Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA PASIEN Ny.

I DIAGNOSA
G5P2A2 TINDAKAN OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI
REGIONAL DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT
MITRA KASIH CIMAHI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Presentasi Kasus


Pelatihan Perawat Anestesi

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Erik Prasetya Usman, S.Tr.Kep., Ns
Eva Santika, S.Kep., Ns
Fatiyah Halid, S.Kep., Ns
Hadi Hibaturrahman, Amd.Kep
Irfan Ibrahim, S.Kep., Ns
Laila Shofiya, S.Kep., Ns

HIMPUNAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA

PENGURUS WILAYAH JAWA BARAT

2024
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA PASIEN Ny. I DIAGNOSA


G5P2A2 TINDAKAN OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI
REGIONAL DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT
MITRA KASIH CIMAHI

Disetujui Oleh:
Mengetahui,
Ketua Pelaksana Pelatihan Anestesi Clinical Instruktur

Sartono Setiawan, S.Kep., Ners., CAN Cyrillus Arya Seta, S.Kep., Ners., CAN
NIPA : 3221221002 NIPA : 32212210017
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teori
B. Etiologi/patofisiologi

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (Sesuai 3S, SDKI/SIKI/SLKI)

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS (Sesuai 3S, SDKI/SIKI/SLKI)


A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
Penulisan daftar pustaka sesuai EYD

LAMPIRAN
Besrisi lampiran hasil pemeriksaan pre operasi, observsi intra operasi,
observasi post operasi (sesuai skala yang digunakan dan sesuai data pasien)
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI
Sectio Caesarea didefinisiskan sebagai lahirnya janin melalui insisi dinding abdomen
( laparotomy ) dan dinding uterus ( histerektomy). ( Cunningham, 2006).
Menurut Sinsin ( 2008 ) alas an medis operasi sesar yaitu :
a. Tingginya tekanan darah sang ibu
b. Kelainan Tulang panggul pada sang ibu
c. Varises di wilayah vagina
d. Ketuban pecah dini
e. Bobot bayi lebih dari empat kilogram
f. Posisi bayi sungsang
Menurut Mochtar ( 2002 ) arah sayatan section caesarea dibagi :
a. Sectio Caesaria Ismika ( Profunda / melintang ) : section caesaria yang dilakukan dengan
membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah Rahim ( low service
transversal ) ± 10 cm.
b. Sectio Caesaria Klasik ( corporal / sayatan memanjang ) : section caesaria klasik atau
corporal ( dengan insisi memanjang pada corpos uteri ) dilakukan dengan membuat
sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira 10 cm.
Menurut Hossam dalam Mitayani ( 2009 ) Ketuban pecah dini ( KPD ) adalah pecahnya /
rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu denagnatau tanpa kontraksi.
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba( 2001) antara lain :
a. Multiparitas
b. Hidramnion
c. Kelainan letak : sungsang atau lintang
d. Cepalo pelvic disporportion ( CPD atau panggul sempit
B. ETIOLOGI
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), menyatakan etiologi operasi sectio
caesarea ada dua, yaitu sebagai berikut:
a. Etiologi yang berasal dari Ibu
Etiologi yang berasal dari Ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan
letak, primipara tua disertai kelainan letak, ada disporporsi sefalo pelvik
(disproporsi janin/panggul), terdapat sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, placenta previa terutama pada primigravida, solutsio
placenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan
(kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya)
b. Etiologi yang berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin yaitu fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal
posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, dan kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

C. PATOFISIOLOGI

1. SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu
dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu, anestesi umum menyebabkan bayi lahir dalam
keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia
uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002).

2. Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran atau
penambahan tekanan intrauteri ataupun oleh sebab kedua - duanya. Kemungkinan
tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari ketuban pecah dini dan
selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Menurut Taylor (2010), terjadinya ketuban pecah dini ternyata ada hubungannya dengan hal-
hal berikut : Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servitis dan vaginitis, Selaput ketuban terlalu
tipis (kelainan ketuban), Infeksi (amnionitis atau korioamnitis), Faktor-faktor lain yang
merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi,cervix incompetent dan lain-
lain, Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini
(Mochtar, 2008).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. (Carpenoto, Lynda 2008).

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien merasa kontraksi terus menerus, keluar cairan kuning pervagina
b. Riwayat Kesehata Sekarang
Riwayat Kesehatan Sekarang, berisi tentang evaluasi data untuk menentukan alasan
dilakukan operasi caesar seperti implantasi bayi, sungsang, plasenta previa, bayi
kembar, preeklamsia, dan ketuban pecah dini.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hal – hal yang akan dipelajari sebelumnya adalah penyakit yang diderita pasien
terutama penyakit kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes
(juniarti et al. hal-hal yang akan dipelajari sebelumnya dalah penyakit yang diderita
pasien terutama penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin (Juniartati et al.,2022).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran : composmentis
b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas.
d. Kepala : tidak ada kelainan bentuk kepala
e. Mata : Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
pembesaran pupil, tidak ada secret.
f. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik.
g. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada benjolan, tidak ada secret.
h. Mulut dan gigi : Simetris, mukosa lembab, tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, pertumbuhan
gigi lengkap.
i. Leher : Tidak ada lesi, Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Eksremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada edema

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI DPP PPNI (2016), diagnosa keperawatan
merupakan masalah keperawatan yang ditegakkan atas dasar data pasien,
berikut ini kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul menurut
(PPNI, 2016):
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Data subyektif : mengeluh nyeri, nyeri saat
bergerak. Data obyektif : tampak meringis, gelisah, posisi menghindari nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri saat bergerak. Data subyektif : nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan,merasa cemas saat bergerak Data obyektif : fisik lemah, gerakan
terbatas
c. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga. Data subyektif : mengeluh lelah,
merasa lemah. Data obyektif : terlihat lemah, aktivitas dibantu keluarga
d. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan
luka post sectio caesarea.
Data subyektif : nyeri luka operasi dan sedikit panas
Data obyektif : ada luka post operasi, luka operasi kemerahan

C. INTERVENSI
Intervensi keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat kepada pasien sesuai dengan diagnosis yang telah ditentukan dengan tujuan
untuk terpenuhinya
kesehatan pasien (siregar, 2020).
Menurut SIKI & SLKI DPP PPNI (2018) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri pada bagian luka operasi
1. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapakan nyeri
akut menurun
2. Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
3. Intervensi keperawatan : manajemen nyeri
observasi.
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
terapeutik.
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur .
Edukasi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri saat bergerak.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan
mobitas fisik meningkat.
2) Kriteria hasil
a. Nyeri menurun
b. Kecemasan menurun
c. Gerakan terbatas menurun
d. Kelemahan fisik menurun
e. Intervensi keperawatan : dukungan mobilisasi.
Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
a. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
b. Fasilitasi melakukan pergerakan.
Edukasi
a. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
b. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapakan
aktivitas meningkat
2) Kriteria hasil :
a. Perasaan lemah menurun
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Intervensi keperawatan : manajemen energi.
Observasi
a. Monitor pola dan jam tidur
b. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis cahaya,
suara)
b. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer:kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post sectio caesarea.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapakan integritas kulit dan jaringan meningkat
 Kriteria hasil :
a. Kerusakan jaringan menurun
b. Kerusakan lapisan kulit menurun
c. Nyeri menurun
 Intervensi keperawatan : pencegahan infeksi.
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terpeutik
a) Batasi jumlah pengunjung.
b)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
c) Anjurkan meningkatkan asup
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai perencaan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. berikut
implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang ditentukan.

Tabel Implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan


No. Diagnosa Keperawatan Implementasi
1. Perubahan perfusi jaringan Intrakranial Pressure (ICP)Monitoring (Monitor
serebral b.dproses tekanan intrakranial)
peradangan, peningkatan TIK 1. Berikan informasi kepadakeluarga
(Tekanan Intra Karnial)
2. Set alarm
3. Monitor tekanan perfusi serebral
4. Catat respon pasien terhadapstimuli
5. Monitor tekanan intrakranial pasien dan
respon neurology terhadap aktivitas
6. Monitor jumlah drainage cairanserebrospinal
7. Monitor intake dan outputcairan
8. Monitor suhu dan angka WBC
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
10. Posisikan pasien pada posisi semifowler
11.Minimalkan stimuli dari lingkungan
Peripheral Sensation Management(Manajemen
sensasi perifer)
1. Monitor adanya daerah
tertentuyang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
jika ada lsiatau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untukproteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan mengenai penyebabperubahan sensasi

2. Ketidak efektifan pola Airway Management


1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
napas. berhubungan jaw thrust bila perlu
dengan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
kebutuhanoksigen nafas buatan
meningkat karena otak 4. Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tidak bisa bekerja dengan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
baik 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut, hidung dansecret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yangpaten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedualengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan iramapernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasanabnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dariperubahan vital sign
3. Intoleransi aktifitas Energy Management
berhubungan dengan 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
penurunan kesadaran melakukan aktivitas
2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dansocial
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagiyang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diridan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,social dan spiritual

4. Kerusakan integritaskulit Pressure management


berhubungan dengan tirah 1. Tempatkan klien pada tempattidur terapi
baring yang lama 2. Evaluasi adanya luka padaektremitas
3. Memonitoring kulit yang memerah dan terjadi
kerusakan
Skin care : topical treatment
1. Memassage disekitar area
yangmempengaruhi atau dapat
menimbulkan luka
2. Menjaga linen agar tetap bersih,kering, dan
tidak mengkerut
3. Mobilisasi klien setiap 2 jam
4. Memakaikan emolien pada areayang berisiko

5. Risiko jatuh berhubungan 1. Identifikasi factor yang mempengaruhi


dengan penurunan kebutuhan keamanan
kesadaran 2. Lakukan pengkajian resikojatuh pada pasien
3. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi jatuh
4. Pantau cara berjalan,keseimbangan dan
tingkatkeletihan pada saat ambulasi
5. Ajarkan pasien bagaimana posisi terjatuh yang
dapat meminimalkan cedera
6. Instruksikan pasien untuk menggunakan
kacamata yangdiresepkan, jika perlu saat
turun dari tempat tidur
7. Berkolaborasi dengan timkesehatan lain
untukmeminimalkan efek samping obat
yang dapat menyebabkan jatuh
8. Pasang pengaman tempat tidur
9. Lakukan perujukan ke ahlifisioterapi untuk
latihan cara berjalan dan latihan fisik
untuk memperbaiki mobilitas,keseimbangan
dan kekuatan
10. Reorientasikan pasien dengan realitas dan
lingkungan sesegera mungkin jika perlu
11. Bantu saat pasien ambulasi ditempat tidur
12. Tempatkan pasien di ruangan yang dekat dengan
ruangan perawat
13. Sediakan alat bantu untuk berjalan
14. Sediakan alarm untuk pasienatau keluarga
memanggil bantuan
15. Jika perlu gunakan restrain

Anda mungkin juga menyukai