BERAT ( CKB )
TUGAS KMB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA
BERAT ( CKB )
DISUSUN OLEH:
PUTU WAHYU SRI JUNIANTARI SANDY
B / KP/ VI
04. 08. 1964
Cidera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala
tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang
trauma tertutup maupun trauma tembus.
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Di samping
penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan
tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognonis
selanjutnya.
Tindakan resusitasi (rangsang jantung), anamnesis (riwayat orang sakit dan
penyakitnya pada masa lalu, atau mengenal sejarah suatu penyakit sampai ke titik dimana
catatan itu diambil agar dapat ditegakkan diagnosa yang tepat untuk kepentingan terapi), dan
pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang
sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat
keparahan cidera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit.
Cidera kepala dibagi menjadi tiga yaitu cidera kepala ringan, sedang dan berat. Cidera
kepala ringan adalah trauma kepala dengan skala Glasgow Coma Scale 15 (sadar penuh)
tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala dapat terjadi abrasi,
lacerasi, haematoma kepala dan tidak ada kriteria cidera sedang dan berat. Sedangkan cidera
berat adalah keadaan dimana struktur lapisan otak mengalami cidera berkaitan dengan
edema, hyperemia, hipoksia dimana pasien tidak dapat mengikuti perintah, coma (GSC < 8)
dan tidak dapat membuka mata.
Cidera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, dan
morfologi cidera:
1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter
Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan otomobil)
Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
Taruma tembus: (luka tembus peluru dan cidera tembus lainnya)
2. Keparahan cidera
- Ringan
- Sedang
: GCS 9 13
- Berat
: GCS 3 8
3. Morfologi
- Fraktur tengkorak: kranium, linear/stelatum, depresi/non depresi, terbuka/tertutup.
Basis: dengan / tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan / tanpa kelumpuhan nervus VII.
- Lesi Intrakranial: Fokal, Epidural, Intraserebral
Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cidera aksonal difus.
Dalam banyak aspek, pengelolaan cidera kepala pada anak serupa dnegan dewasa.
Namun dalam beberapa hal sedikit berbeda atau sangat khusus. Anak-anak terutama yang
berusia 2 tahun ke bawah rentan terhadap komplikasi dan sekuele berat setelah cidera kepala
berat. Banyak dari komplikasi tersbut berkaitan dengan cidera sekunder otak seperti edema,
hiperemia, hipoksia.
Mekanisme cidera kepala berat berupa dengan dewasa, namun anak yang tertabrak
kendaraan 3 kali lebih sering dari dewasa. Kecelakaan sepeda juga sering, namun akibat jatuh
tidak sesering dewasa. Walau begitu, derajat kerusakan yang diakibatkan oleh jatuh tidak
sama dengan dewasa.
B. Tanda
Cidera kepala berat mempunyai tanda yang variabel yaitu:
- Perubahan kesadaran
- Depresi
- Latergi
- Muntah (mungkin proyektif)
- Ataksia atau cara berjalan tidak - Gangguan menelan
Tetap
- Perubahan kesadaran sampai
- Cidera orthopedic
koma
- Kehilangan tonus otot
- Perubahan status mental
- Cemas
- Perubahan pupil
- Mudah tersinggung
- Kehilangan penginderaan
- Delirium (suatu kondisi dimana - Kejang
kesadaran menjadi kabur dan
- Kehilangan sensasi sebagian
disertai ilusi atau halusinasi)
tubuh
- Agitasi
- Wajah menyeringi
Bingung
Perubahan pola nafas
Nafas bunyi rochi
Fraktur atau dislokasi
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
2.
Fistel Karotis-Kavernosusu, ditandai oleh trias gejala: eksolftalmos, kemosisi dan bruit
orbital dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cidera. Anglografi diperlukan untuk
konformasi diagnosis dan terapi dengan oklusi balon endovaskular merupakan cara yang
paling efektif dan dapat mencegah hilangnya penglihatan yang permanen.
3.
Diabetes Incipidus, dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormon antidiuretik. Pasien mengekskresikan sejumlah
besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia dan deplesi volum. Vasopresin arginin
(pitressin) 5 10 unit intravena, intramuscular, atau subkutan setiap 4 6 jam atau
desmopressin asetat subkutan atau intravena 2 4 mg setiap 12 jam, diberikan untuk
mempertahankan pengeluaran urin kurang dari 200 ml/jam, dan volume diganti dengan cairan
hipotonis (0,25 5 atau 0,45 % salin) tergantung pada berat ringannya hipernatremia.
4. Kejang Pascatrauma, dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama)
atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predesposisi untuk kejang
lanjut. Kejang dini menunjukkan resiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien ini
harus dipertahankan dengan antikonvulsan. Insidens keseluruhan epilepsi pascatrauma lanjut
(berulang, tanpa provokasi) setelah cidera kepala tertutup adalah 5 %; resiko mendekati 20 %
pada pasien dengan perdarahan intrakranial ayau fraktur depresi.
5. Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.
6. Meningitis Ventrikulitis
7. Infeksi saluran kemih
8. Perdarahan gastrointestinal
1.7. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Hal penting yang pertama kali dinilai adalah status fungsi vital dan status kesadaran
pasien. Ini harus dilakukan sesegera mungkin bahkan mendahului anamnesis yang teliti.
a.
- Jalan nafas
- Pernafasan
-
Nadi dan tekanan darah, sirkulasi jalan nafas harus segera dibersihkan dari benda asing,
lendir atau darah, bila perlu segera dipasang pipa naso/orofuring, diikuti dengan pemberian
oksigen. Manipulasi leher hams berhati-hati bila ada riwayat / dugaan trauma servikal
(whiplash injury), Jamb dengan kepala dibawa atau trauma tengkuk. Gangguan yang
mungkin ditemukan dapat berupa:
a.
1.8. PENGOBATAN
1. Memperbaiki / mempertahankan fungsi vital agar jalan nafas selalu bebas, bersihkan lendir,
dan darah yang dapat menghalangi aliran udara pernafasan. Jika perlu dipasang pipa naso /
orofaring dari pemberian oksigen. Infuse dipasang terutama untuk membuka jalur intravena:
gunakan cairan NaCl 10,9 % atau Dextrose In Saline.
2. Mengurangi edema otak, yaitu:
Cairan hiperosmoler digunakan cairan Monitol 15 % atau infuse untuk menarik air dari
ruang intrase ke dalam ruang intravaskuler lalu dikeluarkan melalui Deuresis.
Barbiturat untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan serendah
mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun.
3. Obat-obatan Neotropik
- Piritinol merupakan senyawa mirip perioksin (Vit-B6) mengaktivasi metabolisme otak dan
memperbaiki struktur serta fungsi membran sel.
- Piracetam merupakan senyawa mirip GABA suatu neurotransmitter penting di otak.
- Citicholine, merupakan koenzim pembentukan lecitin di otak untuk sintesis membra sel dan
neurotransmitter di dalam otak.
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus.
-
Antibiotika diberikan bila terdapat luka terbuka yang luas, trauma tembus kepala, fraktur
tengkorak yang dapat menyebabkan liquarihoe.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan di
1. BIODATA
a) Identitas Penderita
Nama
: Ny. D
TTL
: -
Umur
: 51 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: -
Agama
: -
Suku
: -
Pendidikan
: -
Diagnosa
: Tn. A
TTL
: -
Umur
: -
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: -
Agama
: -
Suku
: -
Pendidikan
: -
2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan Utama
Pasien CKB mengeluh nyeri dibagian kepala
KETERANGAN :
: Laki-laki
: Meninggal
: Perempuan
: Menikah
: Klien
ekerja
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Pindah
Makan
KETERANGAN
0
= Mandiri
: Sudah menikah
2. Pekerjaan
i)
iri
k) Pola Koping
-
4. PEMERIKSAAN FISIK
a.
Tanda-Tanda Vital
Suhu
: < 37 C
Nadi
: < 60 x/menit
TD
RR
: < 16 x/menit
TB/BB
: ideal/menurun
b. Keadaan Umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien yaitu dari
samnolen/kesadaran cenderung menurun kadang pasien mengalami koma.
c.
Inspeksi
Warna kulit
Jumlah rambut
: Tipis, rontok
Warna rambut
: hitam
Palpasi
Suhu < 37 C
Warna kulit sawo matang, turgor kurang baik, kulit kering, tidak ada adema
2. Kepala
Inspeksi
Palpasi
Ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi
: Bentuk bola mata pasien bulat, kelopak mata cekung, konjungtiva pucat, lapang pandang
pasien berkurang karena adanya gangguan penglihatan yaitu penglihatannya kabur, pupil
mengalami perubahan
4. Telinga
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
: Mukosa bibir pasien kering, gigi, gusi dan lidah pasien kotor karena kurang perawatan diri
7. Leher
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
: Pada waktu bernafas gerakan dada kanan dan kiri tidak sama saat dipegang
Palpasi
Auskultasi : Saat di dengar dengan stetoskop nafas pasien terdengar tidak teratur, adanya bunyi ronohi
Perkusi
Inspeksi
Perkusi
(5 35x/menit)
10. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Gerakan pasien terbatas bahkan tidak dapat bergerak karena badrest total
Pola pemecahan masalah pasien mau mengikuti terapi yang dianjurkan dokter
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan (Computer Tomography Scan)
2. Foto tengkorak cranium
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
4. Laboratorium
Kimia darah : mengetahui ketidakseimbangan elektrolit
6. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN
Obat-obatan Neotropik :
-
Piritinol
Piracetam
Citi Choline
Antibiotika
Antikonvulsan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
-
Klien mengalami perubahan tekanan darah atau normal perubahan frekuensi jantung
Klien mengalami sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
BAB III
ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama
: Ny. D
Umur
: 51 tahun
NO
1.
SYMPTOM
Do :
PROBLEM
Nyeri akut
ETIOLOGI
Agen cidera
fisik
Nyeri
Intoleransi aktivitas
Immobilisasi
- ND : < 60 x/menit
Do :
- Klien mengalami keterbatasan
ROM
Resiko
Bedrest
Kerusakan
integritas kulit
Kerusakan
imobilitas fisik
Nyeri dan
immobilisasi
ROM
- Klien terpasang infuse pada lengan
bagian kanan
- Tidak ada koordinasi gerak
NO
6.
SYMPTOM
Do :
PROBLEM
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Trauma
(kecelakaan,
kesengajaan)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Tidak mampu
dalam
memasukkan
dan mencerna
makanan
Perubahan perfusi
jaringan cerebral
Penghentian
darah oleh sel,
odema cerebral
ETIOLOGI
9.
Do :
- Penampilan klien tampak kumuh
Kurang perawatan
diri
Kerusakan
Neuro Muscular
Kekurangan
volume cairan
Kehilangan
volume cairan
aktif
2.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam mencerna, memasukkan dan mengabsorbsi makanan.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
INTERVENSI (PERENCANAAN)
NO.DX
TUJUAN
TINDAKAN
1.
terhadap nyeri
teratasi/terkurang dengan KH : -
2.
Monitor menekan
makanan/cairan
ND : normal
banyak
-
Kolaborasi pemberian
cairan/makanan
NO.DX
TUJUAN
3.
dengan KH :
TINDAKAN
dibutuhkan klien
-
4.
NODX
TUJUAN
TINDAKAN
5.
pedis
efektif dengan KH :
sesuai
Monitor perdarahan
TD
6.
KH :
satu kali/
gerak
-
7.
keperawatan selama x 24
jam diharapkan intoleransi
Jika memungkinkan
bertahap
NODX
8.
TUJUAN
TINDAKAN
-
9.
10.
Kolaborasi pemberian
antiseptik
Identifikasi perkembangan
keperawatan selama x 24
alkas dekubitur
Klien mengidentifikasikan
rasional untuk pencegahan dan
pengobatan
sabun
-
Tingkatkan masukan
karbohidrat dan protein