PENDAHULUAN
Pembangunan di bidang kesehatan pada masa ini tidak bisa terlepas dari adanya reformasi
di bidang kesehatan. Dalam reformasitersebut,profesionalisme merupakan salahsatu strategi
dalam mewujudkan visi Kementerian Kesehatan. Profesionalisme sebagai strategi tersebut
sebelumnya telah dicantumkan untuk mencapai visi Kementerian Kesehatan Kesehatan yaitu
Indonesia Sehat 2010 menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 pasal 29
(Depkes, 1992)
Makalah ini dibuat untuk menunjukkan tentang berbagai hal mengenai seluk – beluk
pelayanan penunjang medik terutama di puskesmas. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
teori pelayanan penunjang medik hingga pedoman – pedoman yang telah tertera pada peraturan –
peraturan yang berlaku.
1
BAB II
ISI
Pelayanan penunjang medik/ pelayanan penunjang klinis (Clinical Support Services/CSS )di
puskesmas menurut John R. Griffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan kegiatan di
masyarakat umum.Pelayanan yang dimaksud juga meliputi tes laboratorium,pengobatan, , dan
terapi fisik. Banyak juga pasien yang memerlukan pelayanan sosial dan edukasi kesehatan.
Pelayanan penunjang medik ini dilakukan oleh unit –unit atau petugas profesional yang ditunjuk
untuk melakukan tugas tersebut di masing –masing center kesehatan seperti rumah sakit (Griffith,
2006).
1. Farmasi
2. ruang melahirkan/persalinan
3. unit gawat darurat
4. terapi di rumah penderita : homecare, hospice
1. Imunisasi
2. Program skrining berbagai penyakit tertentu
3. pelatihan resusitasi kardiopulmoner
2
4. Keluarga berencana dan KIA
5. Program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan
(Griffith, 2006)
Peraturan yang menjadi dasar adanya pelayanan penunjang medik adalah SK menteri
Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, satu diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan
pelayanan penunjang medik dan non medik. Bidang penunjang medik membawahi tiga buah seksi
yaitu :
Peraturan terbaru yang mendasari tentang penunjang medik diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010. Menurut peraturan
tersebut, penunjang medik adalah suatu peralatan yang dimiliki puskesmas dimana harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Punya dua fungsi, yaitu fungsi klinik dan fungsi manajerial.Fungsi seorang manajer
penunjang medik di bidang klinik utamanya adalah menjamin mutu pelayanan yang baik. Produk
pelayanan penunjang medik harus dapat memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang
meminta tindakan itu dilakukan pada pasiennya. Kunci keberhasilan pelayanan dengan kualitas
teknis yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai
keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan. sedangkan sebagai
fungsi klinik adalah harus bisa melakukan semua pelayanan yang berhubungan dengan
pelayanan medis fungsional (Griffith, 2006)
1.Pelayanan Laboratorium
Penanggung jawab laboratorium rumah sakit adalah seorang dokter spesialis patologi klinik
atau apabila tidak memungkinkan , dapat dilaksanakan oleh seorang dokter umum yang telah
mendapat pelatihan mengenai manajemen dan teknis dibidang laboratorium klinik staf
laboratorium terdiiri dari tenaga analis , perawat, tenaga administrasi, dan tenaga lain untuk
menunjang pekerjaan laboratorium puskesmas(Dirjen Yanmed,2008).
3
penanganan dan pemeriksaan specimen, pencatatan dan pelaporan , upaya menjaminan mutu
hasil pemeriksaan laboratorium serta Kesselamatan Kesehatan Kerja(K3) di laboratorium (Dirjen
Yanmed, 2008).
Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani rawat jalan hendaknya terletak tidak
jauh dari unit gawat darurat dan laboratorium induk jadi merupakan satu kelompok laboratorium
(Dirjen Yanmed, 2008)
2. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi di puskesmas bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang
beredar di puskesmas tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua
perbekalan farmasi , pelayanan farmasi klinik, serta membuat informasi dan menjamin kualitas
pelayanan yang berhubungan dengan pengunaan obat. Instalasi farmasi dipuskesmasdipimpin
oleh seorang apoteker penuh waktu yang mempunyai pengalaman 2 tahun di bagianfarmasi
rumah sakit, telah terdaftar di Depatermen Kesehatan dan mempunai ijin kerja(Dirjen Yanmed,
2008).
Rasio jumlah apoteker dibanding jumlah TT minimal adalah 1: 50 . rasio apoteker dengan
assisten apoteker minimal 1: 2. Harus tersedia ruangan dan fasilitas yang digunakan untuk
penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi baik dan
dapat dipertanggungjawabkan dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi sesuai dengan
peraturan. Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang adaharus mencerminkan standar
pelayanan farmasi mutahir yang sesuai dengan peraturan dantujuan dalam pelayanan farmasi itu
sendiri . kebijakan dan prosedur dibuat oleh Kepala Instalasi dan Komite Farmasi dan Terapi serta
para apoteker (Dirjen Yanmed, 2008).
4
Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi
, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
Tugas Farmasi:
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen pelayanan penunjang medis, sesuai dengan pasal 29 PERMENKES 983/1992
tentang reformasi bidang kesehatan.
Pelayanan penunjang medis merupakan peralatan yang dimiliki Rumah Sakit dimana harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pedoman sesuai dengan fungsi klinis dan fungsi manajerial untuk menjamin mutu
pelayanan yang baik.
Masing-masing instalasi mempunyai tugas dan tanggung jawab langsung terhadap Direktur
Medik dan Keperawatan.
Pelayananan penunjang medis merupakan bagian
Integral yang penting dan menentukan dalam pelayanan rumah sakit.
B. SARAN
Optimalisasi Fungsi dan Peran tiap penunjang Medik
Menjadi tim yang solid
Memperluas jangkauan pelayanan yang bersifat : promotif dan preventif kpd masyarakat dg
cara misalnya melalui radio kesehatan
6
DAFTAR PUSTAKA
Organization 6th edition. Chicago : Health Administration Press. Halaman 293 – 340