Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N
DENGAN KASUS HIPERTENSI

Dosen pengampu :
Ners. Imran Pashar, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh

Nama : Ananta Terry


NIM : A1C222019
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDNANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY TAHUN 2023
Unit : Tanggal Pengkajian : 21-09-2023
Ruang/ Kamar : Waktu Pengkajian : 08.00
Tanggal Masuk: 20 September 2023 Auto Anamnase : 
Jam : 19.45 Allo Aanamnase :

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama : Ny.N
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : (L/P)
Status Perkawinan : Kawin
Agama/Suku : Islam/
Warga Negara : WNI
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Rumah : Jl, Moha Lasuloro, Kota Makassar
Dx. Medik : Hipertensi
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.S
Alamat : Jl, Moha Lasuloro, Kota Makassar
Hubungan dgn pasien : Anak
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :Pasien mengatakan pada tanggal 20
September saat bangun tidur px merasakan nyeri hebat di bagian
kepala sampai ke tengkuk, pasien juga mengatakan tidak mampu duduk
dan berdiri hanya berbaring di tempat tidur. Pada pukul 19.45 pasien
merasa sangat lemah dan dibawa ke IGD RS. Pada saat dilakukan
pengkajian pasien mengatakan nyeri pada kepala menjalar ke tengkuk,
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan bertambah saat digunakan bergerak,
nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 7. Pasien tampak
lemah dan meringis GCS 456, pasien hanya berfokus pada dirinya
sendiri, setelah dikaji tanda-tanda vital pasien didapatkan hasil
TD :197/110 mmHg, N : 89 x/menit, RR : 20x/menit, S : 37,3 oC.
3. Riwayat Kesehatan Lalu : Pasien mengatakan sebelumnya
sering pusing, namun tidak pernah periksa hanya menempelkan koyo di
bagian kepala saja.
4. Riwayat Kesehatan keluarga : Pasien mengatakan ayahnya juga
pernah menderitai hipertensi.
D. GENOGRAM
Tn.M Tn.M Ny.
Ny.
H D

Tn.R Tn.L
Ny. Ny.. Ny.
N I P

Tn.S
Ny. Nn.
F D

Keterangan :
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
2. Skala Coma Glasgow : - Respon Motorik :4
- Respon Bicara :5
- Respon Membuka Mata :6
Kesimpulan : Compos Mentis
3. Tekanan Darah :197/110mmHg
MAP : 139 mmHg
Rumus MAP 2(Diastole) + Sistole
3
o
4. Suhu : 37,3 C Oral  Axilla Rectal
5. Pernapasan : Frekuensi 20x/menit
Irama :  Reguler Irreguler
Jenis :  Dada Perut
6. Nadi : 89x/menit

B. ANTROPOMETRI
1. Lingkar Lengan Atas 25cm
2. Tinggi Badan : 156 cm Berat Badan : 62 kg
3. I.M.T (Indeks Massa Tubuh) : 25,5 kg/m2
Rumus IMT : Berat Badan (kg)
(Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m))
Kesimpulan: Gemuk >25,0-27,0
C. PEMERIKSAAN FISIK(Head To Toe)
1. Kepala :
- Bentuk : Bentuk kepala simetris
- Kulit Kepala : Kulit kepala lembab tidak kering
- Rambut : Rambut berwarna hitam lurus
2. Mata :
- Konjungtiva : Konjungtiva anemis
- Sklera : Anikterik
- Kornea : Jernih
3. Hidung :
- Kebersihan : Hidung bersih tidak ada kotoran dan lendir hidung
- Cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada cairan dan tidak ada
gangguan pendengaran
5. Mulut :
- Rongga mulut : Rongga mulut bersih
- Gusi : Tidak ada pembengkakan
- Gigi : Tidak ada karies gigi, terdapat gigi berlubang
- Mukosa bibir : Mukosa bibir lembab
6. Leher : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
7. Thorax (Paru-Paru) :
- Inspeksi : Dada simetris, terdapat gerakan pernapasan
intercostal
- Palpasi : Taktil fremitus normal
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Bunyi napas vesikuler di seluruh lapang paru, tidak
ada suara napas tambahan
8. Jantung :
- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus teraba di ICS 5 line midclavicularis sinistra
- Perkusi : Pekak, tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi : Terdengar S1/S2 reguler, tidak ada murmur
jantung
9. Abdomen :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan dan benjolan pada abdomen
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen
- Perkusi : Terdengar suara dullness
10. Ekstremitas :
- Edema : Tidak adama edema ekstremitas
- Capilary refill : CRT <2 detik
- Turgor kulit : Turgor kulit elastis
- Luka : Tidak ada luka pada ekstremitas
- Kekuatan otot : Skala kekuatan otot 5 dimana ekstremitas
dapat bergerak menentang gravitasi dengan
tahanan penuh
5 5
5 5
III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. POLA PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN KESEHATAN
Pasien mengatakan gaya hidup sangat mempengaruhi kesehatannya,
pasien juga mengatakan tidak mengetahui jika menderita hipertensi karena
jarang memeriksa tekanan darah, pasien mengatakan bahwa hipertensi
yang diderita kemungkinan dari gaya hidupnya yang suka makan makanan
asin. Pasien akan merubah gaya hidupnya setelah tahu komplikasi dari
hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat.
B. POLA NUTRISI METABOLIK
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien mengungkapkan saat dirumah Saat di RS : pasien mendapat diit
waktu makannya tidak teratur dan rendah garam.
tidak tentu, Pasien makan 3 x/hr Saat dikaji pasien menghabiskan
dengan komposisi : nasi, lauk, sayur setengah dari porsi makan yang di
dan habis satu porsi. Pasien juga sediakan, pasien mengatakan nafsu
mengatakan menyukai makanan yang makan turun dan merasa mual.
asin. Tidak ada nyeri telan dan nyeri
perut
Pasien minum air putih > 1500 cc/hr, Minum air putih 1500cc/24jam.
dpasien juga suka minum teh hangat Pasien juga mendapatkan terapi
setiap pagi hari. infus RL 1500cc/24 jam
C. POLA ELIMINASI
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien mengungkapkan sebelum Saat di RS, pasien belum BAB.
sakit BAB teratur 1 kali/hr dengan Pasien mengungkapkan, BAB
konsistensi feces padat, warna terakhir 2 hari yang lalu
normal.
Sebelum sakit BAK 4-5 kali/hr, Saat di kaji, pasien bisa BAK
warna kencing kuning jernih. spontan 2-3x/hari, warna urine
kuning jernih
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Di Rumah Di Rumah Sakit
Aktivitas: Saat di kaji, pasien bed rest total
Pasien mengungkapkan aktivitas karena pasien merasa kelelahan dan
sehari harinya adalah di rumah nyeri kepala, semua aktivitas di
sebagai ibu rumah tangga, setiap bantu oleh anaknya dan perawat.
pagi pasien ke pasar untuk
berbelanja, kemudian memasak,
dan pada sore hari pasien sering
bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar, pada malam hari psien
menikuti pengajian di mushola
dekat rumahnya. Pasien
mengatakan setiap satu bulan
sekali selalu berlibur dengan suami
dan anak-anaknya.
E. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien mengungkapkan pada siang Pada siang hari pasien sering tertidur
hari tidur jam 13.00-15.00 dan pada karena merasa kelelahan. Pasien
malam hari pasien tidur dari jam tidur malam pada jam 21.00 namun
21.00-04.00. Pasien sangat jarang sering terbangun di malam hari
sekali mimpi buruk karena nyeri pada kepalanya.

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien mengungkapkan tidak ada Pasien mengungkapkan tidak ada
gangguan pendengaran dan gangguan pendengaran dan
pembauan. Pasien juga pembauan. Pasien juga
mengungkapkan terdapat gangguan mengungkapkan terdapat gangguan
penglihatan rabun jauh namun pasien penglihatan rabun jauh, pasien
tidak pernah memeriksakan kondisi mengetahui tentang penyakit
matanya. Pasien juga mengatakan hipertensi yang sedang diderita.
tidak pernah periksa tekanan darah, Pasien mampu menilai skala nyeri
tidak ada gangguan orientasi kepalanya, dengan skala 7.
G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
Di Rumah Di Rumah Sakit
Persepsi : Persepsi :
Saat dirumah pasien mengatakan Pasien mengatakan lebih tenang
ingin sembuh dari sakitnya setelah dirawat, pasien juga
Konsep diri : mengatakan ingin segera sembuh
Pasien merasa tidak malu dengan agar bisa pulang dan berkumpul
sakit yang dideritanya. Pasien dengan keluarganya
merupakan seorang ibu rumah Konsep diri :
tangga yang berhubungan baik Pasien mengatakan tidak merasa
dengan tetangganya malu selama dirawat di rumah sakit,
pasien ingin segera pulang agar bisa
bertemu kembali dengan
tetangganya
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien mengatakan berhubungan Pasien berhubungan baik dengan
baik dengan siapa saja di desanya. tenaga kesehatan maupun pasien
lainnya.
I. POLA REPRODUKSI-SEKSUAL
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien sudah jarang melakukan Pasien tidak melakukan hubungan
hubungan seksual karena usianya seksual selama sakit
sudah 48 Tahun
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
Di Rumah Di Rumah Sakit
Sebelum sakit pasien lebih sering Pasien mengatakan dalam
mengambil keputusan sendiri mengambil keputusan dilakukan
secara bersama dengan berbicara
dengan keluarganya. Pasien
mengatakan agar sabar dalam
merawatnya hingga sembuh dan
bisa pulang.

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien sholat lima waktu tepat Pasien sholat lima waktu tepat
waktu, pasien sering berjama’ah di waktu namun dengan berbaring dan
mushola dekat rumahnya. Pasien juga dibantu keluarganya. Pasien juga
selalu sholat tahajud. mengatakan selalu berdoa kepada
Allah supaya diberi kesembuhan,
dan yakin bahwa Allah akan
menyembuhkan sakitnya.

IV. DATA PENUNJANG


A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal Pemeriksaan 20 September 2023
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 11,5 g/dL 13,2-17,3
Hematocrit 44,8 % 33-45
leukosit 33 Ribu/Ul 3,8-10,6
Trombosit 261 Ribu/Ul 150-440
Golongan Darah A-
APTT/PTTK 24,9 Detik 21,8-28,0
Kontrol 25,4 Detik 21,1-28,5
PPT 9,3 Detik 9,3-11,4
Kontrol 11,0 Detik 9,3-12,5
Kimia Klinik
GDS 79 Mg/dL 75-110
Ureum 24 Mg/dL 10-50
Creatinin Darah 1,08 Mg/dL 0,7-1,3

B. PEMERIKSAAN FOTO RONTGEN


Tanggal Pemeriksaan 20 September 2023
Thorax AP/PA
- Soft tissue thorax tidak tampak kelainan
- Tulang-tulang costa, clavicula dan scapula intact, vertebrae thoracal
dalam batas normal
- Corakan bronkhovaskular dalam batas normal
- Trachea di tengah
- Besar dan bentuk cor dalam batas normal
- Kubah diapghragma baik
- Sinus costophrenicus lancip
Kesan :
- Saat ini tidak tampak kelainan radiologis pada thorax
- Cor dan pulmo dalam batas normal

C. TERAPI
No Obat Dosis Cara Kegunaan
. Pemberian
1 Infus RL 1500cc/ IV Untuk menggantikan cairan
24 jam yang hilang dan untuk
membantu prosedur IV
tertentu.
2 Inj. Antrain 3x1g IV Meringankan rasa sakit
terutama nyeri kolik
3 Inj. 2x4mg IV Mencegah mual dan
Ondansetron muntah
4 Captopril 0-0-1 Oral Antihipertensi yang
termasuk golongan ACE
inhibitor
5 Amlodipine 0-0-1 Oral Obat untuk menurunkan
tekanan darah pada
penderita hipertensi.

D. ANALISA DATA
KELUHAN NILAI/KONDISI KLASIFIKASI
NORMAL
1. Pasien mengatakan 1. Tidak ada keluhan Data Subjektif :
nyeri pada kepala nyeri Pasien mengatakan
menjalar ke tengkuk 2. Tidak ada gangguan nyeri pada kepala
nyeri seperti ditusuk beraktivitas menjalar ke tengkuk
tusuk dan 3. Tidak sulit tidur nyeri seperti ditusuk
bertambah saat 4. Tidak tampak tusuk dan bertambah
beraktivitas, nyeri meringis dan saat beraktivitas, nyeri
dirasakan terus berfokus pada diri dirasakan terus
menerus dengan sendiri menerus dengan skala
skala nyeri 7 5. TTV dalam batas nyeri 7
2. Pasien mengatakan normal Data Objektif :
sering terbangun 1. Sulit Tidur
saat tidur karena 2. Tampak meringis
nyeri kepala 3. Berfokus pada diri
3. Pasien tampak sendiri
meringis dan 4. TTV
berfokus pada diri TD : 197/110 mmHg
sendiri N : 89x/menit
4. TTV S : 36,3oC
TD : 197/110 mmHg RR : 20x/mnt
N : 89x/menit
S : 36,3oC
RR : 20x/mnt

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG KEMUNGKINAN DIANGKAT
1 Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis
2 Nausea b.d Peningkatan Tekanan Intrakranial
3 Gangguan Pola b.d Tidur Hambatan Lingkungan
No PUTUSKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG AKAN DI TEGAKKAN
. (PRIORITAS)
1 Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis

No Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi


1 Nyeri akut berhubungan 21 – 09 – 2023 Masih dalam proses
dengan agen pencedera pengobatan
fisiologis

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan
Hasil
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
Agen Pencedera tindakan Observasi :
Fisiologis keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
(D.0077) selama 3x 24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas
Tingkat Nyeri nyeri
menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
2. Meringis memperberat dan
menurun memperingan nyeri
3. Sulit tidur 5. Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
4. Tampak 6. Identifikasi pengaruh budaya
meringis terhadap respon nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri
5. Berfokus pada pada kualitas hidup
diri sendiri 8. Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah
6. Tekanan darah diberikan
membaik 9. Monitor efek samping
(L.08066) penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

G. IMPLEMENTASI
Nama/Umur : Ny.N/48 Tahun
Tgl DK Jam Implementasi Respon Pasien TTD,
Nama
21 Sep 1 11.00 Mengukur Tanda Pasien mengeluh
2023 Tanda Vital nyeri pada
Hasil : kepalanya
TD : 196/110 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4oC
11.10 Mengidentifikasi Pasien mengeluh
lokasi, karakteristik, nyeri kepala
durasi, frekuensi, menjalar ke
kualitas, intensitas tungkak dan tidak
nyeri dan skala nyeri bisa duduk
Hasil : maupun berdiri
Pasien mengatakan hanya berbaring
nyeri pada kepala
menjalar ke tengkuk
nyeri seperti ditusuk
tusuk dan
bertambah saat
beraktivitas, nyeri
dirasakan terus
menerus dengan
skala nyeri 7
11.30 Memberikan teknik Pasien mampu
non-farmakologis memahami dan
untuk mengurangi mempraktikkan
rasa nyeri secara mandiri
Hasil : Slow Deep
Mengajarkan relaksi Breathing
napas (Slow Deep
Breathing)
12.00 Mengontrol Pasien mengatakan
lingkungan yang napasnya lebih
memperberat rasa lega setelah
nyeri diposisikan semi
Hasil : fowler
Memberikan posisi
Semi Fowler dan
mengurangi
kebisingan

15.00 Berkolaborasi Pasien kooperatif


pemberian analgetik selama tindakan
Hasil :
Memberikan Injeksi
Antrain 1g

Tgl DK Jam Implementasi Respon Pasien TTD,


Nama
22 Sep 1 07.00 Mengukur Tanda Pasien mengatakan
2023 Tanda Vital nyeri pada
Hasil : kepalanya cukup
TD : 170/100 mmHg berkurang
N : 76x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
07.30 Berkolaborasi Pasien kooperatif
pemberian analgetik selama tindakan
Hasil :
Memberikan Injeksi
Antrain 1g
08.00 Mengidentifikasi Pasien mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri kepala
durasi, frekuensi, menjalar ke
kualitas, intensitas tungkak sudah
nyeri dan skala nyeri berkurang dan
Hasil : pasien sudah bisa
Pasien mengatakan duduk sendiri
nyeri pada kepala tanpa dibantu
menjalar ke tengkuk anaknya
nyeri seperti ditusuk
tusuk sudah
berkurang, nyeri
dirasakan terus
menerus dengan
skala nyeri 5
08.30 Memberikan teknik Pasien mampu
non-farmakologis secara mandiri
untuk mengurangi melakukan relaksai
rasa nyeri Slow Deep
Hasil : Breathing
Pasien sudah
mampu melakukan
relaksi napas (Slow
Deep Breathing)
12.00 Mengontrol Pasien mengatakan
lingkungan yang bisa tidur dengan
memperberat rasa suasana tenang
nyeri
Hasil :
mengurangi
kebisingan

Tgl DK Jam Implementasi Respon Pasien TTD,


Nama
23 Sep 1 15.00 Mengukur Tanda Pasien mengatakan
2023 Tanda Vital nyeri pada
Hasil : kepalanya cukup
TD : 140/80 mmHg berkurang
N : 79x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5oC
15.30 Berkolaborasi Pasien kooperatif
pemberian analgetik selama tindakan
Hasil :
Memberikan Injeksi
Antrain 1g
16.00 Mengidentifikasi Pasien mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri kepala
durasi, frekuensi, menjalar ke
kualitas, intensitas tungkak sudah
nyeri dan skala nyeri berkurang dan
Hasil : pasien sudah bisa
Pasien mengatakan duduk dan berdiri
nyeri pada kepala sendiri tanpa
nyeri seperti ditusuk dibantu anaknya
tusuk cukup
berkurang, nyeri
dirasakan hilang
timbul dengan skala
nyeri 3
17.30 Memberikan teknik Pasien mampu
non-farmakologis secara mandiri
untuk mengurangi melakukan relaksai
rasa nyeri Slow Deep
Hasil : Breathing
Pasien sudah
mampu melakukan
relaksi napas (Slow
Deep Breathing)
21.00 Mengontrol Pasien mengatakan
lingkungan yang bisa tidur dengan
memperberat rasa suasana tenang
nyeri
Hasil :
mengurangi
kebisingan

H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/Umur : Ny.N/48 Tahun
No Dx Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan
1 Nyeri Akut b.d 21 Sep 15.00 S:
Agen Pencedera 2023 Pasien mengatakan nyeri
Fisiologis pada kepala menjalar ke
(D.0077) tengkuk nyeri seperti
ditusuk tusuk dan
bertambah saat
beraktivitas, nyeri dirasakan
terus menerus dengan skala
nyeri 7
O:
1. Tampak meringis
2. Sulit Tidur
3. Berfokus pada diri sendiri
4. TTV
TD : 196/110 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4oC
A:
Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
22 Sep 15.00 S:
2023 Pasien mengatakan nyeri
pada kepala menjalar ke
tengkuk nyeri seperti
ditusuk tusuk cukup
berkurang, nyeri dirasakan
terus menerus dengan skala
nyeri 5
O:
1. Tampak meringis cukup
menurun
2. Sulit Tidur cukup menurun
3. Berfokus pada diri sendiri
cukup menurun
4. TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 76x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
A:
Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
23 Sep 21.00 S:
2023 Pasien mengatakan nyeri
pada kepala sudah tidak
menjalar ke tengkuk nyeri
seperti ditusuk tusuk cukup
berkurang, nyeri dirasakan
terus menerus dengan skala
nyeri 3
O:
1. Tampak meringis
menurun
2. Sulit Tidur menurun
3. Berfokus pada diri sendiri
menurun
4. TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 79x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5oC
A:
Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P:
Intervensi dihentikan
JURNAL

PENERAPAN SLOW DEEP BREATHING TERHADAP INTENSITAS NYERI AKUT


PADA ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Penulis : Azwaldi, Muliyadi, Ismar Agustin dan Berlen Octaviani


Tahun Terbit : 2023
Sumber : Jurnal Aisyiyah Medika Volume 8, Nomor 2, 2023

Metodologi
Pada penelitian ini diberikan asuhan keperawatan atas pasien
hipertensi dengan nyeri akut (kepala) dimana menggunakan asesmen,
intervensi (perencanaan), implementasi, dan evaluasi skala nyeri dengan
menggunakan teknik deskriptif dan metodologi studi kasus. Dua pasien
hipertensi yang berpartisipasi dalam studi kasus ini adalah Tn.A, 52, dan
Ny.M, 50, dan keduanya mengalami sakit kepala. Tn. A menjadi subjek
prosedur penelitian ini dari tanggal 9 s.d 11 Maret, dan Ibu M dari tanggal
10 Maret s.d 12 Maret 2023. Setelah mendapat izin rumah sakit dan
mendapat informed consent dari keluarga pasien, teknik penelitian ini
dilakukan. Setelah pasien dinilai, diagnosis dan perencanaan (intervensi)
telah dibuat, dan prosedur telah dievaluasi dalam format SOAP, proses
asuhan keperawatan dapat dilanjutkan. Wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan analisis dokumentasi temuan pemeriksaan
diagnostik digunakan untuk mengumpulkan data. Alat atau instrumen
pengumpul data menggunakan struktur asesmen asuhan keperawatan,
dimulai dengan memeriksa fisik head to toe, lembar observasi, lembar
evaluasi nyeri Numeric Rating Scale (NRS), formulir diagnosa berlandaskan
SDKI, serta pengobatan dan luaran berlandaskan SIKI serta SLKI. Analisis
data studi kasus ini ialah analisis deskriptif dimana ditulis atas bentuk
cerita.

Hasil Penelitian
Pasien 1 :
Klien Tn.A berusia 52 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan adalah
petani, pendidikan terakhir SMP. Pasien mengatakan nyeri pada saat
kepala hingga tengkuk, tekanan darah meningkat, nyeri terasa seperti
ditusuk– tusuk, mulai dari kepala hingga tengkuk, skala nyeri 6, nyeri hilang
timbul. Pasien tampak meringis, gelisah, pasien terlihat memegangi area
kepalanya dan pandangan terasa gelap. TD: 170/110 mmHg, N : 95x/menit,
RR : 20x/menit, S: 360C.

Pasien 2 :
Klien Ny.M berusia 50 tahun, jenis kelamin Perempuan, pekerjaan
adalah IRT, pendidikan terakhir SD. Pasien mengatakan nyeri pada saat
kepala hingga tengkuk, tekanan darah meningkat, nyeri terasa seperti
ditusuk– tusuk, mulai dari kepala hungga tengkuk, skala nyeri 5, nyeri
hilang timbul. Pasien tampak meringis,gelisah, pasien terlihat memegangi
area kepalanya dan pandangan terasa gelap. TD: 160/100 mmHg, N:
89x/menit, RR: 20x/menit, S: 36℃
Tabel 1 : Tekanan Darah Pasien setelah Terapi Relaksasi Slow Deep
Breathing
No Inisial Tekanan Tekanan Tekanan
Pasien Darah Hari 1 Darah Hari 2 Darah Hari 3
1. Tn. A 170150/100 mmHg 140/90 mmHg
/
1
1
0

m
m
H
g
2. Ny. M 160 140/90 mmHg 130/80 mmHg
/
1
0
0

m
m
H
g
Berdasarkan Tabel 1. Tekanan darah pasien 1 pada hari pertama saat
pengkajian yaitu 170/110 mmHg, dan setelah terapi relaksasi Slow Deep
Breathing hari ketiga 140/90 mmHg, sedangan pada pasien 2 pada hari
pertama 160/100 mmHg, dan setelah terapi relaksasi Slow Deep Breathing
hari ketiga 130/80 mmHg.
Tabel 2 : Skala Nyeri Pasien setelah Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing
No Inisial Skala Nyeri Hari Skala Nyeri Skala Nyeri
Pasien 1 Hari 2 Hari 3
1. Tn. A 6 5 3
2. Ny. M 5 4 2
Berdasarkan Tabel 2. Skala nyeri pasien 1 pada hari pertama saat
pengkajian yaitu 6, dan setelah terapi relaksasi Slow Deep Breathing hari
skala nyeri 3, sedangan pada pasien 2 pada hari pertama skala nyeri 5,
dan setelah terapi relaksasi Slow Deep Breathing hari ketiga skala nyeri 2.
Kedua Pasien kooperatif dalam implementasi latihan teknik relaksasi Slow
Deep Breathing dan kedua pasien mampu mendemontrasikan secara
baik. Implementasi teknik relaksasi Slow Deep Breathing pada kedua
pasien dilakukan sebanyak 6 kali dengan menarik napas 4 detik,
menahan nafas 2 detik serta menghembuskan 8 detik. Respon dimana
didapatkan dari kedua pasien mengatakan bahwa dengan melakukan
teknik latihan Relaksasi SDB rasa sakit pada kepalanya berkurang dan
merasa lebih rileks dan nyaman. Dari pemeriksaan tekanan darah terjadi
penurunan hasil tekanan darah pasien dan latihan teknik relaksasi Slow
Deep Breathing untuk dapat dilaksanakan dengan teratur pada pagi dan
sore.
Menurut penelitian dari Sumartini & Miranti (2019), menjelaskan ada
pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Hal ini sejalan dengan hasil terapi yang
didapat penulis bahwasanya ada pengaruh slow deep breathing pada
implementasi pasien I dan II dimana dilaksanakan sama dengan intervensi
dimana sudah disusun penulis berdasarkan SIKI (2018). Menurut penelitian
(Muchtar, 2022) terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Tiban Baru Kota Batam. Hal ini sesuai atas penelitian dimana
dilaksanakan oleh penulis pada pasien I dan II sesuai dengan intervensi
yang telah disusun.
Menurut penelitian (Azizah et al., 2022) Sesudah dilaksanakan
penerapan Slow Deep Breathing selama 3 hari, mengalami penurunan
tekanan darah atas pasien dengan hipertensi. Hal ini sama dengan
penelitian dimana telah dilaksanakan oleh penulis dimana pasien I pada
hari pertama saat pengkajian yaitu 170/110 mmHg, hari kedua 150/100
mmHg dan hari ketiga 140/90 mmHg kemudian pada pasien ke II pada hari
pertama 160/100mmHg, hari kedua 140/90 mmHg dan hari ketiga 130/80
mmHg yang dimana daat disimpulkan ada penurunan tekanan darah cukup
signifikan pada pasien hipertensi.
Modulasi sistem kardiovaskular yang disebabkan oleh latihan Slow
Deep Breathing akan meningkatkan fluktuasi dari interval frekuensi
pernapasan yang memberi dampak pada peningkatan efektivitas
barorefleks. Barorefleks berperan mengaktivasi sistem saraf parasimpatis
yang membuat pembuluh darah mengalami pelebaran atau vasodilatasi,
akibatnya terjadi penurunan output jantung dan tekanan darah menurun
(Goleman & boyatzis, 2018). Hal ini juga sejalan dengan adanya penurunan
tekanan darah pada kedua pasien dimana pasien juga mengatakan bahwa
keluhan nyeri pada kepala pasien menurun.
Edukasi
Implementasi edukasi slow deep breathing dengan menggunakan
media leaflet yang dilakukan pada kedua pasien dapat dilakukan dengan
baik dengan sikap kooperatif dari kedua pasien. Edukasi dilakukan selama
15 menit dimana kedua pasien memahami dan mempu
mendemontrasikannya.
Menurut Penelitian Haryani & Misniart (2020), Sebaiknya pasien dan
keluarga pasien mempelajari tentang hipertensi dan terapi relaksasi Slow
Deep Breathing dari perawat agar dapat menurunkan tekanan darah dan
menurunkan skala nyeri akibat hipertensi. Nyeri menjadi pengalaman
sensori serta emosional dimana seseorang terjadi nyeri merasa tidak
nyaman serta nyeri hanya bisa dirasa oleh penderitanya atau bersifat
subjektif.
Hasil penelitian Faridah (2022), Perilaku berbasis pengetahuan akan
bertahan lebih lama dari perilaku berbasis ketidaktahuan dalam jangka
panjang. Sebagai efek sekunder dari pendidikan kesehatan, pengetahuan
kesehatan mempengaruhi perilaku. Kemudian sebagai akibat dari perilaku
hidup sehat akan muncul indikator kesehatan masyarakat yang merupakan
output (hasil) tentang hipertensi. Dapat dikatakan bahwa semua intervensi
keperawatan yang direncanakan penulis berhasil dilakukan selama
implementasi, dan tidak satu pun dari kedua pasien tersebut memiliki
masalah.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yakni kegiatan atas menilai tindakan
keperawatan dimana sudah dilakukan. Catatan perkembangan terdiri dari
data subjektif (S), data objektif (O), analisa keberhasilan (A), planning atau
perencanaan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya (P). Selama
melakukan asuhan keperawatan penulis terus melakukan evaluasi untuk
menentukan perencanaan keperawatan dihari selanjutnya. Setelah tiga
hari, penulis menuliskan evaluasi akhir pada tanggal 9 Maret 2023 dan 11
Maret 2023. Pada Tn. A dan Ny. M pasien mengatakan nyeri berkurang dan
tekanan darah menurun.
Menurut Terapi (2022), Meskipun rangsangan yang menimbulkan
rasa sakit dan obat yang ditawarkan sama, para relawan penelitian melihat
penurunan tingkat keparahan berbagai sakit kepala. Karena pengalaman
nyeri setiap orang itu unik, tidak mungkin membandingkan reaksi mereka
terhadap terapi dengan individu lain. Hal ini sejalan dengan yang
didapatkan penulis dimana terdapat perbedaan hasil akhir skala nyeri
pasien di hari akhir evaluasi terapi Relaksasi Slow Deep Breathing Skala
nyeri pasien Tn. A dengan skala 3 dan Ny. M dengan skala 2 tetapi terdapat
penurunan tingkat nyeri sebanyak 3 poin.

Hasil penelitian menujukkan bahwa implementasi Slow Deep


Breathing pada studi kasus hipertensi efektif terhadap penurunan skala
nyeri dimana terjadi penurunan sebanyak 3 poin dari kedua kasus,
penurunan ini juga menyebabkan terjadinya penurunan tingkat skala nyeri
dari skala nyeri sedang menjadi ringan. Kedua pasien tampak lebih nyaman
dan mampu melakukan teknik relaksasi SDB untuk mengontrol nyeri. Dari
hasil evaluasi dan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan bahwa
pemberian terapi relaksasi Slow Deep Breathing cukup efektif untuk
mengurangi tingkat nyeri pasien dan dapat memperbaiki nyeri akut
(kepala) pada pasien..

Kesimpulan
Pengkajian mendapatkan data pasien 1 dan pasien 2 mengalami nyeri
kepala dengan skala ringan-sedang yang dirasakan dari kepala hingga ke
tengkuk. Diagnosa keperawatan utama yang ditemukan pada kedua pasien
yaitu nyeri akut dengan kode D.0077. Intervensi keperawatan utama yang
dilakukan kepada pasien berupa manajemen Nyeri yang dilaksanakan
selama 3x24 jam dengan penggunaan non- farmakologis terapi Slow Deep
Breathing. Implementasi Keperawatan utama untuk mengurangi nyeri
dengan Terapi relaksasi Slow Deep Breathing kedua pasien tampak
kooperatif dan dapat melakukan implementasi dengan baik. Evaluasi
keperawatan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari masalah
keperawatan Nyeri akut pada kepala teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Azwaldi, dkk. (2023). Penerapan Slow Deep Breathing Terhadap Intensitas


Nyeri Akut Pada Asuhan Keperawatan Hipertensi. Jurnal Aisyiyah
Medika Volume 8, Nomor 2, Agustus 2023.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai