Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
POLITEKNIKKESEHATANKEMENKESBANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESINERS
2021
SkenarioTutorial in Clinic (TIC) 3
Immunologi
Rapid Atigen Negatif Negatif Negatif
COVID-19
Prosedur operasi:
Tindakan medis yang sudah dilakukan: laparatomi
Tindakan dilakukan pada hari senin, 27 september 2021 dengan jenis anestesi
general. Masuk OK: pukul 05.00
Mulai anestesi pukul 05.15
Mulai insisi pukul 05.30
Akhir anestesi pukul: 06.15
Akhir operasi pukul: 06.00
Total waktu operasi: 1 jam 50 menit
Posisi pasien selama operasi: terlentang. Apendik yang diambil bertentuk
memanjang ±8 cm dengan bagian ujung sudah berwarna hitam. Posisi pasien
terlentang saat operasi. Insisi garis tengah sampai peritonium, saat peritonium
terbuka, usus terdapat pus lalu eksplorasi cairan abdomen. Ditemukan apendik
melekat dengan jaringan sekitarnya dengan perforasi pada bagian tengah.
Perlengketan dibebaskan dan dilakukan apendiktomi lalu cuci rongga abdomen,
ditutup dengan memasang kantung drain.
Saat Dikaji tanggal 28 September 2021 pukul 10.00, Pasien sudah operasi usus
buntu pada hari Senin 27 September 2021 pukul 06.30 dengan tindakan
laparatomi. Pasien masih merasa nyeri pada daerah yang sudah di operasi. Nyeri
dirasakan seperti disayat-sayat, nyeri dirasakan pada daerah perut saja dengan
skala 4 dari (1-10). Nyeri dirasakan saat merubah posisi tidur dan saat berjalan ke
kamar mandi. Nyeri berkurang saat di istirahatkan, nyeri dirasakan hilang timbul
dan tidak menentu. Pasien tampak meringis saat akan merubah posisi tidur.
Tampak ada luka operasi pada perut bagian bawah dengan bentuk luka vertikal
dengan panjang luka 13±cm dan 9 jahitan. Pasien terpasang drain pada perut
sebelah kanan. Drain keluar cairan berwarna merah segar dengan jumlah 30cc.
Drain d lepas POD 3 sudah tidak mengeluarkan cairan. Dilakukan perawatan luka
POD ke-2.
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (misalnya: waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor dari nyeri akut menurut SDKI (2017)
Objektif
Subjektif
2) Hipertermia
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang
normal. Penyebab dari hipertemia: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
proses penyakit (misalnya: kanker, infeksi), peningkatan laju
metabolisme.
Gejala dan tanda mayor pada hipertemia menurut SDKI (2017)
Subjektif Objektif
(tidak ada 1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Objektif
Subjektif
Objektif
Subjektif
Subjektif Objektif
2. Mengeluh nyeri 6. Tampak meringis
7. Bersikap protektif (misalnya: waspada,
posisi menghindari nyeri)
8. Gelisah
9. Frekuensi nadi meningkat
10. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor dari nyeri akut menurut SDKI (2017)
Objektif
Subjektif
2) Risiko infeksi
Merupakan kondisi dimana berisiko mengaami peningkatan
terserang organisme patogenik. Faktor risiko: efek prosedur invasif,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (peranan hemoglobin,
imunosupresi, leukopenia, supresi respo inflamasi)
III. Brainstorming
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2010).
IV. Menganalisis Masalah
1. Pre operasi
a. Nyeri akut
Adanya obstruksi pada lumen terjadi Penekanan pembuluh darah
lumen dan terjadi kematian sel kerusakan jaringan dan terjadi
Inflamasi pada apendik yang menyebabkan adanya respon
peradangan pada tubuh sehingga tubuh melepaskan mediator nyeri
(Bradikinin histamin, prostaglandin, serotonin) ke medulla spinalis
dan di persepsikan ke korteks serebri sehingga terjadi nyeri
b. Hipertermia
Apendik yang sudah mengalami perforasi menyebabkan cairan di
dalam nya menyebar dan membuat perlengketan pada organ
disekitarnya sehingga tubuh akan berespon melakukan kompensasi
dan terjadi peningkatan leukosit juga peningkatan suhu tubuh.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
Digesti adalah proses pemecahan makanan menjadi molekul yang
mudah diserap tubuh. Absorbsi adalah proses penyerapan
zat makanan ke dalam tubuh. Pada kasus apendik yang sudah terjadi
perforasi terdapat gangguan pada proses absorpsi sehingga menjadi
gangguan nutrisi. Karena usus terjadi bocor, sehingga pasien di
puasakan dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mealui makan per
enteral.
d. Ketidakseimbangan cairan dalam tubuh
Kehilangan cairan, dehidrasi. Kehilangan cairan karena tidak ada
absorpsi sehingga harus segrea dilakukan pemasangan NGT untuk
menghindari riisko aspirasi. Dan pemasangan infus untuk memenuhi
kebutuhan cairan yang kurang dalam tubuh. Kolaborasi pemberian
cairan per enteral.
e. Konstipasi
karena tidak ada peristaltik sudah ada perforasi, maka makan minum
akan dimuntahkan kembali karena tidak akan dicerna oleh tubuh
karena usus sedang bermasalah
f. Aktual infeksi
sudah perforasi dengan adanya tanda-tanda perforasi sehingga
itervensi puasakan, pasang iv chateter, pasang NGT, kolaborasi
dilakuakn pembedahan apendiktomi per laparatomi, kolaborasi
pemberian antibiotik
2. Post operasi
a. Nyeri akut
Inflamasi apendik yang terjadi mempuat apendiksitis sehingga
memerlukan tindakan pembedahan berupa laparatomi. Laparatomi
menyebabkan adanya insisi operasi yang membuat tubuh
merangsang mediator nyeri (Bradikinin histamin, prostaglandin,
serotonin) yang dikim ke medulla spinalis, korteks serebri dan nyeri
di persepsikan
b. Risiko infeksi
Adanya tindakan pembedahan yang dilakuakan yaitu laparatomi
membuat adanya luka operasi sehingga menimbulkan adanya
pemajanan mikroorganisme dari luar tubuh yang akan membuat
terjadinya risiko infeksi.
V. Formulating Learning Issue
1. Intervensi dan implementasi apa saja yang harus dilakukan pada setiap
masalah yang ditemukan pada pasien dengan perforasi apendik?
a. Nyeri akut
b. Hipertermi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Ketidakseimbangan cairan dalm tubuh
e. Konstipasi
f. Risiko infeksi
VI. Mencari Refensi
Dalam melakukan tindakan keperawatan atau mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada perforasi apendik
dengan membuat dokumentasi asuhan keperawatan berupa asuhan keperawatan dengan berpedoman pada NANDA, NIC,NOC
atau SDKI Keperawatan.
Pre Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut NOC: Manajemen Nyeri - Menghilangkan tegangan abdomen
berhubungan dengan Tingkat nyeri - Pertahankan istirahat dengan yang bertambah denmemberikan
agen injuri biologi Setelah dilakukan asuhan keperawatan, posisi semi fowler kenyamanan
(distensi jaringan diharapkan nyeri klien berkurang dengan - Dorong ambulasi dini.
- Deteksi dini terhadap perkembangan
intestinal oleh kriteria hasil: - Ajarkan tehnik manajeme
nyeri dengan nafas dalam, kesehatan pasien.
inflamasi) - Klien mampu mengontrol nyeri (tahu distraksi - Tehnik mengalihkan nyeri yang
penyebab nyeri, mampu - Kaji skala nyeri dirasakan
menggunakan tehnik nonfarmakologi lokasi, karakteristik dan - Berguna dalam pengawasan dan
untuk mengurangi nyeri, mencari
laporkan perubahan nyeri den keefesien obat, kemajuan
bantuan)
gan tepat. penyembuhan,perubahan dan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
- Monitor tanda-tanda vital karakteristik nyeri.
dengan menggunakan manajemen
- Kolaborasi tim dokter
nyeri - Mengetahui keadaan umum klien dan
dalam pemberian analgetiik.
- Tanda vital dalam rentang normal : dapat menentukan tindaka selanjutnya.
- Menghilangkan nyeri.
TD (systole 110-130mmHg, diastole
70-90mmHg), HR(60-100x/menit),
RR (16-24x/menit), suhu (36,5-
37,50C)
- Klien tampak rileks mampu
tidur/istirahat
2. Perubahan pola NOC: Manajemen konstipasi - Membantu dalam pembentukan jadwal
eliminasi Eliminasi fekal - Pastikan kebiasaan irigasi efektif
(konstipasi) Setelah dilakukan asuhan keperawatan, defekasi klien dan gaya hidup - Kembalinya fungsi gastriintestinal
berhubungan dengan diharapkan konstipasi klien teratasi sebelumnya. mungkin terlambat oleh inflamasi intra
penurunan peritaltik. dengan kriteria hasil: - Auskultasi bising usus peritonial
- BAB 1-2 kali/hari - Tinjau ulang pola diet dan - Masukan adekuat dan serat, makanan
- Feses lunak jumlah / tipe masukan cairan. kasar memberikan bentuk dan cairan
- Bising usus 6-8 kali/menit - Berikan makanan tinggi serat. adalah faktor penting dalam menentukan
- Kolaborasi dalam pemberian konsistensi feses.
obat sesuai indikasi, contoh : - Makanan yang tinggi serat dapat
pelunak feses memperlancar pencernaan sehingga tidak
terjadi konstipasi.
- Obat pelunak feses dapat melunakkan
feses sehingga tidak terjadi konstipasi.
Post Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri NOC: Manajemen Nyeri - Berguna dalam pengawasan dan
berhubungan Tingkat nyeri - Kaji skala nyeri keefesien obat, kemajuan
dengan agen Setelah dilakukan asuhan kepe lokasi, karakteristik dan penyembuhan,perubahan dan
injuri rawatan, diharapkan nyeri laporkan perubahan nyeri dengan karakteristik nyeri.
fisik (luka ins berkurang tepat. - Tehnik mengalihkan nyeri yang
isi post dengan kriteria hasil: - Ajarkan tehnik manajeme nyeri dirasakan
operasi appen - Melaporkan nyeri berkurang dengan nafas dalam, distraksi - Menghilangkan tegangan abdomen yan
ditomi). - Klien tampak rileks - Pertahankan istirahat dengan posis g bertambah dan mmeberikan
- Dapat tidur dengan tepat i semi pfowler/fowler. kenyamanan pada pasien
- Tanda-tanda vital dalam batas no - Dorong ambulasi dini. - Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
rmal: - Monitor tanda-tanda vital - Deteksi dini terhadap perkembangan
TD (systole 110-130mmHg, - Kolaborasi tim dokter kesehatan pasien.
diastole 70-90mmHg), HR(60- dalam pemberian analgetika. - Menghilangkan nyeri.
100x/menit), RR (16-24x/menit),
suhu (36,5-37,50C)
2. Resiko NOC :
infeksi berhu - Knowledge : Infection control NIC :
bungan - Risk control Infection Control (Kontrol 1. Menghindari infeksi dari luar.
dengan tinda Kriteria Hasil : infeksi) 2. Mencegah terjadi infeksi nasokomial
kan invasif (i - Instruksikan pada pengunjung untuk 3. Mencegah penyebaran kuman dan bakteri
nsisi - Klien bebas dari tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan 4. Mempercepat penyembuhan luka dengan
post pembeda infeksi setelah berkunjung meninggalkan pertumbuhan jaringan baru dan nutrisi yang
han). - Menunjukkan kemampuan untuk pasien adekuat
mencegah timbulnya infeksi - Cuci tangan setiap sebelum dan 5. Mencegah terjadinya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal sesudah tindakan keperawatan 6. Meningkatkan pengetahuan klien tentang
- Menunjukkan perilaku hidup sehat - Gunakan baju, sarung tangan sebagai infeksi
alat pelindung 7. Meningkatkan pengetahuan klien dengan
- Pertahankan lingkungan aseptik menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi
- Tingkatkan intake nutrisi infeksi nasokomial
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Edukasi:
Jelaskan tanda gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan