VULNUS LACERATUM
2. Penyebab.
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
1) Alat yang tumpul.
2) Jatuh ke benda tajam dan keras.
3) Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
4) Kecelakaan akibat kuku dan gigitan”
5. Pathofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap
trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi
apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang
sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya
tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di
koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika
jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan
yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di
atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat
atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
6. Manifestasi Klinis
Mansjoer (2000) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:
a. Luka tidak teratur
b. Jaringan rusak
c. Bengkak
d. Pendarahan
e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
f. Tampak lecet atau memar di setiap luka.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada
lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Konstipasi berhubungan dengan
NOC: NIC :
o Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik tidak Bowl Elimination Manajemen konstipasi
mencukupi - Identifikasi faktor-faktor yang
Hidration
o Perilaku defekasi tidak teratur menyebabkan konstipasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
o Perubahan lingkungan - Monitor tanda-tanda ruptur
selama …. konstipasi pasien teratasi
o Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi bowel/peritonitis
dengan kriteria hasil:
o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental Pola BAB dalam batas normal - Jelaskan penyebab dan
o Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan, rasionalisasi tindakan pada
Feses lunak
antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi, pasien
Cairan dan serat adekuat
overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif. - Konsultasikan dengan dokter
Aktivitas adekuat
o Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, tentang peningkatan dan
Hidrasi adekuat
gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca penurunan bising usus
bedah, abses rektum, tumor - Kolaburasi jika ada tanda dan
o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis gejala konstipasi yang
makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, menetap
dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku - Jelaskan pada pasien
makan yang buruk manfaat diet (cairan dan
DS: serat) terhadap eliminasi
- Nyeri perut - Jelaskan pada klien
- Ketegangan perut konsekuensi menggunakan
- Anoreksia laxative dalam waktu yang
- Perasaan tekanan pada rektum lama
- Nyeri kepala - Kolaburasi dengan ahli gizi
- Peningkatan tekanan abdominal diet tinggi serat dan cairan
- Mual - Dorong peningkatan aktivitas
- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun Mengerti tujuan dari Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
percentil sesuai dengan usia peningkatan mobilitas secara mandiri sesuai kemampuan
- Kerusakan persepsi sensori Memverbalisasikan perasaan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
- Tidak nyaman, nyeri dalam meningkatkan kekuatan penuhi kebutuhan ADLs ps.
- Kerusakan muskuloskeletal dan dan kemampuan berpindah Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
neuromuskuler Memperagakan penggunaan Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
- Intoleransi aktivitas/penurunan alat Bantu untuk mobilisasi bantuan jika diperlukan
kekuatan dan stamina (walker)
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
- Malnutrisi selektif atau umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan untuk
berjalan, kecepatan, kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek atau
tremor
- Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan)
Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika:
Jakarta.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI:
Jakarta.
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.
Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi
(Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta.