Disusun oleh :
RISTINANDARI
NIM. 20400011
Mengetahui, Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.”Y”
Umur/Jenis Kelamin : 41 tahun
Alamat : Kaliagung, Sentolo
No. RM : 389xxx
Diagnosa Medis : CKD Stadium V on Hemodialisa
Tanggal Masuk RS : 4-3-2021
Tanggal Pengkajian : 4-3-2021
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Pasien mengatakan sering merasa mual
Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengeluh mual dan ingin muntah, tidak
berminat makan
Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien sudah menjalani hemodialisa sejak bulan
oktober 2010 karena hipertensi yang tidak
terkontrol
Tanda- tanda vital : TD : 180/100 mmHg S : 36,50C
RR : 20 x/mnt N :80 x/mnt
C. Pemeriksaan Fisik (Fokus) :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pasien tampak pucat, saliva
meningkat.
Suhu : 36,50C
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Hb : 8,0 gr%
D. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 11-2-2021 )
Hb : 8,0 gr%
Hmt : 24,2 %
AL : 4920
AT : 157000
MCV : 84,9%
MCH : 28,2 %
E. Terapi (Tanggal 1-3-2021)
Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Lasix 1x1 tablet
Amlodipin 1 x 10 mg
Valsartan 1 x 160 mg
Asam folat 3 x 1 mg
Ca Co3 3 x 1 tablet
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN (CASE PROGRESS)
(Digunakan untuk Ruang Poli/ DOPS/ Pendidikan Kesehatan)
A. PENGERTIAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit.
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan teknik steril.
Injeksi subcutan merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan
obat ke dalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan spuit. Injeksi subkutan
diberikan dengan menusuk area dibawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak
dibawah dermis. Injeksi tidak diberikan pada area yang nyeri, merah, pruitis atau
edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka injeksi perlu
direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang
lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik,
insulin, dan heparin.
Pemberian obat melalui subcutan ini pada umumnya dilakukan dalam
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih
atau juga dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular) dan larutan
yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi
obat atau juga termasuk tipe lambat.
Subkutan atau dibawah kulit (SC) yaitu disuntikan kedalam tubuh melalui
bagian yang sedikit lemaknya dan masuk kedalam jaringan dibawah kulit ; volume
yang di berikan tidak lebih dari 1 ml (Wagiran, 2015).
B. TUJUAN INJEKSI
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcutan di bawah
kulit untuk di absorbsi. Selain itu alasan kenapa injeksi subcutan ini di pilih adalah
karena dengan penggunaan injeksi ini maka obat dapat menyebar dan diserap secara
perlahan-lahan. Beberapa contohnya adalah injeksi pada vaksin, uji tiberculin dan di
lakukan dalam program pemberian insulin yang di gunakan untuk mengontrol kadar
gula darah.
C. TEMPAT INJEKSI SUBCUTAN
Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim
adalah pada lengan atas bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang lazim
digunakan adalah perut, area scapula, ventrogluteal dan dorsogluteal. Berikut ini
merupakan posisi pasien yang diberikan injeksi subcutan :
1. Lengan : klien duduk atau bediri
2. Abdomen : klien duduk atau terlentang
3. Tungkai : klien duduk dikursi atau tempat tidur
4. Daerah abdomen
5. Area scapula pada punggung atas
6. Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
Area injeksi subcutan perlu dirotasi secara regular untuk meminimalkan
kerusakan jaringan, membantu absorpsi, dan menghindari ketidaknyamanan.
Terutama penting untuk klien yang harus menerima injeksi berulang, seperti
penyandang diabetes. Karena insulin diabsorpsi dengan kecepatan berbeda pada
bagian tubuh yang berbeda, kadar glukosa klien diabetes dapat bervariasi ketika
beragam area digunakan. Insulin diabsorpsi lebih cepat ketika diinjeksikan di
abdomen kemudian ke lengan dan lebih lambat ketika diinjeksikan ke paha dan
bokong.
D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
1. Indikasi :
a. bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar,
b. tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral,
c. tidak alergi.
d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian
atas.
2. Kontra Indikasi :
a. luka,
b. berbulu,
c. alergi,
d. infeksi kulit
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, & lamanya tindakan pada klien /
keluarga & mencari area penyuntikan
3. Berikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Jaga privasi klien
Tahap kerja
1. Menyiapkan daerah penyuntikan
2. Memasang pengalas di bawah area penyuntikan
3. Melakukan palpasi kulit
4. Membersihkan area penyuntikan dengan kapas alkohol & biarkan
kering, gerakkan melingkar dari pusat ke tepi, pegang kapas dengan
jari lain / letakkan pada kulit pasien.
5. Melepaskan tutup jarum, letakkan di tempat yang aman
6. Dengan teknik seperti mencubit area penyuntikan agar jarum
PROSEDUR tepat di subkutan
7. Memasukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut 45 derajad,
8. Melakukan aspirasi & observasi darah dalam spuit
9. Memasukkan obat pelan – pelan
10. Menarik jarum & jangan lakukan masase
11. Menutup jarum & membuangnya ke dalam bengkok, mengambil
pengalas
12. Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman.
Tahap terminasi
1. Evaluasi reaksi klien
2. Akhiri kegiatan
3. Cuci tangan
4. Dokumentasi (waktu, tempat, keadaan luka, teknik penjahitan yang
dilakukan, respon klien)
UNIT TERKAIT IGD, Ruang Rawat Inap, Poliklinik
DAFTAR PUSTAKA
https://www.perawatkitasatu.com/2019/06/injeksi-subkutan-sc-definisi-tujuan.html
diakses pada tanggal 4 Maret 2021
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI