya siap untuk disterilkan sesuai prosedur yang berlaku.
h. Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan selesai agar siap pakai.
5. Perawat Sirkuler/Circulating Nurse
Yaitu tenaga perawatan professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu
kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
Persyaratan :
a. Berijasah pendidikan formal keperawatan dari semua jenjang yang diakui oleh
pemerintahan atau yang berwenang.
b. Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi lebih dari 1 tahun.
c. Menpunyai bakat dan minat.
d. Berdidikasi tinggi.
e. Berkepribadian mantap/emosi stabil.
f. Dapat bekerja sama dengan anggota tim.
g. Cepat tanggap.

Tanggung jawab :
Secara administrasi dan operasional bertanggung jawab kepada perawat kepala Kamar
Operasi dan kepada Ahli Bedah.

Uraian tugas :

Sebelum pembedahan :

a. Menerima pasien yang akan dibedah.


b. Memeriksa dengan menggunakan formulir check list meliputi :
Kelengkapan dokumen medis antara lain : Surat Ijin Operasi, hasil pemeriksaan
laboratorium terakhir, hasil pemeriksaan radiologi, hasil pemeriksaan ahli anesthesia
(pra visite), hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan. Kelengkapanobat-obatan, cairan,
alat kesehatan. Persediaan darah bila diperlukan.
c. Memeriksa persiapan fisik.
d. Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isian check list dengan perawat
ruang rawat.
e. Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan tentang tindakan
pembedahan yang akan dilakukan, tim bedah yang akan menolong, fasilitas yang ada di
dalam kamar bedah antara lain lampu operasi dan mesin pembiusan, tahap-tahap
anestesi.
Saat pembedahan :
a. Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerja sama dengan petugas
anesthesia.
b. Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptic.
c. Mengingatkan tim bedah jika mengetahui adanya penyimpangan penerapan teknik
aseptic.
d. Mengikatkan tali jas steril tim bedah.
e. Membantu mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan dengan cara
mengetahui jumlah cairan urine, jumlah pendarahan, jumlah cairan yang hilang.
f. Mencatat jumlah cairan yang hilang dengan cara menjumlahkan perdarahan yang
berasal dari kasa, suction, urine dikurangi dengan pemakaian cairan untuk pencucian
luka selama pembedahan.
g. Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada ahli anesthesi.
h. Menghubungi petugas penunjang medis ( petugas radiologi, petugas laboratorium)
bila diperlukan selama pembedahan.
i. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan.
j. Menghitung dan mencatat pemakaian kain kassa, bekerja sama dengan perawat
instrument.
k. Mengukur dan mencatat tanda vital.
l. Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan alat dan memisahkan dari
instrument yang steril.
m. Memeriksa kelengkapan instrument dan kain kassa bersama perawat instrument
agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi di tutup.

Setelah pembedahan :

a. Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai dilakukan tindakan


pembedahan.
b. Memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong yanh telah disediakan.
c. Mengukur dan mencatat tanda vital.
d. Mengukur tingkat kesadaran dengan cara memanggil nama pasien, memberikan
stimulus, memeriksa reaksi pupil.
e. Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan serta cairan yang diberikan kepada
pasien.
f. Memeriksa kelengkapan dokumen medik antara lain : laporan pembedahan, laporan
anesthesia dan pengisian formulir PA.
g. Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama pembedahan antara lain :
identitas pasien : nama pasien, umur, no. rekan medik, nama tim medis, waktu dan
lama pembedahan, jenis pembedahan, jenis kasus, tempat tindakan dan hasil
evaluasi, masalah yang timbul selama pembedahan, tindkan yang dilakukan, hasil
evaluasi.
h. Melakukan serah terima dengan perawat ruang rawat/petugas RR tentang
kelengkapan dokumen medik, intruksi pasca bedah, keadaan umum pasien, obat-
obatan dan resep baru.
i. Membantu perawat instrument, membersihkan dan menyusun instrument yang
digunakan kemudian alat tersebut disterilkan.
j. Membersihkan selang, botol suction dari sisa jaringan serat cairan operasi.
k. Membersihkan selang suction yang dipakai langsung ke pasien.
l. Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan selesai.
6. Perawat Anestesi
Yaitu seorang tenaga perawatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam
membantu terselenggaranya pelaksanaan tindakan pembiusan di kakamr operasi.
Persyaratan :
a. Pendidikan DIII Keperawatan anesthesia.
b. Mempunyai bakat dan minat.
c. Berdidikasi yang tinggi.
d. Berbadan sehat.
e. Berkepribadian mantap.
f. Dapat bekerja sama dengan anggota tim.
g. Cepat tanggap.

Bertanggung jawab :

Secara administrasi dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab kepada Perawat Kepala
Kamar Operasi dan secara operasional bertanggung jawab kepada Ahli Anesthesi/Bedah dan
Perawat Kepala kamar Operasi.

Uraian tugas :

Sebelum pembedahan :

a. Melakukan kunjungan pra anesthesia untuk menilai status fisik pasien sebatas
wewenang dan tanggung jawabnya,
b. Menerima pasien diruang penerimaan kamar operasi.
c. Menyiapkan mesin anestesi dan kelengkapan formulir anesthesia.
d. Menilai kembali fungsi dan keadaan mesin anesthesia dan alat monitoring.
e. Menyiapkan kelengkapan meja operasi antara lain : pengikat meja operasi standart
lengan, kunci meja operasi, boog kepala, standart infus.
f. Menyiapkan botol suction.
g. Mengatur posisi meja operasi sesuai dengan tindakan operasi.
h. Memasang infus atau transfusi darah bila diperlukan.
i. Memberikan premedikasi sesuai program dokter anesthesia.
j. Mengukur tanda vital dan menilai kembali kondisi fisik pasien.
k. Menjaga keamanan dari bahaya jatuh dan aspirasi.
l. Memindahkan pasien ke meja operasi dan memasang sabuk pengaman.
m. Menyiapkan obat-obat bius dan membantu Ahli Anesthesi dalam proses pembiusan.

Saat pembedahan :

a. Membebaskan jalan nafasa dengan cara mempertahankan posisi kepala tetap


extensi, menghidap lender, mempertahankan posisi endotracheal tube.
b. Memenuhi keseimbangan O2 dan CO2 dengan cara memantau flowmeter pada
mesin pembiusan.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan dengan mengukur dan memantau cairan
tubuh yang hilang selama pembedahan antara lain :

Cairan lambung, cairan rongga tubuh, urine, perdarahan.

d. Mengukur tanda vital.


e. Menilai respon pasien terhadap efek obat anesthesia.
f. Melaporkan hasil pemantauan kepada dokter Ahli Anesthesi/Bedah.
g. Menjaga keamanan pasien dari bahaya jatuh.
h. Menilai hilangnya efek obat anesthesia pada pasien.
i. Melakukan resusitasi pada henti jantung.

Setelah pembedahan :

a. Mempertahankan jalan nafas pasien.


b. Memantau tingkat kesadaran dan refleks pasien.
c. Memantau dan mencatat tentang perkembangan pasien perioperative.
d. Menilai respon pasien terhadap efek obat anesthesi.
e. Memindahkan pasien ke Rr/ruang rawat, bila kondisi stabil atas ijin Ahli Anesthesi.
f. Melengkapi catatat perkembangan pasien sebelum, selama, dan sesudah
pembiusan.
g. Merapikan dan mengembalikan alat-alat anesthesia ke tempat semula agar siap
pakai.
h. Membersihkan kamar operasi sesuai prosedur yang berlaku.

B. Kebutuhan dan Distribusi Ketenagaan


1. Kebutuhan Ketenagaan
a. Berdasarkan Rotasi/Shift

No Ketegori Tenaga Ketenagaan


. Ketersediaan Kebutuhan Kekurangan
1 dr. Anestesi 3 2 0
2 Asisten Manager UBS 1 1 0
3 Kepala Ruang 0 1 1
4 Perawat Anestesi 0 1 1
5 Perawat Asisten 4 4 0
6 Perawat Instrumen 4 4 0
7 Perawat Sirkuler 4 4 0
8 Petugas Administrasi 0 2 2

b. Berdasarkan WISN

No Ketegori Tenaga Ketenagaan


. Ketersediaan Kebutuhan Kekurangan
1 dr. Anestesi 3 2 0
2 Asisten Manager UBS 1 1 0
3 Kepala Ruang 0 1 1
4 Perawat Anestesi 4 5 1
5 Perawat Asisten 5 5 0
6 Perawat Instrumen 5 5 0
7 Perawat Sirkuler 4 5 1
8 Petugas Admin/PP 0 1 1

2. Distribusi Ketenagaan

No. NAMA PENDIDIKAN DISTRIBUSI


1 dr. Faisal Sommeng, Sp.An Spesialis Anestesi Dokter PJ. Anestesi
2 dr. Zulfikar T, Sp.An Spesialis Anestesi Dokter Anestesi
3 Jusni, Amd. Keb D III Kebidanan Kepala Ruangan
4 Sahar , S. Kep, Ns Ners Keperawatan Asisten Operator
5 Fransiska A Gosani, Amd. Keb D III Kebidanan Instrumenteren
6 Harniati, Amd. Keb D III Kebidanan Instrumenteren
7 Farah Asisah, Amd.Kep D III Keperawatan Instrumenteren
8 Maranatha, Amd. Kep D III Keperawatan Instrumenteren

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dilakukan shift dan non shift, untuk shift dibagi menjadi 3 shift untuk memenuhi
pelayanan UBS 24 jam baik pelayanan pembedahan dan sterilisasi.
Shift Pagi : 08.00 – 14.00
On Call : ( Jika Ada Operasi Cito )

No KATEGORI TENAGA POLA KETENAGAKERJAAN


.
1 Asisten Manager UBS Dinas Pagi
2 Dokter Spesialis Sesuai Jadwal
3 Perawat Dinas pagi : orang
Staff orang, Kepala Ruang 1 orang
Dinas Middle : orang
Dinas Siang : orang
Dinas Malam : orang
Lembur lepas malam : orang
4 Petugas Administrasi Dinas Pagi ( saat ini belum ada )
5 Petugas CSSD Dinas Pagi - siang ( 08.00 – 16.00 )

BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH UNIT BEDAH SENTRAL & UNIT STERILISASI
ALUR KEGIATAN PELAYANAN ANESTESI BEDAH DAN STERILISASI DI UBS
B. STANDART FASILITAS UNIT
1. Ruang Bedah Minor
a. Denah / layout OK 2
1) Kamar bedah untuk bedah minor dengan pembiusan local, regional atau total
dilakukan pada ruangan steril.
2) Ruang bedah minor UBS Rumah Sakit Permata Hati ukuran 6m x 5.5m x 3m
Gambar OK 2/ Kamar Bedah Minor
b. Peralatan utama pada kamar bedah minor ini adalah
1) Meja Operasi.
2) Lampu operasi tunggal.
3) Mesin Anestesi dengan saluran gas medik dan listrik.
4) Peralatan monitor bedah.
5) Film Viewer.
6) Jam dinding.
7) Instrument Trolley untuk peralatan bedah.
8) Tempat sampah klinis.
9) Lemari obat.

2. Ruang Bedah Besar ( Mayor )


a. Denah ( Layout ) OK 1
1) Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindkan bedah
dengan pembiusan local, regional atau total.
2) Kamar bedah besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang
membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk
diantaranya untuk bedah Laparatomy, bedah orthopedi.
3) Kebutuhan area kamar bedah besar minimal 50 m², dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi adalah 7.2 m x 7m x 3 m.
4) Luas ruang bedah mayor UBS Rumah Sakit Permata Hati 7.5m x 6m x 3m.
Gambar Ruang Bedah Besar ( 50 m² )

b. Peralatan kesehatan utama yang diperlukan, antara lain


1) Meja operasi
2) Lampu operasi
3) Mesin anestesi & peralatan penunjang anestesi lengkap
4) Mesin suction
5) Film Viewer
6) Jam dinding
7) Instrument Trolley untuk peralatan bedah
8) Tempat sampah medis
9) Tempat linen kotor
10) Lemari obat/peralatan dan lain – lain
c. Memenuhi Persyaratan Umum Ruang
1) Komponen Penutup Lantai
a) Lantai tidak licin, tahan terhadap goresan/gesekan peralatan, tidak ada
smbungan dan tahan terhadap api.
b) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti
bakteri.
c) Penutup lantai dari bahan anti static, yaitu vinil anti static.
d) Permukaan dari semua lantai cukup keras untuk pembersihan dengan
penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
e) Penutup lantau harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
f) Hubungan/pertemuan antara lantai dengan dinding menggunakan bahan yang
tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai ( Hopital
plint ).
2) Komponen Dinding
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut
a) Dinding mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak
berjamur, tidak ada sambungan dan anti bakteri.
b) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-
pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
c) Warna dinding cerah natural tidak memantulkan cahaya dan tidak
menyilaukan mata.
d) Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan
arus aliran udara.
e) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya
sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.

3) Komponen Langit – Langit


Komponen langit-langit memenuhi persyaratan sebagai berikut
a) Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air.
b) Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu.
c) Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
3. Ruang Pemulihan
Terdapat 2 tempat tidur beserta patient monitor
4. Ruang Scrub Up
a. Tersedia air mengalir dengah sensor
b. Container desinfektans
5. Ruang Linen
a. Untuk menyimpan linen yang belum steril yang akan di packing
b. Almari penyimpan linen
6. Ruang Ganti Petugas ( Ruang Loker )
a. Ruang loker dipisah antara petugas pria dengan petugas wanita.
b. Terdapat rak sepatu.
c. Terdapat tempat linen kotor
d. Tempat sampah
7. Ruang Dokter
8. Ruang Perawat
9. Pantry
10. Ruang Tunggu Keluarga Pasien
11. Ruang Pendaftaran dan Administrasi
Fasilitas yang ada didalam ruangan ini adalah meja, kursi, computer, lemari-lemari arsip dan
konter pendaftran.
12. Ruang Utilitas Kotor (Spoelhoek, Disposal)
13. Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan (Janitor)
14. Ruang Pre anestesi
15. Gudang

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Diagram Alur Tata Laksana Pelayanan Bedah

ALUR DOKUMEN
MULAI
1. SPO Verifikasi dan Penandaan Prosedur

UNIT ASAL PASIEN Persiapan Operasi


2. SPO identifikasi pasien dewasa dan anak pra
1. Operator & Anestesi
anestesi
a. Melakukan Verifikasi dan Penandaan
3. Persetujuan & Penolakan Tindakan Kedokteran
Lokasi Prosedur Pasien;
4. SPO persiapan pasien operasi.
b. Membuat rencana program operasi;
c. Mendaftarakan program operasi ke
UBS & sesuai kebijakan dan SPO yang
berlaku.
2. Perawat Penanggung Jawab Pasien
a. Melakukan Klarifikasi jadwal operasi
b. Melakukan Persiapan Pasien al ;
Administrasi dan Fisis pasien
c. Melakukan edukasi pasien sesuai
kebutuhan
d. Mengirim pasien ke UBS sesuai SPO
e. Melakukan serah terima pasien
dengan Perawat UBS
1. SPO Serah Terima pasien
2. SPO Sign In, Time Out dan Sign Out

UNIT BEDAH SENTRAL 3. SPO Persiapan anestesi sedasi dalam dan


moderat
1. Perawat UBS
4. SPO Monitoring intra anestesi
a. Menerima pendaftaran program
5. SPO Dokumentasi Pelayanan anestesi
operasi dari Unit asal pasien
6. SPO pengkajian resiko jatuh
b. Menyusun jadwal operasi harian
7. SPO Monitoring post anestesi dan kriteria
2. Perawat Kamar Operasi & Perawat
discharge
Anestesi
a. Melakukan timbang terima pasien
dengan perawat asal pasien sesuai
SPO
b. Melakukan cek-recek kelengkapan
administrasi & persiapan fisik pasien
c. Melakukan transfer pasien ke kamar
operasi
3. Perawat Sirkuler, Operator dan Dokter
Anestesi
a. Melakukan Sign In, Time Out dan Sign
Out
b. Membuat rekomendasi pengelolaan
pasien pasca operasi
c. Melakukan identifikasi dan
pengemasan jaringan untuk
pemeriksaan Patologi Anatomi
4. Perawat Sirkuler dan Perawat Anestesi
a. Melakukan pengkajian resiko jatuh
pasien pasca operasi
b. Melakukan transfer pasien ke
recovery room
5. Perawat Recovery Room
a. Melakukan Monitoring pasien pasca
operasi
SELESAI
B. Diagram Alur Pelayanan Anestesi

ALUR DOKUMEN

MULAI
1. SPO Verifikasi dan Penandaan Prosedur

UNIT ASAL PASIEN Persiapan Operasi


2. SPO Identifikasi pasien dewasa dan
1. Anestetis
anak pra anestesi
a. Dokter anestesi melakukan asesmen pra
3. Persetujuan & Penolakan Tindakan
sedasi di Ruangan
Kedokteran
b. Memberikan inform consen ke Pasien
4. SPO Edukasi meliputi al :
dan Keluarga tentang tindakan anestesi
a. SPO Nafas Dalam
yang akan dilakukan
b. SPO Batuk Efektif
2. Perawat penanggung Jawab Pasein
5. SPO Persiapan pasien operasi
a. Melakukan Klarifikasi jadwal operasi
b. Melakukan Persiapan Pasien al;
Administrasi dan Fisik pasien
c. Melakukan edukasi pasien sesuai
kebutuhan
d. Mengirim pasien ke IBS sesuai SPO
e. Melakukan serah terima pasien dengan
IBS
UNIT BEDAH SENTRAL 1. SPO Penjadwalan Dokter Anestesi
2. SPO Serah terima pasien
1. Perawat UBS
3. SPO Sign In. Time Out dan Sign Out
a. Menerima pendaftaran program operasi
4. SPO Persiapan anestesi sedasi dalam
dari Unit asal pasien
dan moderat
b. Menyusun jadwal operasi harian
5. SPO Persiapan General Anestesi atau
2. Perawat Kamar Operasi & Perawat Anestesi
Regional Anestesi
a. Melakukan timbang terima pasien
6. SPO Pre Induksi
dengan perawat asal pasien sesuai SPO
b. Melakukan cek-recek kelengkapan 7. SPO Monitoring Intra Anestesi
8. SPO Dokumentasi pelayanan anestesi
administrasi & persiapan fisik pasien
9. SPO pengkajian resiko jatuh
c. Melakukan transfer pasien ke kamar
10. SPO Post Operasi Dengan General
operasi
3. Perawat Sirkuler, Operator, dan Dokter Anestesi atau Regional Anestesi
11. SPO Monitoring post anestesi dan
Anestesi
kriteria discharge
a. Melakukan pengecekan pre induksi
sebelum dimulai anestesi
b. Melakukan induksi anestesi
c. Melakukan Sign In, Time Out dan Sign
Out
d. Membuat rekomendasi pengelolaan
pasien pasca operasi
e. Memonitor jalannya anestesi
4. Perawat Sirkuler dan Perawat Anestesi
a. Melakukan pengkajian resiko jatuh pasien
pasca operasi
b. Melakukan transfer pasien ke recovery
room
5. Perawat Recovery Room
a. Melakukan monitoring pasien pasca
operasi
b. Melakukan timbang terima pasien
SELESAI

C. Diagram Alur Pelayanan Sterilisasi

ALUR DOKUMEN

MULAI
1. SPO Serah Terima

UNIT KERJA RUANGAN 2. SPO pencatatan dan Penerimaan Alat


Kotor
1. Perawat Ruangan
3. SPO Penerimaan Alat Kotor
a. Perawat ruangan melakukan
4. SPO Precleaning
pengguyuran sementara dengan
air mengalir
b. Instrument dikeringkan dengan
lap kering
2. Petugas Sterilisasi
a. Melakukan serah terima dengan
ruangan
b. Melakukan cek-recek instrument
c. Melakukan perendaman ulang
dengan larutan enzymatic.

UNIT STERILISASI
1. SPO Packaging dengan linen
1. Petugas Sterilisasi
a. Melakukan pensortiran 2. SPO Packaging dengan Pouches
3. SPO Pengoperasian Autoclave
instrument
b. Melakukan dekontaminasi, 4. SPO Pendistribusian Alat Steril
cleaning dan pengeringan dengan
corona
c. Melakukan Packaging denagn
linen atau pouches
d. Melakukan Proses Sterilisasi
e. Melakukan Pemilahan Instrumen
maupun linen untuk pengeringan
f. Melakukan Penyimpanan Alat
Steril
2. Petugas Ruangan
a. Melakukan pemesanan alat steril
sehari sebelumnya
b. Melakukan serah terima alat steril
dengan pencatatan di buku
ekspedisi peminjaman alat
c. Melakukan pencocokan sesuai set
kemasannya.

SELESAI

D. Tata Laksana Pelayanan


1. Pedoman
a. Semua pasien yang didaftrakan operasi di UBS harus sudah dilakukan persiapan satu
hari sebelum operasi meliputi :
1). Dikonsultasikan antara operator dengan dokter anestesi serta bidang ilmu yang
terkait secara tertulis terlebih dahulu.
2). Pemberian informasi dan Imformed Consen oleh operator & ahli anestesi.
Informasi yang diberikan kepada pasien, keluarga dan pembuat keputusan meliputi :
- Resiko dari prosedur yang direncanakan
- Tujuan dan manfaat prosedur yang direncanakan
- Komplikasi yang potensi terjadi
- Alternatif tindakan bedah dan non bedah yang tersedia untuk merawat pasien.
3). Dilakukan verifikasi dan penandaan lokasi operasi ( site marking ) untuk lokasi
operasi yang mempunyai sisi lateral kanan dan kiri
b. Pelayanan operasi elektif pada jam kerja dilaksanakan mulai jam 08.00 – 21.00
c. Pelayanan operasi cito selama 24 jam
d. Setiap hari sabtu hanya buka 2 kamar operasi untuk dilakukan pembersihan bongkar
besar, bila operasi elektif banyak di hari sabtu pembersihan bongkar besar dilakukan
pada hari minggu.
e. Program pertama operasi pada jam kerja diutamakan dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1). Kriteria operasi bersih
2). Pasien bayi/anak
f. Pendaftaran operasi elektif harus didaftarkan satu hari sebelum program operasi atau
bias dilakukan sewaktu-waktu untuk operasi cito, dan didokumentasikan di dalam buku
penjadwalan operasi.
g. Pendaftaran program operasi dilakukan melalui telepon dan dilakukan
pendokumentasian.
h. Pelayanan bedah setiap pasien direncakanakan dan didokumentasikan berdaasarkan
hasil asesmen pada lembar verifikasi.
i. Sebelum pelaksanaan tindakan, dokter yang bertanggung jawab mendokumentasikan
informasi asesmen yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung tindakan
invasive yang direncanakan.
j. Setiap pasien untuk tindakan bedah dibuat rencana berdasarkan informasi asesmen,
sebelum tindakan diagnose pra operatif dan rencana tindakan di dokumentasikan dlam
rekam medis psien pada lembar verifikasi oleh dokter yang bertanggung jawab.
k. Semua pasein yang dilakukan operasi harus dilakukan serah terima antara perawat
kamar operasi dengan perawat pengantar pasien, perawat kamar operasi dengan
perawat ruang pulih sadar, perawat ruang pulih sadar dengan perawat pengambil
pasien dan perawat kamar operasi dengan perawwat penerima pasien.
l. Semua pasien yang dilakukan tindakan operasi di kamar operasi harus dilakukan Sign In,
Time Out dan Sign Out.
m. Status fisiologis setiap pasien dimonitor terus menerus selama dan segera setelah
pembedahan, untuk pasien dengan general dan regional anestesi didokumentasikan
dalam cacatan anestesi dan untuk pasien dengan local anestesi didokumentasikan
dalam lembar monitoring local anestesi.
n. Semua jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi harus di kemas
sesuai dengan jaringan dan penyerahan jaringan harus didokumentasikan dalam buku
serah terima jaringan.
o. Setiap pelayanan pasca bedah pada pasien direncanakan dan termasuk asuhan medis,
keperawatan, dan pelayanan lain sesuai kebutuhan pasien.
p. Rencana Pelayanan Bedah didokumentasikan didalam form terintegrasi oleh ahli bedah.
q. Rencana asuhan keperawatan pasca bedah didokumentasikan pada rekam medis pasien
dalam form Asuhan Keperawatan post operasi.
2. Standar Prinsip Aseptik
a. Prinsip-Prinsip Dasar Asepsis
1). Prinsip-prinsip aseptis adalah merupakan prinsip-prinsip pokok yang sangat
mendasar.
2). Semua permukaan steril harus bebas dari kuman dan tidak boleh kontak dengan
peralatan yang tidak steril.
3). Semua peralatan harus dibungkus dengan linen atau kertas yang memenuhi syarat.
4). Daerah steril harus di minimalisir terhadap terjadinya kontaminasi dengan debu,
udara tidak bersih dan embun.
5). Semua jenis makanan/minuman yang dapat mengandung binatang pengerat,
serangga dan semut tidak di boleh di bawa ke area semi steril.
6). Patuhi prosedur asepsis secara ketat & bila ada keraguan atas sterilisasi harus
dianggap tidak steril.

b. Personil
1). Personil steril harus menjaga dengan ketat prinsip-prinsip aseptic saat di dalam area
steril.
2). Anggota tim operasi yang kurang memiliki pengetahuan tentang teknik aseptis di
kamar operasi tidak boleh mondar-mandir di area steril.
3). Area operasi harus di beri batas yang tegas termasuk tanda pada setiap anggota tim
operasi.
4). Anggota tim operasi tidak boleh meninggalkan ruangan operasi selama operasi
berlangsung kecuali karena hal-hal yang penting.
5). Berbicara pada saat operasi berlangsung harus diminimalisir, karena berbicara dan
tertawa yang berlebihan selama operasi akan meningkatkan kemungkinan luka operasi
terkontaminasi dengan bakteri yang berasal dari mulut dan oropharyngeal.
6). Pergerakan anggota tim di kamar operasi harus diminimalkan selama operasi
berlangsung karena pergerakan yang berlebihan akan dapat menyebarkan debu dan
bakteri ke udara.
7). Personil yang tidak steril tidak diperbolehkan kontak dengan permukaan steril,
perawat sirkuler tidak boleh berdiri terlalu dekat dengan meja operasi atau meja mayo
dan tidak duduk dilantai, perawat instrument harus menjaga Waskom steril, meja dan
tepi meja tetap steril.
8). Tim operasi sterile apabila pindah tempat/posisi tidak boleh berhadapan tetapi harus
saling membelakangi, personil tidak sterile harus memberi ruang gerak pada tim sterile
saat manufer.
9). Semua peronil pendatang ( tamu ) meliputi kunjungan, study banding dan pratikan
kedokteran, pratikan keperawatan masuk kamar operasi harus terlebih dahulu
mengikuti program orientasi.

c. Peralatan
1). Semua peralatan bedah yang digunakan selama prosedur harus di sterilisasi terlebih
dahulu.
2). Peralatan steril harus disimpan dan dipersiapkan sesegera mungkin sebelum
pembedahan atau sedekat mungkin dengan jam operasi.
3). Personil steril hanya menghandel peralatan yang steril dan personil yang tidak steril
hanya menghendel peralatan yang tidfak steril.
4). Tim steril menerima peralatan dari circulator, prosedur-prosedur untuk distribusi
harus didiskusikan terlebih dahulu.
5). Bila suatu alat diragukan sterilisasinya maka harus di putuskan bahwa alat tersebut
telah terkontaminasi.
6). Semua packing peralatan yang sudah kadaluwarsa, terpapar dengan air atau basah,
atau tampak tidak dalam keadan sempurna harus dianggap tidak steril.
7). Bila ada suatu pertanyaan tentang apakah seseorang anggota tim scrub telah terjadi
kontaminasi maka harus dianggap bahwa itu telah terjadi.
8). Meja steril yang sterilnya hanya bagian atasnya saja.
9). Benang bedah tidak boleh diletakkan di tepi meja.
10). Drape/duk tidak boleh diletakkan reposisi dalam pemasangan, sakali pasang tidak
boleh digeser-geser karena menyebabkan kontaminasi antara area tidak steril ke area
steril.

E. Penerimaan dan Penyerahan Pasien


1. Semua pasien yang dilakukan operasi di kamar operasi harus dilakukan serah terima pasien
antara perawat pengantar pasien dari asal pasien dengan perawat penanggungjawab pasien
di kamar operasi.
2. Semua pasien pasca operasi dari kamar operasi ke petugas ruang pulih sadar harus
dilakukan serah terima oleh perawat penanggung jawab pasien di kamar operasi, perawat
anesthesi dan dokter anesthesia sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku.
3. Semua pasien pasca operasi dari ruang pulih sadar harus dilakukan serah terima oleh
perawat ruang pulih sadar dengan perawat pangambil pasien.

F. Persiapan Operasi
Semua pasien yang akan dilakukan operasi harus dilakukan persiapan medis operasi, medis
anesthesia dan keperawatan meliputi :
1. Persiapan medis operasi oleh DPJP/operator meliputi :
a. Kunjungan pasien untuk operasi elektif pada satu hari atau 6 jam sebelum operasi oleh
DPJP/operator.
b. Pemberian edukasi dan informasi pada pasien sesuai standar prosedur operasional yang
berlaku dan informed consent oleh pasien/keluarga sekurang-kurangnya satu hari
sebelum operasi.
c. Melakukan reassessment, menentukan rencana tindakan operasi dan mengisi form
““Lembar Verifikasi dan Penandaan Lokasi Prosedur Pasien Operasi”, sesuai standar
prosedur operasional yang berlaku satu hari sebelum operasi atau 6 jam sebelum
operasi.
d. Membuat pesan-pesan khusus untuk pasien ke dokter anesthesia dan perawat
penanggungjawab bila diperlukan.
2. Persiapan medis anesthesia meliputi :
a. Kunjungan pasien pada satu hari atau enam jam sebelum operasi oleh dokter
anesthesia.
b. Pemberian edukasi dan informasi pada pasien sesuai standar prosedur operasional yang
berlaku dan informed consent oleh pasien/keluarga sekurang-kurangnya satu hari atau
6 jam sebelum operasi.
c. Melakukan assessment, menentukan rencana anesthesia dan mengisi form catatan pra
anestesi.
d. Membuat pesan-pesan khusus untuk pasien ke dokter operator dan perawat
penanggungjawab bila diperlukan.
3. Persiapan Keperawatan meliputi :
a. Persiapan fisik pasien
1). Mandi keramas pada malam hari sebelum operasi, oral hygiene, bersihkan sela-sela
jari, bersihkan daerah axila, perineum dan genetalia.
2). Lakukan edukasi pasien meliputi : breathing exercise, pengelilaan nyeri.
3). Berikan informasi dan lakukan prosedur-prosedur keperawatan yang akan dilakukan
sesuai kebutuhan (huknah, persiapan kulit area operasi, pemasangan kateter uretra,
NGT, pemberian propilaxisdan pramedikasi).
4). Berikan informasi tentang lingkungan kamar operasi meliputi antara lain : ruangan
sangat bersih, lampu-lampu sangat terang, suhu udara dingin, banyak peralatan yang
canggih dan keberadaan tim di kamar operasi meliputi dokter operator, dokter anestesi
dan perawat yang terlatih.
5). Monitor tanda-tanda vital (TTV)
b. Persiapan administrasi
1). Check dan recheck informed consent
2). Check dan recheck kelengkapan hasil pemeriksaan penunjang yang terkait dengan
operasi
3). Check dan recheck kelengkapan surat-surat jaminan kesehatan
G. Kerjasama Antar Disiplin
1. Pre Operasi
Semua pasien yang akan dilakukan operasi harus dilakukan konsultasi medis bidang ilmu
yang terkait sesuai dengan kebutuhan pasien baik dalam rangka persiapan fisik, psikologi
pasien maupun dalam tindakan operasi.
2. Durante Operasi
Semua pasien yang dilakukan operasi dalam durante operasi harus dilakukan Check dan
recheck meliputi : sebelum induksi pasien (Sign In), sebelum dilakukan insisi kulit (Time Out),
dan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi (Sign Out) sesuai form “ Surgical Safety
Checklist “.
Bila pada saat operasi dokter operator membutuhkan konsultasi segera di meja operasi
untuk penanganan penyakit pasien maka dokter operator atau tim operasi wajib
menginformasikan kepada pasien, keluarga pasien, atau penanggung jawab pasien.
3. Post Operasi
Semua pasien pasca operasi harus dilakukan penyusunan perencanaan pengelolaan dan
monitoring hemodinamik pasien pasca operasi secara terpadu dengan disiplin ilmu yang
terkait meliputi : program pemberian cairan, pengobatan dan keperawatan.

H. Pelayanan Anestesi
Pelayanan anestesi meliputi pra anestesi, durante anestesi atau intra anestesi, pasca anestesi.
Pelayanan anestesi yang diselenggarakan di Rumah Sakit Permata Hati memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) tersedia 24 jam untuk melayani
keadaan darurat dan terencana sehingga harus ada dokter anestesi yang stanby 24 jam di
Rumah Sakit. Pembuatan jadwal pelayanan anestesi harus diatur oleh penanggungjawab
pelayanan anestesi untuk memenuhi pelayanan anestesi baik dalam kerja maupun diluar
jam kerja.
2. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) yang dilakukan di Rumah Sakit
Permata Hari seragam di seluruh Rumah Sakit.
3. Pelayanan anestesi dilakukan oleh petugas yang kompeten menguasai teknik berbagai
modus sedasi, dan yang bertanggung jab untuk sedasi, monitoring pasien yang tepat selama
sedasi, respon terhadap komplikasi anestesi, mengetahui penggunaan zat-zat reversal,
menguasai bantuan hidup dasar, pemulihan dan discharge dari sedasi.
4. Asesmen pra anestesi dilakukan penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan
populasi dewasa dan anak atau pertimbangan khusus lainnya.
5. Pada asesmen pra anestesi dan pra induksi dilakukan oleh petugas yang kompeten dan
didokumentasikan dalam rekam medis agar tim dapat bekerja dan berkomunikasi secara
efektif.
6. Pemberian edukasi informed consent tentang resiko, manfaat dan elternatif anestesi
diberikan kepada pasien, keluarga dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh
anestesiologi atau petugas lain yang kompoten.
7. Pelayanan anestesi yang dilakukan oleh anestesiologi atau petugas yang kompeten
mendokumentasikan teknik anestesi yang digunakan dan menotoring status fisiologi pasien
selama pemberian anestesi di dalam rekam medis anestesi pasien.
8. Tersedia peralatan spesialistik anastesi yang diperlukan untuk proses pelayanan anestesi.
9. Monitoring pasien intra anestesi selama di ruang operasi dilakukan setiap 5 menit dan
didokumentasikan dalam catatan anestesi sebagai laporan anestesi.
10. Monitoring pasien Post anestesi selama diruang pemulihan hingga pemindahan pasien dari
unit pasca anestesi di monitoring setiap 10 menit dan catat dalam rekam medis pasien pada
form monitoring dan kriteria discharge.
11. Kriteria dischange pasien atau pemulangan pasien dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap
menggunakan kriteria Aldrete Score untuk pasien dewasa dengan general anestesi, Steward
Score untuk pasien anak-anak dengan general anestesi, Bromage Score untu pasien dengan
regional anestesi.

I. Laporan Operasi dan Anestesi


1. Laporan Operasi
a. Laporn operasi harus dibuat segera sebelum pasien keluar dari ruang pulih sadar.
b. Laporan tertulis operasi atau ringkasan catatan operasi termasuk sekurang-kurangnya
meliputi : diagnose pasca operasi, nama dokter bedah dan asisten-asisten, nama
prosedur, specimen bedah untuk pemeriksaan, catatan spesifik komplikasi untuk tidak
adanya komplikasi selama operasi, termasuk jumlah kehilangan darah dan tanggal,
waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggungjawab.
c. Laporan operasi harus tersedia sebelum pasien meninggalkan ruang pemulihan.
2. Laporan Anesthesia
a. Laporan anesthesia harus didokumentasikan sejak mulai pasien dilakukan induksi
sampai dengan pasien kaluar dari ruang pulih sadar secara terperinci dalam catatan
anastesi.
b. Laporan anestesi tertulis secara terperinci dalam catatan anestesi meliputi : nama ahli
anesthesia, perawat anesthesia, nama ahli bedah, diagnose pra operasi, nama prosedur,
jenis anesthesia, laporan monitoring hemodinamik selama induksi, durasi anesthesia,
dan pasca anesthesia, serta penggunaan obat-obat dan cairan selama anesthesia.
c. Program pengelolaan dan hemodinamik pasca operasi meliputi : program pemberian
cairan, darah dan obat-obatan untuk pengelolaan nyeri serta tanggal. Waktu dan tanda
tangan dokter yang bertanggungjawab.

J. Pelayanan Unit Sterilisasi


1. Tata Laksana Pelayanan Sterilisasi Terdiri dari :
a. Perencanaan dan penerimaan barang
1). Instrument
2). Linen
b. Pencucian/ Cleaning Instrument
c. Pengemasan dan pemberian tanda
d. Proses sterilisasi instrument dan linen
e. Penyimpanan dan distribusi
f. Penympanan kualitas sterilisasi yang meliputi :
1). Pemantauan proses sterilisasi : indicator fisik, kimia dan biologi
2). Pemantauan hasil sterilisasi : sterilisasi tes mikrobiologi.
2. Tahap-tahap Sterilisasi
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman
untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan proses dekontaminasi adalah untuk melindungi
pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui
proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.
Peralatan yang habis pakai dari ruangan dilakukan pembersihan dengan air mengalir,
alat dikumpulkan dan segera dibawa ke ruang dekontaminasi dengan menggunakan
container khusus agar tetap terjaga kelembapannya.
Proses dekontaminasi :
a. Semua alat pakai ulang harus dicuci dengan bersih atau dibilas sebelum dimasukkan
kedalam desinfektan atau di sterilisasi.
b. Instrument direndam 20 menit dengan menggunakan cairan enzymatic yang telah
diencerkan sesuai petunjuk pengeceran cairan untuk melepaskan darah dan zat-zat
protein lainnya untuk mencehag terjadinya koagulasi darah dalam alat dan
membantu menghilangkan protein.
c. Setelah direndam selama 20 menit instrument dilakukan pencucian secara manual
satu per satu dengan alat yang anti gores untuk mencegah kerusakan instrument.
d. Dilakukan pembilasan dalam air mengalir dan dikeringkan sebelum dilakukan
registrasi.

Desinfeksi Kimia

Memilih zat desinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan level
desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. Untuk menghancurkan
mikroorganisme, desinfektan, dalam konsentrasi tertentu, harus kontak langsung
dengan permukaan alat dalam waktu yang cukup lama untuk terjadinya penetrasi ke
dalam sel mikroba dan mendeaktivasi sel-sel pathogen.

Zat desinfektan diklarifikasikan menurut aktivitas germicidal-nya.

Desinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua bakteri vegetative bukan


spora, beberapa jamur, dan virus lipophilic.

Desinfektan menengah menghancurkan hampir semua bakteri vetatif bukan spora


(tubercule bacili), jamur, virus-virus hydrophilic dan lipophilic.

Desinfektan tingkat tinggi dapat menghancurkan semua bakteri vegetative, beberapa


spora, tubercule bacilli, virus-virus hydropolic dan lipophilic. Jika digunakan dalam waktu
yang lebih lama, desinfektan tingkat tinggi dapat menghancurkan semua spora bakteri
dan dapat dianggap sebagai sterilan. Karenanya memilih desinfektan harus berdasarkan
aktivitas germicidalnya yang sesuai dengan penggunaan alat tersebut.

b. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud disini termasuk semua material yang tersedia untuk
fasilitas kesehatan yang didesain untuk membungkus, mengemas dan menampung alat-
alat yang dipakai untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan
adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efectifitas perawatan pasien yang
merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Bahan kemasan pada sterilisasi uap harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi uap,
terjadi juga proses penghisapan. Karenanya bahan kemasan harus memudahkan
pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk kemasan dan segelnya. Bahan
kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan pengeringan isinya. Bahan
kemasan yang digunakan untuk sterilisasi di Rumah Sakit Permata Hati adalah :
 Kain
 Fil plastic dan kantong steril ( Sterilization Pouches )
a. Kain/Linen
Linen adalah material paling tradisional yang digunakan sebagai
pembungkus steril. Keunggulan bahan linen adalah kuat, relative, murah,
Nyman namun memiliki kelemahan yaitu tidak memiliki kemampuan
menahan bakteri yang baik, mudah menyerap air, banyak memiliki serat.
Memperhatikan hal tersebut maka pada aplikasinya untuk mendapatkan
hasil yang baik penggunaan linen dilakukan dengan cara berlapis.
b. Film plastic dan kantong steril ( Sterilization Pouches )
Terdiri dari dua bagian yaitu kertas dan transparent dilm untuk
memudahkan petugas menginspeksi atau melihat isi dari kemasan. Pada
kantong steril terdapat indicator proses sterilisasi dengan uap atau gas EO.
Indicator steril akan berubah warna bila sudah dilakukan sterilisasi.
Semua instrument dan linen sebelum dilakukan sterilisasi dilakukan
pengemasan terlebih dahulu. Pembungkusan yang digunakan adalah
linen/kain dan steril pouches.
Pengemasan dengan linen harus dilakukan denganpelipatan 2 lapis kain.
Pada saat melakukan pengemasan set instrument dengan kain/linen harus
diberikan internal indicator kimia ditutup dan diberi eksternal indicator
kimia. Diluar kemasan diberi label nama set instrument, nomor loud,
tanggal pengemasan dan petugas yang melakukan pengemasan.
Untuk pengemasan dengan pouches pengemasan dengan steril pouches
digunakan untuk instrument lepasan dengan tujuan agar isi kemasan dapat
dengan mudah kelihatan instrumennya sehingga dapat dengan mudah
diidentifikasi nama dan jenis instrumennya.
Masa Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengidentifikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan
rotasi stock.
Masa kadaluarsaa kemasan pada prinsipnya tidak bertanggung pada waktu
melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut, berdasarkan
hal tesebut RSIA Permata Hati mempunyai kebijakan bahwa untuk kemasan
linen atau kain mempunyai masa kadaluarsa 3 hari, bila kemasan belum
dipakai wajib dilakukan sterilisasi ulang. Untuk kemasan pouches memiliki
masa kadaluarsa 2 bulan, bila dalam 2 bulan tidak terbuka wajib dilakukan
sterilisasi ulang.
c. Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi yang digunakan di RSIA Permati hati adalah metode
sterilisasi dengan uap panas atau steam dengan menggunakan mesin
autoclave sterilisasi uap tipe gravitasi dan tipe prevakum.
Dalam metode sterilisasi uap, kualitas uao sangat penting untuk
keberhasilan dan keefektifasn proses sterilisasi. Kualitas uap yang baik
adalah dengan fraksi kekeringan 97% pada skala 0-100%, 0 menunjukkan
kandungan air yang sangat tinggi sementara 100% menunjukkan uap tidak
mengandung air.
Memasukkan Barang Pada Mesin
Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan keberhasilan
proses sterilisai. Kemasan linen diletakkan ditentukan dalam chamber
dengan posisi vertical untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan
dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan
barang sebaiknya hanya mencakup 75% dari kapasitas chamber.

Mengeluarkan Barang dari Mesin Autoclave


Isi shamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin autoclave sampai
semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah mengalami
proses pendinginan. Pada saat pendinginan, barang steril tidak boleh
diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi
pada barang sehingga terjadi rekontaminasi.
Untuk bahan plastic dan karet dilakukan sterilisasi dengan direndam dalam
cairan sterilisasi kimia.
d. Monitoring dan Evaluasi Proses Sterilisasi
Control proses sterilisasi yang ketat akan memberikan jaminan bahwa
peralatan medis yang yang kita sediakan adalah benar-benar steril.
Berdasarkan rekomendasi pemakaian menurut Association for the
Advancement of Medical Instrumentation (AAMI). Monitoring mutu
sterilisasi menggunakan :
1. Indicator Kimia
Indicator kimia adalah indicator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi (Uap Panas) pada objek yang disterilkan, dengan adanya
perubahan warna. Indicator kimia memberikan informasi tercapainya
kondisi steril pada tiap kemasan. Indicator kimia terdiri dari indicator
eksternal dan indicator internal.
Indicator eksternal kelas I contohnya adalah autoclave tape yang
digunakan dibagian luar kemasan. Dengan terjadinya perubahan warna,
indicator ini memberikan informasi bahwa bagian luar kemasan benda
yang disterilkan telah melewati proses sterilisasi. Indicator ini sangat
bermanfaat karena :
 Memberikan bukti visual benda yang sudah melewati proses
sterilisasi.
 Dapat membedakan antara benda yang sudah dan belum
disterilkan, berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan.

Indicator internal kerlas I contohnya adalah comply indicator, indicator


internal berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam setiap
kemasan telah melewati proses sterilisasi. Informasi diketahui dengan
adanya perubahan warna indicator. Indicator internal memberikan
respon terhadap beberapa parameter sterilisasi, sehingga dengan
terjadinya perubahan warna dapat diketahui sterilan telah berpenetrasi
ke dalam kemasan.

2. Indicator Biologi
Indicator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang resisten terhadap beberpa parameter yangter
kontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
Prinsip kerja dari indicator biologi adalah dengan mensterilkan spora
hidup mikroorganisme yang non patogenik dan sangat resisten dalam
jumlah tertentu.
Indicator biologi berbentuk vial tertutup yang merngandung strip spora
dari ampul berisi media pertumbuhan yang mengandung zat warna.
Setelah sterilisasi selesai, indicator diaktifkan (ampul dipecahkan),
kemudian dimasukkan dalam incubator khusus selama 24-48 jam. Bila
selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi
perubahan warna, hasil negative. Ini berarti proses sterilisasi telah
tercapai. Sebaliknya apabila spora dapat bertahan, maka dalam media
pertumbuhan akan terjadi pembentukkan asam yang dapat
mengakibatkan perubahan warna, hasil positif berarti adanya kegagalan
proses sterilisasi.
BAB V

LOGISTIK INVENTARISASI SARANA MEDIK

A. JENIS RUANG : OK 1

NO. JENIS BARANG MERK TYPE SAT JUMLAH


1 ESU Excel 350 MCD Unit 1
2 Meja Mayo Besar - - Buah 1
3 Mesin Suction YB-DX23B Unit 1
4 Patient Monitor COMTEC BM 5 Unit 1
5 Lampu Operasi CH5 - 8L Unit 1
6 Mesin Anestesi ACOMA ACM 608 Unit 1
7 Operating Table ST 12 Unit 1
8 Laryngoscope HEIN Set 1
9 Standart Infus Buah 1

B. UNIT STERILISASI

NO. JENIS BARANG MERK TYPE SAT JUMLAH


1 Autoclave / Memert - - Unit 2
Autoclave
2 Bak Cuci Instrument - - Unit 1
3 Meja Trolley - - Unit 5
Instrument
4 Almari Penyimpanan - - Unit 1
5 Alat Pengering Corona - Unit 1
6 Mesin Sealer - - Unit 1
7 Kompresor - - Unit 1
8 Set Pastik ZEFT, Martin, Aesculap Set 2
9 Set Appendix ZEFT, Martin, Aesculap Set 2
10 Set SC ZEFT, Martin, Aesculap Set 3
11 Set Laparatomie ZEFT, Martin, Aesculap Set 2
12 Set Histerectomie ZEFT, Martin, Aesculap Set 2
13 Set Orthopedi ZEFT, Martin, Aesculap Set 2
14 Set Tonsilectomie ZEFT, Martin, Aesculap Set 2
15 Set Mini Orthopedi ZEFT, Martin, Aesculap Set 1
16 Set AO Plate ZEFT, Martin, Aesculap Set 1
17 Set Katarak 1 & 2 Set 1
18 Set Hordeolum Set 1
19 Set Uterin Dilator ZEFT, Martin, Aesculap Set 1
20 Set Gigi ZEFT, Martin, Aesculap Set 1
21 Set Craniotomie ZEFT, Martin, Aesculap Set 1
22 Set FESS ZEFT, Martin, Aesculap Set 1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindakan lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. System tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-pragram pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.

C. Tatalaksanan Keselamatan Pasien


Di RSIA Permata Hati penerapan keselamatan pasien meliputi enam sasaran keselamatan
pasien yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert)
4. Kepastian tepat lokasi (sisi), tepat pprosedur dan tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi melalui 6 langkah cuci tangan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Guna memastikan bahwa keselamatan pasien terlaksana dengan baik di RSIA Permata
Hati selalu dilakukan pencatatan dan pelaporan. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRD di internal rumah sakit.
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari rumah sakit ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit – PERSI. Pelaoran eksternal wajib dilakukan o;eh rumah sakit sesuai
ketentuan dalam instrument akreditasi rumah sakit yaitu pada Instrumen Akreditasi
Administrasi dan Manajemen.
Selain itu dilakukan monitoring danb evaluasi program keselamatan pasien o;eh
unit kerja dalam laporan tiap bulannya untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit secara berkala yaitu tiap tahun.
D. Penerapan Verifikasi Pra Operasi Dan kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien
Operasi.
Sebelum tindakan pembedahan dilakukan, Instalasi Bedah Sentral RSIA Permata Hati
mempunyai kebujakan bahwa :
1. Sebelum dilakukan operasi dokter operator melakukan penandaan lokasi operasi berupa
lingkaran dengan spidol yang mempunyai marker berwarna merah dilokasi operasi
2. Penandaan operasi dilakukan untuk operasi yang mempunyai dua sisi lateral
3. Ada 9 pengecualiaan pelaksanaan penandaan lokasi operasi yaitu :
a. Operasi pada organ tunggal ( hysterectomy, appendectomy, sc )
b. Operasi facet block dengan fluoroscopy
c. Tindakan dengan menggunakan catheter atau instrumen insertion ( catheterisasi
jantung )
d. Operasi gigi ( odontectomie ), marking dilakukan pada foto rongent panoramic
pasien
e. Tindakan endoscopie atau tindakan yang dilakukan dengan melewati lobang
f. Tindakan dimana kelainan utama dapat mudah dilihat (lacerasi tunggal)
g. Operasi dimana lokasi phatology baru bias diketahui dari fluscopy pada saat pre
operasi ( operasi calsifikasi pada mammae )
h. Operasi emergency yang mengancam jiwa pasien bila operasi tertunda dilakukan
( rupture arteri )
i. Ketika gerakan pasien pada saat membuat marking mempengaruhi keamanan dan
hasil dari tindakan ( unstable spine fraktur )
4. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau mendokumentasikan
prosedur sebelum insisi/time out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur atau
tindakan pembedahan
5. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses guna
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis
dan tindakan pengobatan gigi /dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
6. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenal untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien dalam penandaan atau pemberian tanda penandaan
lokasi operasi dilakukan oleh dokter operator, Tanda berupa lingkaran menggunakan
spidol marker berwarna merah.
7. Rumah sakit menggunakan suatu ceklis atau proses lain untuk melakukan verifikasi
praoperasi tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat- pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat atau benar dan fungsional. Ceklist digunakan
pada saat SIGN IN pada saat memasuki kamar operasi, TIME OUT dilakukan tepat
sebelum dilakukan insisi dan SIGN OUT dilakukan setelah operasi selesai sebelum dokter
operator menginggalkan kamar operasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengelolaan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan
pekerjaaan dan proses produksi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada
di rumah sakit termasuk Instalasi Bedah Sentral denga demikian, keselamtan kerja adalah dari,
oleh, dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah sakit serta masyarakat
di sekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses kerja. Keselamatan
kerja merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat
menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat/kematian, kerugian harta benda dan
kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara halus.
B. Tujuan Keselamatan Kerja
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan
2. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis
3. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
4. Menerapkan ergonomic di tempat kerja
5. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
6. Mencegah, mengurangi, dan memandakan kebakaran
7. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang bahaya kecelakaan
menjadi bertambah lagi
C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja di Intalasi Bedah Sentral secara garis besar diantaranya :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Tarpapar radiasi
b. Tepapar bahan kimia
c. Terjatuh
d. Tersandung batu
e. Terbentur alat
f. Terkena arus listrik, dll

2. Pencegahan kecelakan kerja


Pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan Instalasi Bedah Sentral RSIA Permata Hati
diantranya adalah :
a. Desain Ruangan
Ruangan kamar operasi di desain sesuai dengan aturan yang berlaku seperti luas
ruangan didesain lebih dari ukuran standar yaitu 7 m (panjang) x 6 m ( lebar) x 3 m
(tinggi); WC dilengkapi dengan keset kering untuk mencegah jatuh terpeleset: ruangan
ber AC. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselematan
dan kesehatan kerja penyelenggara rumah sakit.
b. Pengoperasian dan pengendalian
Semua alat dikamar operasi sebelum digunakan untuk operasional dilakukan
pengecekan terlebih dahulu sehingga semua alat dapat aman digunakan. Pengoperasian
dan pemeliharaan sarana dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikat personil, petugas.operator sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit) membuat program pengoperasian,
perbaikan, dan pemeliharaan kesehatan rutin dan berkala sarana dan prasarana serta
peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala
dan berkesinambungan.
c. Pencegahan kesalahan manusia
Pencegahan manusia dapat dilakukan dengan cara : adanya SPO pekerjaan, pelatihan
kerja, adanya komunikasi antar pekerja, tanda tanda penggunaan alat cukup jelas.
d. Pemeliharaan dan monitoring
Kalibrasi alat rutin dilakukan untuk menjaga alat selalu baik serta pemeliharan
kebersihan alatnya. Pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan
harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Badan Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
e. Pengawasan
Kinerja petugas selalu dievaluasi berdasarkan hasil kerja sehingga mutu pelayanan tetap
terjaga. Penambahan wawasan pekerjaan dilakukan dengan mengadakan kegiatan
pelatihan baik internal maupun eksternal.

D. Identifikasi Hazard di Unit Kerja

Klasifikasi Hazard Jenis Hazard Lokasi


Biologi  Kuman pathogen (Bakteri,Virus, Jamur) dari  Semua ruang
pasien, limbah/cairan tubuh pasien melalui kamar operasi
kontak langsung, tertusuk jarum,airborne, dll
Fisika  Listrik (penataan kabel listrik yang tidak aman)  Semua
ruangan
 Ruang
adinistrasi
 Ruang
sterilisasi
kimia  Bahan kimia iritatif : desinfektan (alcohol 96%,  Ruang OK
Sterizyme, Stericide, Stabimed)
 Gas medis yang mudah terbakar
Ergonomic  Mengangkat beban berat (ngkat angkut  Ruang OK
pasien, mengangkat box obat, dll)

Psikososial  Stress, Kejenuhan  Semua unit

E. Pengendalian Hazard
1. Standarisasi bangunan dan peralatan di unit kerja sesuai regulasi
2. Kalibrasi berkala pada peralatan medik yang digunakan sesuai dengan regulasi masing-
masing
3. Penggunaan APD secara tepat sesuai Hazard di lingkungan kerja
4. Pemeriksaan kesehatan berkala untuk pengawai sesuai regulasi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yabf jelas, artunya setiap jenis pelayanan haruslah
mempunyai indicator dan standar. Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan
pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indicator dan standarnya.
B. Indicator Mutu Pelayanan dan Standar Mutu Unit
Indicator mutu dan keselamatan pasien pelayanan Instalasi Bedah Sentral yang mencakup
pelayanan bedah dan pelayanan anastesi antara lain :

No. INDIKATOR TARGET


1. Kejadian kematian di meja operasi ≤ 1%
2. Kejadian salah lokasi operasi 0%
3. Kejadian operasi salah pasien 0%
4. Kejadian salah tindakan pada operasi 0%
5. Kejadian bendah asing tertinggal pada tubuh pasien setelah 0%
operasi
6. Waktu tunggu operasi elektif ≤ 2 hari
7. Pelaksanaan site marking 100%
8. Angka time out sebelum operasi 100%
9. Monitoring pasien pasca pembiusan transfer dari RR ke RI 100%
sesuai dengan aldrette score, steward score, bromage score
10. Komplikasi anestesi karena kejadian overdosis dan salah 0%
penempatan ET di kamar operasi
11. Monitoring efek samping sedasi pada pasien SC 100%

C. Quality Assurance UBS


Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kamar operasi setiap pasien yang dilakukan
pembedahan dilakukan pengecekan mutu pelayanan di setiap alur pelayanan mulai psaien
masuk kamar operasi, dilakukan operasi sampai pasien keluar dari ruang pemulihan.
BAB IX
PENUTUP
Era globalisasi menuntut perkembangan pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Termasuk
bidang kesehatan. Pelayanan Instalasi Bedah Sentral di RSIA Permata Hati sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit tentunya senantiasa perlu penyesuaian mengikuti
perkembangan tersebut.
Pelayanan Instalasi Bedah Sentral RSIA Permata Hati merupakan bagian integral dari system
pelayanan RSIA Permata Hati. Upaya peningkatan mutu pelayanan Instalasi Bedah Sentral berarti
peningkatan mutu rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hokum dan batasan operasional,
standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana, logistic. Hal tersebut dilengkapi dengan
keselamatan pasien dan keselamatan kerja agar diperoleh mutu yang optimal. Untuk mengukur
mutu pelayanan diperlukan indicator mutu pelayanan. Pengukuran indicator mutu melalui input,
proses, dan outcome dapat memberikan gambaran mutu unit bedah sentral. Pedoman Pelayanan
Instalasi Bedah Sentral ini disusun untuk memberikan informasi mengenai hal-hal tersebut.
Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral ini diharapkan menjadi acuan pelaksanaan kegiatan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan, sehingga indicator mutu output dapat dicapai. Bagi
manajemen, pedoman ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pemenuhan sumber daya sehingga
indicator mutu input dapat tercapai.
Semoga pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan mutu pelayanan dapat
dijaga. Tidak lupa, sesuai perkembangan hendaknya buku ini dievaluasi dan direvisi secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai