Anda di halaman 1dari 16

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DENGAN TUBERKULOSIS PARU

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar I

Disusun oleh :

KINASIH (19613297)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama mahasiswa : Kinasih

NIM : 19614297

Judul Askep : Resume Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan Tuberkulosis Paru

Telah diterima dan disahkan oleh pembimbing institusi atas Laporan Pendahuluan dasar yang
telah diikuti selama Praktik Klinik Keperawatan Dasar yakni pada tanggal 18-23 Januari
2021.

Ponorogo, 18 Januari 2021

Pembimbing Institusi Mahasiswa

(Sri Andayani, M. Kep. ) (Kinasih)


A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare,
2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberkulosis Paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang
tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan
klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :.
a. TB paru tersangka yang diobati ( sputum BTA negatif, tapi tanda –
tanda lain positif )
b. TB paru tersangka yang tidak dapat diobati (sputum BTA negatif dan
tanda – tanda lain meragukan )
C. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit tuberkulosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran
sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru
merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri dari asal
lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu
melalui droplet, nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes RI,
2002).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam (2006)
dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis
yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah
haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan
batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri
otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang
timbul secara tidak teratur.
E. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi tuberculosis
terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang
mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang
cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau
bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit
polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis
bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi
nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan
fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi
membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami
pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi
tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan
keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan
jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan
perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok –
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa –
siswi pesantren.
c. Vaksinasi BCG
d. Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat.
2) Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi ( agen
antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin
( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin,
kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin
merupakan obat – obat baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).
H. Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
a) Meningitisas
b) Spondilitis
c) Pleuritis
d) Bronkopneumoni
e) Atelektasi
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Jl. Budi Utomo No. 10, Telp. (0352) 481124 Ponorogo – 63471

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. I


DENGAN TUBERKULOSIS PARU
DI RUANG MELATI RSUD PURWANTORO
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 45 tahun
No. Register : 822
Agama : Islam
Alamat : Purwantoro
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : tukang bengkel sepeda motor
Tanggal masuk RS : 16 Januari 2020 pukul 15.00 WIB
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru

b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. I
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Alamat : Purwantoro
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Tukang bengkel sepeda motor
Hubungan dengan klien : Suami

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan batuk dan sesak
a. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan masih merasakan batuk, sesak dan merasakan nyeri pada dada saat
batuk. Batuk berdahak berwarna putih kental. Pasien mengatakan nyeri pada dadanya.
P : nyeri muncul pada saat batuk
Q : nyeri seperti ditekan
R : nyeri pada dada
S : nyeri skala 5
T : nyeri hilang timbul, timbul saat batuk dan hilang saat istirahat
Klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaannya sekarang, terutama pada saat batuk
dan sesak nafas.

b. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mengatakan sudah batuk sejak 2 minggu yang lalu, kadang” merasakan sesak.
Klien memiliki riwayat merokok sejak usia 15 tahun.

c. PEMERIKSAAN FISIK (FOKUS PEMERIKSAAN FISIK)


Keadaan umum : lemah
TD : 150/80 mmHg
N : 90 x/mnt
R : 30 x/mnt
S : 38,30 C
a. Mata : konjungtiva anemis, tampak warna hitam pada bawah kelopak mata
menandakan pasien kurang tidur.
b. Mulut : bibir tampak sianosis
c. Hidung : adanya pernafasn cuping hidung, terpasang O² 4 lpm nasal kanul
d. Dada : terdengar suara ronchi pada lobus kanan atas, bawah dan lobus kiri bawah,
adanya tarikan pada dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, irama nafas
tidak teratur

d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) BTA (+)
2) Foto thoraks
a) Cor : tidak membesar
b) Pulmo : fibro infiltrat pada paru kiri dan apeks kanan, kavitas perihiler
kiri sinus frenikul kanan tajam Kesan : KP for advanced, pleura infulstion
sinistra

e. PENATALAKSANAAN
ANALISA DATA

Nama : Ny. I No. Reg. : 822

Umur : 45 tahun

No Tanggal Kelompok Data Masalah Penyebab


1. 17 Januari Data mayor Nyeri akut Agen pencedera
2021 DS : pasien mengatakan fisiologis
nyeri dada
P : nyeri muncul pada
saat batuk
Q : nyeri seperti ditekan
R : nyeri pada dada
S : nyeri skala 5
T : nyeri hilang timbul,
DO : pasien tampak
meringis
Data minor
DS : -
DO : tekanan darah
meningkat, TD : 150/80
mmHg, irama napas
tidak teratur
2. 17 Januari Data mayor Gangguan rasa Gejala penyakit
2021 DS : pasien mengeluh nyaman
tidak nyaman
DO : -
Data minor
DS : -
DO : tampak meringis
DAFTAR MASALAH

Nama : Ny. I No. Reg. : 822

Umur : 45 tahun

No Tgl. Muncul Masalah Keperawatan Tgl. Teratasi TTD


.
1. 17 Januari Nyeri akut berhubungan dengan agen
2021 pencedera fisiologis
2. 17 Januari Gangguan rasa nyaman berhubungan
2021 dengan gejala penyakit
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. I No. Reg. : 822

Umur : 45 tahun

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional TTD


Keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
berhubungan Ekspetasi : Observasi :
dengan agen menurun 1. Identifikasi
pencedera setelah dilakukan lokasi,
fisiologis tindakan karakteristik,
keperawatan durasi, frekuensi,
selama 1 kali 24 kualitas, intensitas
jam diharapkan nyeri
tingkat nyeri 2. Identifikasi
menurun dengan skala nyeri
kriteria hasil : 3. Identifikasi
1. Kemampuan respon nyeri non
menuntaskan verbal
aktivitas 4.
meningkat Terapeutik :
2. Keluhan nyeri 1. Berikan teknik
menurun non farmakologi
3. Meringis untuk mengurangi
menurun rasa nyeri.
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri.
3. Fasilitasi
istirahat dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
2. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
3. Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu.
2. Gangguan rasa Status Terapi relaksasi
nyaman kenyamanan Observasi :
berhubungan Ekspektasi : 1. Identifikasi
dengan gejala meningkat teknik relaksasi
penyakit Setelah dilakukan yang pernah
tindakan digunakan
keperawatan Terapeutik :
selama 1 x 24 jam 1. Ciptakan
diharapkan status lingkungan tenang
kenyamanan dan tanpa
pasien meningkat. gangguan dengan
Kriteria hasil : pencahayaan yang
1. Kesejahteraan dan suhu ruang
fisik meningkat yang nyaman.
2. Keluhan tidak 2. Gunakan
nyaman menurun pakaian longgar.
3. Lelah menurun Edukasi :
1. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
2. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi.
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. I Ruang : Melati

Umur : 45 tahun No. Reg. : 822

No. Tanggal/ja Tindakan Keperawatan TTD


Dx m
1. 17 Januari 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2020 pukul frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Memberikan teknik non farmakologi untuk
10.00
mengurangi rasa nyeri.
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri.
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur.
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat.
7. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
8. Mengkolaborasi pemberian analgetik jika
perlu.
2. 17 Januari 1. Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah
2021 pukul digunakan
2. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa
10.00 WIB
gangguan dengan pencahayaan yang dan suhu
ruang yang nyaman.
3. Menggunakan pakaian longgar.
4. Menganjurkan mengambil posisi nyaman
5. Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi

Anda mungkin juga menyukai