Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN DURANTE ANESTESI PADA TINDAKAN

EKSTRAKSI GIGI MULTIPLE


DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA

OLEH :

TANTI DWI CAHYANI


NIM : 132011263001

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2021
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

No. RM : 12875613
Diagnosa Medis : Multiple peridonsitis kronis dengan gangrene gigi,ASD secundum pro
ekstraksi gigi dengan general anestesi.
Tanggal Pengkajian: 14 Januari 2022 Jam Pengkajian: 08.00 WIB

I. IDENTITAS :
1. Nama Pasien : Ny Apoen
2. Umur : 52 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Wonosari III/243 C Surabaya
8. Sumber Biaya : BPJS kls 1

PENGKAJIAN :
1. KELUHAN UTAMA : -
2. EVALUASI PRA INDUKSI : Puasa ( makan terakhir 23.00 ) minum terakhir
05 00

3. TEHNIK ANESTESI : Klien di anestesi general dan intubasi dengan ett


nonking no 6,5 , cuff 10 cc , upaya 1 kali intubasi ,di fixasi 24 , pasang
tampon . Maintenance dengan obat inhalasi 02, Sevorane dan n20 . mulai
induksi jam 08.25 WIB

4. POSISI OPERASIN : SUPINE

5. PEMERIKSAAN FISIK:

a) B1: Terpasang ett nonking 6.5 cuff 10 cc, terpasang tampon


mulut ,jalan nafas klien bebas ,Inspeksi pergerakan dinding dada
Simetris,Auskultasi dada Suara nafas bersih ,Feel:hembusan nafas
hangat tidak ada retraksi , Frekuensi napas 20 x/ menit, tidak ada
penggunaan otot bantu nafas (otot sternokleidomastoideus) , Perkusi
dada: sonor (normal) saturasi o2 100 % . ett tersambung dengan mesin
anestesi , sisitem tertutup dengan obat inhalasi isofurane , n20 dan
oksigen , saturasi o2 98%
b) B2:Circulation,Sistem Peredaran Darah Inspeksi: CRT (Capillary
Refill Time) < 3 detik,tidak ada sianosis (warna kebiruan) di sekitar
bibir klien, konjungtiva tidak anemis berwarna merah muda,Palpasi:
akral hangat, kering, merah, frekuensi nadi 80 x/ menit,inspeksi:
Icterus Cordis tidak nampak , suhu 36,4
palpasi: Icterus Cordis tidak teraba, thrill di apex perkusi: Batas jantung sulit
dievaluasi auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, terdapat
bising sistolik di grade III/VI para mediana II linea para steralis sinistra

c) B3: Neurologi tingkat kesadaran klien secara kwantitatif 1 ett 1,


Pemeriksaan Reflek: tdk terkaji
Pemeriksaan Nervus:tidak terkaji
d) B4 (Bladder) Sistem Perkemihan Inspeksi: integritas kulit alat kelamin
normalnya warna merah muda. Palpasi: Tidak ada distensi kandung
kemih,tidak ada distensi kandung kemih Masalah keperawatan: tidak
ada
e) B5 (Bowel) bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen,
tidak accites, tidak ada muntah, Auskultasi: peristaltik usus Normal 22
x/menit
f) B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen Inspeksi: warna
kulit kuning , pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot penuh, tidak
ada fraktur, tidak ada lesi Palpasi: turgor kulit turun ,Suhu 36 drajat C ,
tidak ada cyanosis . terpasang iv line dengan cairan d10 dengan
microset

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hb : 12,5 g/dl ;
lekosit 22.320 10^µl ;
Eritrosit :4,8^6/µl ;
Hematokrit :45,3 % ;
Trombosit 153 10^3/µl ;
GDA 230 ,
2JPP : 140
BUN: 15,0 mg/dl ;
Kreatinin 0,37

Thorak Photo:11 Januari 2022 cardio dan pulmo tak tampak kelainan
7. Status Fisik ASA I
8. LAMA OPERASI : 08 25 – 10 45
9. OBAT OBAT DURANTE ANESTESI
a. jam 08 25 Fortanest 2 mg iv
b. jam 08 26 Fentanyl 50 mcg iv
c. jam 08 27 Propofol 50 mg iv
d. jam 08 28 Tracrium 25 mg iv
e. jam 08 29 Propofol 100 mg iv
f. jam 10 40 ketororac 30 mg iv
g. jam 08 30 Ceftriazon 2 gr drip
WOC KASUS

Etiologi: Bernanah dan


Banyak Gigi Multiple gangren
lubang dan sakit Peridonitis
kronis

Tindakan Direncanakan
operasi Tindakan general
ekstraksi gigi anestesi dengan
multiple intubasi

Resiko infeksi
D.0142) Resiko Resiko aspirasi Resiko
perdarahan D.0006 hipotermia
D.0012 perioperatif
(D.0141)
II. ANALISA DATA DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek agen farmakologi anetesi d.d Klien
di anestesi general dan intubasi dengan ett nonking no 6,5 , cuff 10 cc , upaya
1 kali intubasi ,di fixasi 24 . Maintenance dengan obat inhalasi 02, Sevorane
dan n20 . mulai induksi jam 08.25 WIB , Sputum berlebihan , saturasi o2 98
2. Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
4. Resiko penurunan tekanan darah bd general anestesi

III.INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL (SLKI & SIKI)

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan


Rencana (Intervensi) Keperawatan
(P-E-S) Kriteria Hasil
I.01011
D.0001 Managemen jalan nafas :
Bersihan jalan nafas Observasi
tidak efektif b.d efek 1.Monitor pola nafas
agen farmakologi L.01001 2.Monitor bunyi nafas
anetesi d.d Klien di Setelah di 3.Monitor sputum ( jumlah , warna, aroma )
anestesi general dan lakukan tindakan
intubasi dengan ett perawatan Terapeutik
nonking no 6,5 , cuff 10 selama 5 menit 1.Pertahankan kepatenan jalan nafas
cc , upaya 1 kali intubasi bersihan jalan ( evaluasi ett secara berkala )
,di fixasi 24 . nafas 2. Posisikan semi fowler
Maintenance dengan meningkat . 3.Lakukan penghisapan lendir secara aktif
obat inhalasi 02, Dengan kreteria 4.lakukan hiperoksigenasi sebelum
Sevorane dan n20 . hasil : penghisapan endotrakeal
mulai induksi jam 08.25 1.sputum 5.Berikan oksigen
WIB , Sputum menurun 6.Lakukan aff tampon mulut bila operasi
berlebihan , saturasi o2 2.pola nafas selasai
80 . membaik
3, saturasi > 95 Kolaborasi
1.Lakukan ekstubasi bila operasi selesai

D.0006 L.01006 I.01018


Resiko aspirasi Setelah di Pencegahan Aspirasi
berhubungan dengan lakukan Observasi
penurunan kesadaran Tindakan 1. Monitor pada pola nafas ( frekwensi,
karena pembiusan keperawatan kedalaman dan usaha nafas )
selama 3 jam 2. Monitor bunyi nafas tambahan
aspirasi tdiak ( misal gurgling, mengi,wheezing, ronchi
terjadi. kering)
3. Monitoring kedalam anaestesi
4.
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head-tilf dan chin-lift

2. Lakukan pemghisapan lendir bila klien


muntah

3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari


15 detik

4 Berikan oksigen

5.Pertahankan pengembangan balon


endotracheal tube ( ETT)

6.Posisikan semi fowler

D.0142 L. I.14539
Resiko infeksi Setelah
berhubungan dengan dilakukan Pencegahan infeksi
efek prosedur infasif tindakan Observasi
keperawatan
selama 3 jam 1. Identifikasi jenis pembedahan
Tidak terjadi
infeksi 2. Identifikasi luka insisi dan keadaan
organ sekitar
3. Identifikasi pemakaian implant
4. Identifikasi suhu ruangan,
kelembaban dan jumlah team
operasi.
Terapeutik
1. Gunakan tehnik steril pada setiap
kegiatan di dalam kamar operasi
2. Cucilah kulit di lokasi insisi operasi
3. Lakukan desinfeksi dan drapping
dengan tehnik steril dan benar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian Antibioka pre
operasi

IV.TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN :


IMPLAMENTASI KEPERAWATAN:
A.Diagnose I
Bersihan jalan nafas tidak efektif
I.01011
Managemen jalan nafas :
Observasi
1.Memonitor pola nafas
2.Memonitor bunyi nafas
3.Memonitor sputum ( jumlah , warna, aroma )

Terapeutik
1.Mempertahankan kepatenan jalan nafas ( evaluasi ett secara berkala )
2. Memposisikan semi fowler
3.Melakukan penghisapan lendir secara aktif
4.Melakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
5.Memberikan oksigen
6.Melakukan aff tampon mulut bila operasi selasai

Kolaborasi
1.Melakukan ekstubasi bila operasi selesai

B.Diagnosa II
Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran karena pembiusan
I.01018
Pencegahan Aspirasi
Observasi
2. Monitor pada pola nafas ( frekwensi, kedalaman dan usaha nafas )
3. Monitor bunyi nafas tambahan ( misal gurgling, mengi,wheezing,
ronchi kering)
4. Monitoring kedalam anaestesi
5.
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilf dan chin-lift

2. Lakukan pemghisapan lendir bila klien muntah

3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

4. Memberikan oksigen

5. Memposisikan semi fowler

6. Mempertahankan pengembangan ETT.


C.Diagnose ke III
Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif

Observasi
1. Mengidentifikasi jenis pembedahan
1. Mengidentifikasi luka insisi dan keadaan organ sekitar
2. Mengidentifikasi pemakaian implant
3. Mengidentifikasi suhu ruangan, kelembaban dan jumlah team operasi.
Terapeutik
1. Mengguunakan tehnik steril pada setiap kegiatan di dalam kamar operasi
2,Menuci kulit di lokasi insisi operasi
3,Melakukan desinfeksi dan drapping dengan tehnik steril dan benar.
Kolaborasi
1.Memberikan antibitika pro filkasis

F. EVALUASI
A.Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif
Subyektif :-

Obyektif : selama operasi pola nafas normal


Selesai operasi sputum menurun

Asesmen :
Tujuan tercapai sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi

B.Diagnosa II Resiko aspirasi


Subyektif : -
Obyektif :
Selama operasi Klien tidak terjadi aspirasi
Asesmen :
Tujuan belum tercapai
Planing :
Lanjutkan Intervensi

B.Diagnosa II Resiko Infeksi


Subyektif : -
Obyektif : gigi sumber infeksi sdh di cabut semua ,nanah sdh bersih , gangrene sdh
hilang
Asesmen :
Tujuan tercapai
Planing :
Stop

Evidane Base Nursing :


Pada penelitian “ Classification tree to screen for the nursing
diagnosis Ineffective airway clearance “ oleh Chaves DBR 2017
menyimpulkan :
“Batuk tidak efektif dan suara nafas tambahan lebih baik
kapasitas prediksi untuk IAC karena mereka tetap ada di pohon klasifikasi
yang dihasilkan. Pohon yang dikembangkan dengan metode pertumbuhan
CHAID memiliki penyesuaian yang sedikit lebih baik daripada metode
lainnya. Metode yang menganalisis variabel dalam kelompok, dengan
penekanan pada alat grafis untuk membantu keputusan diagnostik (pohon
klasifikasi), dapat berkontribusi pada proses inferensi diagnostik yang lebih
cepat dalam praktik klinis. Selain itu, alat ini dapat berguna untuk menyajikan
indikator penting dari diagnosis untuk mahasiswa keperawatan. Pohon
klasifikasi dapat membuat kesimpulan diagnostik dari
IAC lebih akurat. Hasil penelitian ini berguna untuk skrining cepat IAC di
antara anak-anak dengan ISPA, dan identifikasi diagnosis yang benar akan
membantu menerapkan intervensi yang lebih tegas dan mencapai hasil yang
lebih positif.

Referensi:

(Chaves et al., 2018)Chaves, D. B. R. et al. (2018) ‘Classification tree to


screen for the nursing diagnosis Ineffective airway clearance’, Revista
brasileira de enfermagem, 71(5), pp. 2353–2358. doi: 10.1590/0034-7167-
2017-0085.

Anda mungkin juga menyukai