Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pneumonia
1. Definisi Pneumonia
Pneumoniamerupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak
namunlebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal
(Wong, 2009).Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratori, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat (Zul Dahlan, 2014).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agens infeksius seperti : virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru pada alveolus dan jaringan
interstisial yang disebabkan oleh bakteri, dengan gejala demam tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi napas >50x/menit),
sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah, nafsu makan
berkurang). World Health Organization (WHO) mendefinisikan
pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat dari hasil
inspeksi dan frekuensi pernapasan (Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSCM, 2015).

2. Klasifikasi Pneumonia
1) Menurut Hockenberry & Wilson (2009), pneumonia dapat
dikelompokan :
a. Pneumonia Lobaris

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
Peradangan pada semua atau sebagian besar segmen paru dari
satu atau lebih lobus paru.
b. Bronkopneumonia
Sumbatan yang dimulai dari cabang akhir bronkiolus oleh
eksudat mukopurulen dan berkonsolidasi di lobulus disebut juga
pneumonia lobular.
c. Pneumonia Interstitial
Proses peradangan pada dinding alveolus (interstitial) dan peri
bronkial serta jaringan interlobularis.
2) Menurut Depkes RI (2007) membuat klasifikasi pneumonia pada
balita berdasarkan kelompok usia:
a. Usia kurang dari 2 bulan
a) Bukan pneumonia ditandai dengan tidak ada nafas cepat dan
tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang
kuat.
b) Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat dan
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat.
b. Usia anak 2 bulan - kurang dari 5 tahun
a) Batuk bukan pneumonia ditandai dengan tidak ada nafas
cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah.
b) Pneumonia ditandai dengan adanya nafas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah.
c) Pneumonia berat ditandai dengan adanya tarikan dinding
dada bagian bawah ke depan
3. Etiologi Pneumonia
Menurut Ridha (2014), pneumonia dapat disebabkan karena beberapa
faktordiantaranya adalah :
1) Bakteri (pneumokokus, streptokokus, H. Influenza, klebsiela
mycoplasma pneumonia)
2) Virus (virus adena, virus para influenza, virus influenza)

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
3) Jamur / fungi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum,
koksidiodes)
4) Protozoa (pneumokistis karinti)
5) Bahan kimia (aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan
hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan lain-lain)

4. Manifestasi Klinis Pneumonia


1) Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), tanda dan gejala
pneumonia diantaranya :
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi
meninges
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak-kanak
d. Muntah,anak kecil mudah muntah bersamaan dengan
penyakityang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat
menjadi berat.6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan
umum
2) Menurut Menurut Betz & Sowden (2004), tanda dan gejala
pneumonia yang dialami anak dengan diantaranya :
a. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang
timbul dengan cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC)
b. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh
bernafas
c. Batuk
d. Produksi sputum
e. Takipnea (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan
pernafasan mendengur, pernafasan cuping hidung
f. Mual, muntah
g. Nadi cepat

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
h. Sesak nafas
5. Patofisiologi Pneumonia
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke
dalam tubuh setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas
terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius
masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi
flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya
infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme
pembersihan dan respon imun.Ketika mikroorganisme penyebab
pneumonia berkembang biak, mikroorganisme tersebut mengeluarkan
toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru yang
dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal
tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang
mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk
pertukaran karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi
eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni),
lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya
hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-
alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal
dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan
penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran
darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya
pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang
kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya
desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung.Stadium

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan
kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat
dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan
dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas
ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya
empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara
spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan
pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
6. Pathways Pneumonia

7. Komplikasi Pneumonia
Menurut Elizabeth (2009), komplikasi dari pneumonia digolongkan
menjadi :
1) Sianosis : warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau
pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
2) Hipoksemia : penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah,
kadang-kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa
spesifikasi lebih lanjut, akan mencakup baik konsentrasi
oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada hemoglobin
3) Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan
kerusakan komponen elastis dan muskular dinding bronkus
4) Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian
paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
Terjadi akibat penumpukan secret
5) Meningitis : terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang
8. Penatalaksanaan Medis Pneumonia
Menurut Roudelph (2007), pengobatan diberikan berdasarkan etiologi
dan uji resistensi tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien
pneumonia diberikan terapi secepatnya, diantaranya :
1) Penicillin G : untuk infeksi pneumonia staphylococcus
2) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi
pneumonia mikroplasma
4) Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan
tanda-tanda
5) Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia
6) Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang
cukup
9. Pemeriksaan Penunjang Pneumonia
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden(2002) yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Kajian foto thorakdiagnostic, digunakan untuk melihat adanya
infeksi di paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan
pada paru)

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
2) Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi
3) Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4) Pewarnaan gram(darah) untuk seleksi awal antimikroba
5) Tes kulit untuk tuberkulin, mengesampingkan kemungkinan TB
jika anak tidak berespons terhadap pengobatan
6) Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
7) Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-
cabang utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil
untuk diuji diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk
menetapkan dan mengangkat benda asing
8) Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk
melakukan kajian diagnostik
B. Konsep Pursed Lips Breathing
1. Definisi Pursed Lips Breathing
Menurut Hockenbery dan Wilson (2009), teknik pursed lip breathing
dapat dianalogikan dengan aktivitas bermain seperti meniup
balon/tiupan lidah, gelembung busa, bola kapas, kincir kertas, botol
dan lain-lain.
2. Manfaat Pursed Lips Breathing
Teknik ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu
mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak (Tiep,
Carter, Zachariah, Williams, Horak, et al., 2013). Meningkatkan
ekspansi alveolus pada setiap lobus paru, sehingga tekanan alveolus
meningkat dan dapat membantu mendorong sekret pada jalan napas
saat ekspirasi serta dapat menginduksi pola napas menjadi normal
(Roberts, Schreuder, & Watson, 2009).

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
3. Mekanisme Pursed Lips Breathing
Mekanisme yang digunakan menerapkan intervensi PLB, yaitu dengan
meningkatkan tekanan alveolus pada setiap lobus paru sehingga dapat
meningkatkan aliran udara saat ekspirasi.Peningkatan aliran udara
pada saat ekspirasi akan mengaktifkan silia pada mukosa jalan napas
sehingga mampu mengevakuasi sekret keluar dari salurannapas.
Tindakan ini sebagai salah satu upaya yang diduga mampu
meningkatkan status oksigenasi.
4. Prosedur Pursed Lips Breathing
Adapun prosedur yang dapat dilakukan pada responden yang termasuk
ke dalam kelompok intervensi pursed lips breathing, adalah :
a. Pra Interaksi :
1. Mencuci tangan
2. Mempersiapkan alat
3. Memverifikasi data pasien
b. Orientasi :
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga
3. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan pelaksanaan,
manfaat, dan risikonya bahwa apa yang dilakukan tidak
membahayakan anak
5. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengisi dan
menandatangani lembar observasi persetujuan yang telah
disediakan, apabila setuju anaknya dijadikan responden
6. Menjaga privasi pasien
c. Pelaksanaan Kerja :
1. Membaca bismillah
2. Melakukan pengukuran suhu tubuh, frekuensi pernapasan, dan
saturasi oksigen, di catat pada lembar observasi

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
3. Memberikan contoh cara meniup mainan tiupan lidah. Cara
meniup tiupan lidah sama dengan teknik PLB yaitu tarik napas
dalam melalui hidung kemudian keluarkan udara melalui mulut
yang dimonyongkan atau dikerutkan seperti mencucu, sampai
tiupan lidah mengembang terisi udara sampai ujung
4. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengulang cara
meniup tiupan lidah yang telah dicontohkan peneliti
5. Mengatur posisi anak dengan posisi duduk/setengah duduk di
kursi atau tempat tidur, kemudian memberikan mainan tiupan
lidah untuk ditiup sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15
menit yang diselingi dengan napas biasa dengan ritme yang
teratur (aktivitas bermain meniup tiupan lidah ini dinilai hanya
satu kali)
6. Mendampingi dan memotivasi anak selama melakukan aktivitas
tersebut
7. Memperhatikan kekuatan anak dalam meniup tiupan lidah dan
mencatat kekuatan meniup dalam lembar observasi
8. Melakukan pengukuran yang kedua terhadap frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen, dan data karaketeristik anak sesaat
setelah intervensi selesai dilakukan dan mencatat hasil
pengukuran pada lembar observasi
9. Memberikan pujian pada anak
d. Terminasi :
1. Mencuci tangan
2. Observasi keadaan anak dan evaluasi
3. Terminasi pada keluarga atas kerjasamanya
4. Menyampaikan rencana tindak lanjut
5. Berpamitan

Gambaran Terapi Pursed..., Jelita Cessia Rini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020

Anda mungkin juga menyukai