Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LANDASAN PENDAHULUAN

1.1 TINJAUAN MEDIS


1.1.1 Pengertian

Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran


pernapasan akut yang dapat menyebabkan kematian. Bronkopneumonia
merupakan penyakit yang terjadi karena adanya bakteri, virus, jamur bahkan
benda asing melalui saluran pernapasan atas yaitu pada bronkus. Penyakit
ini merupakan salah satu jenis dari pneumonia yang memiliki penyebaran
bercak yang bersifat teratur dalam satu bahkan lebih pada area yang
terlokalisasi. (Gentar dan Siti Rukayah 2022).

Pasien bronkopneumonia sering mengalami sesak napas, hal ini


dikarenakan mikoorganisme yang masuk saluran pernapasan merangsang
sel epitel untuk memproduksi mokus sehingga terjadi penumpukan sekret
pada alveoli sehingga terjadi penurunan penyerapan oksigen. Kekurangan
oksigen dapat menghambat kerja sel dalam tubuh, sehingga mengakibatkan
kerja sistem pada tubuh terganggu yang dapat menyebabkan kematian
(Aryani dan Argarini 2023).

1.1.2 Faktor Resiko

Bronkopneumonia dapat tingkatkan dengan beberapa faktor, antara


lain:
1) Usia
Pasien dengan bronkopneumonia yang sering dijumpai
merupakan orang yang telah memasuki umur 65 tahun ke atas serta
anak-anak usia 2 tahun kebawah.
2) Lingkungan
Penyakit bronkopneumonia dialami oleh seorang yang bekerja
dan sering berkunjung dirumah sakit bahkan panti jompo. Hal ini
dikarenakan penyebaran virus lebih luas.
3) Gaya Hidup
Faktor yang dapat menyebabkan penyakit ini muncul adalah
kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, kandungan dalam rokok
akan meningkatkan penyakit muncul dan minuman berakohol dapat
mempengaruhi peningkatan resiko terjadi bronkopneumonia.
4) Kondisi Medis
Kondisi pasien yang dapat menjadi faktor resiko terjadi
bronkopneumonia, antara lain:
a) PPOK dan asma
b) HIV/AIDS
c) Pasin yang sedang menjalani kemoterapi, hal ini karena daya
tahan tubuh pasien yang lemah
d) Penyakit jantung dan Diabetes Melitus
e) Penyakit autoimun
f) Kanker
g) Disfagia
h) Pasien dengan batuk kronis
i) Pasien dengan ventilator
(RSST 2022)

1.1.3 Etiologi

Menurut Wulandari & Erawati, 2016, beberapa faktor penyebab


terjadinya bronkopneumonia , diantaranya:
1. Bakteri (Pneumokokus, Streptokokus, stafilokokus, H.influenza, Klebsiela
mycoplasma pneumonia).
2. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza).
3. Jamur / fungi (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes)
4. Protozoa (Pneumokistis karinti)
5. Bahan kimia (aspirasi makanan/ susu/ isi lambung). Keracunan
hidrokarbon (minyak tanah dan bensin)

1.1.4 Manifestasi Klinis

1. Peningkatan suhu tubuh yang mendadak biasanya didahului oleh infeksi


traktus respiratorius bagian atas, kadang timbul kejang
2. Pernafasan cepat dan dangkal di sekitar pernafasan cuping hidung
3. Sianosis sekitar hidung dan mulut
4. Kadang-kadang muntah dan diare
5. Batuk => pada permulaan penyakit tidak ditemukan, tapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produk
1.1.5 Patofisiologi

Penyebaran dari mikroorganisme yang menyebabkan


bronkopneumonia adalah melalui udara bebas yang masuk melalui saluran
pernapasan. Mikroorganisme yang masuk menyebabkan peradangan karena
reaksi yang timbul dari sistem imunologis tubuh sehingga tubuh
menyesuaikan. Mikroorganisme dapat berkembang dengan cepat ketika
tubuh pasien memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Penyesuaian tubuh
terhadap mikroorganisme ditandai dengan demam dan terjadi produksi
sekret yang berlebih, saat kondisi ini pasien mengalami kesulitan untuk
mengeluarkan sekret kemudian terjadi penumpukan sekret pada saluran
pernapasan sehingga pasien mengalami sesak napas. Mikroorganisme dapat
menginfeksi sistem pencernaan, penyebaran dapat terjadi karena
mikroorganisme terbawa oleh aliran darah (Fajri dan Purnamawati 2020).
1.1.6 Pathway

Nyeri Akut
(D.0077)

Batuk
1.1.7 Komplikasi

Bronkopneumonia dapat menyebabkan komplikasi seperti:


1) Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Akut merupakan peradangkan yang terjadi
ditelinga bagian tengah karena bakteri dan virus. Peradangan terjadi
kurang dari 3 minggu, gejala yang muncul adalah nyeri, pendengaran
terjadi penurunan, demam, cairan keluar dari lubang telinga.
2) Atelektasis
Atelektasis merupakan keaadaan alveolus dalam paru tidak terisi
oleh udara karena terdapat sumbatan pada jalan napas.
3) Efusi pleura
Efusi pleura merupakan keaadan rongga pleura terdapat
penumpukan cairan yang abnormal.
4) Emfisema
Emifisema merupakan keadaan paru-paru mengalami kerusakan
dan tidak berfungsi.
5) Meningitis
Meningitis merupakan peradangan yang terjadi karena virus dan
bakteri pada lapisan pelindung otak dan saraf tulang belakang.
(Damayanti dan Nurhayati 2020)

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Foto thoraks Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak –


bercak infiltrat pada suatu atau beberapa lobus.
2. Laboratorium Leukosit dapat mencapai 15.000 40.000 mm³ dengan
pergeseran kekiri.
3. GDA : tidak norml mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dalam penyakit paru yang ada .
4. Analisa gas darah arteri bias menujukkan asidosis metabolic dengan atau
tanpa retensi CO₂
5. LED meningkat
6. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cell mm³.
7. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah.
8. Billirubin mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan antinuclear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik. (Padila, 2013)

1.2 ASUHAN KEPERAWATAN

1.2.1 Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada untuk mengumpulkan informasi


mengenai pasien untuk menentukan masalah keperawatan. Data yang perlu
dikaji pada pasien bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
sebagai berikut:
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
Pasien dengan brokopneumonia keluhan utama menurut (Fajri dan
Purnamawati 2020) yang sering dirasakan pasien sebagai berikut:
a) Pasien merasa gelisah
b) Pasien sesak napas
c) Pernapasan cepat dan dangkal disertai dengan cuping hidung
dan disertai dengan sianosis pada sekitar hidng dan mulut.
3) Riwayat penyakit
a) Virus
Pasien mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan renitis,
batuk dan demam.
b) Bakteri
Pasien mengalami gejala saluran pernapasan akut hingga
seminggu, mengalami kenaikan suhu yang tinggi, batuk hingga
sulit untuk bernapas. (Fajri dan Purnamawati 2020)
4) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Pada saat inspeksi yang perlu diperhatikan adalah dispnea,
sianosis, pernapasan cupung hidup, takipnea, distensi abdomen,
batuk tidak efektif, nyeri saat bernapas, retraksi dinding dada.
b) Palpasi
Pasien bronkopneumonia kemungkinan terjadi pembesaran hati,
flemitus raba meningkat, peningkatan denyut nadi.
c) Perkusi
Terdengar suara redup pada sisi yang sakit.
d) Auskultasi
Pasien bronkopneumonia pada saat diauskultasi terdengar bising
gesek pleura, suara tambahan seperti stridor dan ronkhi (Fajri
dan Purnamawati 2020).
5) Pola kebiasaan
Pola kebiasaan yang seing dialami oleh pasien dengan
bronkopneumonia menurut (Padila 2017) sebagai berikut:
a) Pola aktivitas dan istirahat
Tanda dan gejala yang muncul adalah kelemahan, sulit untuk
tidur, merasa lelah, malas dan terjadi penurunan untuk
melakukan aktivitas.
b) Pola Integritas ego
Tanda dan gejala yang muncul adalah banyak hal yang membuat
pasien merasa stres dan mempengaruhi masalah finansial.
c) Pola makanan dan cairan
Pasien bronkopneumonia sering mengalami napsu makan yang
buruk, merasakan mual bahkan muntah, kulit kering sehingga
turgor kulit buruk, pasien tampak malnutrisi.
d) Pola nyeri dan kenyaman
Pasien sering merasakan sakit pada bagian kepala dan nyeri
pada dada, pasien mengalami batuk myalgia.
e) Pola keamanan
Pasien mengalami keringat dingin, menggigil serta gemeteran.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut (PPNI 2017) pada pasien yang menderita Bronkopneumonia


akan muncul diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


D.0001
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi Ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten
Penyebab
Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
Sujektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing, ronkhi
kering
5. Mekonium di jalan napas
(pada neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrome
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravi
4. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE])
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera Kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindron aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran Napas

2) Nyeri Akut

Defisit Pengetahuan
D.0111
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional,dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi,iskemia,neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar,bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik
(mis.abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat berat,prosedur
operasi,trauma,latihan fisik berlebih)

Gejala dan tanda mayor


Sujektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(mis.waspada,posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma

1.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan


dilakukan kepada pasien untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Dengan
adanya diagnosa yang kemungkinan muncul, menurut (PPNI 2018) akan
dilakukan intervensi sebagai berikut:
1) Manajemen Nyeri

Manajemen Nyeri I.08238


Definisi Mengidentifikasi atau mengelola pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan.
Tindakan Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
9. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Latihan Batuk Efektif

Latihan Batuk Efektif


I.01006
Definisi Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.

Tindakan Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
4. Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir dibulatkan selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam hingga 3
kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik
napas dalam yang ketiga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik dan
ekspentoran,jika perlu

Luaran keperawatan digunakan untuk menunjukkan suatu status atau


kondisi pasien setelah dilakukannya suatu tindakan keperawatan. Dengan
kemungkinan diagnosa yang muncul, menurut (PPNI 2018) luaran yang
digunakan sebagai berikut:

1) Bersihan Jalan Napas

Bersihan Jalan Napas L.01


001
Definisi Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap
paten
Ekspetasi Meningkat
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Mening
memburu membai kat
k k
Batuk efektif 1 2 3 4 5
Meningka Cukup Sedang Cukup Menuru
t memburu membai n
k k
Produksi sputum 1 2 3 4 5
Mengi 1 2 3 4 5
Wheezing 1 2 3 4 5
Mekonium (pada 1 2 3 4 5
neonatus)
Dispnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Sulit bicara 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Membai
k memburu membai k
k k
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5

2) Tingkat Nyeri

Tingkat Nyeri : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Ekspektasi Menurun

Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami
cedera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum 1 2 3 4 5
terasa tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekana darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

1.2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal. Pelaksanaan tindakan
merupakan realisasi dari rencana/intevensi keperawatan yang mencakup
perawatan langsung atau tidak langsung. Perawatan langsung adalah tindakan
yang diberikan secara langsung kepada klien, perawat harus berinteraksi
dengan klien, ada pelibatan aktif klien dalam pelaksanaan tindakan. Contoh:
perawat memasang infus, memasang kateter, memberikan obat dsb. Sedangkan
perawatan tidak langsung adalah tindakan yang diberikan tanpa melibatkan
klien secara aktif misalnya membatasi jam kunjung, menciptakan lingkungan
yang kondusif, kolaborasi dengan tim kesehatan.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk


mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Melinda, dan Diah Argarini. 2023. “ANALISIS ASUHAN


KEPERAWATAN MELALUI INTERVENSI LATIHAN BATUK
EFEKTIFPADA KLIEN AN. A DAN AN. N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA DI RS MARINIR
CILANDAK DAN RSUD PASAR REBO JAKARTA.” Jurnal
Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat.

Damayanti, Indri, dan Siti Nurhayati. 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Bronkopneumonia.” Buletin Kesehatan.

Fajri, Indria Rifka, dan IGA Dewi Purnamawati. 2020. “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Bronkopneumonia: Suatu Studi Kasus.”
Buletin Kesehatan.

Gentar, Gergika, dan Siti Siti Rukayah. 2022. “Asuhan Keperawatan Klien yang
Mengalami Pola Napas Tidak Efektif dengan Bronkopneumonia di
Rumah Sakit Budi Lestari Bekasi.” Jurnal Persada Husada
Indonesia 9: 55.

Padila. 2017. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Bengkulu: Nuha Medika.

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

RSST, Tim Promkes. 2022. Bronkopneumonia. 26 8. Diakses 5 23, 2023.


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1400/bronkopneumonia#:
~:text=Bronkopneumonia%20merupakan%20infeksi%20yang
%20terjadi,mendapatkan%20suplai%20udara%20yang%20cukup.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai