Anda di halaman 1dari 151

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN ATRESIA ESOFAGUS DI RUANG BAYI


RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Anak


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Kelompok 10

1. Devi Cahyana, S.Kep NIM. 11194692110095


2. Nor Atia, S.Kep NIM. 11194692110114
3. Raihana, S.Kep NIM. 11194692110117
4. Utari Ermawati, S.Kep NIM. 11194692110125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Atresia Esofagus


KELOMPOK : 10
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Devi Cahyana, S.Kep
Nor Atia, S.Kep
Raihana, S.Kep
Utari Ermawati, S.Kep

Banjarmasin, April 2022

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
Preseptor Akademik (PA)

Umi Hanik Fetriyah, Ns., M.Kp


Susilawati, S. Kep., Ns NIK. 1166042009023
NIP.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Atresia Esofagus


KELOMPOK : 10
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Devi Cahyana, S.Kep
Nor Atia, S.Kep
Raihana, S.Kep
Utari Ermawati, S.Kep

Banjarmasin, April 2022

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
Preseptor Akademik (PA)

Umi Hanik Fetriyah, Ns., M.Kp


Susilawati, S. Kep., Ns NIK. 1166042009023
NIP.

Mengetahui,
Ketua Jurusan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 11661020122053

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini.
Laporan asuhan keperawatan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan asuhan keperawatan ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan asuhan keperawatan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan asuhan keperawatan ini.

Banjarmasin, April 2022

Kelompok 10

iv
DAFTAR ISI

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 2019
tercatatsebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya
mewujudkan visi“Indonesia Sehat 2019”, maka salah satu tolak ukur
adalah menurunnya angkamortalitas dan morbiditas neonatus, dengan
proyeksi pada tahun 2025 AKB dapatturun menjadi 18 per 1000 kelahiran
hidup. Salah satu penyebab mortalitas padabayi baru lahir adalah atresia
esophagus dan ensefalopati bilirubin (lebih dikenalsebagai kernikterus)
(Gayle et al., 2018).
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai
dengantidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus
bagian distal.Atresia esofagus dapat terjadi bersama fistula
trakeoesofagus, yaitu kelainankongenital dimana terjadi persambungan
abnormal antara esofagus dengan trakea Atresia esophagus merupakan
kelainan kongenital yang cukup seringdengan insidensi rata-rata
sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.Insidensi atresia
esophagus di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiranhidup.
Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4-3,6 per 10.000 kelahiran
hidup.Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500
kelahiran hidup (Gayle et al., 2018).
Masalah pada atresia esophagus adalah ketidakmampuan untuk
menelan,makan secara normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva
sendiri dan sekresidari lambung.Ikterus neonatorum merupakan
fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan
rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi padaneonatus.
Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingorang
dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada
neonatuslebih banyak dan usianya lebih pendek.Banyak bayi baru lahir,
terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500g atau usia gestasi
<37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertamakehidupannya.
Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayibaru lahir
menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu

6
pertama kehidupannya. Pada kebanyakan kasus ikterus neonatorum,
kadarbilirubin tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Sebagian
besar tidakmemiliki penyebab dasar atau disebut ikterus fisiologis
yang akan menghilangpada akhir minggu pertama kehidupan pada
bayi cukup bulan. Sebagian kecilmemiliki penyebab seperti hemolisis,
septikemi, penyakit metabolik (ikterus non-fisiologis) (Viswanatha, 2018).
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan
darironggamulut ke lambung. Di dalam rongga dada, esofagus berada di
mediastiumposterior mulai dibelakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri. Fungsiutama esofagus adalahmenyalurkan makanan dan
minuman dari mulut kelambung. Di dalam esofagus makananturun oleh
peristaltik primer dan gaya beratterutama untuk makanan padat dan
setengahpadat, serta peristaltik ringan. Pentingsekali pada pendidikan
dokter untuk mengenali kelainan-kelainanesofagusdiantaranya adalah
atresia esofagus. Pada kebanyakan kasus, kelainan inidisertai
denganterbentuknya hubungan antara esofagus dengan trakea
yangdisebut fistula trakeoesophageal(Tracheoesophageal Fistula/TEF).
Bayidengan atresia Esofagus tidak mampu untuk menelan saliva
dan ditandaidenganjumlah saliva yang sangat banyak dan membutuhkan
suction berulangkali.Angkakeselamatan pada bayi dengan atresia
esofagus berhubungan langsungterutama dengan beratbadan lahir,
kelainan jantung, dan faktor resiko yangmenyertai.Atresia Esofagus
(Viswanatha, 2018).
Atresia esofagus termaksud kelompok kelainan congenital terdiri
darigangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpahubungan
persistendengantrakea. Pada penyakit ini, terdapat suatu keadaan
dimna bagian proksimal dandistal esophagus tidak berhubungan. Pada
bagian esophagus mengalami dilatasiyang kemudian berakhir berakhir
kantung dengan dinding maskuler yangmengalami hipertofi yang
khas yang memanjang sampai pada tingkat vertebratorakal sagmen
2-4. Bagian distal esophagus merupakan bagian yang mengalamiatresia
dengan diameter yang kecil dan dinding maskuler dan tipis.
Bagian inimeluas sampi bagian atas diagfragma 1,2,3,4,5,6 sekitar 50 %
bayi dengan atresiaesophagus juga mengalami beberapa anomali terkait.
Malformasi , kardiofaskuler,malformasi rangka termaksud hemivertebra

7
dan perkembanga abnormal radius serta malformasi ginjal dan urogenital
sering terjadi, semua kelainan ini disebutsidrom vecter (Viswanatha, 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian masalah pada latar belakang yang telah diuraikan
diatas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini bagaimana asuhan
keperawatan bayi dengan Atresia Esopagus di ruang rawat inap bayi RSUD
Ulin Banjarmasin?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendapatkan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan
keperawatan anak dengan Atresia Esopagus di ruang rawat inap bayi
RSUD Ulin Banjarmasin
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengkaji kebutuhan dan kesehatan pada Bayi dengan atresia
esopagus di ruang rawat RSUD Ulin Banjarmasin
b. Dapat meremuskan rencana tindakan keperawatan pada bayi dengan
atresia esopagus diruang rawat inap bayi RSUD Ulin Banjarmasin
c. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada bayi dengan atresia
esopagus diruang rawat inap bayi RSUD Ulin Banjarmasin
d. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada bayi dengan atresia
esopagus diruang rawat inap Bayi RSUD Ulin Banjarmasin

D. Manfaat
1. Bagi instansi pendidikan, menjadi sumber ilmu pengetahuan dalam
bidang keperawatan dan menjadi acuan dalam pengkajian pada
penderita atresia esopagus.
2. Bagi instansi kesehatan, menjadi sumber acuan dalam melakukan
keperawatan kepada penderita atresia esopagus.
3. Bagi profesi keperawatan, menjadi sumber dalam ilmu pengetahuan serta
menjadi acuan dalam hal keperawatan kepada penderita Atresia
Esopagus
4. Bagi pasien dan keluarga, keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala
awal penyakit atrsia esopagus

8
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem


A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Traktus Gastrointestinal

Traktus Gastrointestinal adalah kumpulan organ yang berperan


dalam proses pencernaan. Di mana makanan akan ditelan, nutrisi akan
diserap, dan sisanya akan dikeluarkan. Traktus Gastrointestinal terdiri
dari esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus
(Viswanatha, 2018).
1. Embriogenesis Traktus Gastrointestinal
Akibat pelipatan mudigah ke arah sefalokaudal dan lateral, sebagian
dari rongga yolk-sac yang dilapisi oleh endoderm masuk ke dalam
mudigah untuk membentuk sus primitif. Dua bagian lain dari rongga
yang dilapisi endoderm ini, yolk-sac dan alantois, tetap berada di luar
mudigah. Di bagian sefalik dan kaudal mudigah, usus primitif
membentuk sebuah saluran buntu, masing-masing adalah usus
depan dan usus belakang. Bagian tengah, usus tengah, untuk
sementara tetap berhubungan dengan yolk-sac melalui ductus
vitelinus atau yolk-sac. Perkembangan usus primitive dan turunan-
turunan biasanya dibahas dalam empat bagian:

9
a. Usus faring atau faring yang berjalan dari membrana
bukofaringealis hingga divertikulum trakeobronkus; karena sangat
penting untuk pembentukan kepala dan leher.
b. Usus depan terletak kaudal dari tabung faring dan berjalan ke
kaudal sejauh tunas hati.
c. Usus tengah dimulai dari sebelah kaudal tunas hati dan meluas
kepertemuan dua pertiga kanan dan sepertiga kiri kolon
tranversum pada orang dewasa.
d. Usus belakang berjalan dari sepertiga kolon tranversum hingga ke
membrana kloakalis (Viswanatha, 2018).
Usus depan membentuk esofagus, trakea dan tunas paru,
lambung dan duodenum proksimal dari muara duktus biliaris. Selain
itu, terbentuk hati, pancreas dan perangkat saluran empedu dari
pertumbuhan epitel endoderm bagian atas duodenum. Karena bagian
atas usus depan dibagi oleh suatu septum, menjadi esofagus di
posterior dan tunas paru serta trakea di anterior, deviasi septum dapat
menyebabkan adanya lubang abnormal antara trakea dan esophagus
(Boia et al., 2018).
Usus tengah membentuk lengkung usus primer, menghasilkan
duodenum distal dari muara duktus biliaris, dan berlanjut hingga ke
taut antara dua pertiga proksimal kolon tranversum dengan sepertiga
distalnya. Selama minggu keenam, lengkung tumbuh sedemikian
pesat sehingga menonjol ke dalam tali pusat (herniasi fisiologis).
Selama minggu ke-10, lengkung usus kembali di dalam rongga
abdomen. Selagi proses ini berjalan, lengkung usus tengah berputar
270o berlawanan arah jarum jam. Sisa duktus vitelinus, kegagalan
usus tengah untuk kembali ke rongga abdomen, malrotasi, stenosis
dan duplikasi bagian-bagian usus adalah kelainan yang umum
dijumpai (Boia et al., 2018).
Usus belakang membentuk bagian dari sepertiga distal kolon
tranversum hingga ke bagian atas kanalis analis; bagian distal kanalis
analis berasal dari ectoderm. Usus belakang, masuk ke bagian
posterior kloaka (bakal analis anorektalis), dan alantois masuk ke
bagian anteriornya (bakal sinus urogenitalis). Pecahnya membrana
kloakalis yang menutupi bagian ini menghasilkan komunikasi ke

10
bagian eksterior bagi anus dan sinus urogenitalis. Kelainan dalam
ukuran regio posterior dan kloaka menyebabkan bergesernya lubang
anus ke arah anterior sehingga terjadi atresia dan fistula rektovagina
dan rektouretra (Boia et al., 2018).

Gambar. Embriogenesis Traktus Gastrointestinal


2. Kelainan Kongenital Traktus Gastrointestinal
Kelainan kongenital traktus gastrointestinal adalah kelainan
yang terjadi pada traktus gastrointestinal dan sudah ada sejak lahir
yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.
Prevalensi terjadinya kelainan kongenital traktus gastrointestinal
adalah 1, 3 dari 1000 kelahiran hidup (Viswanatha, 2018).

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Atresia esofagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang
mencakup gangguan kontinuitas esofagus disertai atau tanpa adanya
hubungan dengan trakea (Gayle et al., 2018).
Atresia Esopagus adalah kealinan kontinuitas lumen esophagus
dimana bagian distal esophagus sampai kardia tidak mau membuka
sehingga mengganggu aliran makanan (Sacharin, 2018).
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang
mengakibatkan gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa
hubungan persisten dengan trakea (Wong Donna, 2019).
Atresia Esophagus adalah kealinan kontinuitas lumen esophagus
dimana bagian distal esophagus sampai kardia tidak mau membuka
sehingga mengganggu aliran makanan (Viswanatha, 2018).

11
B. Klasifikasi
Menurut Gayle (2018) klasifikasi Atresia Esopagus yaitu:
1. Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat
menutup secara baik, sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama
kalau bayi dibaringkan. Pertolongan: member makanan dalam posisi
tegak, yaitu duduk dalam kursi khusus. Kalasia adalah kelainan yang
terjadi pada bagian bawah esophagus (pada persambungan dengan
lambung yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering
regurgitasi bila dibaringkan.
2. Akalasia
Akalasi ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak
membuka secara baik, sehingga keadaan seperti stenosis atau
atresia. Disebut pula spasmus cardio-oesophagus. Sebabnya: karena
terdapat cartilage trachea yang tumbuh ektopik dalam esophagus
bagian bawah, berbentuk tulang rawan yang ditemukan secara
mikroskopik dalam lapisan otot.
3. Classification System Gross (klasifikasi asli dari Vogt)
Atresia esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal
adalah tipe yang paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia
esophagus menggunakan system klasiifikasi gross of bostom yang
sudah popular digunakan.

System ini berisi antara lain:


1. Atresia Esofagus dengan fistula trakheooesophageal distal ( 82%
Vogt III.grossC) Merupakan gambaran yang paling sering pada
proksimal esofagus, terjadi dilatasi dan penebalan dinding otot 

12
berujung  pada mediastinum superior setinggi vetebra thoracal
III/IV. Esofagus distal (fistel), dimana lebih tipis dan sempit,
memasuki dinding  posterior trakea setinggi carina atau 1-2 cm
diatasnya. Jarak antara esofagus proksimal yang buntu dan fistula
trakheooesofageal distal bervariasi mulai dari bagian yang overlap
hingga yang berjarak jauh.

Gambar 2. Gambar diatas memperlihatkan atresia esofagus dengan


fistula trakeoesofageal distal. Perhatikan selang kateter yang berakhir
di esofagus proximal dan udara pada lambung.
1. Atresia Esofagus terisolasi tanpa fistula ( 9%, Vogg II, Gross A)
Esofagus distal dan proksimal benar-benar  berakhir tanpa
hubungan dengan segmen esofagus proksimal, dilatasi dan
dinding menebal dan biasanya berakhir setinggi mediastinum
posterior sekitar vetebra thorakalis II. Esofagus distal pendek dan
berakhir pada jarak yang berbeda diatas diafragma.

Gambar 3. Atresia Esofagus tanpa fistula. Pandangan depan dada


dan abdomen, tampak kateter pada kantong esofagus proximal.
Perhatikan ketiadaan udara pada lambung.

13
2. Fistula trakheo esofagus tanpa atresia ( 6%, Gross E)
Terdapat hubungan seperti fistula antara esofagus yang secara
anatomi cukup intak dengan trakhea. Traktus yang seperti fistula
ini bisa sangat tipis/sempit dengan diameter 3-5 mm  dan
umumnya berlokasi pada daerah servikal paling bawah. Biasanya
single tetapi pernah ditemukan dua bahkan tiga fistula.

Gambar 4. H-Fistula. Barium esofagogram menunjukkan fistel dari


anterior esofagus menuju trakea secara anterosuperior.
3. Atresia esofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal (2%,
Vogt III & Gross B)
Gambaran kelainan yang jarang ditemukan namun. Fistula bukan
pada ujung distal esophagus tetapi berlokasi 1-2 cm diatas ujung
dinding depan esofagus.

Gambar 5. Atresia esofagus dengan fistula trakeo esofagus


proksimal.
4. Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan
proksimal ( <1% Vogt IIIa, Gross D)
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa)
dan di terapi sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai
akibatnya infeksi saluran pernapasan berulang, pemeriksaan yang
dilakukan memperlihatkan suatu fistula dapat dilakukan dan

14
diperbaiki keseluruhan. Seharusnya sudah dicurigai dari
kebocoran gas banyak keluar dari kantong atas selama membuat/
merancang anastomose.

Gambar 6. Hubungan antara dua fistula ke trakea dari bagian


atas dan bawah esofagus.

C. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2018) etiologi Atresia Esopagus yaitu:
1. Secara umum:
Salah satu nya adalah kegagalan pada fase embrio terutama pada
bayi yang lahir prematur, dan ada Beberapa etiologi yang dapat
menimbulkan kelainan konginital Atresia Esophagus diantaranya:
a. Faktor obat
Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
yaitu thali domine.
b. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi
pada gen
c. Faktor gizi
2. Secara khusus:
Secara epidemologi anomali ini terjadi pada umur kehamilan 3-6
minggu akibat:
a. Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan
dari masing masing menjadi esopagus dan trachea.
b. Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga
menyebabkan terjadinya atresia.

15
c. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna
sehingga terjadi fistula trachea esophagus

A. Patofisiologi 
Motilitas dari esopagus selalu dipengaruhi pada atresia
esophagus. Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling sering
dialami pada bagian esophagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat
dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia
esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk
melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat
perubahan dari sirkulasi amnion pada janin (Sylvia, 2019).
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan
mengeluarkan banyak sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau
air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan
distal TEF, sekresi dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan
sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan
saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-
keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui
bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini bisa
menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat
menimbulkan reflux gastroesofageal (Sylvia, 2019).
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia
esophagus. Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan
trakea dan bertambahnya ukuran otot tranversal pada posterior trakea.
Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk
batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa
berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana
atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif,
hipoksia atau bahkan bisa menjadi apneo (Sylvia, 2019).

16
E. Clinical Pathway

17
B.

18
C. Manifestasi Klinis
Menurut Wong Donna (2019) manifestasi klinis dari Atresia
Esopagus biasanya timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu berupa
muntah yang proyektil beberapa saat setelah minum susu (yang
dimuntahkan hanya susu), bayi tampak selalu haus dan berat badan
sukar naik.
1. Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir premature, sebaiknya dari
anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai
hidrmnion hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus, bila kateter
berhenti pada jarak < 10 cm, maka diduga artesia esophagus.
2. Bila pada BBL timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh
keluar, dicurigai terdapat atresia esophagus.
3. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan
sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
4. Pada fistula trakeaesofagus, cairan lambung juga dapat masuk
kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Gejalanya bisa berupa:
1. Mengeluarkan luda yang sangat banyak
2. Terbatuk atau tersedak setelah berusaha untuk menelan
3. Tidak mau menyusu
4. Sianosis (kulitnya kebiruan)
Adanya fistula menyebabkan ludah bisa masuk kedalam paru-
paru sehingga terjadi resiko terjadinya pneumonia aspirasi.

D. Komplikasi
Menurut Ronna L Wong (2020) komplikasi dari Atresia Esopagus yaitu:
3. Komplikasi dini, mencakup
a. Kebocoran anastomosis
Terjadi 15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan
thoracostomy sambil suction terus menerus dan menunggu
penyembuhan dan penutupan anastomisis secara spontan, atau
dengan melakukan tindakan bedah darurat untuk menutup
kebocoran.

19
d. Striktur anastomosis
Terjadi pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan
melebarkan striktur yang ada secara endoskopi.
e. Fistula rekuren
Terjadi pada 5-14% kasus.
1. Komplikasi lanjut, mencakup:
a. Reflux gastroesofageal
Terjadi 40% kasus. Penanganannya mencakup medikamentosa
dan fundoplication, yaitu tindakan bedah dimana bagian atas
lambung dibungkus ke sekitar bagian bawah esophagus.
b. Trakeomalasia
Terjadi pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan
melakukan manipulasi terhadap aorta untuk memberika ruangan
bagi trakea agar dapat mengembang.
a. Dismotility Esofagus
Terjadi akibat kontraksi esophagus yang terganggu. Pasien
disarankan untuk makan diselingin dengan minum.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Viswanatha (2018) pemeriksaan penunjang Atresia
Esopagus yaitu:
1. Darah Rutin
Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran
pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan.
1. Radiografi thorax dan abdomen
Radiografi thorax dan abdomen penting dilakukan untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat dari atresia esofagus. Selain mengevaluasi letak
dari selang nasogastrik, juga dapat menilai letak distribusi udara usus,
arkus aorta, pneumonia aspirasi, kelainan bawaan jantung dan
anomali tulang belakang
1. Elektrolit
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaaan lain yang menyertai.
2. Analisa Gas Darah Arteri
3. Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada
bayi.

20
1. BUM dan Serum Creatinin
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
2. Kadar Gula Darah
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai

F. Penatalaksanaan
Menurut Sacharin (2018) Atresia esopagus merupakan kasus gawat
darurat. Prabedah, penderita seharusnya ditengkurapkan untuk
mengurangi kemungkinan isi lambung masuk ke paru-paru. Kantong
esofagus harus secara teratur dikosongkan dengan pompa untuk
mencegah aspirasi sekret. Perhatian yang cermat harus diberikan
terhadap pengendalian suhu, fungsi respirasi, dan pengelolaan anomali
penyerta.
2. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan
operasi untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain:
a. Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan nutrisi
bayi.
b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan
incubator, spine dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45°.
d. NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction rutin.
e. Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan
pehatian khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube
dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya
distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi
masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi
pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan
ujung endotracheal tube sampai kepintu masuk fistula dan dengan
memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography  atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan
atresia esophagus penting untuk dilakukan agar segera dapat
mengetahui apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang
memerlukan penanganan segera.

21
3. Tidakan Selama Operasi
Pada umumnya operrasi perbaikan atresia esophagus tidak
dianggap sebagai hal yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah
bila bayi premature dengan gangguan respiratorik yang memerlukan
dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal
fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu
fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian
bisa menyebabkan rupture dari lambung sehingga mengakibatkan
tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi
pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan
ialah dengan melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan
menunda tindakan thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik
pada bayi benr-benar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-
10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki
esophagus.
Pada prnsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki
abnormalitas anatomi. Tindakan operasi dari atresia esophagus
mencakup.
a. Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia
dengan akses vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator
dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan
distensi lambung.
b. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan
mengetahui lokasi fistula.
c. Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan
diangkat di depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral
thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui leher
karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki
esophagus. Esophagus
d. Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup
dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomisis
esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan
esofagus.

22
e. Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir
selalu jarak antara esofagus proksimal dan distal dapat
disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu
apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra.
Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary
repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil dilakukan
cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka
jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian
dilakukan primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus
lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan
diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan
menggunakan sebagai kolon.
1. Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus
dilakukan secara rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai
agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat
anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3
bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.

G. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah
berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan. Tahap
pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan semua
imformasi baik dari klien dengan cara observasi dan dari keluarganya.
Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia
esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat,
sianosis, apneu.
1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir
a. Saliva berlebihan dan mengiler
b. Tersedak
c. Sianosis
d. Apnea
e. Peningkatan distres pernapasan setelah makan
f. Distensi abdomen

23
2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya: Radiografi dada dan
abdomen, kateter dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus
yang membentuk tahanan bila lumen tersebut tersumbat.
4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang
terakumulasi dalam kantung buntu

H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Termogulasi Tidak Efektif
3. Gangguang Menelan
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif
5. Kerusakan integritas jaringan
6. Gangguan pertukaran gas
7. Nyeri Akut
8. Defisit nutrisi
9. Hipertermia
10. Hipotermia
11. Risiko Aspirasi
12. Risiko Infeksi

I. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI

24
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif b.d Diharapkan setelah dilakukan Observasi
Sekresi yang tertahan, tindakan keperawatan selama 1 x 8 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
hipersekresi jalan jam, bersihan jalan napas kedalaman, usaha napas)
nafas (D.0001) meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Produksi sputum menurun. 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Dyspnea menurun Terapeutik
(frekuensi nafas bayi: 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
40-60x/menit) dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
3. Sianosis menurun jika curiga trauma servikal)
4. Gelisah menurun 2. Posisikan semi-fowler atau sedikit
5. Frekuensi nafas membaik ekstensi
(frekuensi nafas bayi: 3. Miringkan kepalakesalah satu sisi
40-60x/menit) 4. Lakukan penghisapan lender kurang dari
6. Pola nafas membaik 15 detik (secara rutin)
(frekuensi nafas bayi: 5. Berikan oksigenasi, jika perlu
40-60x/menit) 6. Lakukan suction
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif kelurga atau
orangtua pasien cara penghisapan lender
2. Berikan pendidikan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2 Termogulasi Tidak Termoregulasi Neonatus Regulasi Temperatur (I.14578)
Efektif b. d (L.14135)
Observasi
peningakatan Diharapkan setelah dilakukan
1. Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil
kebutuhan oksigen tindakan keperawatan selama 1x8
(36,5oC – 37,5oC)
(D. 0149) jam, termoregulasi neonatus
2. Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
membaik dengan kriteria hasil :
3. Monitor frekuensi napas dan nadi
1. Dasar kuku menurun
4. Monitor warna dan suhu kulit
2. Suhu tubuh dalam rentang
5. Monitor dan catat tanda dan gejala
normal
hipotermia atau hipertermia
(Suhu tubuh: 36,5°C -37,5°C)
Terapeutik
3. Suhu kulit membaik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu
4. Pengisian kapiler membaik
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
3. Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi
4. Pertahankan kelembaban incubator 50 %
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi

25
5. Atur suhu infarm warmer sesuai
kebutuhan
6. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermi
karena terpapar udara dingin
2. Demonstrasikan teknik perawatan
metode kanguru
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik
3 Gangguan menelan Status Menelan (L.06052) Pemberian Makanan Enteral (I. 03126)
b.d efek anatomic Setelah dilakukan tindakan Observasi
konginetal (Atresia keperawatan 1 x 8 jam diharapkan 1. Periksa posisi OGTdengan memeriksa
Esofagus) status menelan membaik dengan residu lambung atau mengauskultasi
(D.0063) kriteria hasil: hembusan udara
1. Gelisah menurun 2. Monitor tetesan makanan pada pompa
2. Produksi saliva memabik setiap jam
3. Monitor rasa penuh, mual dan muntah
Fungsi Gastrointestinal 4. Monitor residu lambung setiap 8 jam
3. Jumlah residu cairan lambung setiap pemberian makanan enternal, jika
saat aspirsi menurun perlu
4. Frekuensi BAB membaik 5. Monitor pola buang air besar
5. Konsistensi feses membaik Terapeutik
6. Warna feses membaik 1. Gunakan teknik bersih dalam pemberian
makanan via selang
2. Berikan tanda pada selang untuk
mempertahnkan lokasi yang tepat
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-45
derajat selama pemberian makanan
4. Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam
selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan
5. Hindari pemberian makanan lewat
selang 1 jam sebelum prosedur atau
pemindahan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur
2. Kolaborasi
3. Kolaborasi pemeriksaan sinas X untik
konfirmasi posisi sedang
4. Kolaborasi pemelihan jenis dan jumlah

26
makanan enteral.
4 Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.14125) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif b. d penurunan Setelah dilakukan tindakan Observasi
konsentrasi keperawatan 1 x 8 jam diharapkan 1. Periksa sirkulasi perifer
hemoglobin perfusi perifer dapat meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
(D. 0009) dengan kriteria hasil : sirkulasi
1. Kekuatan nadi perifer 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
meningkat bengkak pada ekstremitas
2. Warna kulit pucat menurun Terapeutik
3. CRT membaik 1. Hindari pemasangan infus atau
4. Akral membaik pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Lakukan pencegahan infeksi
4. Lakukan perawatan kaki dan kuku
5. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas ringan
2. Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat
3. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
4. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
5 Kerusakan integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Luka (I. 14564)
jaringan (L.14125) Observasi:
b. d Perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka
sirkulasi kelembapan keperawatan 1 x 24 jam
2. Monitor tanda-tanda infeksi
diharapkan integritas kulit dan
Terapeutik:
jaringan dapat meningkat dengan
1. Lepaskan balutan dan plester
kriteria hasil :
1. Kerusakan jaringan menurun secara perlahan
2. Kerusakan lapisan kulit 2. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
menurun pembersih nontoksik
3. Kemerahan menurun 3. Bersihkan jaringan nekrotik
7. Suhu kulit membaik 4. Berikan salep yang sesuai ke
8. Tekstur membaik
kulit/lesi, jika perlu
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

27
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
6 Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas (L.01003) Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
Diharapkan setelah dilakukan
(D. 0003) dan upaya napas
tindakan keperawatan selama 1 2. Monitor pola napas
x 8 jam, pertukaran gas 3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
meningkat dengan kriteria
5. Monitor adanya sumbatan jalan
hasil : napas
1. Dispnea menurun 6. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
2. Bunyi napas menurun
1. Atur interval pemantuan respirasi
3. Gelisah menurun sesuai dengan kondisi pasien
4. Sianosis membaik 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
5. Pola napas membaik Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
6. Warna kulit membaik pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
7 Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
(D. 0077) 1. Kemampuan menuntaskan Observasi
aktivitas meningkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Keluhan nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3. Meringis menurun nyeri
4. Kesulitan tidur menurun 2. Identifikasi skala nyeri
5. Gelisah menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat
6. Nafsu makan meningkat dan memperingan nyei
Terapeutik
Kontrol Nyeri (l.08063) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1. Melaporkan nyeri terkontrol mengurangi rasa nyeri
meningkat 2. Kontrol lingkungan yang
2. Kemampuan mengenali memperberat rasa nyeri
onset nyeri meningkat 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kemampuan mengenali Edukasi
penyebab nyeri meningkat 1. Jelaskan penyebab, periode dan
4. Kemampuan menggunakan pemicu nyeri
teknik non-farmakologis 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
meningkat 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
5. Keluhan nyeri menurun mandiri
6. Penggunaan analgesik 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

28
1. Kolaborasi pemberian analgetik
8 Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D. 0019) 1. Porsi makanan yang Observasi
dihabiskan menigkat 1. Identifikasi status nutrisi
2. Nyeri abdomen menurun 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
3. Berat badan membaik makanan
4. Frekuensi makan membaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
5. Nafsu makan membaik 4. Monitor asupan makanan
6. Bising usus membaik 5. Monitor berat badan
7. Membran mukosa membaik 6. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan
2. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
9 Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
(D.0130) Observasi
Diharapkan setelah diberikan
1. Identifikasi penyebab hipertermia
tindakan selama 1 x 8 jam,
(mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
termoregulasi membaik dengan
panas, penggunaan incubator dll)
kriteria hasil :
2. Monitor suhu tubuh

1. Menggigil menurun 3. Monitor Kadar elektrolit

2. Kulit kemerahan menurun 4. Monitor haluaran urin

3. Pucat menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia

4. Suhu tubuh membaik Terapeutik

5. Suhu kulit membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingi


2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh

29
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut hipertermia, kompres dingin)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektroli intravena, jika perlu
10 Hipotermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipotermia (I.14507)
(D.0130) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 1 x 24 jam 1. Monitor suhu tubuh
diharapkan termoregulasi dapat 2. Identifikasi penyebab hipotermia
membaik dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala akibat
1. Pucat menurun hipotermia
2. Dasar kuku sianosis Terapeutik
menurun 1. Sediakan lingkungan yang hangat
3. Suhu tubuh membaik 2. Ganti pakaian atau linen yang basah
4. Suhu kulit membaik 3. Lakukan penghangatan pasif
4. Lakukan penghangatan aktif
11 Risiko Aspirasi Tingkat Aspirasi Pencegahan Aspirasi (I. 01018)
(D. 0006) (L. 01006) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tingkat kesadaran,
keperawatan 1 x 8 jam kemampuan menelan
diharapkan risiko aspirasi tida 2. Monitor status pernafasan
terjadi dengan kriteria hasil: 3. Monitor bunyi nafas
1. Kebersihan mulut 4. Periksa kepatenan selang OGT
meningkat sebelum memberi asupan
2. Dispnea menurun Terapeutik
(frekuensi nafas bayi: 40- 1. Posisi semi fowler atau sedikit
60x/menit) ekstensi
3. Akumulasi ocal menurun 2. Lakukan penghisapan jalan nafas,
4. Penggunaan otot bantu jika produksi secret meningkat
nafas 3. Sediakan suction diruangan

30
5. Sianosis menurun Edukasi
6. Gelisah menurun 1. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
7. Frekuensi nafas dari
membaik
(frekuensi nafas bayi: 40-
60x/menit)
12 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D. 0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 1 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi ocal
diharapkan tingkat infeksi dan sistemik
menurun dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Kebersihan tangan 1. Batasi jumlah pengunjung
meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
2. Kebersihan badan kontak dengan pasien dan
meningkat lingkkungan pasien
3. Demam menurun 3. Pertahankan teknik aseptic pada
4. Kemerahan menurun pasien
5. Bengkak menurun Edukasi
6. Kultur darah membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cari mencuci tangan dengan
benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS/BAYI

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. E Tanggal dirawat :17-04-22
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat :Jl. Kelayan
Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMA
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta
Usia Ayah/Ibu : 32/27 tahun
Diagnosa medis : Atresia Esofagus

B. Riwayat Bayi
APGAR score : - (Tidak segera menangis)
SKOR Down : 5 (Gawat nafas) skor saat pertama masuk ruangan bayi
Usia Gestasi : 39 minggu
Usia Bay : 24 hari
Berat Badan : 3000 gram (Normal)
Panjang Badan : 48,5 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Dada : 31 cm
Lingkar Perut : 27 cm

Komplikasi persalinan
■ Tidak ada ( ) ■ Ada (√ )
1. Aspirasi mekonium (-)
2. Denyut jantung janin abnormal (-)
3. Masalah lain : -
4. Prolaps tali pusat / lilitan tali pusat ( - )
5. Ketuban pecah dini (+); berapa jam : Sekitar 4 Jam

32
C. Riwayat Ibu
■ Usia ■ Gravida ■ Partus ■ Abortus

27 tahun 2 2 0

Jenis persalinan
■ Pervaginam ( )
■ Sectio cesarea (√ ); alasan : Kepala bayi tidak turun meski sudah
berikan induksi persalinan atau obat perangsang, serta KPD 4 jam.
Komplikasi kehamilan
■ tidak ada (√ ) ada ( )
■ perawatan antenatal ( )
■ ruptur plasenta / plasenta previa ( )
■ pre eklampsia / toxcemia ( )
■ suspect sepsis ( )
■ persalinan premature / post matur ( )
■ masalah lain :

D. Keluhan Utama
Nampak pengeluaran saliva bercampur sekret pada mulut dan hidung
bayi serta sesak nafas.

E. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu bayi mengatakan, bayi lahir di RS Murjani Sampit tanggal 23
Maret 2022 sekitar jam 12.00 siang dengan operasi SC pada usia
kehamilan 39 minggu dihitung dari HPHT saat melakukan kunjungan
antenatal. Jika sesuai HPL yang dihitung ibu melahirkan seharusnya
tanggal 26 Maret 2022 akan tetapi di majukan karena harus melahirkan
dengan operasi, karena kepala bayi tidak turun meski sudah diberikan
induksi persalinan atau obat perangsang, dan ketuban pecah dini sekitar 4
jam. Dari hasil riwayat kelahiran bayi, saat lahir bayi sesak nafas dan
tidak segera menangis.
Ayah bayi mengatakan setelah lahir bayi dicoba diberi susu akan
tetapi air susu di tertelan dan selalu keluar , kemudian dokter dan perawat
memasukan selang ke dalam mulut atau OGT dan tidak bisa masuk
sampai ke dalam dan tetap dicoba masuk seadanya. Kemudian bayi di
rontgen, dan hasilnya cairan susu yang diberikan masuk ke paru-paru.

33
dilakukan rontgen kedua dari hasilnya dokter menjelaskan bahwa bayi
tidak memiliki lubang kerongkongan untuk membawa makanan atau
minuman masuk ke lambung. Di rumah sakit pertama tidak ada dokter
bedah anak sehingga dokter disana menyarankan untuk di rujuk ke RS
Ulin Banjarmasin untuk dapat dilakukan operasi bedah agar bayi dapat
terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Pasien di bawa ke IGD RSUD Ulin tanggal 27 Maret 2022 dan
dilakukan pemeriksaan dengan keluhan bayi sesak nafas dan
penumpukan sekret pada mulut TTV: nadi 166x/menit, RR 30x/menit,
Temp 36,6 °C, SPO2 89% tanpa oksigen dan 99% menggunakan oksigen.
Selanjutnya bayi di pindah ke ruangan perawatan bayi untuk dilakukan
perawatan lebih lanjut dan rencana bedah. Pada tanggal 6 April 2022,
bayi dilakukan 4 tindakan operasi yaitu Esofagustomy+ Trakeostomi+
Feeding Jejunostomii + Gastrotomi. Pada tindakan operasi esofagustomyi
dan trakeostomi belum berhasil.
Hasil pengkajian pada tanggal 18 April 2022, pada bayi Ny. E dengan
usia bayi 24 hari. Keadaan umum bayi nampak menangis kuat, rewel dan
gelisah, pada mulut dan hidung terdapat saliva berlebihan bercampur
sekret, serta bayi sesak nafas. Bayi terpasang O2 CPAP (Continous
positive airway prasseure) 5 /21% dan mulut terpasang OGT (Orogastric
Tube) selang nampak penuh dengan saliva bercampur sekret. Nampak
post op di area leher. Pada abdomen sebelah kanan terpasang Feeding
Jejunostomi dengan luka post op tampak basah dan kulit sekitar luka
tampak iritasi, kemerahan dan rembesan dari sisi feeding. Pada abdomen
sebelah kiri terdapat Gastrotomy Tube nampak luka sedikit lembab dan
kemerahan area sekitar lubang. Pada tangan dan kaki kanan terpasang
PICC (Peripherally Inserted Central Venous Catheter). Hasiil TTV : nadi
140x/menit, RR 45x/menit, Temp suhu turun naik pada pemeriksaan
pertama 36,5 °C (Pukul 08.30) dan (Pukul 10.00) 37,9 °C, SPO2 98%
dengan oksigen (Pukul 08.30) dan SPO2 83% saat anak nangis karena
saliva bercampur sekret berlebihan sampai menyumbat hidung (Pukul
10.30).

34
F. Riwayat Penyakit dan Kesehatan Dahulu / Masa Lalu
1. Penyakit sebelumnya yang pernah dialami neonatus/bayi: Tidak ada
2. Pernah dirawat di RS: Bayi lahir dengan operasi SC dan saat ini
sedang dirawat diruang bayi
3. Obat-obatan yang digunakan:
a.
4. Tindakan (operasi): Sectio Caeserea
5. Alergi: Tidak ada
6. Kecelakaan: Tidak ada
7. Status Imunisasi Dasar: Vit K, Hb 0

G. Riwayat anak lai :


Jenis Kelamin Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi

Perempuan Normal Lengkap


(Usia 3 tahun)

H. Riwayat Penyakit Keluarga


Dari hasil wawancara dengan ibu bayi, ibu mengatakan tidak
memiliki keluarga ataupun keuturunan yang memiliki penyakit serupa dan
kelainan kognital. Ibu bayi juga mengatakan antenatal care dengan
kunjungan lengkap dan sesuai, serta selalu meminum vitamin da obat
yang diberikan. Akan tetapi ibu mengatakan saat hamil sangat jarang
makan buah-buahan apapun karena tidak suka.

I. Riwayat Sosial
Struktur keluarga (genogram tiga generasi)
Genogram

35
Keterangan:
Laki-laki :
Perempuan :
Garis keturunan :
Pasien :
Tinggal serumah :
Perempuan meninggal :
Laki-laki meninggal :

Budaya : Dayak
Suku : Dayak
Agama : Islam
Perencanaan makanan bayi : ASI drip 2 jam sekali
Hubungan orang tua dan bayi : Baik

IBU TINGKAH LAKU AYAH

√ Menyentuh √

√ Memeluk √

- Berbicara -

√ Berkunjung √

- Memanggil nama -

- Kontak mata -

Orang terdekat yang dapat dihubungi : Tn. R


Orang tua berespon terhadap penyakit ya (√ ) tidak (-)
Respon : Orang tua tampak sedih, karena melihat kondisi anakna dan
tidak terlalu bisa menghabiskan waktu bersama anaknya yang masih di
rawat
Orang tua berespon terhadap hospitalisasi ya (√ ) tidak (-)
Respon : Orang tua berharap tindakan yang optimal agar permasalahan
pada kondisi anaknya bisa di tangani sehingga bisa cepat pulang.

J. Pengkajian Hospitalisasi

36
1. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit yang membuat trauma pada
ibu dan keluarga: Ibu bayi tidak pernah mengalami sakit yang parah
dan riwayat penyakit.
2. Sistem pendukung yang tersedia saat bayi sakit :
Kunjungan keluarga, perawatan di ruang bayi oleh tenaga medis
3. Kemampuan koping yang dimiliki ibu dan keluarga :
Kemampuan keluarga baik dalam hal koping
4. Respon ibu dan keluarga terhadap perpisahan yang dialami
neonatus/bayi :
Ibu tampak sedih karena anaknya dirawat dan belum bisa bertemu
secara intensif dengan bayinya.
5. Respon ibu dan keluarga terhadap perlukaan, prosedur medis dan
tindakan keperawatan yang dialami neonatus/bayi :
Ibu dan keluarga tidak menyampaikan keluhan apapun terkait hal
tersebut karena ibu dan keluarga mengetahui bahwa tindakan-
tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang baik dan
bermanfaat bagi kesehatan yang dialami oleh bayinya
6. Respon ibu dan keluarga terhadap kehilangan yang dialami
neonatus/bayi :
-
7. Respon ibu dan keluarga terhadap rasa nyeri/ rasa sakit yang dialami
neonatus/bayi :
-
8. Respon ibu dan keluarga terhadap perubahan lingkungan dan
kebiasaan sehari-hari :
Ibu merasa sedikit berbeda dikarenakan lingkungan perawatan yang
berbeda dengan lingkungan sehari hari.
9. Reaksi ibu dan keluarga terhadap kondisi kesehatan, penyakit yang
bertambah parah/buruk/komplikasi :
Ibu merasa cemas dan khawatir terhadap kondisi kesehatan bayi.

J. Pengkajian Fisik Neonatus/ Bayi


Instruksi : Beri tanda cek (√) pada isian yang tepat / sesuai dengan data-
data dibawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif,
gunakan kolom data tambahan bila perlu.

37
1. Reflek
Moro (√ )
Menghisap (√ ); kuat / lemah
Menggenggam (√ ); kuat / lemah
Rooting (√ ); ada / tidak
Babynski (√ ); + / -
2. Tonus / aktivitas
Aktif ( √ ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( )
3. Respirasi/respon spontan menangis segera
Menangis keras (√ ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit Menangis ( )
4. Kepala / leher
Nampak post op di area leher 3 tempat dengan masing-masing 2
jahitan, karakterisik jahitan kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
a. Fontanel anterior teraba : Lunak (√ ) Tegas ( )
Bentuk fontanel anterior : Datar (√ ) Menonjol ( ) Cekung ( )
b. Sutura sagitalis posisi : Tepat (√ ) Terpisah ( ) Menjauh ( )
Tumpang tindih ( )
c. Gambar wajah bentuk : Simetris ( √ ) Asimetris ( )
d. Kepala terdapat : Molding (√ ) Caput sucedaneum ( )
Cephal hematoma ( )
5. Mata
Bersih ( √ ) Sekresi ( ) Joundice ( )
Jarak Interkantus Skelera : tidak ikterik
6. THT
a. Telinga : Normal ( √ ) Abnormal ( )
b. Hidung : Simetris (√ ) Asimetris ( )
Nampak pada hidung terdapat sekret
c. Mulut : a. Tonge Tie ( )
b. Kelainan daerah mulut
Bibir sumbing :( )
Sumbing langit-langit / palatum :( )
Kelainan lain : Bayi mengalami atresia esofagus
Bayi terpasang OGT, pada mulut bayi nampak
pengeluaran saliva berlebihan bercampur sekret
7. Abdomen

38
a. Lunak ( √ ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
b. Lingkar Perut : 27 cm
Pada abdomen sebelah kanan terpasang Feeding Jejunostomi
dengan luka post op tampak basah dan kulit sekitar luka tampak
iritasi, kemerahan, bengkak dan rembesan dari sisi feeding. Pada
lubang selang latex feeding sering bergesek dengan luka sekeliling
lubang karena mobilitas bayi. Pada abdomen sebelah kiri terdapat
Gastrotomy Tube nampak area luka post op dan lubang selang
sedikit lembab dan kemerahan.
c. Liver : Teraba ( ) kurang 2 cm ( ) lebih 2 cm ( ) Tidak teraba (√)
8. Toraks
a. Simetris (√ ) Asimetris ( )
b. Retaksi derajat 0 ( ); Derajat 1 ( ); Derajat 2 ( √ )
c. Klavikula normal (√ ) Abnormal ( )
9. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama (√) Tidak sama ( )
b. Suara nafas bersih ( ) ronchi (√ ) sekresi (√ ) wheezing ( )
vesikuler ( )
c. Respirasi spontan (√ ) tidak spontan ( )
Alat bantu nafas ( √ ) Headbox ( ) O2 / incubator ( ) Nasal Kanul
Konsentrasi O2 : . Bayi terpasang O2 CPAP (Continous positive
airway prasseure) 5 /21%
10. Jantung
a. Bunyi Normal sinus rhthym (NSR) (√) dengan Frekuensi :130 x/menit
b. Murmur (-) PMI (√): Lokasi teraba di ics 5 mid axila
c. Waktu pengisian kapiler CRT dapat kembali >2 detik
d. Denyut nadi : 140x/m

Nadi Perifer Keras Lemah Tidak ada


11.
Brakial kanan √
Brakial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √
EkstEkstremitas
Gerakan bebas (√ ) ROM Terbatas ( ) Tidak terkaji ( )

39
Ekstremitas atas : Normal (√ ) Abnormal ( )
Sebutkan
Ekstremitas bawah : Normal (√ ) Abnormal ( )
Sebutkan
Pada tangan kiri dan kaki kanan terpasang PICC (Peripherally Inserted
Central Venous Catheter). Pada venflon terhubung infus pump D20% +
heparin 10,6 ,AA 3 1/2 + Lipid 0,74 dengan kecepatan 19.5 ml/h. Pada
venflon dan PICC kaki kanan terhubung ke syrngpump untuk pemberian
obat.
12. Umbilikus
Normal ( √ ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainase ( ) Omphalokel
( ) gastroskizis ( ) Keterang: karakterisik tali pusat kering berwarna
hitam
13. Genital
Perempuan normal ( ) Laki-laki normal (√ ) Abnormal ( ) Sebutkan
Paten (√ ) Imperforata ( )
14. Anus
Normal (√ ) Abnormal ( ) Sebutkan
15. Kulit
Pucat (√ ) Jaundice ( ) Warna pink ( ) Sianosis ( √ )
Jika bayi tampak kuning, Kramer test :
Jika sianosis, sebutkan daerah mana yang sianosis : pada ujung- ujung
jari ekstremitas atas dan bawah
Kuku (√ ) sirkumolar Periobital ( ) Seluruh tubuh (
16. Kelainan/gangguan pada kulit :
Kemerahan (rash) (-) Sebutkan
Tanda lahir (-) Tidak elastis (-) Edema (-)
Turgor kulit : elastis (√) tidak elastis (-), berapa lama kembali? <2detik
Lanugo (-)
17. Suhu
Lingkungan (√ ) Pengaturan suhu (√ ) penghangatan suhu ruang (√ )
Box terbuka (√ ) Inkubator ( ) Temp suhu turun naik pada pemeriksaan
pertama (Pukul 08.30) 36,5 °C akral teraba dingin dan (Pukul 10.00)
37,9 °C akral teraba hangat.

40
K. Pengkajian Resiko Jatuh Pada Bayi/ Anak

Parameter Kriteria Nilai Skor

< 3 tahun 4 √

3 – 7 tahun 3
Umur
7 – 13 tahun 2

≥ 13 tahun 1

Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1 √

Kelainan neurologi 4

Perubahan dalam oksigenasi (masalah sal. 3


Nafas, anemia, dehidrasi, anoreksia, sakit
Diagnosis kepala, sinkop/pusing, dll)

Kelainan psikis/ perilaku 2


SKRINING RISIKO JATUH (Humpthy Dumpty)

Diagnosis lain 1

Tidak menyadari keterbatasan 3


Gangguan
Lupa akan keterbatasan diri 2
Kognistif
Sadar akan kemampuan sendiri 1

Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi – 4


anak

Pasien menggunakan alat bantu atau tempat 3 √


Faktor tidur bayi/ pencahayaan
Lingkungan
Pasien berada di tempat tidur 2

Rawat Jalan 1

Respon Dalam 24 jam 3


terhadap
operasi/ obat Dalam 48 jam 2
penenang/ efek
anastesi >48 jam/ tidak ada 1

Bermacam-macam obat digunakan: obat 3


sedative (diluar pasien ICU yang sedang
mengalami sedasi dan paralisis), hipnotik,
barbiturate, fenotiazin, antidepresan, laksatif,
Penggunaan diuretic, narkotik
obat
Salah satu dari pengobatan diatas 2

Pengobatan lain/tidak ada 1

Skor 7 – 11 : Risiko rendah untuk jatuh Skor Minimal :7 8


TOTAL
Skor ≥ 12 : Risiko tinggi untuk jatuh Skor Maksimal : 23

41
42
L. Pengkajian Flebitis
Tanda dan gejala:

o Tempat penusukan tampak sehat o Adanya kemerahan


o Adanya nyeri : o Adanya pembengkakan
o Di dekat tempat penusukan o Vena teraba keras
o Pada tempat penusukan o Pireksia
o Di sepanjang kanula

*) Beri tanda centang () pada tanda dan gejala dari


phlebitis yang muncul ()

Grade Phlebitis/ Interpretasi ………0……/…….Tidak ada flebitis……….

Visual Infusion Phlebitis Scale

Tanda dan Gejala Grade/ Intervensi


Interpretasi
Derajat

Tempat penusukan Tidak ada tanda


0 Observasi tempat penusukan kanula
tampak sehat phlebitis

Terdapat salah satu dari


tanda berikut:
Kemungkinan tanda-
1 tanda pertama Observasi tempat penusukan kanula
 Nyeri didekat tempat phlebitis
penusukan
 Kemerahan di dekat
tempat penusukan
Terdapat dua dari tanda
berikut:
Ganti tempat penusukan kanula
 Adanya nyeri tempat 2 Stadium dini phlebitis
penusukan Pikirkan terapi lanjutan
 Adanya kemerahan
 Adanya
pembengkakan
Terdapat semua dari
tanda berikut:
Ganti tempat penusukan kanula
Stadium moderat
 Nyeri disepanjang 3
phlebitis
kanula Pikirkan terapi lanjutan
 Adanya kemerahan
 Adanya
pembengkakan
Terdapat semua dari
tanda berikut:
Tahap lanjutan Ganti tempat penusukan kanula
 Nyeri disepanjang
4 phlebitis atau awal
kanula
thrombophlebitis Pikirkan terapi lanjutan
 Adanya kemerahan
 Adanya
pembengkakan
 Vena teraba keras
Terdapat semua dari
tanda berikut:
Lakukan terapi
 Nyeri disepanjang
Stadium lanjutan
kanula 5
thrombophlebitis Ganti kanula dan tempat
 Adanya kemerahan
penusukannya
 Adanya
pembengkakan
 Vena teraba keras
 Pireksia

43
44
M. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium 18 April 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
KIMIA
HATI DAN
PANKREAS
Albumin 3,9 3.8-5.4 g/dl BCG

ELEKTROLIT
Kalsium 9.7 9.0-10.0 mg/dl ARSENSO III
DYE
Natrium 135 136-145 Meq/L ISE
Kalium 3.9 3.5-5.1 Meq/L ISE
Chlorida 100 98-107 Meq/L ISE

Hasil laboratorium 18 April 2022


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
Hematologi
Hemoglobin 13.0 14.0-18.0 g/dl Colorimetric
Leukosit 13.0 4.0-10.5 ribu/ul impedance
Eritrosit 5.11 4.10-6.00 Juta/ul impedance
Hematokrit 39.2 42.0-52.0 % Analyzer
calculate
Trombosit 56 150-450 ribu/ul
RDW-CV 19.5 12.1-14.0 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 49.1 96.3 fl Analyzer
calculate
MCH 34.7 31.1 pg Analyzer
calculate
MCHC 16.2 32.3 % Analyzer
calculate
HITUNG JENIS
Basofil% 0.7 50.0-81.0 %
Eosinofil% 0.5 20.0-40.0 %
Neutrofil% 16.2 % impedance
Limfosit% 14.8 2.50-7.00 % impedance
Monosit% 11,4 1.25-4.00 %
Basofil# 0.13 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.10 <3.00 ribu/ul
Neutrofil# 07.42 2.50-7.00 ribu/ul impedance
Limfosit# 2.77 1.25-4.00 ribu/ul impedance
Monosit# 1.48 0.30-1.00 ribu/ul

45
Hasil pemeriksaan Radiologi (23-03-2022) RS Murjani

Baby Gram :
- Bercak reticulogranuler halus pada kedua paru
- Cor : Ukuran dalam batas normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Distribusi udara usus minimal distal
- Tidak sampai dilatasi loop-loop usus
- Kedua psoas line dan preperitoneal fat line sulit dinilai
- Tulang-tulang intak
Kesan :
- Gambaran TTN (Transient Tachypnea of Newborn) DD/ Pneumoni neonates
Meteorismus

46
Pemeriksaan Oesophagusgrafi (24-03-2022)

Tampak kontrass masuk sampai setinggi paravertebral th 3-4, sebagian kontras


terlihat masuk ke bronkhus, kemudian aspirasi kontras.
Kesan : Fistula trakheo esofageal setinggi paravertebral torakal 3-4.

47
Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (13-04-2022)

Foto Thorax
- Cor : ukuran normal
- Pulmo : tak tampak infiltrate/konsolidasi/nodul, tak tampak hilus melebar,
coracan bronchovaskuler normal
- Sinus tajam
- Diafgrama
Kesimpulan :
 Secara radiologic cor dan pulmo dalam batas normal
 Saat ini tak tampak bronchovaskuler

48
N. Terapi Farmakologi
NO Nama Obat Pemberian Dosis Indikasi Kontaindindikasi Efek samping

1. Fluconazole 1x40mg Mengobati Penyakit Akibat Infeksi Pasien Hipersensitivitas  Nyeri Perut.
Jamur. Infeksi Jamur Ini Bisa Terjadi  Perubahan Pada Lidah
Di Vagina, Mulut, Tenggorokan,  Pusing.
Kerongkongan, Rongga Perut, Paru,  Diare.
Saluran Kemih, Atau Aliran Darah.

2. Paracetamol 4x50mg Untuk Meredakan Demam Dan Nyeri Hipersensitivitas Dan Penyakit  Sakit Kepala,.
Hepar Aktif Derajat Berat.   Mual Atau Muntah.
 Perut Bagian Atas Terasa Sakit.’
 Urin Berwarna Gelap.
 Penyakit
Kuning..

3. Meropenem 60mg Untuk Berbagai Macam Infeksi Yang Hipersensitivitas Bila Jangka  Sakit Kepala
Sudah Terbukti Atau Dugaan Kuat Waktu Panjang.  Konstipasi
Tentang Bakteri  Mati Rasa Atau Kesemutan
 Mual Dan Muntah,
 Diare,
 Sakit Perut,
 Nyeri,
 Kemerahan.
4. Vit K 1mg Untuk Mengatasi Gangguan Hipersensitivitas  Vitamin K Jarang Menyebabkan Efek
Perdarahan Akibat Defisiensi  Samping Jika Dikonsumsi Sesuai
Dosis Yang Dianjurkan. Namun,
Pada Beberapa Orang, Vitamin K
Yang Diminum Bisa Menyebabkan
Sakit Perut Dan Diare.
.5. Sibital 2x8mg Antikonvulsan (Anti Kejang), Hipnotik Sakit Jiwa.  Kelelahan.
(Sedasi Ringan), Meredakan Ansietas

49
Sampai Anestesi Dan Koma Hipoksia, Asma, Emfisema,  Vertigo.
Dan Obat  Anemia Berat.  Mengantuk.
Penenang. Parkinsonisme.  Mabuk.
Depresi Pernapasan Tinggi  Gelisah.
Dan Porfiria.  Sakit
 Tulang.
Penyakit Hati Dan Ginjal.
 Reaksi Alergi
Kehamilan.
Pada Kulit.
Ibu Menyusui. .

6. Amikacin 2x22 Mg Infeksi Gram Negatif Berat, Infeksi Hipersensitivitas Terhadap  Mual
Bakteri Amikacin Atau Obat Golongan  Muntah
Aminoglikosida  Sakit Perut
 Tidak Nafsu Makan

7. Zink 2,5cc Obat Ini Digunakan Untuk Membantu Hindari Penggunaan Pada  Gangguan Gastrointestinal
Memperkuat Sistem Kekebalan Penderita Dengan Defisiensi  Sakit Perut
Tubuh, Dan Mengatasi Defisiensi Zinc Tembaga (Copper)
Pada Kasus Diare.
 Dispeksia
 Mual
 Muntah
 Diare
 Iritasi Lambung
8. Urdafak 3x30mg Hipatitis,Kolostatis,Batu Batu Kolesterol Yang  Diare
Empedu,Kolestrol, Mengalami Kalsifikasi, Batu  Ruam Kulit
Radio-Opak Atau Batu  Pruritus
Radiolusen, Pigmen Empedu.  Urtikaria
Kolesistitis Akut Yang Tidak  Kulit Kering,
Mengalami Remisi, Kolangitis,  Keringat Dingin
Obstruksi Bilier, Pankreatitis
 Rambut Rontok
Atau Fistula GI-Biliaris. Alergi
 Mual
Asam Empedu.
 Muntah,

50
 Gangguan
Pencernaan
Makanan,
 Sakit Perut, Perut Kembung,
 Pusing
 Letih
 Nyeri Kandung
 Empedu, Konstipasi,
 Stomatitis, Ansietas(Cemas),
 Gangguan Tidur
 Nyeri
9. Supravit 1x0,5 Membantu Memelihara Kesehatan  Hipersensitif Terhadap  Tidak Ada Efek Samping Pada
Tubuh Dan Membantu Memenuhi Kandungan Dalam Produk Pengunaan Supravit, Apabila
Kebutuhan Vitamin Dan Minera  Ibu Hamil Digunakan Dalam Batas Takaran Yang
Dianjurkan.
 Ibu Menyusu

10 Interlac 1x5 Membantu Mengurangi Dan Hindari Penggunaan Interlac  Sesak Nafas
Mencegah Diare, Regurgitasi, Kolik, Jika Selama Ini Anda Alergi  Ruam Kulit
Konstipasi, Pada Probiotik Apa Pun.  Gatal
 Terjadi Pembengkakan Di Anggota
Tubuh

11 D 20 Kekurangan Kadar Di Dalam Darah Riwayat Alergi Cairan  Gangguan Penglihatan


Memenuhi Cairan Dalam Tubuh Dextrose,  Sulit Bernafas
 Sakit Kepala
12 Heparin 10,6 Sebagaii Profilaksis Dan Terapi Resiko Perdarahan Dan  Nyeri,
Emboli Paru, Tromboemboli Vena, Hipertensi Berat   Kemerahan
Atrial Fibrilasi Yang Menjalani  Memar
Embolisasi, Disseminated  Luka, Di Area Suntikan
Intravascular Coagulation,
Pencegahan Pembekuan Darah Saat
Operasi Jantung, Dan Emboli Arteri

51
Perifer.

52
II. DATA FOKUS
Data Subjektif:
1. Ayah bayi mengatakan setelah lahir bayi dicoba diberi susu akan tetapi
air susu tidak tertelan dan selalu keluar kemudian dokter dan perawat
memasukan selang ke dalam mulut atau OGT dan tidak bisa masuk
2. Ayah bayi mengatakan saat di rontgen di RS Murjani, hasilnya cairan
susu yang diberikan masuk ke paru-paru. Hasil rontgen kedua dokter
menjelaskan bahwa bayi tidak memiliki lubang kerongkongan untuk
membawa makanan atau minuman masuk ke lambung.

Data Objektif:
1. Nampak pengeluaran saliva berlebih bercampur sekret pada mulut dan
hidung bayi
2. Nampak bayi sesak nafas
3. Nampak bayi pucat
4. Bayi nampak menangis kuat, rewel dan gelisah
5. Terdapat retraksi dinding dada
6. Bayi terpasang O2 CPAP (Continous positive airway prasseure) 5 /21%
7. Bayi terpasang OGT (Orogastric Tube) untuk mengeluarkan saliva
8. Temp suhu turun naik pada pemeriksaan pertama (Pukul 08.30) 36,5 °C
akral teraba dingin dan (Pukul 10.00) 37,9 °C akral teraba hangat
9. SPO2 98% dengan oksigen (Pukul 08.30) dan SPO2 83% saat anak
nangis karena saliva bercampur sekret berlebihan sampai menyumbat
hidung (Pukul 10.30)
10. Nampak distensi pada abdomen
11. Pada abdomen sebelah kanan terpasang Feeding Jejunostomi dengan
luka post op tampak basah dan kulit sekitar luka tampak iritasi,
kemerahan, bengkak dan rembesan dari sisi feeding.
12. Pada lubang selang latex feeding sering bergesek dengan luka sekeliling
lubang karena mobilitas bayi.
13. Pada abdomen sebelah kiri terdapat Gastrotomy Tube nampak area luka
post op dan lubang selang sedikit lembab dan kemerahan.
14. Pada kaki kanan terpasang PICC (Peripherally Inserted Central Venous
Catheter)
15. Pada tangan dan kaki kanan terpasang venflon

53
16. CRT> 2 detik
17. Tugor Kulit >2 detik
18. Pada ujung ekstremitas bawah dan atas terdapat sianosis
19. Dasar kuku nampak sianotik
20. Terdengar bunyi ronkhi basah
21. Terdapat sianosis pada ujung- ujung jari ekstremitas atas dan bawah
22. Frekuensi napas 40x/menit
23. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (23-03-2022)
Gambaran TTN (Transient Tachypnea of Newborn)
DD/ Pneumonia neonatus
Meteorismus
24. Hasil Pemeriksan Penunjang Esofagusgrafi (24-03-2022)
Kesan: Fistula trakhea esofageal setinggi paravertebral torakal 3-4.
25. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (13-04-2022)
Secara radiologic cor dan pulmo dalam batas normal
Saat ini tak tampak bronchovaskuler
26. Hasil Pemeriksaan Penunjang Laborotorium (18-04-2022)
Leukosit 13.0 g/d
Hemoglobin 13.0 g/dl
Hematokrit 39.2 g/dl
Trombosit 56 g/

54
III. Analisis Data

DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH


(Data Subyektif dan Data Obyektif) KEPERAWATAN

DS : - Sekresi Yang Tertahan Bersihan Jalan Nafas


Hipersekresi Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
DO :

1. Nampak pengeluaran saliva berlebih bercampur sekret pada mulut dan hidung bayi
2. Nampak bayi sesak nafas
3. Bayi nampak menangis kuat, rewel dan gelisah
4. Terdapat retraksi dinding dada
5. Bayi terpasang O2 CPAP (Continous positive airway prasseure) 5 /21%
6. SPO2 98% dengan oksigen (Pukul 08.30) dan SPO2 83% saat anak nangis karena
saliva bercampur sekret berlebihan sampai menyumbat hidung (Pukul 10.30)
7. Bayi terpasang OGT (Orogastric Tube) untuk mengeluarkan saliva
8. Terdengar bunyi ronkhi basah
9. Terdapat sianosis pada ujung- ujung jari ekstremitas atas dan bawah
10. Frekuensi napas 40x/menit
11. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (24-03-2022)
Kesan: Fistula trakhea esofageal setinggi paravertebral torakal 3-4.

DS : Proses penyakit (infeksi) Termogulasi Tidak


1. Perawat berdinas malam mengatakan suhu bayi turun naik pada pemeriksaan Efektif (D.0149)
pertama (Pukul 22.30) 37,8°C akral teraba dingin dan (Pukul 06.00) 36.5°C akral Penurunan Konsentrasi O2
teraba hangat

55
DO : Fulkutasi Lingkungan
1. Nampak bayi sesak
2. Nampak bayi pucat
3. Temp suhu turun naik
4. Temp suhu turun naik pada pemeriksaan pertama (Pukul 08.30) 36,5 °C akral teraba
dingin dan (Pukul 10.00) 37,9 °C akral teraba hangat
5. SPO2 98% dengan oksigen (Pukul 08.30) dan SPO2 83% saat anak nangis karena
saliva bercampur sekret berlebihan sampai menyumbat hidung (Pukul 10.30)
6. CRT> 2 detik
7. Dasar kuku nampak sianotik
8. Hasil Pemeriksaan Penunjang Laborotorium (18-04-2022)
Leukosit 13.0 g/dl

DS : Defek Anatomik Kongenital Gangguan Menelan


1. Ayah bayi mengatakan setelah lahir bayi dicoba diberi susu akan tetapi air susu tidak (Atresia Esofagus) (D.0063)
tertelan dan selalu keluar kemudian dokter dan perawat memasukan selang ke dalam
mulut atau OGT dan tidak bisa masuk
2. Ayah bayi mengatakan saat di rontgen di RS Murjani, hasilnya cairan susu yang
diberikan masuk ke paru-paru. Hasil rontgen kedua dokter menjelaskan bahwa bayi
tidak memiliki lubang kerongkongan untuk membawa makanan atau minuman masuk
ke lambung.

DO :
1. Nampak pengeluaran saliva berlebih bercampur sekret pada mulut dan hidung bayi
2. Bayi terpasang OGT (Orogastric Tube) untuk mengeluarkan saliva

56
3. Nampak distensi pada abdomen
4. Pada abdomen bayi sebelah kanan terpasang Feeding Jejunostomi.
5. Pada abdomen bayi sebelah kiri terpasang Gastrotomy Tube
6. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (23-03-2022)
Gambaran TTN (Transient Tachypnea of Newborn)
DD/ Pneumonia neonatus Meteorismus
7. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (24-03-2022)
Kesan: Fistula trakhea esofageal setinggi paravertebral torakal 3-4.

DS : - Penurunan Konsentrasi Perfusi Perifer Tidak


Hemoglobin Efektif
DO :
(D.0009)
1. Nampak bayi pucat
2. CRT> 2 detik
3. Tugor Kulit >2 detik
4. Pada ujung ekstremitas bawah dan atas terdapat sianosis
5. Dasar kuku nampak sianotik
6. Hasil Pemeriksaan Penunjang Laborotorium (18-04-2022)
Hemoglobin 13.0 g/dl
Hematokrit 39.2 g/dl
Trombosit 56 g/dl
MCV 86.1 g/dl

DS : - Perubahan Sirkulasi Kerusakan Integritas


Jaringan (D.0129)
DO :
1. Pada abdomen sebelah kanan terpasang Feeding Jejunostomi dengan luka post op

57
tampak basah dan kulit sekitar luka tampak iritasi, kemerahan, bengkak dan rembesan Kelembapan
dari sisi feeding.
2. Pada abdomen sebelah kiri terdapat Gastrotomy Tube nampak area luka post op dan Faktor Mekanis adanya
lubang selang sedikit lembab dan kemerahan. gesekan selang latex
3. Pada lubang selang latex feeding sering bergesek dengan luka sekeliling lubang dengan lubang.
karena mobilitas bayi.
4. Hasil Pemeriksaan Penunjang Laborotorium (18-04-2022)
Hemoglobin 13.0 g/dl
Hematokrit 39.2 g/dl
Trombosit 56 g/dl
Faktor Resiko : Resiko Aspirasi
1. Nampak pengeluaran saliva berlebih bercampur sekret pada mulut dan hidung bayi (D.0006)
2. Nampak bayi sesak nafas
3. Terdapat retraksi dinding dada
4. Bayi terpasang OGT (Orogastric Tube) untuk mengeluarkan saliva
5. Pada ujung ekstremitas bawah dan atas terdapat sianosis\
6. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (24-03-2022)
Kesan: Fistula trakhea esofageal setinggi paravertebral torakal 3-4.

Faktor Resiko : - Resiko Infeksi (D.0142)


1. Pada abdomen sebelah kanan terpasang Feeding Jejunostomi dengan luka post op
tampak basah dan kulit sekitar luka tampak iritasi, kemerahan, bengkak dan rembesan
dari sisi feeding.
2. Pada abdomen sebelah kiri terdapat Gastrotomy Tube nampak luka sedikit lembab dan
kemerahan area sekitar lubang.

58
3. Pada tangan kaki kanan terpasang PICC (Peripherally Inserted Central Venous Catheter)
4. Pada tangan kiri dan kaki kanan terpasang venflon
5. Hasil Pemeriksaan Penunjang Laborotorium (18-04-2022)
Leukosit 13.0 g/dl
6. Hasil Pemeriksan Penunjang Rontgen (24-03-2022)
Kesan: Fistula trakhea esofageal setinggi paravertebral torakal 3-4.

59
IV. Prioritas Masalah
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Sekret Yag Tertahan Dan Hiperekresi
Jalan Nafas
2. Resiko Aspirasi
3. Termogulasi Tidak Efektif b.d Proses Infeksi, Penurunan Konsentrasi O2,
dan Fluktuasi Lingkungan
4. Gangguan Menelan b.d Defek Anatomik Kongenital (Atresia Esofagus)
5. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
6. Kerusakan Integritas Jaringan b.d Perubahan Sirkulasi, Kelembapan dan
Faktor Mekanis adanya gesekan selang latex dengan lubang
7. Resiko Infeksi

60
V. Rencana Keperawatan

Tgl Pengkajian : 18 April 2022 Nama Pasien : By. Ny. E Alamat rumah : Jl. Kelayan
Nama Mhs :Kelompok 10 Umur : 2 hari Nama ayah / ibu : Tn. H/ Ny. N
Ruang Praktek : R. Bayi Jenis Kelamin : Laki-laki Telepon yang dihubungi :
Nama Dokter : - No. Rekam Medis : 458*** Diagnosa Medis : Suspect Infeksi Neonnatorum

No SDKI SLKI SIKI


1. Bersihan jalan Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
napas tidak efektif Diharapkan setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d Sekresi yang keperawatan selama 1 x 8 jam, bersihan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
tertahan, jalan napas meningkat dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
hipersekresi jalan 1. Produksi saliva dan sekret menurun. 3. Monitor saliva dan sekret
nafas (D.0001) 2. Dyspnea menurun Terapeutik
(frekuensi nafas bayi: 40-60x/menit) 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift
3. Sianosis menurun (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
4. Gelisah menurun 2. Posisikan semi-fowler atau sedikit ekstensi
5. Frekuensi nafas membaik 3. Miringkan kepalakesalah satu sisi
(frekuensi nafas bayi: 40-60x/menit) 4. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik (secara rutin)
6. Pola nafas membaik 5. Berikan oksigenasi, jika perlu
(frekuensi nafas bayi: 40-60x/menit) 6. Lakukan suction
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif kelurga atau orangtua pasien cara
penghisapan lender
2. Berikan pendidikan kesehatan
Kolaborasi

61
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
2 Risiko Aspirasi Tingkat Aspirasi Pencegahan Aspirasi (I. 01018)
(D. 0006) (L. 01006) Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 1. Monitor tingkat kesadaran, kemampuan menelan
8 jam diharapkan risiko aspirasi tida terjadi 2. Monitor status pernafasan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor bunyi nafas
1. Kebersihan mulut meningkat 4. Periksa kepatenan selang OGT sebelum memberi asupan
2. Dispnea menurun Terapeutik
(frekuensi nafas bayi: 40-60x/menit) 1. Posisi kepala miring
3. Akumulasi sekret menurun 2. Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret meningkat
4. Penggunaan otot bantu nafas 3. Sediakan suction diruangan
5. Sianosis menurun 4. Bersihkan area mulut
6. Gelisah menurun Edukasi
7. Frekuensi nafas dari membaik 1. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
(frekuensi nafas bayi: 40-60x/menit)
2 Termogulasi Tidak Termoregulasi Neonatus (L.14135) Regulasi Temperatur (I.14578)
Efektif b. d Diharapkan setelah dilakukan tindakan Observasi
peningakatan keperawatan selama 1x8 jam, termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC – 37,5oC)
kebutuhan oksigen neonatus membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
(D. 0149) 1. Dasar kuku menurun 3. Monitor frekuensi napas dan nadi
2. Suhu tubuh dalam rentang normal 4. Monitor warna dan suhu kulit
(Suhu tubuh: 36,5°C -37,5°C) 5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
3. Suhu kulit membaik Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu

62
4. Pengisian kapiler membaik 2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Gunakan baju yang tipis
4. Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin dan hipertermi demam
2. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik
3 Gangguan menelan Status Menelan (L.06052) Pemberian Makanan Enteral (I. 03126)
b.d efek anatomic Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x Observasi
konginetal (Atresia 8 jam diharapkan status menelan membaik 1. Periksa posisi selang feeding dengan memeriksa residu lambung
Esofagus) dengan kriteria hasil: atau mengauskultasi hembusan udara
(D.0063) 1. Gelisah menurun 2. Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
2. Produksi saliva memabik 3. Monitor rasa penuh, mual dan muntah
4. Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap pemberian makanan
Fungsi Gastrointestinal enternal, jika perlu
1. Jumlah residu cairan lambung saat 5. Monitor pola buang air besar
aspirsi menurun Terapeutik
2. Frekuensi BAB membaik 1. Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via selang
3. Konsistensi feses membaik 2. Berikan tanda pada selang untuk mempertahnkan lokasi yang
4. Warna feses membaik tepat
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian
makanan

63
4. Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama pemberian
makan dan setelah pemberian makan
5. Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam sebelum
prosedur atau pemindahan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
2. Kolaborasi
3. Kolaborasi pemeriksaan sinas X untik konfirmasi posisi sedang
4. Kolaborasi pemelihan jenis dan jumlah makanan enteral.
4 Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.14125) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif b. d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x Observasi
penurunan 8 jam diharapkan perfusi perifer dapat 1. Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
hemoglobin 1. Kekuatan nadi perifer meningkat 3. Monitor sianosi panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
(D. 0009) 2. Warna kulit pucat menurun ekstremitas
3. CRT membaik Terapeutik
4. Akral membaik 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Lakukan perawatan kaki dan kuku
4. Lakukan hidrasi
Pemberian Produk Darah
Obeservasi
1. Identifikais golongan darah

64
2. Identfikasi kebutuhan kekurangan darah
3. Identifikasi riwayat alergi
4. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
1. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan
2. Cek nama, tanggal espayet, golongan darah , jenis darah dan
resus
3. Cocokan lembar darah dengan kantong darah
4. Pasang transfusi pada saluran vena tanpa ada cairan yang lain
masuk pada cabang venflon
5. Atur Tetesan sesuai kebutuhan
Kaloborasi
1. Kaloborasi dengan dokter pemberian jenis transfusi
5 Kerusakan Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125) Perawatan Luka (I. 14564)
integritas jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x Observasi:
b. d Perubahan 24 jam diharapkan integritas kulit dan 3. Monitor karakteristik luka
sirkulasi jaringan dapat meningkat dengan kriteria 4. Monitor tanda-tanda infeksi
kelembapan hasil : Terapeutik:
1. Kerusakan jaringan menurun 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Kerusakan lapisan kulit menurun 2. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
3. Kemerahan menurun 3. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Suhu kulit membaik 4. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
6. Tekstur membaik 5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi

65
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibioti
7 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D. 0142) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x Observasi
24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Kebersihan tangan meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Kebersihan badan meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
3. Demam menurun lingkkungan pasien
4. Kemerahan menurun 3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
5. Bengkak menurun Edukasi
6. Kultur darah membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cari mencuci tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

66
VI. IMPLEMENTASI dan catatan perkembangan
Hari/ Nomor
No Pukul Implementasi Evaluasi tindakan Paraf
Tanggal Diagnosa

1
Manajemen Jalan Napas (I.01011) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Mengobservasi Observasi
1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, 1. Frekuensi nafas 39x/menit, terdpat retraksi
usaha napas) dinding dada dan otot bantu nafas
2. Memonitor bunyi napas tambahan 2. Terdapat bunyi rinchi basah
3. Memonitor saliva dan sekret 3. Saliva berlebihan bercampur sekret pada
Terapeutik mulut dan hidung bayi yang memicu
1. Memposisikan semi-fowler atau sedikit ekstensi pasien sesak turun naik
2. Memiringkan kepala kesalah satu sisi Terapeutik
3. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 1. Kepala bayi sedikit di ekstensi
detik (secara rutin) 2. Dimiringkan untuk meminimalisir aspirasi
4. Memberikan oksigenasi, jika perlu dari saliva dan sekret
5. Melakukan suction 3. Lendir saliva dan sekret dihidap
Edukasi menggunakan delee pada mulut hidung
1. Mengajarkan teknik batuk efektif kelurga atau 4. Pasien diberikan O2 menggunakan CPAP
orangtua pasien cara penghisapan lender 5l/21 %
2. Memberikan pendidikan kesehatan Edukasi
1. Apabila pasien sudah pulang, harapanya
keluarga pasien dapat melakukan suction
atau penghisapan lendir secara mandiri
2. Keluarga diberikan pendidikan kesehatan
terkait kondisi bayi untuk penangan

67
pertama mempertahankan bersihan jalan
nafas.

2
Pencegahan Aspirasi (I. 01018) Pencegahan Aspirasi (I. 01018)
Observasi Observasi
1. Memonitor tingkat kesadaran, kemampuan 1. Bayi composmentis. tidak mampu menelan
menelan kesofagus, dan memiliki riwayat air susu
2. Memonitor status pernafasan masuk ke saluran trakea
3. Memonitor bunyi nafas 2. Frekuensi nafas 39x/menit
4. Memeriksa kepatenan selang OGT 3. Bunyi nafas ronkhi basah
Terapeutik 4. Selang ogt hanya masuk sedikit karena
1. Memosisikan kepala miring bayi tidak ada lubang esofagus. OGT
2. Melakukan penghisapan jalan nafas, jika hanya sebagai alat untuk memiimalisir
produksi secret meningkat hipersliva di mulut agar keluar lewat
3. Mensediakan suction diruangan selang
4. Membersihkan area mulut Terapeutik
Edukasi 1. Kepala bayi dalam posisi miring
1. Mengajarkan strategi mencegah aspirasi meminimalisir agar saliva atau sekret tidak
tertelan masuk ke trakea
2. Apabila sliva dan sekret sudah menumpuk
segera di sedot dan dibersihkan
menggunakan delee
3. Saction ada di ruangan dalam lemari
perawatan samping bed bayi
4. Area mulut dibersihkan agar saliva atau
sekret tidak masuk atau tertelan ke trakea

68
dan berika kasa di mulu agar menyerap
saliva dan sekret
Edukasi
1. Keluarga di ajarkan bagaiamana strategi
mencegah aspirasi karena ini resiko yang
harus sangat diperhatikan pada bayi

3
Regulasi Temperatur (I.14578) Regulasi Temperatur (I.14578)
Observasi Observasi
1. Memonitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5 C o
1. Suhu 37,9 derajat C pada Pukul 10.30
– 37,5 C)
o
2. Suhu di ukur dan dicatat setiap 2 jam
2. Memonitor suhu tubuh bayi tiap dua jam 3. Frekuensi nafas 38x/menit, nadi
3. Memonitor frekuensi napas dan nadi 115x/menit
4. Memonitor warna dan suhu kulit 4. Warna kulit pucat
5. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipotermia 5. Akral teraba hangat dan bayi rewel
atau hipertermia Terapeutik
Terapeutik 1. Bayi diberikan ASIP (4x10) (4x11) drip
1. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang dalam 2 jam
adekuat 2. Bayi dipakaian baju yang berbahan tipis
2. Menggunakan baju tipis 3. Infarm warmer dimatikan sementara karen
3. Mengatur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan suhu meningkat
4. Mensesuaikan suhu lingkungan dengan 4. Suhu lingkungan 36, 3 derajat C
kebutuhan pasien Edukasi
Edukasi 1. Keluarga dijelaskan apa penyebab dan
1. Menjelaskan cara pencegahan hipotermi karena cara menangani hipotermi berikan pentup
terpapar udara dingin dan hipertermi demam kepala selimut hangat,serta penyebab

69
2. Mendemonstrasikan teknik perawatan metode hipertemi penangananya dengan kompres
kanguru hangat pemberian ASIP .
Kolaborasi 2. Ibu hanya dianjurkan untuk
1. Berkalaborasi pemberian antipiretik mengahagatkan bayi dengan
mendekapkan kedekat tubuh ibu . tidak
bisa KMC karena bayi terpasag feeding
jejustomy dan gastrotomy
Kolaborasi
1. Bayi diberikan paracetom 4x 50 mg

4
Pemberian Makanan Enteral (I. 03126) Pemberian Makanan Enteral (I. 03126)
Observasi Observasi
1. Memeriksa posisi selang feeding dengan 1. Selang feeding dalam posisi yang tepat,
memeriksa residu lambung atau mengauskultasi residu lambung yang keluar dari selang
hembusan udara gastrotomy berwarna hijau tua
2. Memonitor tetesan makanan pada pompa setiap 2. ASIP diberikan drip selama 2 jam
jam menggunakan syrngpum 5 cc berjam
3. Memonitor rasa penuh, mual dan muntah 3. Monitor rasa penuh, mual dan muntah
4. Memonitor residu lambung setiap 8 jam setiap 4. Residu lambung berwarna hijau tua
pemberian makanan enternal, jika perlu keluaran normal tidak berlebih
5. Memonitor pola buang air besar 5. Bab (-)
Terapeutik Terapeutik
1. Menggunakan teknik bersih dalam pemberian 1. Tetap memakai sarung tangan untuk
makanan via selang menjaga kebersihan dan tetap pertahan
2. Memberikan tanda pada selang untuk kebersihan dan steril selang saat
mempertahnkan lokasi yang tepat menyambungkan dengan selang spuit

70
3. Mengirigasi selang dengan air setiap 4-6 jam 2. Selang diberikan tanda untuk mengetahui
selama pemberian makan dan setelah posis selang lebih masuk atau keluar
pemberian makan 3. Selang dilihat keberishianya dan irigas
4. Menghindari pemberian makanan lewat selang 1 sebelum melakukan pemberian ASIP
jam sebelum prosedur atau pemindahan pasien 4. Posisi pasein tidak berpindah-pindah
Edukasi Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah 1. Keluarga dijelaskan SOP terkait
prosedur pemberian makan lewat selang feeding

5
Perawatan Sirkulasi (I.02079) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer 1. CRT>3detik
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi 2. Hasil laborotorium
3. Monitor sianosi panas, kemerahan, nyeri atau Hemoglobin 13.0 g/dl
bengkak pada ekstremitas Hematokrit 39.2 g/dl
Terapeutik Trombosit 56 g/dl
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan 3. Nampak sianosis pada ujung-ujung
darah di area keterbatasan perfusi ekstremitas dn kuku
2. Lakukan perawatan kaki dan kuku Terapeutik
3. Lakukan hidrasi 1. Infus di pasang tidak di ujung ekstremitas
2. Memotog dan membersihkan kuku bayi
Pemberian Produk Darah dengan hati-hati
Obeservasi 3. Bayi diberikan hidrasi infus D20% dengan
1. Identifikais golongan darah pemberian 025.0 ml/h
2. Identfikasi kebutuhan kekurangan darah Pemberian Produk Darah
3. Identifikasi riwayat alergi (Pada shift siang jam 15.00)

71
4. Monitor tanda-tanda vital Obeservasi
Terapeutik 1. Identifikais golongan darah
1. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan 2. Identfikasi kebutuhan kekurangan darah
2. Cek nama, tanggal espayet, golongan darah , 3. Identifikasi riwayat alergi
jenis darah dan resus 4. TTV: frekuensi 39x/menit, nadi
3. Cocokan lembar darah dengan kantong darah 115x/menit, suhu 37 derajat C
4. Pasang transfusi pada saluran vena tanpa ada Terapeutik
cairan yang lain masuk pada cabang venflon 1. Bayi diberikan transfusi sesuai anjuran
5. Atur Tetesan sesuai kebutuhan dokter
Kaloborasi 2. Nama: By N, darah yang diberikan PRC,
1. Kaloborasi dengan dokter pemberian jenis tgl espayet 26 April, resus sesuai,
transfusi golongan darah sesuai/
3. Antara lembar darah dan kantong darah
cocok
4. Transfusi diberikan pada pemasangan
PICC baru pada tangan kanan
5. Transfusi diberikan sebanyakan 40 cc
dalam 4 jam
Kaloborasi
1. Bayi diberikan transfusi PRC 6sesuai
kebutuhan

72
6
Perawatan Luka (I. 14564) Perawatan Luka (I. 14564)
Observasi: Observasi:
1. Memonitor karakteristik luka 1. Pada area luka lubang feeding tampak
2. Memonitor tanda-tanda infeksi basah, kemerahan, bengkang dan
Terapeutik: rembesan susu di sekitaran lubang.
1. Melepaskan balutan dan plester secara Pada area luka lubang gastrotomy
perlahan nampak sedikit lembab dan kemerahan,
2. Membersihkan dengan cairan NaCl atau tidak ada keluaran disekitar lubang.
pembersih nontoksik 2. Adanya tanda-tanda infeksi, kemerahan,
3. Membersihkan jaringan nekrotik lembab sekitar luka, dan bengkak
4. Memberikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika Terapeutik:
perlu 1. Plaster dan balitan dibuka secara
5. Memasang balutan sesuai jenis luka perlahan menggunakan lachol swab atau
6. Mempertahankan teknik steril saat melakukan Nacl
perawatan luka 2. Membersihkan area luka yang terkena
Edukasi rembesan asi mengering dan sekitarnya
1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi sampai bersih
Kolaborasi 3. Potong jaringan nekrotik yang ada
1. Berkolaborasi pemberian antibiotik 4. Pada area luka yang iritasi diberikan
salep ketonazole dan hidrokortison
5. Luka dibalut dengan balutan kering
6. Mencuci tangan menggunakan apd dan
sarungan tangan steril
Edukasi
1. Seperti kemerahan, bengkak, nyeri, luka

73
lembab dan ada iritasi agar bisa segera
melakukan pemeriksaan kembali ke
pelayanan kesehatan jika anak sudah
dirawat dirumah
Kolaborasi
1. Bayi diberikan fulconazole 1x 40 mg

7
Pencegahan Infeksi (I.14539) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi Observasi
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan 1. Terdapat tanda gejala infeksi pada area
sistemik luka feeding jejenustomy karakterisik
Terapeutik luka merah, bengkak, lembab, dan ada
1. Membatasi jumlah pengunjung remebesan asi.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak Pada PICC tangan kiri terdapat tanda-
dengan pasien dan lingkkungan pasien tanda hematom dan segera dilepas.
3. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien Pada mulut dan lidah nampak bercak-
Edukasi bercak putih, ada gesekan ogt dengan
1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi lidah dan ujung mulut.
2. Mengajarkan cari mencuci tangan dengan benar Terapeutik
3. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi 1. Kunjungan hanya 1 minggu sekali atau
4. Menganjurkan meningkatkan cairan k/p
Kolaborasi 2. Perawat dan pengunjung mencuci tangan
1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu sebelum dan sesudah.
3. Selalu dengan keadaan bersih dan steril
jika menyentuh bagian port the entry dan
luka

74
Edukasi
1. Keluarga dijelaskan tada-tanda infeksi
secara umum yang mungkin be resiko
pada anak apabila sudah dirawat dirumah
2. Keluarga diajarkan cuci tangan 6 langkah
3. Keluarga dianjurkan untuk tetap
meningkatkan nutrisi pada anak secara
tepat waktu
4. Ibu dianjurkan untuk tetap memberikan
cairan berupa ASIP sampai anak berusia 2
tahun
Kolaborasi
1. Bayi diberikan fulconazole 1x 40 mg,
meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg,
zink 2,5 ul, interlac 1x5 xx, cefo sulbac
3x100

75
VII. EVALUASI

Senin, 18 April 2022

Dinas Pagi

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Senin, 14.0 Bersihan Jalan Nor Atia & S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
18/4/22 0 Nafas Tidak Utari Observasi
Efektif Ermawati O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak mulai berkurang
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
 Monitor saliva dan sekret
lendir
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari berkurang
 Miringkan kepalakesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur dan rewel berkurang
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 45x/menit, T = 37,5oC, SPO2 = 98%
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, sesuai kebutuhan
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 14.00 Resiko Nor Atia & S:- Observasi


18/4/22 Aspirasi Utari  Monitor status pernafasan

76
Ermawati  Monitor bunyi nafas
O:  Periksa kepatenan selang OGT sebelum memberi
 Bayi tampak sesak sudah berkurang asupan
 Nampak retraksi dinding dada menurun Terapeutik
 Mulut bayi nampak bersih setelah dilakukan penghisapan  Posisi kepala miring
lendir dan pembersihan menggunakan kasa serta NACL  Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan secret meningkat
lendir  Sediakan suction diruangan
 Sianosis pada ujung-ujung jari berkurang  Bersihkan area mulut
 Bayi nampak rewel
 RR = 49x/menit, T = 37,0oC, SPO2 = 98%

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 14.00 Termogulasi Nor Atia & S:- Regulasi Temperatur (I.14578)
18/4/22 Tidak Efektif Utari Observasi
Ermawati O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
 Suhu normal 37,0°C 37,5oC)
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba hangat  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Sianosis pada kuku berkurang  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 CRT>2 detik hipertermia
 Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

77
A : Masalah teratasi sebagian  Gunakan baju yang tipis
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan  Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Senin, 14.00 Gangguan Nor Atia & S:-  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
18/4/22 Menelan Utari  Monitor rasa penuh, mual dan muntah
Ermawati O:  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
pemberian makanan enternal, jika perlu
 Bayi tampak rewel berkurang  Monitor pola buang air besar
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun Terapeutik
 Jumlah residu lambung sekitar2-3 cc warna hijau tua  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal via selang
berwarna kuning kecoklatan dan lembek  Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
A : Masalah teratasi sebagian  Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 14.00 Perfusi Perifer Nor Atia & S: Perawatan Sirkulasi (I.02079)
18/4/22 Tidak Efektif Utari Anjuran dokter bayi diberikan transfusi jam 15.00 Observasi
Ermawati  Periksa sirkulasi perifer
O:  Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi

78
 Sianosis pada ujung-ujung jarisedikit menurun  Monitor sianosi panas, kemerahan, nyeri atau
 Kulit pada wajah pucat sedikit meurun bengkak pada ekstremitas
 CRT >2detik
 Akral teraba normal suhu 37 derajat C Terapeutik

 Nampak hematome pada tangan kiri pasca penusukan  Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah

infus di area keterbatasan perfusi


 Hindari pengukuran tekanan darah pada

A : Masalah teratasi sebagian ekstremitas dengan keterbatasan perfusi


 Lakukan hidrasi
P : Intervensi dilanjutkan
Pemberian Produk Darah
Obeservasi
 Identifikais golongan darah
 Identfikasi kebutuhan kekurangan darah
 Identifikasi riwayat alergi
 Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
 Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan
 Cek nama, tanggal espayet, golongan darah , jenis
darah dan resus
 Cocokan lembar darah dengan kantong darah
 Pasang transfusi pada saluran vena tanpa ada
cairan yang lain masuk pada cabang venflon
 Atur Tetesan sesuai kebutuhan

79
Kaloborasi
Kaloborasi dengan dokter pemberian jenis transfusi
PRC

Senin, 14.00 Keruskan Nor Atia & S: Perawatan Luka (I. 14564)
18/4/22 Integritas Utari Anjuran dokter bayi diberikan transfusi jam 15.00 Observasi:
Jarigan Ermawati  Monitor karakteristik luka
O:  Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Luka tampak bersih setelah di lakuka perawatan luka
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)
nontoksik
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
infus
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Suhu 37 derajat C
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
A : Masalah teratasi sebagian
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
P : Intervensi dilanjutkan
(ketonazole & Hidrokortison)

Senin, 14.00 Resiko Infeksi Nor Atia & S: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
18/4/22 Utari Ibu bayi mengatakan bisa melakukan cuci tangan denga 6 Terapeutik
Ermawati langkah  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

80
pasien dan lingkkungan pasien
O:  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
Edukasi
 Badan bayi bersih setelah di seka dan dilakukan  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
perawatan luka  Ajarkan cari mencuci tangan dengan benar
 Demam menurun suhu 37 derajat C  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Anjurkan meningkatkan cairan
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) Kolaborasi
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,
saat anak rewel meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100
infus

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Dinas Siang

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Senin, 21.0 Bersihan Jalan Devi S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)

81
18/4/22 0 Nafas Tidak Cahyana Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak mulai berkurang
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
 Monitor saliva dan sekret
lendir
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Miringkan kepalakesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur dan rewel berkurang
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 50x/menit, T = 36,8oC, SPO2 = 99%
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, sesuai kebutuhan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 21.00 Resiko Devi S:- Observasi


18/4/22 Aspirasi Cahyana  Monitor status pernafasan
O:  Monitor bunyi nafas
 Periksa kepatenan selang OGT sebelum memberi
 Bayi tampak tidak sesak
asupan
 Nampak retraksi dinding dada menurun
Terapeutik
 Mulut bayi bersih
 Posisi kepala miring
 Mulut di taruh kasa untuk meminimalisir keluaran saliva
 Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
secret meningkat
lendir
 Sediakan suction diruangan
 Sianosis pada ujung-ujung sudah tidak ada

82
 Bayi nampak rewel  Bersihkan area mulut
 RR = 59x/menit, T = 36,8 C, SPO2 = 99%
o

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 21.00 Termogulasi Devi S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


18/4/22 Tidak Efektif Cahyana Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,8°C pada malam hari menurun hipotermi  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
36,2°C  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba hangat hipertermia
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada Terapeutik
 CRT 2 detik  Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tipis
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
A : Masalah teratasi sebagian
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Senin, 21.00 Gangguan Devi S:-  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam

83
18/4/22 Menelan Cahyana  Monitor rasa penuh, mual dan muntah
O:  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
pemberian makanan enternal, jika perlu
 Bayi tampak rewel berkurang  Monitor pola buang air besar
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun  Monitor berat badan
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang Terapeutik
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
A : Masalah teratasi sebagian
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 21.00 Perfusi Perifer Devi S: Perawatan Sirkulasi (I.02079)


18/4/22 Tidak Efektif Cahyana Observasi
 Periksa sirkulasi perifer
O:  Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
 Monitor sianosi panas, kemerahan, nyeri atau
 Pasien post pemberian PRC 40 cc pukul 15.00 bengkak pada ekstremitas
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Kulit pada wajah merah muda Terapeutik
 CRT 2detik  Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
 Akral teraba dingin suhu 36,3 derajat C di area keterbatasan perfusi
 Nampak hematome pada tangan kiri pasca penusukan  Hindari pengukuran tekanan darah pada

84
infus ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
 Lakukan hidrasi
A : Masalah teratasi sebagian Pemberian Produk Darah
Obeservasi
P : Intervensi dilanjutkan Transfusi masuk jam 15.00
Observasi pasca pemberian
I:

Perawatan Sirkulasi (I.02079)


Observasi
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
 Monitor sianosi panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
pada ekstremitas
Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
 Lakukan hidrasi
Senin, 21.00 Keruskan Devi S: Perawatan Luka (I. 14564)
18/4/22 Integritas Cahyana Anjuran dokter bayi diberikan transfusi jam 15.00 Observasi:
Jarigan  Monitor karakteristik luka
O:  Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:

85
 Luka tampak bersih  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy) nontoksik
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Bersihkan jaringan nekrotik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
infus  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Suhu 36,3 derajat C  Pertahankan teknik steril saat melakukan
A : Masalah teratasi sebagian perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan Kolaborasi pemberian antibiotik
(ketonazole & Hidrokortison)
I:
Perawatan Luka (I. 14564)
Observasi:
 Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan

86
luka
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian antibioti

Senin, 21.00 Resiko Infeksi Devi S: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
18/4/22 Cahyana O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Badan bayi bersih dan luka terbugkus bersih
pasien dan lingkkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 3 derajat C
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)
Edukasi
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut  Ajarkan cari mencuci tangan dengan benar
saat anak rewel
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan
 Anjurkan meningkatkan cairan
infus dan sudah dilakukan kompres dingin
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,
A : Masalah teratasi sebagian
meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100
P : Intervensi dilanjutkan

Dinas Malam

Hari / Pukul Diagnosa Profesional Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Tanggal Keperawatan Pemberi

87
Asuhan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci

Senin, 08.00 Bersihan Jalan Raihana S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
18/4/22 Nafas Tidak Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak mulai berkurang
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
 Monitor saliva dan sekret
lendir
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Miringkan kepalakesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur dan rewel berkurang
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 50x/menit, T = 36,8oC, SPO2 = 97%
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, sesuai kebutuhan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Senin, 08.00 Resiko Raihana S:-


18/4/22 Aspirasi
O:

 Bayi tampak tidak sesak


 Nampak retraksi dinding dada membaik
 Mulut bayi bersih
 Mulut di taruh kasa untuk meminimalisir keluaran saliva

88
 Saliva dan sekret menurun setelah penghisapan lendir
rutin
 Sianosis pada ujung-ujung sudah tidak ada
 Bayi nampak rewel
 RR = 45x/menit, T = 36,8oC, SPO2 = 99%

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Senin, 08.00 Termogulasi Raihana S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


18/4/22 Tidak Efektif Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,8°C pada malam hari menurun pagi  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
hipotermi 36,1°C  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin hipertermia
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada Terapeutik
 CRT 2 detik  Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tipis
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
A : Masalah teratasi sebagian
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan

89
pasien
P : Intervensi dilanjutkan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik (4x50 mg) pantau
kondisi bayi

Senin, 08.00 Gangguan Raihana S:-  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
18/4/22 Menelan (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
O:  Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Bayi tampak rewel pada malam hari karena dingin pemberian makanan enternal, jika perlu
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun  Monitor pola buang air besar
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor berat badan
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal Terapeutik
berwarna kuning kecoklatan dan lembek  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3415 kg via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
A : Masalah teratasi sebagian
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
P : Intervensi dilanjutkan
 Berikan nutrisi per 30 ccx 8

Senin, 08.00 Perfusi Perifer Raihana S:


18/4/22 Tidak Efektif
O:

 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada

90
 Kulit pada wajah merah muda
 CRT <2detik
 Akral teraba dingin suhu 36,2 derajat C
 Nampak hematome pada tangan berkurang setelah
dikompres

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dilhentikan

Senin, 08.00 Keruskan Raihana S: Perawatan Luka (I. 14564)


18/4/22 Integritas Anjuran dokter bayi diberikan transfusi jam 15.00 Observasi:
Jarigan  Monitor karakteristik luka
O:  Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Luka tampak bersih  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy) nontoksik
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Bersihkan jaringan nekrotik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
infus  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Suhu 36,3 derajat C  Pertahankan teknik steril saat melakukan

91
perawatan luka
Kaloborasi
A : Masalah teratasi sebagian
Kolaborasi pemberian antibiotik
(ketonazole & Hidrokortison)
P : Intervensi dilanjutkan

I:
Perawatan Luka (I. 14564)
Observasi:
 Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian antibioti
Senin, 08.00 Resiko Infeksi Raihana S: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
18/4/22 Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

92
O: pasien dan lingkkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Badan bayi bersih dan luka terbugkus bersih
Edukasi
 Demam menurun suhu 36, 3 derajat C
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)
 Ajarkan cari mencuci tangan dengan benar
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut
 Anjurkan meningkatkan cairan
saat anak rewel
 Kompres dingin tangan hematome
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan
Kolaborasi
infus dan dilakukan kompres dingin lanjutan
Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,
meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,

A : Masalah teratasi sebagian interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100

P : Intervensi dilanjutkan

I:
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang hematome
Kolaborasi

93
Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu

94
Selasa, 19 April 2022
Dinas Pagi

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Rabu, 14.0 Bersihan Jalan Utari S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
19/4/22 0 Nafas Tidak Ermawati Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak mulai berkurang
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
 Monitor saliva dan sekret
lendir
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 40x/menit, T = 36,8oC, SPO2 = 99%
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, sesuai kebutuhan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Rabu, 14.00 Termogulasi Utari S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


19/4/22 Tidak Efektif Ermawati Observasi
 Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –

95
O: 37,5oC)
 Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu normal 36,8°C pasien dengan infant warmer  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin hipertermia
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada Terapeutik
 CRT 2 detik  Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
malam hari
A : Masalah teratasi sebagian
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Rabu, 14.00 Gangguan Utari S:- I:


19/4/22 Menelan Ermawati  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
via selang

96
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
A : Masalah teratasi sebagian
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
P : Intervensi dilanjutkan
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi

Rabu, 14.00 Keruskan Utari S: Perawatan Luka (I. 14564)


19/4/22 Integritas Ermawati Observasi:
Jarigan  Monitor karakteristik luka
O:  Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Luka tampak bersih  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy) nontoksik
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Bersihkan jaringan nekrotik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
infus  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Suhu 36,3 derajat C  Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
A : Masalah teratasi sebagian
dan ketonazole)

P : Intervensi dilanjutkan

97
I:

Rabu, 14.00 Resiko Infeksi Utari S: Observasi


19/4/22 Ermawati Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi
saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,

infus dan dilakukan kompres dingin lanjutan interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

98
Dinas Siang

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Selasa 21.0 Bersihan Jalan Devi S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
19/4/22 0 Nafas Tidak Cahyana Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak mulai berkurang
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
 Monitor saliva dan sekret
lendir
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 40x/menit, T = 36,8oC, SPO2 = 99%
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, sesuai kebutuhan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Selasa 21.00 Termogulasi Devi S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


19/4/22 Tidak Efektif Cahyana Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)

99
 Suhu normal 36,8°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Selasa 21.00 Gangguan Devi S:- I:


19/4/22 Menelan Cahyana  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 2 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60+90= 150 ons  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3455 kg via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama

100
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa 21.00 Keruskan Devi S: Perawatan Luka (I. 14564)


19/4/22 Integritas Cahyana Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan  Bersihkan jaringan nekrotik
infus  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Suhu 36,3 derajat C  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Kaloborasi
A : Masalah teratasi sebagian
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
P : Intervensi dilanjutkan

I:
Selasa 21.00 Resiko Infeksi Devi S: Observasi

101
19/4/22 Cahyana
O: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Nampak badan bayi lembab dan kotor  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C pasien dan lingkungan pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Pertahankan teknik aseptic pada pasien

 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut hematome
saat anak rewel Kolaborasi

 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

infus dan dilakukan kompres dingin lanjutan meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,

 Frekuensi bab 2 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

berwarna kuning kecoklatan dan lembek


 Berat popok60+90= 150 ons

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

102
Dinas Malam

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Selasa 08.00 Bersihan Jalan Nor Atia S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
19/4/22 Nafas Tidak Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak mulai berkurang
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit menurun setelah penghisapan
 Monitor saliva dan sekret
lendir
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 40x/menit, T = 36,8oC, SPO2 = 99%
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, sesuai kebutuhan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Selasa 08.00 Termogulasi Nor Atia S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


19/4/22 Tidak Efektif Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)

103
 Suhu normal 36,8°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Selasa 08.00 Gangguan Nor Atia S:- I:


19/4/22 Menelan  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 2 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60+90= 150 ons  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3455 gram via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama

104
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa 08.00 Keruskan Nor Atia S: Perawatan Luka (I. 14564)


19/4/22 Integritas Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan  Bersihkan jaringan nekrotik
infus  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Suhu 36,3 derajat C  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Kaloborasi
A : Masalah teratasi sebagian
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
P : Intervensi dilanjutkan

I:
Selasa 08.00 Resiko Infeksi Nor Atia S: Observasi

105
19/4/22
O: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Nampak badan bayi lembab dan kotor  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C pasien dan lingkungan pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Pertahankan teknik aseptic pada pasien

 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut hematome
saat anak rewel Kolaborasi

 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

infus dan dilakukan kompres dingin lanjutan meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,

 Frekuensi bab 2 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

berwarna kuning kecoklatan dan lembek


 Berat popok60+90= 150 ons

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

106
Rabu, 20 April 2022
Dinas Pagi

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Rabu 14.0 Bersihan Jalan Raihana S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
20/4/22 0 Nafas Tidak Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit tampak banyak
 Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
Terapeutik
 Bayi tampak tidur
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 RR = 36x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 97%
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, 5 l/25%
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Rabu 14.00 Termogulasi Raihana S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


19/4/22 Tidak Efektif Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)

107
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Rabu 14.00 Gangguan Raihana S:- I:


20/4/22 Menelan  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x19 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok 50 ons  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3390 kg via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama

108
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Rabu 14.00 Keruskan Raihana S: Perawatan Luka (I. 14564)


20/4/22 Integritas Anjuran dokter bayi diberikan transfusi jam 15.00 Observasi:
Jarigan  Monitor karakteristik luka
O:  Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Luka tampak bersih  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy) nontoksik
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy)  Bersihkan jaringan nekrotik
 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
infus  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Suhu 36,3 derajat C  Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
A : Masalah teratasi sebagian
dan ketonazole)

P : Intervensi dilanjutkan

109
I:

Rabu 14.00 Resiko Infeksi Raihana S: Observasi


20/4/22 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi
saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome bekas penusukan meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,

infus dan dilakukan kompres dingin lanjutan interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

 Frekuensi bab 2 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal


berwarna kuning kecoklatan dan lembek
 Berat popok60+90= 150 ons

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

110
Dinas Siang

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Rabu 21.0 Bersihan Jalan Utari S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
20/4/22 0 Nafas Tidak Ermawati Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak sesak
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret sedikit tampak banyak
 Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
Terapeutik
 Bayi tampak tidur
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99%
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
(secara rutin)
 Berikan oksigenasi, 5 l/25%
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Rabu 21.00 Termogulasi Utari S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


20/4/22 Tidak Efektif Ermawati Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam

111
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Rabu 21.00 Gangguan Utari S:- I:


20/4/22 Menelan Ermawati  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x19 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3500 gram via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan

112
A : Masalah teratasi sebagian  Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
P : Intervensi dilanjutkan  Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi

Rabu 21.00 Keruskan Utari S: Perawatan Luka (I. 14564)


20/4/22 Integritas Ermawati Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
A : Masalah teratasi sebagian
perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
I:

Rabu 21.00 Resiko Infeksi Utari S: Observasi


20/4/22 Ermawati Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik

113
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi
saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Dinas Malam

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Rabu 08.0 Bersihan Jalan Devi S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
20/4/22 0 Nafas Tidak Cahayana Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak tidak sesak lagi
 Monitor bunyi napas tambahan

114
 Saliva dan sekret sedikit tampak menurun  Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada Terapeutik
 Bayi di coba untuk dilepas O2  Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur  Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99% (secara rutin)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Rabu 08.00 Termogulasi Devi S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


20/4/22 Tidak Efektif Cahayana Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien

115
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Rabu 08.00 Gangguan Devi S:- I:


20/4/22 Menelan Cahayana  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x19 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
BB 3500 gram via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
A : Masalah teratasi sebagian
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
P : Intervensi dilanjutkan
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi

Rabu 08.00 Keruskan Devi S: Perawatan Luka (I. 14564)


20/4/22 Integritas Cahayana Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

116
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
A : Masalah teratasi sebagian
perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
I:

Rabu 08.00 Resiko Infeksi Devi S: Observasi


20/4/22 Cahayana Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi

saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

117
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis, 21 April 2022


Dinas Pagi

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Kamis 14.0 Bersihan Jalan Raihana S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
21/4/22 0 Nafas Tidak Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak tidak sesak lagi
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret masih sering keluar tapi rutin di hisap
 Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
Terapeutik
 Oksigenasi bayi normal tanpa O2 tambahan
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99% (secara rutin)

118
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 14.00 Termogulasi Raihana S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


21/4/22 Tidak Efektif Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Kamis 14.00 Gangguan Raihana S:- I:


21/4/22 Menelan  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x19 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah

119
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar

 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3500 gram via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 14.00 Keruskan Raihana S: Perawatan Luka (I. 14564)


21/4/22 Integritas Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka

120
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
A : Masalah teratasi sebagian
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
P : Intervensi dilanjutkan
dan ketonazole)

I:

Kamis 14.00 Resiko Infeksi Raihana S: Observasi


21/4/22 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi
saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

121
122
Dinas Siang

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Kamis 21.0 Bersihan Jalan Nor Atia S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
21/4/22 0 Nafas Tidak Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak tidak sesak lagi
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret masih sering keluar tapi rutin di hisap
 Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
Terapeutik
 Oksigenasi bayi normal tanpa O2 tambahan
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99% (secara rutin)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 21.00 Termogulasi Nor Atia S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


21/4/22 Tidak Efektif Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)

123
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Kamis 21.00 Gangguan Nor Atia S:- I:


21/4/22 Menelan  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3490 gram via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama

124
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 21.00 Keruskan Nor Atia S: Perawatan Luka (I. 14564)


21/4/22 Integritas Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
A : Masalah teratasi sebagian
perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
I:

Kamis 21.00 Resiko Infeksi Nor Atia S: Observasi


Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

125
21/4/22 Terapeutik
O:  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
 Nampak badan bayi lembab dan kotor  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy) hematome
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) Kolaborasi
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,
saat anak rewel meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,

 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Dinas Malam

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Kamis 08.00 Bersihan Jalan Utari S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Nafas Tidak Observasi

126
21/4/22 Efektif  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
O: napas)
 Monitor bunyi napas tambahan
 Bayi tampak tidak sesak lagi
 Monitor saliva dan sekret
 Saliva dan sekret masih sering keluar tapi rutin di hisap
Terapeutik
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Oksigenasi bayi normal tanpa O2 tambahan
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Bayi tampak tidur
(secara rutin)
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99%

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 08.00 Termogulasi Utari S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


21/4/22 Tidak Efektif Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada

127
A : Masalah teratasi sebagian malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan  Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Kamis 08.00 Gangguan Utari S:- I:


21/4/22 Menelan  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3500 kg via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 08.00 Keruskan Utari S: Perawatan Luka (I. 14564)

128
21/4/22 Integritas Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
A : Masalah teratasi sebagian
perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
I:

Kamis 08.00 Resiko Infeksi Utari S: Observasi


21/4/22 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome

129
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi
saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,
 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at, 22 April 2022


Dinas Pagi

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Jum’at 14.0 Bersihan Jalan Devi S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
21/4/22 0 Nafas Tidak Cahyana Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
& Utari
napas)
 Bayi tampak tidak sesak lagi
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret masih sering keluar tapi rutin di hisap
 Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
Terapeutik
 Oksigenasi bayi normal tanpa O2 tambahan
 Miringkan kepala kesalah satu sisi

130
 Bayi tampak tidur  Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99% (secara rutin)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at 14.00 Termogulasi Devi S:- Regulasi Temperatur (I.14578)


21/4/22 Tidak Efektif Cahyana Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

131
Jum’at 14.00 Gangguan & Utari S:- I:
21/4/22 Menelan  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3500 kg via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at 14.00 Keruskan Devi S: Perawatan Luka (I. 14564)


21/4/22 Integritas Cahyana Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih

132
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan
A : Masalah teratasi sebagian
perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
I:

Jum’at 14.00 Resiko Infeksi & Utari S: Observasi


21/4/22 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi

saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

133
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Dinas Siang

Profesional
Hari / Diagnosa Evaluasi Instruksi PPA Termasuk pasca bedah/kemoterapi
Pukul Pemberi
Tanggal Keperawatan (SOAPIE) (ditulis jelasn dan rinci
Asuhan

Jum’at 21.0 Bersihan Jalan Nor Atia & S:- Manajemen Jalan Napas (I.01011)
21/4/22 0 Nafas Tidak Raihana Observasi
Efektif O:  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Bayi tampak tidak sesak lagi
 Monitor bunyi napas tambahan
 Saliva dan sekret masih sering keluar tapi rutin di hisap
 Monitor saliva dan sekret
 Sianosis pada ujung-ujung jari sudah tidak ada
Terapeutik
 Oksigenasi bayi normal tanpa O2 tambahan
 Miringkan kepala kesalah satu sisi
 Bayi tampak tidur
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 RR = 51x/menit, T = 37 derajat C , SPO2 = 99% (secara rutin)

A : Masalah teratasi sebagian

134
P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at 21.00 Termogulasi Nor Atia & S:- Regulasi Temperatur (I.14578)
21/4/22 Tidak Efektif Raihana Observasi
O:  Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC –
37,5oC)
 Suhu normal 36,4°C pasien dengan infant warmer  Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Suhu Kulit membaik tapi masih sedikit teraba dingin  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
 Sianosis pada kuku sudah tidak ada hipertermia
 CRT 2 detik Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan baju yang tebal dan berikan selimut pada
A : Masalah teratasi sebagian
malam hari
 Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
P : Intervensi dilanjutkan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik

Jum’at 21.00 Gangguan Nor Atia & S:- I:


21/4/22 Menelan Raihana  Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
O: (diet 30 cc/kg) (8x13 cc) drip dalam 2 jam
 Monitor rasa penuh, mual dan muntah
 Bayi tampak tenang dan tidak rewel  Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap

135
 Produksi saliva bercampur sekret sedikit menurun pemberian makanan enternal, jika perlu
 Jumlah residu lambung sekitar sekitar 1 cc saat dibuang  Monitor pola buang air besar
 Frekuensi bab 1 kali dalam 6 jam, konsitensinya normal  Moinitor berat badan
berwarna kuning kecoklatan dan lembek Terapeutik
 Berat popok60  Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan
 BB 3500 kg via selang
 Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan
 Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam
A : Masalah teratasi sebagian
sebelum prosedur atau pemindahan pasien
 Lakukan hidrasi sebagai pendamping nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at 21.00 Keruskan Nor Atia & S: Perawatan Luka (I. 14564)
21/4/22 Integritas Raihana Observasi:
Jarigan O:  Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Luka tampak bersih Terapeutik:
 Nampak kemerahan dan bengkak pada area sekitar luka  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) nontoksik
 Suhu 36,3 derajat C  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan

136
A : Masalah teratasi sebagian perawatan luka
Kaloborasi
P : Intervensi dilanjutkan Kolaborasi pemberian antibiotik (salep hidrokortison
dan ketonazole)
I:

Jum’at 21.00 Resiko Infeksi Nor Atia & S: Observasi


21/4/22 Raihana Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O: Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Nampak badan bayi lembab dan kotor pasien dan lingkungan pasien
 Demam menurun suhu 36, 9 derajat C  Pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Nampak tekstur luka lembab (Feeding jejenustomy)  Lanjutkan kompres dingin pada tangan yang
 Nampak luka mulai kering dan bersih (gastrotomy) hematome
 Selang OGT nampak menggesek lidah dan ujung mulut Kolaborasi
saat anak rewel Kolaborasi pemberian antibiotik fulconazole 1x 40 mg,

 Pada tangan kiri nampak hematome sudah membaik meropenem 3x125 mg, lurdacaf 3x30 mg, zink 2,5 ul,
interlac 1x5 xx, cefo sulbac 3x100,

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

137
Discharge Planning
Perawat dapat memberikan discharge planning kepada klien dan keluarga
berupa :
1. Mengajarkan pada keluarga klien untuk melakukan cuci tangan 6 langkah
sebelum melakukan kontak dengan bayi
2. Mengajarkan cara stimulasi perkembangan bayi
3. Mengedukasi pentingnya ASI ekslusif bagi tumbuh kembang bayi
4. Mengajarkan keterampilan merawat bayi baru lahir
5. Menginformasikan terkait penyakit dan kondisi bayi
6. Menginformasikan untuk tetap selalu memantau keadaan bayi dan apabila
ditemukan tanda-tanda gangguan napas agar segera melapor ke pelayanan
kesehatan

Banjarmasin, April 2022

Kelompok 10

138
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengakajian di ruang bayi Rumah Sakit Uli


Banjarmasin dengan kasus atresia espagus dibandingkan dengan teori yang
didapat dari literatur dan pelajaran yang didapat di bangku kuliah, maka penulis
menemukan ada persamaan dan perbedaan dengan pasien yang dikaji.
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang umum ditemukan pada pasien dengan atresia
espagus menurut Dewi (2018) adalah Asuhan keperawatan yang diberikan
pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-tahapan pada proses
keperawatan. Tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat
mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara observasi dan
dari keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi
atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat,
sianosis, apneu. Observasi, Manifestasi atresia esofagus, bantu dengan
prosedur diagnostik misalnya: Radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan
bila lumen tersebut tersumbat.Pantau dengan sering tanda-tanda distres
pernapasanLaringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang
terakumulasi dalam kantung buntu.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut buku Asuhan Keperawatan Sylvia (2019).tentang penyakit
atresi espagus, terdapat diagnosa keperawatan yang tertera pada pathway
penyakit atresia espagus yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif,termogulasi
tidak efektif,gangguan menelan,perfusi perifer tidak efektif ,kerusakan
integritas jaringan,gangguan pertukaran gas,nyeri akut,Defisit
nutrisi,hipertermia,hipotermia,risiko aspirasi,risiko Infeksi, Pada pasien
dalam kasus kelolaan kelompok, diagnosa yang didapatkan berdasarkan
data pengkajian pada pasien dan sesuai dengan teori adalah yang ada.

139
C. Intervensi
Perencanaan yang disusun pada kasus disesuaikan dengan tingkat
perubahan patologis yang terjadi pada pasien. Penekanan ditujukan pada
masalah Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan,
hipersekresi jalan nafas dan resiko aspirasi Tanpa mengabaikan masalah lain
yang ada pada pasien, perencanaan lebih disusun sedemikian rupa agar
dapat mengatasi masalah yang ada pada pasien. Pada pasien atresia
espagus dengan masalah utama yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
Sekresi yang tertahan, hipersekresi jalan nafas dan resiko aspirasi, dalam
kasus ini dilakukan intervensi berdasarkan PPNI tahun 2018 yang berjudul
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan yang meliputi:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan,
hipersekresi jalan nafas (D.0001)
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chinlift (jaw-
thru jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau sedikit ekstensi
3. Miringkan kepalakesalah satu sisi
4. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik (secara rutin)
5. Berikan oksigenasi, jika perlu
6. Lakukan suction
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif kelurga atau orangtua pasien cara
penghisapan lender
2. Berikan pendidikan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

140
1. Risiko Aspirasi (D. 0006)
Pencegahan Aspirasi (I. 01018)
Observasi
1. Monitor tingkat kesadaran, kemampuan menelan
2. Monitor status pernafasan
3. Monitor bunyi nafas
4. Periksa kepatenan selang OGT sebelum memberi asupan
Terapeutik
1. Posisi semi fowler atau sedikit ekstensi
2. Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret meningkat
3. Sediakan suction diruangan
Edukasi
Ajarkan strategi mencegah aspirasi

2. Termogulasi Tidak Efektif b. d peningakatan kebutuhan oksigen


(D. 0149)
Regulasi Temperatur (I.14578)
Observasi
1. Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC – 37,5oC)
2. Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
3. Monitor frekuensi napas dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
4. Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
5. Atur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
6. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
2. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
Kolaborasi

141
Kolaborasi pemberian antipiretik

3. Gangguan menelan b.d efek anatomic konginetal (Atresia


Esofagus) (D.0063)
Pemberian Makanan Enteral (I. 03126)
Observasi
1. Periksa posisi OGTdengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2. Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
3. Monitor rasa penuh, mual dan muntah
4. Monitor residu lambung setiap 8 jam setiap pemberian makanan
enternal, jika Perlu
5. Monitor pola buang air besar
Terapeutik
1. Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via
selang
2. Berikan tanda pada selang untuk mempertahnkan lokasi yang
tepat
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian
makanan
4. Irigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama pemberian makan
dan setelah pemberian makan
5. Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam sebelum prosedur
atau pemindahan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
2. Kolaborasi
3. Kolaborasi pemeriksaan sinas X untik konfirmasi posisi sedang
Kolaborasi
pemelihan jenis dan jumlah makanan enteral.

142
5. Perfusi perifer tidak efektif b. d penurunan konsentrasi
hemoglobin (D. 0009)
Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Lakukan pencegahan infeksi
4. Lakukan perawatan kaki dan kuku
5. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas ringan
2. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
3. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
4. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi

6. Kerusakan integritas jaringan b. d Perubahan sirkulasi


kelembapan
Perawatan Luka (I. 14564)
Observasi:
1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
3. Bersihkan jaringan nekrotik
4. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi

143
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibioti

7. Risiko Infeksi (D. 0142)


Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cari mencuci tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

D. Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) pada pasien atresia espags
yang telah kami lakukan berdasarkan jurnal yang kami analisis yang berjudul
Posisikan kepala lateral ke kanan untuk mencegah aspirasi (Berdasarkan
penelitian Imam et al 2018 “Effect of right lateral position with head
elevation on tracheal aspirate pepsin in ventilated preterm neonates:
randomized controlled trial”). Dan Kompres dingin area hemtome pada
tangan bekas infus unutk mengurangi nyeri dan peradangan hematome
(Berdasarkan penelitian Alabdalhai et al 2017 “The Impact of Cold
Therapy on the Pain and Hematoma on the site of Injection of
Enoxaparin”).

144
Berdasarkan PPNI tahun 2018 yang berjudul Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan yang
meliputi:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan,
hipersekresi jalan nafas (D.0001)
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Mengobservasi
1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan
3. Memonitor saliva dan sekret
Terapeutik
1. Memposisikan semi-fowler atau sedikit ekstensi
2. Memiringkan kepala kesalah satu sisi
3. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik (secara rutin)
4. Memberikan oksigenasi, jika perlu
5. Melakukan suction
Edukasi
1. Mengajarkan teknik batuk efektif kelurga atau orangtua pasien
cara penghisapan lender
2. Memberikan pendidikan kesehatan

2. Risiko Aspirasi (D. 0006)


Pencegahan Aspirasi (I. 01018)
Observasi
1. Memonitor tingkat kesadaran, kemampuan menelan
2. Memonitor status pernafasan
3. Memonitor bunyi nafas
4. Memeriksa kepatenan selang OGT
Terapeutik
1. Memosisikan kepala miring
2. Melakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret
meningkat
3. Mensediakan suction diruangan
4. Membersihkan area mulut
Edukasi

145
Mengajarkan strategi mencegah aspirasi

3. Termogulasi Tidak Efektif b. d peningakatan kebutuhan oksigen


(D. 0149)
Regulasi Temperatur (I.14578)
Observasi
1. Memonitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC – 37,5oC)
2. Memonitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
3. Memonitor frekuensi napas dan nadi
4. Memonitor warna dan suhu kulit
5. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
1. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Menggunakan baju tipis
3. Mengatur suhu infarm warmer sesuai kebutuhan
4. Mensesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
1. Menjelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin dan hipertermi demam
2. Mendemonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
Kolaborasi
Berkalaborasi pemberian antipiretik

4. Gangguan menelan b.d efek anatomic konginetal (Atresia


Esofagus) (D.0063)
Pemberian Makanan Enteral (I. 03126)
Observasi
1. Memeriksa posisi selang feeding dengan memeriksa residu
lambung atau mengauskultasi hembusan udara
2. Memonitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
3. Memonitor rasa penuh, mual dan muntah
4. Memonitor residu lambung setiap 8 jam setiap pemberian
makanan enternal, jika perlu
5. Memonitor pola buang air besar
Terapeutik

146
1. Menggunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via selang
2. Memberikan tanda pada selang untuk mempertahnkan lokasi yang
tepat
3. Mengirigasi selang dengan air setiap 4-6 jam selama pemberian
makan dan setelah pemberian makan
4. Menghindari pemberian makanan lewat selang 1 jam sebelum
prosedur atau pemindahan pasien
Edukasi
Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur

5. Perfusi perifer tidak efektif b. d penurunan konsentrasi


hemoglobin (D. 0009)
Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
3. Monitor sianosi panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfus
2. Lakukan perawatan kaki dan kuku
3. Lakukan hidrasi
4. Pemberian Produk Darah
Obeservasi
1. Identifikais golongan darah
2. Identfikasi kebutuhan kekurangan darah
3. Identifikasi riwayat alergi
4. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
1. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan
2. Cek nama, tanggal espayet, golongan darah , jenis darah dan
resus
3. Cocokan lembar darah dengan kantong darah

147
4. Pasang transfusi pada saluran vena tanpa ada cairan yang lain
masuk pada cabang venflon
5. Atur Tetesan sesuai kebutuhan
Kaloborasi
1. Kaloborasi dengan dokter pemberian jenis transfusi

6. Kerusakan integritas jaringan b. d Perubahan sirkulasi


kelembapan
Perawatan Luka (I. 14564)
Observasi:
1. Memonitor karakteristik luka
2. Memonitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
1. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
3. Membersihkan jaringan nekrotik
4. Memberikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
5. Memasang balutan sesuai jenis luka
6. Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian antibiotik

7. Risiko Infeksi (D. 0142)


Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
3. Membatasi jumlah pengunjung
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkkungan pasien
5. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien
Edukasi
1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi

148
2. Mengajarkan cari mencuci tangan dengan benar
3. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Menganjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah
keperawatan 3 x 8 jam dan dievaluasi, masalah teratasi yaitu Resiko
Aspirasi,Termogulasi Tidak Efektif b.d Proses Infeksi, Penurunan
Konsentrasi O2, dan Gangguan Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d
Penurunan Konsentrasi Hemoglobin setelah dievaluasi, gangguan
menelan b.d defek anatomik kongenital (Atresia Esofagus) kerusakan
Integritas jaringan b.d perubahan sirkulasi, kelembapan dan faktor
Mekanis adanya gesekan selang latex dengan lubang,Resiko
Infeksi,gaggua frepusi prifer intervesi teratasi sebagian.

149
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai
dengan tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus
bagian distal Atresia esofagus dapat terjadi bersama fistula trakeo
esofagus, yaitu kelainan kongenital dimana terjadi persambungan abnormal
antara esofagus dengan trakea. Masalah keperawatan yang terjadi pada
pasien kami adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, Termogulasi Tidak
Efektif, Gangguan menelan, Perfusi perifer tidak efektif, Kerusakan integritas
jaringan, Risiko Aspirasi, Risiko Infeksi . Untuk penatalaksanaan yang
diberikan kepada pasien berupa manajemen jalan napas, Regulasi
Temperatur, Pemberian Makanan Enteral, Perawatan Sirkulasi, Perawatan
Integritas Kulit, Pencegahan Aspirasi, Pencegahan Infeksi.

B. Saran
- Saran dari penulis untuk pembaca semoga laporan asuhan keperawatan
ini menjadi sumber acuan untuk tindakan proses keperawatan, serta
menjadi sumber acuan oleh keluarga dalam penanganan awal dan
mengidentifikasi gejala dini atresia esofagus
- Penulis berharap semoga penyusunan laporan asuhan keperawatan
pada pasien dengan atresia esofagus ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan serta
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
- Sedangkan untuk instansi kesehatan diharapkan agar laporan asuhan
keperawatan ini dapat digunakan sebagai salah satu masukkan dan
bahan rujukan dalam pemberian penyuluhan kepada masyarakat khusus
nya pencegahan atresia esofagus khususnya pada ibu hamil
- Hasil laporan ini di harapkan juga dapat digunakan oleh masyarakat
sebagai pengetahuan dan informasi tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian atresia esofagus pada bayi baru lahir
sehingga masyarakat lebih tahu tentang pencegahannya.

150
DAFTAR PUSTAKA

Boia ES. Mittal A. Esophageal atresia and tracheoesopahgeal malformation.


Jurnalul Pediatrului. 2019; 8: 41-9.

Dewi PR, 2018. Laporan Pendahuluan Atresia espagus Ruang Perina RSUD
Banyumas. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman

Gayle et al. Anesthetic Considerations For The Neonate with Tracheoesophageal


Fistula. M.E.J. Anesth 19 (6) 2018.

Ngastiyah. (2018).Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC. Jakarta

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2020. Jakarta

Sacharin, Rosa M (2018). Prinsip Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakata.

Sylvia A price (2019) Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran, 


EGC, Jakarta

Viswanatha B. Esophagus Anatomy. Medscape (Updated: Oct 14, 2011, Cited:


2018 Nov 23). Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1948973-overview

Wong, Donna L. 2019. Pedoman Klinis Keperawatn Pediatrik. EGC: Jakarta.

151

Anda mungkin juga menyukai