Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU

TUBUH

Dosen Pembimbing

Nuniek Nizmah Fajriyah, M. Kep. Sp. KMB

Disusun Oleh:

Diana Kristin

201902010035

Kelas 2A D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN

PEKALONGAN

2020/2021
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kita sering kali
berubah-ubah tanpa kita tahu sebab-sebabnya dan mekanismenya. Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan
antara prodksipanas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan
diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular
2. Etiologi
Penyebab dari keseimbangan suhu tubuh adalah :
(Buku SDKI edisi I 2016)
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misal. Infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
i. Kerusakan hipotalamus
j. Konsumsi alkohol
k. Berat badan ekstrem
l. Kekurangan lemak subkutan
m. Terpapar suhu lingkungan rendah
n. Malnutrisi
o. Pemakaian pakaian tipis
p. Penurunan Tidak beraktivitas
q. Transfer panas (misal. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
r. Trauma
s. Proses penuaan
t. Efek agen farmakologis
u. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
v. laju metabolisme
3. Manifestasi klinik
a. Tanda dan gejala Hipertermia
Suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, detak jantung cepat,
pernapasan cepat, kulit teraba hangat ( standar diagnosis keperawatan Indonesia ).
b. Tanda dan gejala Hipotermia
Kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal, akrosianosis
( kondisi tangan dan kaki yang membiru ), detak jantung lambat, dasar kuku
sianotik, gula darah rendah ( Hipoglikemi ) , konsumsi oksigen meningkat,
ventilasi menurun, detak jantung cepat, hipoksia, pengisian kapiler > 3 detik,
piloreksi, vasokontriksi, kulit memorata ( pada neonatus ). ( standar diagnosis
keperawatan Indonesia ).
4. Patofisiologi
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam otak
melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi
nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinyal akan menjalar
dalam kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah,selanjutnya akan berakhir
terutama pada lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan
melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan
dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral
sisi berlawanan,dan akan berakhir di tingkat retikular batang dan kompleks
ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan
diteruskan ke korteks somatosensorik.
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum, membran timpani,
esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal. Suhu permukaan (surface
temperature).yaitu suhu tubuh yang terdapat pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak.
Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40-20°C.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini dikenal
sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua hipotalamus, yaitu
hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan hipotalamus
posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.

5. Pathways

Endogen Pirogen Eksogen

( Mikroorganisme, (substansi (trauma,


monosit, penyebab pemakaian
makrofag, toksik) demam) pakaian, aktivitas )

Sirkulasi darah

Hipotalamus

Hipotalamus Mengatur Hipotalamus


Anterior keseimbangan Posterior
termoregulasi

titik patokan titik patokan


suhu suhu

(sel point) (sel point)


Produksi panas dan
kehilangan panas tidak
seimbang

kehilangan kehilangan
cairan elektrolit cairan elektrolit
tubuh Ketidakefektifan tubuh

termoregulasi

elektrolit pada elektrolit pada


pembuluh darah pembuluh darah
(dehidrasi)

suhu tubuh suhu tubuh

Hipertermia Hipotermia

6. Macam/jenis
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting. Peningkatan
system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat
infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan
virus ). Polademam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan
penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu
yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh.
Pirogen bertindak sebagai antigen yang memicu respons sistem imun.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan. Disebabkan
oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal umum selama kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu
memindahkan pasien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut disebut
hipertermi. Hipertermi terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermi malginan
adalah kondisi bawaan yang tidak dapat mengontrol produksi panas, yang
terjadi ketika orang yang rentang mengunakan obat-obatan anastetik tertentu.
d. Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap
matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan,
panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan
berbahaya dengan mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-
anak,
lansia, pederita penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme.
Resiko ini juga terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-obatan yang
dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang panas. (fenotiazin,
antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik), serta
pasien yang berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang sangat,
mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan inkontinensia. Tanda yang
paling penting adalah kulit yang panas dan kering.
e. Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan dingin
akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi
hipotermi. Hipotermi dikelompokan oleh pengukuran suhu inti.
a. Pemeriksaan Penunjang

1) Riwayat penyakit dan keluhan


2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya
resiko infeksi
b. Pemeriksaan urine
c. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk
pasien
thypoid
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
4) Uji tourniquet
b. Terapi/pengobatan
a. BHSP .
b. Kenakan pakaian yang tipis
c. Beri banyak minum .
d. Beri banyak istirahat .
e. Beri obat penurun panas
B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Data Demografi ( Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, komunikasi yang dipakai, termasuk
biodata penanggung jawab, tanggal pengkajian,diagnosa medis ).
b. Faktor sosial ekonomi dan budaya
c. Faktor Lingkungan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c.  Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak).
3. Pola kesehatan fungsional gordon
a. Pola penatalaksanaan kesehatan/persepsi sehat
b. Pola nutrisi-metabolik
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif-perseptual-keadekuatan alat sensori
g. Pola persepsi-konsep diri
h. Pola peran dan tanggung jawab
i. Pola seksual-reproduksi
j. Pola koping dan toleransi stress
k. Pola nilai dan keyakinan
4. Pemeriksaan fisik
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin, kering,kemerahan,hangat
dan turgor kulit menurun)
c. Tanda – tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, sakit kepala, nyeri otot,
lemah dll
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang kemungkinan muncul
a) Hipertermiaa berhubungan dengan penyakit
b) Hipotermia berhubungan dengan penuaan
c. Perencanaan Keperawatan
Dx 1 : Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh
dalam rentang normal.
Intervensi :
1) Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa )
2) Pantau TTV dan warna kulit
3) Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sesuai dengan
kebutuhan.
5) Kompres dengan air dingin atau hangat
6) Anjurkan asupan cairan oral
7) Lepaskan pakaian yang berlebihan
Dx 2 : Hipotermia berhubungan dengan penuaan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh
kembali dalam rentang normal.
Intervensi :
1) Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit, menggigil, kelelahan,
kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam ).
2) Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai kebutuhan.
3) Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang tindakan untuk
mencegah hipotermia dari pajanan dingin.
4) Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal ( hemodialisa,
dialisis peritonial, irigasi kolon ).
5) Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat – alat
pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol dengan air
hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/369253314/keseimbangan-suhu-tubuh

https://id.scribd.com/document/396903730/lp-suhu

Anda mungkin juga menyukai