Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

DENGAN BRONKITIS AKUT DI RUANG SHOFA RS PKU


MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Disusun Oleh :

Nama : Yeti Novitasari


NIM : 202112102
Tempat Praktik : RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2023
A. Konsep Medis
1. Definisi
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkanpembengkakan
yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran dahak dan
sesak napas adalah gejala utama bronkitis (Alifariki, 2019). Bronkitis juga
merupakan peradangan (Inflamasi) pada selaputlendir (Mukosa) bronkus.
Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (Menrbal)
sehingga saluran pernapasan relatif menyempit (Revi dan Marni, 2020).
Bronkitis merupakan salah satu kondisi pasien yang membutuhkan perawatan
medis dengan tanda gejala antara lain, batuk akut, produksi dengan atau tanpa
sputum dan infeksi saluran pernapasan bawah tanpa penyakit paru obstruktif
kronik (Fajara et al., 2021).

2. Klasifikasi
Berikut klasifikasi bronkitis menurut Magfiroh et al (2021) adalah :
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut biasanya dikarenakan flu serta infeksi lain disaluran
pernapasan. Biasanya bronkitis akut mulai membaik dalam waktu beberapa
hari ataupun beberapa pekan.
b. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis merupakan iritasi atau radang yang bertempat di saluran nafas
yang harus ditangani dengan serius. Seringkali bronkitis kronis disebabkan
karena kebiasaan merokok

3. Etiologi
Penyebab penyakit bronkitis sendiri disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial Virus (RSV), Virus influeza, dsn coxsackie virus. Bronkitis
juga dapat disebabkan oleh parasit sepertiaksariasis dan jamur. Selain penyakit
infeksi, bronkitis dapat pula disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti bahan
fisik atau kimia serta faktor resiko lainnya yang mempermudah seseorang
menderita bronkitis misalnya perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi
saluran pernapasan saluran nafas atas kronik (Alifariki, 2019)

4. Patofisilologi
Terjadinya bronkitis dapat daikibatkan oleh paparan infeksi dan non infeksi
sehingga timbul inflamasi yang mengakibatkan vasodilatasi kongesti, edema
mukosa dan bronkospasme. Pada saat infeksi maka kelenjar mukosa menjadi
hipertromi dan menbal sehingga produksi sekret meningkat. Sekresi yang berlebih
pada asaluran nafas dapat mengganggu jalan nafas sehingga aliran udara
terganggu. Ketika kelenjar mukosa terus meningkat tubuh akan merespon untuk
membantu pengeluarannya dengan cara batuk. Batuk menjadi tanda gejala utama
terjadinya bronkitis akibat adanya infeksi saluran pernapasan dan efek dari
peningkatan sekresi di saluran nafas (Magfiroh et al., 2021)
Pathway

Invasi kuman ke jalan nafas baik


secara infeksi maupun non infeksi
(Faktor virus bakteri ataupun
lingkungan)

Proses infeksi dan inflamasi jalan


nafas

Virus menyebar ke seluruh Iritasi mukosa bronkus


tubuh

Demam Edema mukosa, peningkatan


produksi sputum pada jalan
nafas
Peningkatan suhu tubuh

Sesak nafas, bronkospasme

MK Hipertermi
MK Pola nafas Tidak
Efektif

MK Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif

Sumber : (Fajara et al., 2021)


5. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang sering ditemukan pada kasus bronkitis adalah batuk lebih dari 2
minggu disertai lendir atau dahak dalam jumlah sedikit, tetapi makin lama makin
banyak. Jika belum terjadi infeksi maka dahak tersebut berwarna keputihan dan
encer. Jika sudah terinfeksi maka dahak akan berwarna kuning. Pada kasus ini
sering juga dtandai dengan demam akibat respon tubuh yang memepertahan kan
imun tubuh melawan proses infeksi (Alifariki, 2019).

6. Komplikasi
Jika tidak diobati dengan benar maka bronkitis akut cenderung menjadi bronkitis
kronis. Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat bronkitis kronis
hingga penyakit paru obstruktif apabila penanganan kurang tepat (Magfiroh et al.,
2021)

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada anak dengan masalah
Bronkitis menurut (Abdjul & Herlina, 2020) adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan Sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam
digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Pemeriksaan gram/ kultur darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
d. Foto thorax : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
e. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pemberian mukolitik dengan mekanisme kerja mengurangi viskositas
lendir karena dapat memutus ikatan sulfide. Mukolitik dapat meredakan
batuk yang merupakan gejala bronkitis akut.
2) Pulmicort
Digunakan dalam bentuk nebulizer sehingga pulmicort cepat diserap dan
memiliki durasi lama pada saluran napas sehingga dapat memperbaiki
secara signifikan pada fungsi paru.
3) Ekspektoran
Dapat diberikan untuk membuat lendir menjadi encer dengan cara
meningkatkan jumlah cairan serta merangsang pengeluaran lendir dari
saluran pernapasan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Fisioterapi dada : berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia,
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
2) Penguapan sederhana
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap awal yang dilakukan dari proses
keperawatan. Pengkajian biasanya sebagai gambaran perawat untuk melakukan
asuhan keperawatan dengan informasi subjektif dan objektif. Adapun beberapa hal
yang dikaji dalam proses keperawatan dari pasien dan penanggungjawab seperti
nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk,
diagnosis medis, nomor register, dan hubungan antara pasien dan penanggung
jawab.
Tanggal :
Ruang :
a) Pengkajian Identitas Pasien
1) Nama
2) TTL
3) Umur
4) Alamat
5) Pendidikan
6) Tanggal Masuk
b) Penanggung Jawab
1) Nama
2) TTL
3) Umur
4) Alamat
5) Pekerjaan
c) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau
penyakit yang mendorong pasien untuk memeriksakan diri dan dominan
dirasakan pasien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang mengkaji kondisi klien yang pernah dialami
berisi rincian dari keluhan utama dan selama pasien mengalami keluhan
secara lengkap.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun
psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga adalah catatan
informasi kesehatan seseorang dan kerabat dekatnya. Bukan hanya orang
tua, riwayat kesehatan keluarga juga mencakup tiga generasi di antaranya:
Anak. Saudara laki-laki dan perempuan.
5) Riwayat Maternal
a) KPD (Ketuban Pecah Dini)
b) Riyawat DM
c) Riwayat Asma
d) Masalah selama kehamilan.
6) Riwayat perkembangan
Pengkajian DDST
7) Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Waktu Persalinan
b) Lama Kehamilan
c) Cara persalinan
d) Penolong persalinan
e) Warna ketuban
f) Masalah waktu persalinan.
8) Riwayat imunisasi
d) Pola Gordon
1) Pola persepsi Kesehatan-Penanganan Kesehatan
Pola persepsi kesehatan-penanganan kesehatan Menggambarkan tentang
pemahaman pasien tentang pola kesehatan dan kesejahteraan dan
bagaimana penanganannya
2) Pola nutrisi-metabolik
Menjelaskan tentang pola konsumsi makanan dan minuman yang berkaitan
dengan kebutuhan metabolik dan pola-pola yang menunjukkan pemasukan
nutrient local
3) Pola eliminasi
Menggambarkan tentang pola ekskretori
4) Pola Aktifitas Latihan
Aktifitas Sebelum sakit : Klien mengatakan sehari hari beraktivitas normal
Saat sakit : Klien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk
memulihkan kesehatan
5) Pola tidur-istirahat
Menguraikan tentang pola-pola tidur, istirahat, dan relaksasi
6) Pola kognitif-perseptual
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif
7) Pola persepsi-diri/konsep-diri
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri
8) Pola peran-hubungan
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan
9) Pola seksualitas –reproduksi
Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dan ketidakpuasan dalam
seksualitas menggambarkan pola reproduksi
10) Pola koping-toleransi stress
Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan keefiktifan pola dalam
arti toleransinya terhadap stress
11) Pola nilai-kepercayaan
Menggambarkan pola-pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan (termasuk
spiritual), atau sasaran yang mengarahkan pada memilih atau memutuskan.
e) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Head to toe
i. Kepala Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk
kepala pasien serta keadaan rambut pasien
ii. Mata Bentuk simetris atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, ada
nyeri atau tidak, Ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan
mata untuk mengetahui adanyakelainan atau tidak
iii. Hidung Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada
pembengkakan didaerah polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak.
Fungsi dari pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan
pembengkakan.
iv. Telinga Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada
infe atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan te
10/18 untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi
un sekitar telinga.
v. Mulut Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk
pemeriksaan mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau
adanya gigi kotor dan berlubang.
vi. Leher Ada lesi atau tidak, ada pembengkakak kelenjar getah bening
atau tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak
vii. Dada Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara
jantung.
Perkusim: Suara dada saat diperkusi terdengar suara sonor ataukah
suara lainnya.
Palpasi : Kesimestrisan Dada
Auskultasi : Suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stidor, atau mengi
atau kan pola pernapasan, bunyi nafas, HR, RR, bunyi jantung.
viii. Abdomen Ada lesi atau tidak, suara bising usus
Inpeksi: Permukaan dinding
Palpasi : Ada atau tidak pembesaran limfa dan hati, ada tidaknya
nyeri tekan.
Perkusi: Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyi gas atau
tidak.
Auskultasi : Menilai adanya bising usus.
ix. Integumen
Inspeksi: Sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau tidak
x. Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia
xi. Anus
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada atau tidaknya
gangguan pada anus
xii. Ekstremitas
Pemeriksaan tonus otot, CRT, dan akral
2) Data Fokus
3) Data Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018), Diagnosis keperawatan yang
sering muncul pada Bronkitis Akut yaitu :
1. Hipertermia (D.0130) b.d Proses penyakit d.d peningkatan suhu tubuh
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d Peningkatan muskus (sekret
berlebih)
3. Pola nafas tidak efektif (D.0005) b.d Hambatan upaya nafas
3. Intervensi Keperawatan
Menurut tim pokja SIKI DPP PPNI (2018) dan Tim Pokja SLKI DPP PPNI
(2019) tujuan dan kriteria hasil serta perencanaan yang dilakukan pada Anak
dengan Bronkitis yaitu sebagai berikut :

No No Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


DX Hasil
1 1 (L.14134 (I. 1550 Manajemen Observasi :
Termoregulasi Hipertermia)
1. menentukan terapeutik
Membaik)
Observasi : yang tepat
Setelah dilakukan
1. Identifikasi penyebab Terapeutik :
tindakan keperawatan
hipertermia
selama 3x24jam maka Mengurangi peningkatan
tingkat nyeri menurun 2. Monitor suhu tubuh pada suhu tubuh
dengan kriteria hasil :
3. Monitor adanya Edukasi :
- Menggigil menurun komplikasi akibat
Tirah baring mengindari
hipertermia
- Suhu tubuh cidera apabila terjadi
membaik Terapeutik : kejang
- Suhu kulit membaik 1. Berikan pendinginan Kolaborasi :
eksternal misal water tepid
1. Paracetamol
sponge, kmpres dingin
Farmakologi hipertermi
pada dahi, dada, abdomen,
aksila
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
paracetamol
2 2 (L. 01002 Bersihan (I. 01011 Observasi :
jalan nafas - Mengetahui terapeutik
Manajemen Jalan Nafas)
meningkat) yang sesuai untuk
Observasi :
diberikan nantinya
Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab
- Mengetahui adanya suara
tindakan selama 3×24 batuk pada pasien
tambahan
jam masalah dapat - Monitor pola napas,
Terapeutik :
teratasi dengan saturasi, respirasi dan
- posisi semifowler
kriteria hasil : adanya suara napas
memungkinkan ekspansi
1. Produksi tambahan
paru dan memepermudah
sputum Terapeutik :
menurun jalan napas
- Berikan posisi
2. Ronchi - melibatkan keluarga agar
semifowler
menurun dapat memberi dukungan
- Libatkan keluarga untuk
kepada klien supaya klien
mendukung pengobatan
dapat termotivasi untuk
yang dijalani
patuh terhadap pengobatan
- Berikan air putih hangat
yang dijalani
atau teh hangat ±10cc
- Air putih hangat dapat
sering
meredakan batuk dan jalan
Edukasi :
nafas
- Anjurkan keluarga untuk
Edukasi :
selalu memberi dukungan
- Dukungan keluarga dapat
dan mendampingi pasien
memberikan motivasi pada
menjalani program
klien agar semangat
pengobatan
menjalani pengobatan
Kolaborasi :
yang diberikan
- Kolaborasi pemberian Kolaborasi :
nebulizer sabutamol
- Nebulizer sebagai
0,5cc/6jam
inhalasi membantu
pengeluaran sekret
3. 3 (L.01004 Pola nafas (I.01014 Pemantauan Observasi :
membaik) Setelah respirasi) - Untuk mengetahui
dilakukan intervensi terapeutik yang sesuai
keperawatan 3×24jam Observasi Terperutik :
diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas - Posisi semifoler dan
membaik dengan (frekuensi, kedalaman, pemberian oksigen guna
kriteria usaha nafas) meringankan gejala sesak
nafas yang dialami klien
hasil : 2. Monitor pola nafas Edukasi :
- Dipsnea 3. Monitor saturasi - Informasi hasil
menurun (5) oksigen pemantauan sebagai data
- Frekuensi perkembangan kondisi
nafas membaik Teraupetik
klien kepada keluarga
(5) 1. Posisikan semi fowler
- Penggunaan
otot bantu 2. Berika oksigen Kolaborasi :
nafas menurun
(5) Edukasi : - Bronchodilator
farmakologi untuk sesak
1. Informasikan hasil nafas
pemantauan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat.Sebelum melakukan tindakan,
perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut
dilakukan.Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap.Fase pertama
merupakan fase persiapan yang mencakup. pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan
puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga
merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan
selesai dilakukan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah, ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien
menujun pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP ( Subjektif,
Objektif, Assessment, Planing ). Adapun komponen SOAP yaitu S (subjektif)
adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan
diberikan, O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan, A
(assessment) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif, P
(planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Terdapat 2 jenis evaluasi yaitu :
a. Evaluasi Formatif
Merupakan Evaluasi yang dilakukan selama pasien mendapatkan asuhan
keperawatan selama berada di tempat perawatan dengan terus melanjutkan
intervensi
b. Evaluasi Submatif
Merupakan Evaluasi keperawatan setelah masalah pada pasien teratasi dan
pasien diperbolehkan untuk pulang
DAFTAR PUSTAKA
Alifariki, L. O. (2019). Faktor Resiko Kejadian Bronkitis Di Puskesmas Mekar Kota Kediri.
Jurnal Ilmu Kesehatan 8(1). 1-9
Fajara, R. Muthoharoh, A. Ningrum, W. A & Permadi. Y. (2021). Evaluasi Rasionalitas
Dosis Obat Pada Pasien Pediatri Bronkitis Akut Dengan Masalah Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif. Medikal Sains Journal 5(2).
Magfiroh, Yayuk, D. & Mashudi S . (2021) Studi Literatur Asuhan Keperawatan Pasien
Pediatri Bronkitis Akut Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif. Health Sciences Journal 5(1), 35-43
Revi, M & Marni. (2020). Pengaruh Inhalasi Uap Kayu Putih Terhadap Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Pediatri Bronkitis Akut. Jurnal Keperawatan GSH
9(2), 20-24
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai