Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL IN CLINIC (TIC)

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: PERITONITIS


GENERALISTIK PERKAUSA PERFORASI APENDIK DI RUANG
CANCER RSUD AL-IHSAN KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh: Kelompok 2


1. Popi Nurmalasari
2. Putri Ayu Amalia
3. Retno Dwi Lestari
4. Valentino Febriyandi
5. Wulan Nur Halimah
6. Yolanda Alfurqonia Ip

POLITEKNIKKESEHATANKEMENKESBANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESINERS
2021
SkenarioTutorial in Clinic (TIC) 3

Jum’at, 15 oktober 2021

Ny. O seorang IRT berusia 37 tahun dirawat di Ruang Ca 7 RSUD Al-Ihsan


Baleendah Bandung, klien dirawat dengan diagnose medis Peritonitis Generalistik
Perkausa Perforasi Apendik. Pasien masuk rumah sakit hari minggu, 26
September 2021 pukul 17.00 karena merasa nyeri perut bagian bawah. Nyeri
dirasakan sejak 2 hari yang lalu, tetapi hilang timbul. Sudah pernah berobat ke
klinik, tetapi masih nyeri. 2 kali muntah saat di IGD dan diberikan obat lambung
melalui infus. Ny.O memiliki riwayat suka makan makanan pedas, minum kopi,
jarang konsumsi sayur, buah dan air putih.

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 26 September 2021


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 14.7 g/dl 12.0-16.0 Normal
Leukosit 16450 sel/uL 3800-10600 Normal
Eritrosit 4.79 juta/uL 3.6-5.8 Normal
Hematokrit 41.4 % 35-47 Normal
Trombosit 245000 sel/uL 150000-440000 Normal

Immunologi
Rapid Atigen Negatif Negatif Negatif
COVID-19

Prosedur operasi:
Tindakan medis yang sudah dilakukan: laparatomi
Tindakan dilakukan pada hari senin, 27 september 2021 dengan jenis anestesi
general. Masuk OK: pukul 05.00
Mulai anestesi pukul 05.15
Mulai insisi pukul 05.30
Akhir anestesi pukul: 06.15
Akhir operasi pukul: 06.00
Total waktu operasi: 1 jam 50 menit
Posisi pasien selama operasi: terlentang. Apendik yang diambil bertentuk
memanjang ±8 cm dengan bagian ujung sudah berwarna hitam. Posisi pasien
terlentang saat operasi. Insisi garis tengah sampai peritonium, saat peritonium
terbuka, usus terdapat pus lalu eksplorasi cairan abdomen. Ditemukan apendik
melekat dengan jaringan sekitarnya dengan perforasi pada bagian tengah.
Perlengketan dibebaskan dan dilakukan apendiktomi lalu cuci rongga abdomen,
ditutup dengan memasang kantung drain.

Saat Dikaji tanggal 28 September 2021 pukul 10.00, Pasien sudah operasi usus
buntu pada hari Senin 27 September 2021 pukul 06.30 dengan tindakan
laparatomi. Pasien masih merasa nyeri pada daerah yang sudah di operasi. Nyeri
dirasakan seperti disayat-sayat, nyeri dirasakan pada daerah perut saja dengan
skala 4 dari (1-10). Nyeri dirasakan saat merubah posisi tidur dan saat berjalan ke
kamar mandi. Nyeri berkurang saat di istirahatkan, nyeri dirasakan hilang timbul
dan tidak menentu. Pasien tampak meringis saat akan merubah posisi tidur.
Tampak ada luka operasi pada perut bagian bawah dengan bentuk luka vertikal
dengan panjang luka 13±cm dan 9 jahitan. Pasien terpasang drain pada perut
sebelah kanan. Drain keluar cairan berwarna merah segar dengan jumlah 30cc.
Drain d lepas POD 3 sudah tidak mengeluarkan cairan. Dilakukan perawatan luka
POD ke-2.

Pemeriksaan fisik: Kesadaran : Composmentis GCS: E: 4 V: 5 M:6, Tekanan


darah :126/80 mmHg, Nadi 88x/menit, Pernafasan : 20x/m, Suhu : 36,4°C
Bising usus 7x/mnt, tidak ditemukan adanya massa pada abdomen, abdomen tidak
tegang, tidak distensi dan tidak iritabel. Tidak ada bengkak, kemerahan,
pengeluaran cairan, kebiruan pada luka operasi.
DISKUSI
I. Istilah-Istilah
1. Apendiktomi: pembedahan atau pengangkatan apendik yang sudah
terinflamasi
2. Perforasi: luka pada dinding organ tubuh
3. Peritonitis : inflamasi peritonieum lapisan membran serosa rongga
abdomen
4. Apendiktomi insisi di kanan, karena apendik tidak mengalami
perlengketan pada usus yang lainnya
5. Laparatomi , apendik sudah mengalami perlengketan pada organ lain.
Sehingga dilakukan pembedahan pada perut dengan melakukan insisi
pada dinding abdomen.
II. Identifikasi Masalah
1. Pre Operasi:
Ny.O berusia 37 th masuk rumah sakit hari minggu, 26 September 2021
pukul 17.00 karena merasa nyeri perut bagian bawah. Nyeri dirasakan
sejak 2 hari yang lalu, tetapi hilang timbul. Sudah pernah berobat ke
klinik, tetapi masih nyeri. 2 kali muntah saat di IGD, Ny.O memiliki
riwayat suka makan makanan pedas, minum kopi, jarang konsumsi sayur,
buah dan air putih.
2. Intra Operasi:
Tindakan medis yang sudah dilakukan: laparatomi. Tindakan dilakukan
pada hari senin, 27 september 2021 dengan jenis anestesi general. Total
waktu operasi: 1 jam 50 menit
Posisi pasien terlentang saat operasi. Insisi garis tengah sampai
peritonium, saat peritonium terbuka, usus terdapat pus lalu eksplorasi
cairan abdomen. Ditemukan apendik melekat dengan jaringan sekitarnya
dengan perforasi pada bagian tengah. Apendik yang diambil bertentuk
memanjang ±8 cm dengan bagian ujung sudah berwarna hitam.
Perlengketan dibebaskan dan dilakukan apendiktomi lalu cuci rongga
abdomen, ditutup dengan memasang kantung drain.
3. Post Operasi:
Pasien masih merasa nyeri pada daerah yang sudah di operasi. Nyeri
dirasakan seperti disayat-sayat, nyeri dirasakan pada daerah perut saja
dengan skala 4 dari (1-10). Nyeri dirasakan saat merubah posisi tidur
dan saat berjalan ke kamar mandi. Nyeri berkurang saat di istirahatkan,
nyeri dirasakan hilang timbul dan tidak menentu. Pasien tampak meringis
saat akan merubah posisi tidur. Tampak ada luka operasi pada perut
bagian bawah dengan bentuk luka vertikal dengan panjang luka 13±cm
dan 9 jahitan. Pasien terpasang drain pada perut sebelah kanan. Drain
keluar cairan berwarna merah segar dengan jumlah 30cc. Drain d lepas
POD 3 sudah tidak mengeluarkan cairan. Dilakukan perawatan luka POD
ke-2.
Masalah yang mucul pada kasus apendiksitis yaitu:
a. Pre Operasi
1) Nyeri Akut:
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah, dan
memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) serta berlangsung singkat dan menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area
yang rusak.
Penyebab dari nyeri akut:
- Agen cedera fisiologis. Misalnya: inflamasi, iskemia,
neoplasma
- Agen cedera kimiawi. Misalnya terbakar, bahan kimia
iritan
- Agen cedera fisik. Misalnya: abses, amputasi, prsedur
operasi, trauma, terpotong
Klasifikasi nyeri:
- Akut: karena peradangan mendadak dilokasi satu tempat
- Perforasi: sudah gangren
- Rekurent: serangan nyeri berulang
- Kronik: nyeri lebih dari 3 bulan, nyeri dirasakan berulang
Gejala dan tanda mayor dari nyeri akut menurut SDKI (2017)

Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (misalnya: waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor dari nyeri akut menurut SDKI (2017)

Objektif
Subjektif

(tidak ada) 1. Tekanan darah meningkat


2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri sendiri
6. Proses berpikir terganggu
7. Diaforesis

2) Hipertermia
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang
normal. Penyebab dari hipertemia: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
proses penyakit (misalnya: kanker, infeksi), peningkatan laju
metabolisme.
Gejala dan tanda mayor pada hipertemia menurut SDKI (2017)
Subjektif Objektif
(tidak ada 1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor dari hipertemia menurut SDKI (2017)

Objektif
Subjektif

(tidak ada) 1. Kulit merah


2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

3) Nutrisi kurang dari kebutuhan


Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Penyebab: ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi.
Gejala dan tanda mayor pada gangguan pemenuhan nutrisi
menurut SDKI (2017)
Subjektif Objektif
(tidak ada 1. Berat badan menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor dari gangguan pemenuhan nutrisi


menurut menurut SDKI (2017)

Objektif
Subjektif

1. Nafsu maka menurun 1. Bising usus hiperaktif


2. Kram/nyeri abdomen 2. Membran mukosa pucat
3. Serum albumin turun

4) Gangguan keseimbangan cairan


Definisi: merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat
masukan yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kekurangan cairan
eksterna terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Tanda dan gejala klinik yang
mungkin didapatkan pada klien hipovolemia antara lain: pusing,
kelemahan, keletihan, anoreksia, mual muntah, rasa haus, kekacauan
mental, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan darah, HR meningkat,
suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa
mulut kering.
5) Aktual Infeksi
Kondisi infeksi disebabkan oleh adanya serangan dan
perkembangbiakan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit yang
pada dasarnya tidak berasal dari dalam tubuh.
6) Konstipasi
Definisi: penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
sulit dan tidak tuntas serta kering dan banyak. Penyebab: penurunan
mortilitas gastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan
asupan cairan.
Gejala dan tanda mayor konstipasi menurut SDKI (2017)
Subjektif Objektif
1. Defekasi kurang dari 2 kali 1. Feses keras
semiggu 2. Peristaltik usus menurun
2. Pengeluaran feses lama dan sulit

Gejala dan tanda minor dari konstipasi menurut SDKI (2017)


Objektif
Subjektif

1. Mengejan saat defekasi 1. Distensi abdomen


2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal
b. Post Operasi
1) Nyeri akut
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki
awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi (ringan sampai
berat) serta berlangsung singkat dan menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Penyebab dari nyeri akut:
- Agen cedera fisiologis. Misalnya: inflamasi, iskemia,
neoplasma
- Agen cedera kimiawi. Misalnya terbakar, bahan kimia iritan
- Agen cedera fisik. Misalnya: abses, amputasi, prsedur operasi,
trauma, terpotong
Klasifikasi nyeri:
- Akut: karena peradangan mendadak dilokasi satu tempat
- Perforasi: sudah gangren
- Rekurent: serangan nyeri berulang
- Kronik: nyeri lebih dari 3 bulan, nyeri dirasakan berulang
Gejala dan tanda mayor dari nyeri akut menurut SDKI (2017)

Subjektif Objektif
2. Mengeluh nyeri 6. Tampak meringis
7. Bersikap protektif (misalnya: waspada,
posisi menghindari nyeri)
8. Gelisah
9. Frekuensi nadi meningkat
10. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor dari nyeri akut menurut SDKI (2017)

Objektif
Subjektif

(tidak ada) 8. Tekanan darah meningkat


9. Pola nafas berubah
10. Nafsu makan berubah
11. Menarik diri
12. Berfokus pada diri sendiri
13. Proses berpikir terganggu
14. Diaforesis

2) Risiko infeksi
Merupakan kondisi dimana berisiko mengaami peningkatan
terserang organisme patogenik. Faktor risiko: efek prosedur invasif,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (peranan hemoglobin,
imunosupresi, leukopenia, supresi respo inflamasi)
III. Brainstorming
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2010).
IV. Menganalisis Masalah
1. Pre operasi
a. Nyeri akut
Adanya obstruksi pada lumen terjadi Penekanan pembuluh darah
lumen dan terjadi kematian sel kerusakan jaringan dan terjadi
Inflamasi pada apendik yang menyebabkan adanya respon
peradangan pada tubuh sehingga tubuh melepaskan mediator nyeri
(Bradikinin histamin, prostaglandin, serotonin) ke medulla spinalis
dan di persepsikan ke korteks serebri sehingga terjadi nyeri
b. Hipertermia
Apendik yang sudah mengalami perforasi menyebabkan cairan di
dalam nya menyebar dan membuat perlengketan pada organ
disekitarnya sehingga tubuh akan berespon melakukan kompensasi
dan terjadi peningkatan leukosit juga peningkatan suhu tubuh.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
Digesti adalah proses pemecahan makanan menjadi molekul yang
mudah diserap tubuh. Absorbsi adalah proses penyerapan
zat makanan ke dalam tubuh. Pada kasus apendik yang sudah terjadi
perforasi terdapat gangguan pada proses absorpsi sehingga menjadi
gangguan nutrisi. Karena usus terjadi bocor, sehingga pasien di
puasakan dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mealui makan per
enteral.
d. Ketidakseimbangan cairan dalam tubuh
Kehilangan cairan, dehidrasi. Kehilangan cairan karena tidak ada
absorpsi sehingga harus segrea dilakukan pemasangan NGT untuk
menghindari riisko aspirasi. Dan pemasangan infus untuk memenuhi
kebutuhan cairan yang kurang dalam tubuh. Kolaborasi pemberian
cairan per enteral.
e. Konstipasi
karena tidak ada peristaltik sudah ada perforasi, maka makan minum
akan dimuntahkan kembali karena tidak akan dicerna oleh tubuh
karena usus sedang bermasalah
f. Aktual infeksi
sudah perforasi dengan adanya tanda-tanda perforasi sehingga
itervensi puasakan, pasang iv chateter, pasang NGT, kolaborasi
dilakuakn pembedahan apendiktomi per laparatomi, kolaborasi
pemberian antibiotik
2. Post operasi
a. Nyeri akut
Inflamasi apendik yang terjadi mempuat apendiksitis sehingga
memerlukan tindakan pembedahan berupa laparatomi. Laparatomi
menyebabkan adanya insisi operasi yang membuat tubuh
merangsang mediator nyeri (Bradikinin histamin, prostaglandin,
serotonin) yang dikim ke medulla spinalis, korteks serebri dan nyeri
di persepsikan
b. Risiko infeksi
Adanya tindakan pembedahan yang dilakuakan yaitu laparatomi
membuat adanya luka operasi sehingga menimbulkan adanya
pemajanan mikroorganisme dari luar tubuh yang akan membuat
terjadinya risiko infeksi.
V. Formulating Learning Issue
1. Intervensi dan implementasi apa saja yang harus dilakukan pada setiap
masalah yang ditemukan pada pasien dengan perforasi apendik?
a. Nyeri akut
b. Hipertermi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Ketidakseimbangan cairan dalm tubuh
e. Konstipasi
f. Risiko infeksi
VI. Mencari Refensi
Dalam melakukan tindakan keperawatan atau mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada perforasi apendik
dengan membuat dokumentasi asuhan keperawatan berupa asuhan keperawatan dengan berpedoman pada NANDA, NIC,NOC
atau SDKI Keperawatan.
Pre Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut NOC: Manajemen Nyeri - Menghilangkan tegangan abdomen 
berhubungan dengan Tingkat nyeri - Pertahankan istirahat dengan  yang bertambah denmemberikan
agen injuri biologi Setelah dilakukan asuhan keperawatan, posisi semi fowler kenyamanan
(distensi jaringan diharapkan nyeri klien berkurang dengan - Dorong ambulasi dini.
- Deteksi dini terhadap perkembangan 
intestinal oleh kriteria hasil: - Ajarkan tehnik manajeme
nyeri dengan nafas dalam, kesehatan pasien.
inflamasi) - Klien mampu mengontrol nyeri (tahu distraksi - Tehnik mengalihkan nyeri yang
penyebab nyeri, mampu - Kaji skala nyeri dirasakan
menggunakan tehnik nonfarmakologi lokasi, karakteristik dan - Berguna dalam pengawasan dan 
untuk mengurangi nyeri, mencari
laporkan perubahan nyeri den keefesien obat, kemajuan
bantuan)
gan  tepat. penyembuhan,perubahan dan 
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
- Monitor tanda-tanda vital karakteristik nyeri.
dengan menggunakan manajemen
- Kolaborasi tim dokter
nyeri - Mengetahui keadaan umum klien dan
dalam pemberian analgetiik.
- Tanda vital dalam rentang normal : dapat menentukan tindaka selanjutnya.
- Menghilangkan nyeri.
TD (systole 110-130mmHg, diastole
70-90mmHg), HR(60-100x/menit),
RR (16-24x/menit), suhu (36,5-
37,50C)
- Klien tampak rileks mampu
tidur/istirahat
2. Perubahan pola NOC: Manajemen konstipasi - Membantu dalam pembentukan jadwal
eliminasi Eliminasi fekal - Pastikan kebiasaan irigasi efektif
(konstipasi) Setelah dilakukan asuhan keperawatan, defekasi klien dan gaya hidup - Kembalinya fungsi gastriintestinal
berhubungan dengan diharapkan konstipasi klien teratasi sebelumnya. mungkin terlambat oleh inflamasi intra
penurunan peritaltik. dengan kriteria hasil: - Auskultasi bising usus peritonial
- BAB 1-2 kali/hari - Tinjau ulang pola diet dan - Masukan adekuat dan serat, makanan
- Feses lunak jumlah / tipe masukan cairan. kasar memberikan bentuk dan cairan
- Bising usus 6-8 kali/menit - Berikan makanan tinggi serat. adalah faktor penting dalam menentukan
- Kolaborasi dalam pemberian konsistensi feses.
obat sesuai indikasi, contoh : - Makanan yang tinggi serat dapat
pelunak feses memperlancar pencernaan sehingga tidak
terjadi konstipasi.
- Obat pelunak feses dapat melunakkan
feses sehingga tidak terjadi konstipasi.

3. Hipertermi NOC: NIC : - Untuk mengatasi atau menurukan suhu


Thermoregulasi  Berikan antipiretik badan lebih dari normal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Berikan cairan intravena - Menghindari kehilangan air natrium
selama………..pasien menunjukkan :  Kompres pasien pada lipat klorida dan kalium yang berlebih
Suhu tubuh dalam batas normal dengan paha dan aksila - Menurunkan demam
kreiteria hasil:  Monitor warna dan suhu - Suhu >38 °C menujukka proses infeksi
 Suhu  36 – 37C kulit - Peningkatan denyut nadi, penurunan
 Nadi dan RR dalam rentang  Monitor tekanan darah, tekanan darah dapat mengindikasikan
normal nadi dan RR hipovolemia yang mengarah pada
 Tidak ada perubahan warna kulit  Tungkatkan sirkulasi udara penurunan perfusi jaringan
dan tidak ada pusing, merasa nyaman - Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah
untuk mempertahankan suhu mendekati
normal
4. Ketidakseimbangan NOC: 1. Pertahankan terapi IV line 1. Memuhi kebutuhn cairan dalam tubuh
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: 2. Monitor adanya penurunan 2. Penurunan berat bada terjadi karena nutrisi
kebutuhan Adequacy of nutrient BB dan gula darah yang masuk tidak diserna oleh tubuh
b. Nutritional Status : food 3. Monitor turgor kulit menjadi energi sehingga dapat dilihat dari
turgor kulit adanya kekurangan cairan atau
and Fluid Intake 4. Monitor kekeringan, rambut
tidak.
c. Weight Control kusam, total protein, Hb dan 3. Mual muntah dapat terjadi karena respon
Setelah dilakukan tindakan kadar Ht dari penyakit.
keperawatan selama….nutrisi kurang 5. Monitor mual dan muntah 4. Gejala yang menyertai akumulasi toksin
teratasi dengan indikator: 6. Monitor pucat, kemerahan, endogen yang dapat mengubah/
 Albumin serum dan kekeringan jaringan menurunkan pemasukan.
konjungtiva 5. Porsi lebih kecil lebih dapat meningkatkan
 Pre albumin serum
masukan makanan.
 Hematokrit 7. Monitor intake nuntrisi
6. Untuk dapat menilai berapa banyak asupa
 Hemoglobin 8. Kolaborasi dengan dokter protein, kalori dan karbohidrat yang
 Total iron binding capacity tentang kebutuhan suplemen diperlukan dan yang sudah dikonsumsi.
 Jumlah limfosit makanan seperti NGT/ TPN 7. Menjaga keseimbangan lambung dan
sehingga intake cairan yang mencegah terjadinya peningkatan asam
adekuat dapat dipertahankan. lambung.
9. Kelola pemberan anti emetik:. 8. Mengetahui kebutuhan nutrisi untuk tubuh
dapat mencegah terjadinya kekurangan
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi
untuk menentukan jumlah 9. Mengtasi mual muntah
kalori dan nutrisi yang 10. Memberikan nutrisi yang tepat bagi
dibutuhkan pasien pasien.

5. Defisit Volume NOC: NIC : - Pemberian cairan iv sgat penting bagi


Cairan  Fluid balance  Berikan cairan perenteral klien yang mengalami defiist cairan
Berhubungan dengan  Hydration  Monitor status hidrasi untuk memenuhi kebutuhan cairan
Kegagalan  Nutritional Status : Food and ( kelembaban membran klien.
mekanisme Fluid Intake mukosa, nadi adekuat, tekanan - Mengetahui tingkat kekurangan cairan
pengaturan Setelah dilakukan tindakan darah ortostatik ), jika - Menggetahui nilai elektolyte klien
keperawatan selama….. defisit diperlukan dalam tubuh.
volume cairan teratasi dengan  Monitor hasil lab yang - Mengetahui keadaan umum klien
kriteria hasil: sesuai dengan retensi cairan - Memenuhi kebutuhan cairan dalam
1. Mempertahankan urine output (BUN , Hmt , osmolalitas tubuh
sesuai dengan usia dan BB, BJ urin, albumin, total protein ) - Mengetahui keseimbangan cairan pada
urine normal,  Monitor vital sign setiap tubuh.
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh 15menit – 1 jam
dalam batas normal  Berikan penggantian
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, nasogatrik sesuai output (50 –
Elastisitas turgor kulit baik, 100cc/jam)
membran mukosa lembab, tidak  Monitor intake dan urin
ada rasa haus yang berlebihan output setiap 8 jam
4. Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
5. Jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal
6. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
normal
7. pH urin dalam batas normal
8. Intake oral dan intravena adekuat

Post Operasi
DIAGNOSA 
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri NOC: Manajemen Nyeri - Berguna dalam pengawasan dan 
berhubungan  Tingkat nyeri - Kaji skala nyeri keefesien obat, kemajuan
dengan agen Setelah dilakukan asuhan kepe lokasi, karakteristik dan penyembuhan,perubahan dan 
injuri rawatan,  diharapkan nyeri laporkan perubahan nyeri dengan  karakteristik nyeri.
fisik (luka ins berkurang tepat. - Tehnik mengalihkan nyeri yang
isi post  dengan kriteria hasil: - Ajarkan tehnik manajeme nyeri dirasakan
operasi appen - Melaporkan nyeri berkurang dengan nafas dalam, distraksi - Menghilangkan tegangan abdomen yan
ditomi). - Klien tampak rileks - Pertahankan istirahat dengan posis g bertambah dan mmeberikan
- Dapat tidur dengan tepat i semi pfowler/fowler. kenyamanan pada pasien
- Tanda-tanda vital dalam batas no - Dorong ambulasi dini. - Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
rmal: - Monitor tanda-tanda vital - Deteksi dini terhadap perkembangan 
TD (systole 110-130mmHg, - Kolaborasi tim dokter kesehatan pasien.
diastole 70-90mmHg), HR(60- dalam pemberian analgetika. - Menghilangkan nyeri.
100x/menit), RR (16-24x/menit),
suhu (36,5-37,50C)
2. Resiko NOC :
infeksi berhu - Knowledge : Infection control NIC :
bungan - Risk control Infection Control (Kontrol 1. Menghindari infeksi dari luar.
dengan tinda Kriteria Hasil : infeksi) 2. Mencegah terjadi infeksi nasokomial
kan invasif (i - Instruksikan pada pengunjung untuk 3. Mencegah penyebaran kuman dan bakteri
nsisi - Klien bebas dari tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan 4. Mempercepat penyembuhan luka dengan
post pembeda infeksi setelah berkunjung meninggalkan pertumbuhan jaringan baru dan nutrisi yang
han). - Menunjukkan kemampuan untuk pasien adekuat
mencegah timbulnya infeksi - Cuci tangan setiap sebelum dan 5. Mencegah terjadinya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal sesudah tindakan keperawatan 6. Meningkatkan pengetahuan klien tentang
- Menunjukkan perilaku hidup sehat - Gunakan baju, sarung tangan sebagai infeksi
alat pelindung 7. Meningkatkan pengetahuan klien dengan
- Pertahankan lingkungan aseptik menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi
- Tingkatkan intake nutrisi infeksi nasokomial
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Edukasi:
 Jelaskan tanda gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai