Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organizatio (WHO), berat badan lahir rendah (BBLR)
yaitu berat badan lahir <2.500 gram selalu menjadi masalah kesehatan yang signifikan
secara global. Secara keseluruhan, dari seluruh kelahiran di dunia mengalami BBLR
diperkirakan 15-20% yang mewakili >20 juta kelahiran per tahun. Sebagian besar
kelahiran dengan BBLR terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah dan
terutama terjadi di populasi yang paling rentan (WHO, 2014).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, AKB pada tahun 2019
mencapai 29.322 kematian. Penyebab AKB tertinggi adalah kondisi berat badan lahir
rendah (BBLR) dengan jumlah 7.150 kematian atau 35,3%. Menurut hasil dari Survey
Demografi Kesehatan Indonesia atau SDKI pada tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah
AKB sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup. AKB diharapkan akan terus mengalami
penurunan melalui intervensi yang dapat mendukung kelangsungan hidup anak yang
ditujukan untuk dapat menurunkan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di tahun
2024 (Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, proporsi BBLR di Indonesia mencapai
6,2 %, dimana provinsi tertinggi angka kejadian BBLR adalah Sulawasi Tengah yaitu
8,9 % dan angka BBLR terendah terdapat di provinsi Jambi yaitu 2,6 % (Riskesdas,
2018). World Health Assembly (WHA) menargetkan pengurangan kejadian BBLR pada
tahun 2025 sebesar 30%. Hal ini akan menghasilkan pengurangan relatif sebesar 3,9%
per tahun antara 2012-2025. Maka dari itu untuk mengurangi angka kematian dan
kesakitan pada neonatal dan perinatal, sangat penting memiliki data prevalensi yang
akurat pada populasi dan faktor risiko BBLR yang dapat digunakan sebagai perencanaan
pola perawatan khusus untuk pencegahan dan pengelolaan pada bayi BBLR (WHO,
2014).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan suatu kondisi dimana bayi lahir
yang memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir tanpa memandang usia
gestasi (Syaifudin,2011). Berat badan merupakan indikator untuk kesehatan bayi baru
lahir. Kisaran berat badan normal sesuai usia gestasi 37– 41 minggu adalah 3200 gram.
Umumnya, BBLR lebih berisiko mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir
(Alya, 2014). Salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar
dapat menyebabkan kematian(Deslidel & Zuchrah Hasan,2012). Penyebab terjadinya
BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor
plasenta. Faktor dari ibu meliputi berat badan yang tidak adekuat selama hamil,
malnutrisi, riwayat kehamilan dengan BBLR, remaja,tubuh pendek, sudah sering hamil,
status sosial ekonomi rendah, anemia, penyakit kronis, merokok, dan ketuban pecah dini.
Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda,
hidroamnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, insufisiensi plasenta, plasenta previa,
dan solusio plasenta (Syafrida Hanum, Oswati Hasanah, 2014).
Peran perawat dalam perawatan BBLR adalah memberikan asuhan keperawatan
dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung perkembangan normal
BBLR. Berdasarkan data pasien selama enam bulan terakhir di ruangan perinatologi
RSUD Al Ihan Prov Jawa Barat sebanyak 20% mengalami berat bayi lahir rendah, jika
tidak ditangani dengan tepat hal tersebut dapat mengancam nyawa pasien karena
imaturitas organ pasien, berdasarkan fenomena tersebut penulis mengambil kasus asuhan
kepperawatan pada bayi berat lahir rendah

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dalam asuhan keperawatan ini yaitu menggali pemahaman mahasiswa
mengenai asuhan keperawatan anak dengan diagnosa medis bayi berat lahir rendah
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada By. Ny S dengan diagnosa medis
bayi berat lahir rendah
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada By. Ny S dengan
diagnosa medis bayi berat lahir rendah
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada By. Ny S dengan
diagnosa medis bayi berat lahir rendah
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada By. Ny S
dengan diagnosa medis bayi berat lahir rendah
e. Mahsiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada By. Ny S dengan
diagnosa medis bayi berat lahir rendah

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan bayi berat lahir rendah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk semua tenaga kesehatan terkait yang ada dirumah sakit
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien bayi berat lahir rendahsebagai
bahan pertimbangan perawat dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu
memberikan tindakan keperawatan yang tepat kepada klien.
b. Bagi institusi
Memberikan konstribusi laporan khusus pengembangan praktik keperawatan dan
pencegahan masalah khususnya dalam bidang keperawatan serta sebagai bahan
kepustakaan tentang asuhan keperawatan pada klien bayi berat lahir rendah
c. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dalam
perkuliahan dalam kasus yang nyata dalam asuhan keperawatan pada klien dengan
bayi berat lahir rendah.
BAB V

KESIMPULAN

A. Pengkajian
Hasil pengkajian pada By Ny. S didapatkan bayi berjenis kelamin perempuan
dengan panjang badan 41 cm lingkar kepala 25 cm lingkar dada 24cm lingkar perut
25cm dan ligkar lengan atas 6 cm. Bayi lahir kurang bulan 31 minggu dengan berat lahir
rendah BB 1465 gr, kulit bayi tampak tipis, tampak retraksi dinding dada, terpasang O2
½ liter, RR 41x/mnt,reflek hisap bayi masih lemah,klien terpasang NGT, riwayat ketuban
pecah dini. Hasil pemeriksaan lab didapatkan Leukosit meningkat 25440 sel/uL dan CRP
kuantitatif 40,93 mg/L
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan terdapat empat diagnosa yaitu
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru-paru ditandai dengan tampak retraksi dinding dada, klien
terpasang O2 ½ liter dan RR 41x/mnt; Defisit nutrisi berhubungan dengan imaturitas
reflek menghisap ditandai dengan Ibu klien mengatakan selama hamil makan masuk
sedikit karena sering mengalami mual, bayi berat lahir rendah BB 1465 gr, reflek hisap
bayi masih lemahdan klien terpasang NGT; Risiko hipotermi berhubungan dengan
kegagalan mempertahankan suhu tubuh ditandai dengan bayi lahir kurang bulan 31
minggu, bayi berat lahir rendah BB 1465 gr, bayi tampak diletakkan di dalam incubator
dan kulit bayi tampak tipis; Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis
yang kurang ditandai dengan ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah BB 1465 gr,
leukosit meningkat 25440 sel/uL dan CRP kuantitatif 40,93 mg/L
C. Intervensi Keperwatan
Intervensi yang dilakukan pada By. Ny S berdasarkan diagnosa yang ditetapkan adalah
pemberian Terapi oksigen, manajemen nutrisi, thermoregulasi dan Pencegahan infeksi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
E. Evaluasi
Berdasarkan empat diagnosa yang muncul yaitu Ketidakefektifan pola nafas ,
defisit nutrisi,risiko hipotermi dan resiko Infeksi didapatkan hasil lingkungan klien
terjaga kebersihannya, suhu badan bayi dalam batas normal, reflek hisap bayi masih
lemah dan sudah tidak terlihat otot bantu nafas.

Anda mungkin juga menyukai