Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Obstruksi Biliaris, Ofalokel, Hisprung”

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb Neonatus Bayi, Anak dan Balita
Dosen Pengampu: Rohemah,S,ST,M,Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

Aimel Thabita Syafila

Erika Widya Rosa

Farhatin Nikmah

AKADEMI KEBIDANAN AIFA HUSADA MADURA

2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa,atas rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini mengenai penugasan Askeb Neonatus
Bayi Anak dan Balita. pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih untuk ibu
Rohemah,S,ST,M,Kes Dosen pengajar mata kuliah Askeb Neonatus Bayi Anak dan Balita yang
telah membimbing untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Kami menyadari Dengan tugas ini kami di harapkan mampu untuk lebih mengerti tentang
Obstruksi Biliaris, Ofalokel, Hisprung .Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak
yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini.

Pamekasan, maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian neonatal di Indonesia adalah 19/1000 kelahiran hidup,sedangkan
angka kematian bayi adalah 32/1000 kelahiran hidup.pola penyebab kematian bayi di
Indonesia sepertinya mulai terjadi pergeseran.hal ini terlihat dari angka kematian bayi
akibat infeksi,asfiksia,dan berat bati lahir rendah (BBLR) namun,bulan berarti angka
kematian bayi ini menurun secara total.kemenkes RI menyampaikan bahwa angka
kematian bayi akibat kelainan kongenital sekitar 7%.
Berdasarkan laporan riskesdas pada tahun 2007 terdapat sekitar 1,4%bayi baru
lahir usia 0-6 hari pertama kelahiran dan 18,1% bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal
disebabkan karena kelainan kengenetal. diperkirakan prevalensi kelainan kongenital di
Indonesia adalah 59,3/1000 kelahiran hidup.berdasarkan data WHO SEARO pada tahun
2010.diperkirakan setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia,sehingga diduga akan
terdapat sekitar 295.000 kasus kongenital pertahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Obstruksi Biliaris
2. Apa itu Ofalokel?
3. Apa itu Hisprung?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui tentang Obstruksi Biliaris
2. Untuk Mengetahui tentang Ofalokel
3. Untuk Mengetahui tentang Hisprung
BAB II

Pembahasan

A. OBSTRUKSI BILIARIS
1. PENGERTIAN
Obstruksi Biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak
dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (Ngastiyah,2005). Obstruksi biliaris
adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan
ikat disertai modul ( Dwi Maryani, dkk ; 104-106 ; 2011).

2. ETIOLOGI OBSTRUKSI BILIARIS


a. Batu empedu
b. Karsinoma Duktus Biliaris (Kista dari saluran empedu)
c. Karsinoma Kaput Pankreas
d. Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan strikura
e. Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
f. Peradangan dari saluran-saluran empedu
g. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
3. OBSTRUKSI BILIARIS AKUT
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu
secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi
infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolongitis) dan timbul
demam.kolongitis dapat berlanjut menjadi abses hepar. Obstruksi biliaris yang berulang
menimbulkan fibrosis traktus porpal dan regenerasi nodular sel hepar keadaan ini
disebut sirosis biliary. Keaadaan ini sirosis biliaris sekunder
4. TANDA DAN GEJALA OBSTRUKSI BILIARIS
a. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi
ikterus
b. Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu- abuan dan liat seperti dempul
c. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen
d. Perut sakit di sisi kanan atas
e. Demam
f. Mual dan muntah (Zieve David,2009)
g. Nafsu makan berkurang
h. Sulit buang air besar
5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda
ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut,
hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang membesar. Pemeriksaan
Laboratorium
a. Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
b. Rontgen perut (tampak hati membesar)
c. Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
d. Breath test
e. USG
f. Imaging radionuklida (radioisotop)
g. Skening hati
h. Koleskintigrafi
i. CT scan
j. MRI
k. Pemeriksaan Biopsi hati
l. Laparotomi
6. KOMPLIKASI
a. Demam
b. Nafsu makan berkurang
c. Sulit buang air besar
7. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. berupa tindakan
pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Bila tindakan
pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan,
dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan,
Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier,
pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi.
8. ASUHAN KEBIDANAN
a. Pertahanan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan
kebutuhan, pencegahan hipotermia, pencegahan infeksi dan lain- lain.
b. Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang
dialami bayinya bukan kuning biasa tetapi disebabakan karena adanya
penyumbatan pada saluran empedu.
c. Lakukan inform consent dan inform choice untuk dilakukan rujukan.
d. Penatalaksanaan medisnya ialah dengan tindakan operasi selektif.
B. HISPRUNG (HIRSCHPRUNG)
1. PENGERTIAN
PenyakitHisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus (Ariff Mansjoer.dkk, 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung
tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Penyakit Hisprung disebut juga
kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon)
yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). karena ada bagian dari usus besar
(mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda.
2. ETIOLOGI PENYAKIT HISPRUNG
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan
dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak
dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
3. GEJALA PENYAKIT HISPRUNG
Akibat dari kelumpuhan usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja
tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya
(mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit
Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain
itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih
lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan.
4. PATOFISIOLOGI PENYAKIT HISPRUNG
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden,
2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian
usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar (Price, S & Wilson, 1995 : 141 )
5. PEMERIKSAAN TAMBAHAN PADA PENYAKIT HISPRUNG
a. Pemeriksaan colok dubur untuk menilai adanya pengenduran otot dubur.
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah roentgen perut, barium
enema, dan biopsi rektum.
b. Roentgen perut bertujuan untuk melihat apakah ada pembesaran/pelebaran usus
yang terisi oleh tinja atau gas.
c. Barium enema, yaitu dengan memasukkan suatu cairan zat radioaktif melalui
anus, sehingga nantinya dapat terlihat jelas di roentgen sampai sejauh manakah
usus besar yang terkena penyakit ini.
d. Biopsi (pengambilan contoh jaringan usus besar dengan jarum) melalui anus
dapat menunjukkan secara pasti tidak adanya persarafan pada usus besar. Biopsi
ini biasanya dilakukan jika usus besar yang terkena penyakit ini cukup panjang
atau pemeriksaan barium enema kurang dapat menggambarkan sejauh mana
usus besar yang terkena.
6. KOMPLIKASI PENYAKIT HISPRUNG
Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan
septikemia.
7. PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN HISPRUNG:
a. Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta
pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
b. Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat
diagnosis, enterokolitis berat dan keadaan umum buruk.
c. Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan
membuat anastomosis.
C. OMFALOKEL
1. PENGERTIAN
Omphalocele atau omfalokel adalah kelainan lahir yang ditandai dengan
keluarnya organ yang ada di dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan
hati, melalui pusar. Omfalokel bisa terdeteksi sejak kehamilan atau baru terlihat
saat bayi dilahirkan. Omfalokel tergolong kelainan lahir yang cukup jarang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000-10.000
kelahiran. Omphalocele sering disamakan dengan gastroschisis. Padahal,
keduanya merupakan kelainan yang berbeda.
2. GEJALA
Omphalocele mudah dikenali karena gejalanya cukup jelas, yaitu keluarnya
organ dalam perut melalui lubang pusar. Organ yang keluar dari pusar tersebut
diselubungi oleh selaput pelindung. Pada omphalocele ringan, lubang yang
terbentuk tidak terlalu besar, sehingga hanya salah satu organ atau hanya sebagian
usus yang keluar. Namun, pada kasus yang parah di mana lubang yang terbentuk
cukup besar, usus hati, kandung kemih, lambung, dan testis juga bisa keluar.
3. PENYEBAB
Omfalokel terjadi akibat kelainan perkembangan janin. Selama masa
perkembangan janin, tepatnya pada usia kehamilan 6-10 minggu, usus dan organ-
organ dalam, seperti hati, kandung kemih, lambung, indung telur, atau testis,
menonjol keluar ke pusar. Organ yang menonjol tersebut akan kembali masuk ke
rongga perut saat usia kehamilan memasuki minggu ke-11. Namun, pada bayi
dengan omfalokel, usus dan organ-organ tersebut tidak kembali masuk ke dalam
rongga perut. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan omfalokel.
Namun, diduga kondisi ini berkaitan dengan perubahan (mutasi) atau kelainan
pada gen atau kromosom.
4. FAKTOR RISIKO
Meski omfalokel belum diketahui penyebab pastinya, ada sejumlah faktor
yang diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu.
a. Kebiasaan mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan selama
kehamilan.
b. Kebiasaan merokok lebih dari 1 bungkus dalam sehari selama kehamilan.
c. Menggunakan obat antidepresan golongan SSRI (selective serotonin-
reuptake inhibitors) selama kehamilan.
d. Mengalami obesitas selama kehamilan.
e. Bayi yang mengalami omfalokel juga sering memiliki kelainan genetik,
seperti sindrom Turner, sindrom Patau (trisomi 13), sindrom Edward
(trisomi 18), sindrom Down (trisomi 21), sindrom Beckwith-Wiedemann,
dan kelainan bawaan pada tulang belakang, jantung, dan organ pencernaan.
5. DIAGNOSIS
Omfalokel dapat terdeteksi melalui USG kehamilan, terutama pada trimester
kedua dan ketiga kehamilan. Bila omfalokel terdeteksi, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan pada janin, seperti fetal echo, yaitu USG untuk melihat
fungsi dan gambaran jantung pada janin, USG untuk melihat ginjal, dan
pemeriksaan genetik. Pada bayi yang baru lahir, omfalokel akan terlihat melalui
pemeriksaan fisik. Jika bayi lahir dengan omfalokel, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan penunjang, seperti Rontgen, untuk melihat kemungkinan adanya
kelainan pada organ lain.
6. PENGOBATAN
Omfalokel diatasi dengan operasi. Waktu pelaksanaan operasi ini tergantung
pada kondisi bayi dan tingkat keparahan omfalokel yang diderita. Pada omfalokel
ringan, operasi akan dilakukan segera setelah bayi lahir. Operasi ini bertujuan
untuk memasukkan organ kembali ke dalam rongga perut. Bila omfalokel
tergolong parah, organ akan dimasukkan ke dalam perut secara bertahap. Hal ini
karena rongga perut bayi masih dalam masa perkembangan. Sembari menunggu
rongga perut bayi berkembang, dokter akan melakukan beberapa perawatan
berikut.
a. Menempatkan bayi di dalam inkubator untuk menjaganya tetap hangat.
b. Memasang alat bantu napas atau ventilator.
c. Memberikan cairan dan makanan melalui infus.
d. Memasang selang nasogastrik untuk menyedot cairan dan udara dari dalam
rongga perut.
e. Mengoleskan krim antibiotik pada selaput yang melapisi organ di luar
perut untuk mencegah infeksi bakteri.
f. Menyelubungi organ yang keluar dengan pelindung khusus untuk
mencegah dehidrasi. Setelah rongga perut bayi berkembang, akan
dilakukan operasi kembali untuk memasukkan organ yang keluar, lalu
lubang tempat keluarnya organ akan ditutup dan dijahit.
7. KOMPLIKASI
Omfalokel dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, baik sebelum maupun setelah
bayi lahir. Komplikasi tersebut meliputi.
a. Keterlambatan tumbuh kembang.
b. Kesulitan makan dan bernapas.
c. Infeksi akibat pecahnya selaput pelindung organ.
d. Kematian jaringan pada organ yang keluar dari pusar akibat kekurangan pasokan
darah.
8. PENCEGAHAN
Untuk menurunkan risiko terjadinya omfalokel, ibu hamil disarankan rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan, menerapkan pola hidup sehat,
dan tidak sembarang mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan pola hidup sehat untuk
pencegahan omfalokel adalah.
a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
b. Mengonsumsi vitamin atau suplemen yang diberikan oleh dokter, termasuk asam
folat.
c. Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
d. Menjaga berat badan ideal.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Kelainan kongenital adalah kelainan yang telah dibawa sejak lahir,yang merupakan
penyimpangan dari bentuk umum karena gangguan perkembangan dikemudian
hari.sebab langsung sukar diketahui.macam-macanya seperti
hisprunb,omfalimel,obstruksi billiaris.
B. Saran
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, penulis berharap agar pembeca
dapat lebih memahami lagi tentang apa itu Obstruksi Biliaris, Ofalokel, Hisprung,
Dan jika ada kurang dan salah penulis berharap agar pembaca dapat memberikan saran
dan kritik yang membangun.
DAFTAR PUTAKA

https://www.slideshare.net/hanifadill/obstruksi-biliaris-173734427

https://bidanrandu.blogspot.com/2019/04/?m=1

Anda mungkin juga menyukai