Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.C DENGAN KASUS


PNEUMOTHORAKS POST WSD DI RUANG ZAITUN 2
RS AL-IHSAN JAWA BARAT

Oleh Kelompok 4:

1. VALENTINO FEBRYANDY
2. YOLANDA ALFURQONIA INDANI PUTRI
3. WULAN NURHALIMAH

POLITENIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN PROFESI NERS
T.A 2021/2022
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumothorax merupakan kasus kegawatan paru-paru, Hal tersebut
didukung oleh pernyataan (Papagiannis, 2015) yang menyatakan studi kasus di
Amerika Serikat melaporkan kejadian pneumothorax spontan primer berdasarkan
jenis kelamin pria sebesar 7,4 dari 100.000 pertahun dan 1,2 dari 100.000 pertahun
untuk wanita. Pneumotorax spontan sekunder berdasarkan jenis kelamin pria
sebesar 6,3 dari 100.000 pertahun dan pada wanita 2,0 dari 100.000 pertahun.
Jumlah penumothorax di Indonesia berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per
tahun. Di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011 didapatkan pasien dengan
pneumothorak spontan primer 25%, pneumothorak spontan sekunder 47,1%,
pneumothorak traumatik 13,5% dan pneumothorak tension 14,4%. Angka
mortalitas pneumothoraknya pun tinggi yaitu sebanyak 33,7% dengan penyebab
kematian terbanyak gagal napas (45,8%) (Muttaqien 2019).
Hasil uraian prevalensi pneumothorak yang di alami negara Amerika Serikat
dan Indonesia. Menimbulkan beberapa dampak yang dialami penderita, ialah
dampak fisiologi, fisik serta ekonomi. Setiap dampak tersebut memilki
permasalahan yang berbeda. Dampak fisik yang dialami penderita pneumothorax
bervariasi sesuai tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai dengan dispnea,
sianosis, takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada berasal dari paru-paru
akibat adanya udara pada rongga pleura. Tanda dan gejala gawat pernapasan,
tachycardia, dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya pneumothorax yang
tegang (Arteaga, 2018).

Penumothorax jika tidak segera mendapatkan maka akan menyebabkan


keadaan yang mengancam manusia dengan cara pembuluh darah kolaps sehingga
pengisian jantung menurun yang menyebabkan tekanan darah menurun Selain itu
pneumothoraks juga dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat dan
dapatmenyebabkan kematian. Melihat bahaya dan angka kejadian dari
penunmtothoraks yang cukup besar maka kelompok kami bermaksud
menyusunsebuah refrat dengan masalah yang diangkat yaitu penumothorax
(Arteaga, 2018).
Munculnya masalah keperawatan pada pasien pneumothorax ketegori
aktual, ialah ketidak efektifan pola napas, menurut (Prem, Sahoo, & Adhikari,
2012) teknik pursed lips breathing dalam menurunkan sesak napas, diagnosa
intolerasi aktivitas deberikan tenik manajemen energi menurut (Belfer &
Reardon, 2019) efektif melatih energi dengan masalah sesak napas, diagnosa
nyeri menggunakan teknik guided imagery berhasil untuk mengonrol nyeri.
Diagnosa resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah di berikan
implementasi (Heinemann, 2018) monitor glukosa efektif bagi pasien
menjaga glukosa darah dalam kadar normal. Diagnosa keperawatan resiko
yang akan muncul resiko infeksi akibat pemasangan WSD (Water Seal
Drainase), menurut (Dissemond, Augustin, & Sabine, 2013) pemberian
perawatan luka dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka. Diagnosa
potensial pada pasien pneumothorax ialah defisit pengetahuan diri.
Berdasarkan uraian tersebut diatas mendorong penulis untuk mengangkat
permasalahan yang ada pada gangguan sistem pernafasan yaitu penyakit
Pneumothorak. Maka penulis ingin memaparkan asuhan keperawatan pada pasien
penderita Pneumothorak dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. dengan
Pneumothorak di Zaitun 2 RS Al Ihsan Provinsi Jawa Barat”
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan Pneumothorak.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memaparkan :
a. Pengkajian pada Tn. dengan Pneumothorax
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. dengan Pneumothorax
c. Penetapan rencana tindakan keperawatan pada Tn. dengan
Pneumothorak.
d. Implementasi keperawatan pada Tn. dengan Pneumothorak.
e. Evaluasi terhadap pelaksanaan Asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada Tn. dengan Pneumothorax
C. Pengumpulan data

Pengumpulan data untuk penyusunan laporan kasus ini menggunakan tekhnik pengumpulan data
dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi dan Partisipasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada pasien mengenai
keadaan fisik dan respon pasien terhadap masalah kesehatan, serta keluhan yang dialami pasien.
2. Wawancara
Berlangsungnya proses keperawatan tidak lepas dari komunikasi perawat-klien, perawat-
keluarga. Penulis menggunakan tekhnik wawancara dengan pasien dan keluarga pasien, yang
meliputi : Keluhan-keluhan yang dirasakan, pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, pemahaman dan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
3. Catatan Rekam Medik
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan tentang kasus klien yang
terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang terdapat pada rekam medik.

D. Tempat dan waktu


Asuhan Keperawatan pada Tn. dengan Pneumothorak di Ruang Zaitun 2 RS Al Ihsan Provinsi
Jawa Barat
E. Manfaat Penulisan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai
panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien dengan Pneumothorak, juga diharapkan menjadi
informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial


antara pleural visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )

Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura,


akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan
cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ).
(Tambayong, 2000 : 108 )

Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang


memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru
tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis,
emfisema. ( Hinchllift, 1999 : 343 )

Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang


terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi
paru. ( Corwin, 2009 : 550 )

Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi


spontan atau karena trauma. ( British Thoracic Society : 2003 )

Kolaps paru-paru / Pneumothorak adalah penimbunan udara atau gas


dalam rongga pleura yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru
dan rongga dada.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah


pengumpulan udara didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas
yang dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.

2.2 Epidemologi

Kekerapan angka kejadian Pneumothoraks berkisar antara 2,4 – 17,8% per


100.000 penduduku per tahun. Menurut Barrie dkk, rasio antara perempuan
dan laki – laki yaitu 5 : 1. Pneumothoraks lebih sering ditemukan pada
hemitoraks kanan daripada hemithoraks kiri. Pneumothoraks bilateral kira –
kira 2% dari seluruh pneumothoraks spontan. Laki – laki lebih sering terkena
daripada wanita (5:1) dan paling sering terjadi pada usia 20 – 30 tahun.
Pneumothoraks spontan yang timbul pada umur lebih dari 40 tahun lebih
sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan emfisema. Lebih sering
pada orang – orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus)
terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumothoraks
kanan lebih sering terjadi dari pada kiri.

2.3 Etiologi

Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding


dada, atau meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui
diafragma, hal ini akibat tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis
pneumothorax yang dikelompokan berdasarkan penyebabnya :

a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer
terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru.
Pneumothoraks ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi
udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak
spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru
(misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik,
tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan).
Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk,
sering akan kita temukan emfisema subkutan, karena pleura
perietalnya juga mengalami kerusakan (robek).

c. Ketegangan Pneumothoraks
Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan
intrapleural ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus
pernafasan dan menutup paru-paru, pergeseran mediastinum, dan
merusak vena kembali kejantung. Air terus masuk kedalam rongga
pleura tetapi tidak dapat keluar.
d. Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic
aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi
mekanik dan resusitasi cardiopulmonari.

2.4 Patofisiologi

Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan


kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan
klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap hingga
tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru,
kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi
pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F
nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent akan
serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka
tembus. Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada
menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan
kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan
dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior
dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac
output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin berat dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa pneumothoraks
spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung pada
permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum
pleura.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda dari Pneumothoraks sangat bervariasi, tergantung kepada
jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru – paru
yang mengalami kolaps. Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi antara
lain :
 Nyeri dada berat yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
 Sesak nafas
 Dada terasa sempit
 Mudah lelah
 Denyut jantung cepat
 Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen
 Hidung tampak kemerahan
 Cemas, stress, tegang
 Tekanan darah rendah (hipotensi)

2.6 Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru
yang sehat juga dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop yang menunjukkan
adanay suara tambahan pada rongga dada.
2. Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
3. Pemeriksaan EKG
4. Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
5. Torasensisyang menyatakan darah / cairan serosanguinosa
6. Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
7. Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
8. Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Chest Wound/ sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau
plastik bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik,
namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga
digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya
dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat
dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension
pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar
udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.
2. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan
jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum
halus dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat
mengembang kembali
3. Penatalaksanaan WSD (Water Sealed Drainage)
4. Perawatan Per – hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis
untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi
dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk.
Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera
dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
5. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi
poskerolateral dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan
diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan
Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery
(VATS).
2.9 Pathway

Pecahnya Trauma / Luka tembus IntervensiMe


blebs cedera dada dis
Pneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenik

Udara masuk ke dalam Sucking chest wound Pergeseran Mediastinum


kavum pleura
hipoksia
Penyumbatan aliran vena
Meningkatkan tekanan intra
kava superior dan inferior
pleura
Kehilangan kesadaran

Mengurangi Cardiac Preload


Kemampuan dilatasi koma
alveoli menurun

Menurunkan cardiac output


atelektasis Intoleransi aktivitas

Sesak napas Hambatan Mobilitas Fisik


kematian

Pola Napas tidak efektif


Nafsu makan Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas menurun

Gangguan pola tidur


Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
BAB III

ASUHANAN KEPERAWATAN PADA TN.C DENGAN


PNEUMOTHORACK POST WSD
A. PENGKAJIAN
- Tanggal masuk : 2 Oktober 2021 pukul 15.30
- Tanggal pengkajian : 6 Oktober 2021 pukul 09.00
- No register : 434353
- Diagnosa Medis : pneumothoraks
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.C
Jenis kelamin :Laki-laki
Usia : 21 th
Pendidikan terakhir :SMA
Pekerjaan : Pekerja tekstile
Status perkawinan : belum menikah
Suku bangsa :Indonesia
Agama :Islam
Alamat : Ciwidey
Penanggung jawab pasien
Nama : tn. s
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ciwidey
Hubungan dengan pasien : Paman
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : nyeri pada pemasangan WSD.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Riwayat kesehatan saat masuk RS:
Klien mengatakan masuk rumah sakit pada tanggal 2 oktober 2021
rujukan dari RSUD Soreang setelah dirawat selama 9 hari, selama
dirumah sakit pasien telah dilakukan pemasangan WSD di apex paru
dextra
- Keluhan saat dikaji:
Klien mengatakan nyeri pada daaerah pemasangan WSD, nyeri saat
bergerak dan ditekan, nyeri terasa menusuk, nyeri pada paru kanan di ics
ke 6, , skala nyeri 5 (0-10), nyeri saat beraktivitas dan terus menerus.
Pasien merasa sedikit sesak.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tiddak punya riwayat penyakit kronis ataupun
menular.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien mengatakan dikeluarga, ibu psien memiliki penyakit asma.:
Genogram (minimal 3 generasi)

Keterangan :
: Laki-laki: penderita asma

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal satu rumah

3. Riwayat Psikososial-Spiritual
a. Support system :
Jika ada anggota keluarga yang sakit, Keluaraga lebih memberikan
perhatian lebih dan dukungan kepada pasien dalam merawat pasien
seperti memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat. Seperti
klinik.
b. Komunikasi :
Sebelum dan sesudah sakit, komunikasi pasien dengan orang tua dan
saudara dapat terjalin dengan baik. Dan selalu memeberikan kabar terkait
kesehatannya saat di rumah sakit.
c. System nilai kepercayaan : (sebelum dan saat sakit )
Pasien mengatakan bahwa sakit nya adalah ujian, takdir dari allah dan
yakin akan sembuh.
d. Konsep diri :
1) Ideal diri: pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan melakukan
aktivitas seperti biasa.
2) Gambaran diri: Klien mengatakan sudah menerima keadaannya
seperti ini dan menganggap bahwa ini sudah takdirnya.
3) Peran diri: pasien mengatakan sebelum sakit, berperan sebagai anak.
Saat sakit, berperan sebagai pasien yang menjalani pengobatan di
rumah sakit.
4) Identitas diri: klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, klien
mengatakan dirinya adalah laki-laki dan berpenampilan sesuai
dengan jenis kelamin klien
5) Harga diri: pasien mengatakan tidak malu dengan kondisinya
sekarang.

4. Lingkungan
1. Rumah
 Kebersihan :
Keluarga pasien mengatakan kebersihan di rumah terjaga, setiap
hari disapu dan di pel
 Polusi :
Klien mengatakan rumahnya di pinggir jalan sehingga banyak
polusi kendaraan
 Bahaya :
Klien mengatakan rumahnya di pinggir jalan sehingga banyak
kendaraan yang lalu lalang, hal ini menyebabkan rentan dengan
kejadian kecelakaan
2. Pekerjaan :
 Kebersihan :
Klien mengatakan bekerja dipabriks tekstile
 Polusi :
Klien mengatakan pekerjaannya sering menimbulkan debu kimia
yang terhirup
 Bahaya :
Klien mengatakan saat bekerja berhati-hati, karena kalau lalai
bisa menyebabkan kecelakaan fatal.

5. Pola Kebiasaan Sehari-hari Sebelum dan Saat Sakit


Kebiasaan/aktivitas Sebelum masuk RS Saat sakit Ket
1. Pola nutrisi
a. Asupan Oral Oral

b. Frekuensi makan 3x/Hari 3x/Hari


c. Nafsu makan Nafsu makan baik Klien mengatakan nafsu
makan tidak terganggu

d. Diet Klien mengatakan Klien diet tinggi kalori dan


sering masak tingi protein
mengunakan bumbu jadi
e. Makanan tambahan Tidak ada Tidak ada
f. Makanan alergi/tidak Tidak ada Tidak ada
boleh
g. Perubahan BB dalam 3 Pasien mengatakan tidak Berat badan tidak ada
bulan terakhir mengalami penurunan perubahan
berat badan ataupun
kenaikan berat badan
2. Pola cairan
a. Asupan cairan Oral Oral
b. Jenis Air putih, kopi Air putih
c. Frekuensi ±3 x/hari ±3-4x/hari
d. Volume ±1,5 liter /hari 1,5 liter/hari
3. Pola eliminasi
BAK
a. Frekuensi ±4-5x/hari 2-3x/hari
b. Jumlah out put ±800 cc/hari ± 700 cc/hari
c. Warna Kuning Kuning
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAB
a. Frekuensi 2-3 kali/hari Belum bab
b. Warna Coklat, klien -
mengatakan 1 minggu
yang lalu pernah BAB
darah lagi
c. Konsistensi Lembek -
d. Keluhan Tidak ada Sulit bab
e. Pemakaian pencahar Tidak Tidak
Kebiasaan/aktivitas Sebelum masuk RS Saat sakit Ket
4. Insensible Water Lose Tidak tahu 180 IWL/7 jam
5. Pola personal hygiene
a. Mandi 2x/hari: pagi dan sore 1x/hari di seka
b. Oral Hygiene
 Frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Waktu Pagi dan sore Pagi
c. Cuci Rambut 3x/mgg Belum cuci rambut sejak
masuk ke RS
6. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 9 jam/hari 5 jam/hari
b. Waktu
 Siang 1-2 jam 1 jam
 malam 7 jam 4 jam/hari
c. Kebiasaan sebelum Membersihkan rumah Tidak ada
tidur
 Penggunaan obat
tidur
 Kegiatan lain
d. Kesulitan dalam tidur Tidak ada Nyeri pada post wsd, sesak
 Menjelang tidur
 Sering terbangun
 Merasa tidak nyaman
setelah bangun tidur
(jelaskan alasannya)
7. Pola aktivitas dan
latihan
a. Kegiatan dalam Bekerja dipabrik tekstile Tidak ada
pekerjaan
b. Waktu bekerja Pagi dan sore Tidak melakukan pekerjaan
c. Kegiatan waktu luang Menonton Tv dan istirahat
bermain dengan cucu
d. Keluhan dalam Tidak ada Klien sulit beraktivitas
beraktivitas karena nyeri perut
e. Olah raga Jarang melakukan Klien tidak melakukan
 Jenis olahraga olahraga ketika di rumah
 Frekuensi sakit
f. Keterbatasan Tidak ada Ada, bak dan bab di kasur
dalam
hal:
Kebiasaan/aktivitas Sebelum masuk RS Saat sakit Ket
8. Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok Iya Tidak
 Frekuensi 3-4 kali sehari
 Jumlah Satu bungkus
 Lama pemakaian +- 4 tahun
b. Minuman Keras Tidak Tidak
 Frekuensi
 Jumlah
 Lama pemakaian
c. Ketergantungan obat Tidak Tidak

6. Pengkajian Fisik
1) Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : CM GCS: E 4 V5 M 6
b. Tekanan darah : 107/75 mmhg
c. Nadi : 82 x/m
d. Pernafasan : 22 x/m.
e. Suhu : 36,2C
f. TB/BB : 155 cm/ 50 kg
.....................................................Sebelum masuk RS 50 Kg
.....................................................Saat dirawat di RS 50 Kg
2) Pemeriksaan Fisik Per Sistem
a. Sistem Penglihatan
 Posisi mata : Simetris
 Kelopak mata : tidak ada kelainan
 Pergerakan bola mata : dapat melihat ke segala arah
 Konjungtiva :an anemis
 Kornea : berwarna hitam
 Sklera : putih, tidak ikterik
 Pupil : an ikterik
Ukuran : 2 mm
Reaksi terhadap cahaya : mengecil saat diberikan cahaya,
membesar saat dijauhkan dari cahaya
 Lapang pandang : lapang pandang luas
 Ketajaman penglihatan : pasien dapat membaca name tag
perawat dengan jelas dengan jarak ±1 meter dan dapat
membedakan warna
 Tanda-tanda radang : tidak ada
 Pemakaian alat bantu lihat : tidak
 Keluhan lain: tidak ada
b. Sistem Pendengaran
 Kesimetrisan : kedua telinga simetris
 Serumen : tidak ada
 Tanda radang :tidak ada
 Cairan dari telinga : tidak ada
 Fungsi pendengaran : baik. Pasien dapat mendengar dengan
jelas, dibuktikan saat perawat memberikan pertanyaan, pasien
menjawab nya.
 Pemakaian alat bantu : tidak ada
 Test Garpu Tala : tidak terkaji
c. Sistem wicara
 Kesulitan/gangguan wicara : tidak ada
d. Sistem Pernafasan
 Jalan nafas : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
 RR : 20x/mnt
 Irama : reguler
 Kedalaman : normal
 Suara nafas : tidak ada suara nafas tambahan
Bronkus : bronkovesiikuler
Alveoli : vesikuler
Trakea : trakeabronkhial ronchi (-)
 Batuk : tidak ada
 Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada
 Penggunaan alat bantu nafas : tidak ada
 WSD : terpasang WDS di apex paru anterolteral intercostal
1-2
 Tipe : WSD sistem satu botol
 Undulasi : mengikuti irama nafas, inpirasi meningkat,
ekspirasi menurun
 karakteristik cairan : merah hati
 jumlah cairan, : 100cc
 tanda infeksi, : tidak ada
 Keluhan lain : kadang merasa sesak
e. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi Perifer:
 Nadi : 82 x/mnt
Irama : Teratur
Denyut : lemah
 Distensi vena jugularis : tidak ada
 Temperatur kulit : Hangat
 Warna kulit : ( ) Pucat
( ) Sianosis
() Kemerahan
 CRT: < 2 detik
 Flebitis :tidak ada
 Varises : tidak ada
 Edeme (loksai dan derajat) : tidak ada
Sirkulasi jantung:
 Kecepatan denyut apikal 82x/mnt
Irama :( ) Teratur
( ) Tidak teratur
 Bunyi jantung normal : lup dup
Aorta : S1 jelas, S2
Pulmonal ; S1 jelas,S2
Trikuspid : S1,S2 jelas
Bikuspid : S1,S2 jelas
Tidak ada bunti murmur
 Kelainan bunyi jantung : tidak ad a
 Keluhan lain : tidak ada
 Nyeri dada : tidak ada
 Ictus Kordis : teraba di ics 5 mid klavikula sinistra
 Kardiomegali : tidak ada, batas jantung normal ics 2-5

f. Sistem Neurologi
 Glascow Coma Scale : E 4 M 6 V5
 Tanda peningkatan TIK
Nyeri Kepala hebat : Pasien tidak mengalami nyeri
kepala
Penurunan kesadaran :Pasien tidak mengalami peurunan
kesadaran
Muntah proyektil : Pasien mengatakan tidak
mengalami muntah
Papil eodema : mata kanan pasien terlihat
pembengkakan
 Gangguan Neurologis :
 Nervus I (Olfaktorius) : pasien dapat mencium dan
memebedakan bau alkohol dan bau minyak kayu putih
 Nervus II (Optikus) : pasien dapat melihat dengan jelas
dan membaca tulisa yang diberikan ke pasien
 Nervus III (Okulomotor): pasien dapat membuka dan
memejamkan mata serta melotot
 Nervus IV (Troklear): pasien dapat menggerakkan bola
mata mnegikuti arahan perawat ke atas dan ke samping.
 Nervus V (Trigeminal): pasien dapat merasakan sensasi
kapas di wajah.
 Nervus VI (abdusen): pasie dapat menggerakkan bola
mata kearah lateral kanan dan kiri.
 Nervus VII (fasialis): pasien dapat mengerutkan wajah,
memuncungka bibir, dan tersenyum
 Nervus VIII (vestibulokoklear): pasien dapat mendengar
dengan jelas
 Nervus IX (glosofaringeal): pasien dapat mengunyah
makanan dan menelan
 Nervus X (vagus): pasien dapat mengunyah makanan
dan menelan
 Nervus XI (aksesorius): pasien dapat mengangkat bahu
dan memutar kepala
 Nervus XII (hipoglosus): pasien dapat menjulurkan lidah
dan menggerakkan lidah.
Dari pemeriksaan 12 nervus kranial, pasien tidak memiliki
masalah.
 Pemeriksaan Reflek Patologis
R. Oppenheim : Negatif
R. Hoffman : Negatif
R. Chaddock : Negatif
R. Babinski : Negatif
Fisiologis
R. Bisep : Reflesks bisep baik
R. Trisep : Reflesks trisep baik
R. Brachioradial : Reflesks brachioradial baik
R. Patella : Reflesks patella baik
R. Achilles : Reflesks achilles baik
 Rangsang Meningen
Kaku kuduk : Pasien dapat memfleksikan lehernya
Kernig sign : Tidak ada
Lasegue sign : Tidak ada
Brudzinski 1 : Tidak ada
Brudzinski 2 : Tidak ada
 Kekuatan otot : kekuatan otot baik 5,5,5,5
g. Sistem Pencernaan
 Keadaan mulut : Kering
 Kesulitan menelan : tidak ada
 Muntah : tidak ada
 Nyeri daerah perut : ya. Nyeri daerah pemasangan wsd
 Bising usus : aktif 6x/menit
 Massa pada abdomen : tidak ada
 Ukur lingkar perut : 80 cm
 Asites : negatif

 Palpasi Hepar, Gaster: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
 Nyeri Tekan : ada,
 Nyeri lepas : ada
 Colostomy : tidak ada
 Penggunaan NGT : tidak ada
h. Sistem Imunologi
Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
i. Sistem Endokrin
 Nafas berbau keton : Tidak
 Luka : Tidak ada
 Exopthalmus : ( ) Ya
( ) Tidak
 Tremor : tidak terjadi tremor pada pasien
 Pembesaran kelj. Thyroid : tidak ada
 Tanda peningkatan gula darah : pasien tidak mengalami
polidipsi, poliuria dan polipagia.
j. Sistem Urogenital
 Distensi kandung kemih :Tidak terjadi distensi kandung
kemih
 Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
kandung kemih
 Perkusi : dulness
 Urine : tidak ada nyeri saat BAK, urine
berwarna kuning keruh
Balance cairan : Minum : 150 cc
Makan : 50 cc
Infuse : 250 cc
= 450 cc/7 jam
Output
Iwl : 140/7jam
Urine : 200 cc
==340/7 jam
Intake – output =+ 110cc

 Penggunaan kateter : pasien tidak menggunakan kateter urin.
Pasien BAK di kamar mandi, tidak menggunakan pispot.
 Keadaan genital : tidak terkaji
k. Sistem Integumen
 Keadaan rambut :
Kekuatan : kuat
Warna :hitam
Kebersihan : baik
 Keadaan kuku
Warna : merah muda
Kebersihan : bersih, kuku pendek
 Tanda radang : tidak ditemukan peradangan pada kulit
 Keadaan kulit
Turgor : tidak ada petting edema
Warna : putih
Kebersihan : bersih
Luka : tidak ada
Dekubitus : pasien tidak mengalami dekubitus.
Pruritus : pasien tidak mengaami gatal-gatal pada
kulit
Tanda perdarahan : tidak ada
Diaforesis : tidak ada
 Luka bakar: Role of nine: tidak ada

l. Sistem Muskuloskeletal
 Keterbatas gerak, deformitas : tidak ada
 Rentang gerak : normal dapat menggerakkan ekstremitas
atas dan bawah ke semua arah
 Sakit pada tulang dan sendi: tidak ada
 Tanda-tanda fraktur : pasien tidak mengalami fraktur
 Kontraktur pada sendi ekstrimitas: Tidak terdapat kontraktur
pada pasien
 Tonus otot/kekuatan otot : Pasien masih bisa mengangkat
kedua ekstermitas sesuai dengan perintah.
5 5
5 5
 Kelainan bentuk tulang/otot : Pasien tidak mengalami
kelainan tulang ataupun otot
 Tanda radang sendi : Pasien tidak mengalami
peradangan pada sendi
 Penggunaan alat bantu : pasien tidak menggunakan alat
bantu
B. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik (jenis pemeriksaan dan hasil )
Radiologi
kesan
-Pneumothoraks Kanan
-Suspek TB Paru aktif
-Tidak tampak kardio megalo

2) Pemeriksaan Laboratorium (jenis pemeriksaan dan hasil)


2 oktober 2021
Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 13,1 g/dl 12,0-16,0
Leukosit 20890 Sel/Ul 300-10600
Eritrosit 5,33 Juta/Ul 3,6-5,8
Hematokrit 35,7 % 35-47
Trombosit 419000 sel/Ul 150000-440000
Kimia klinik
AST (SGOT) 33 L/L 10-31
ALT (SGPT) 15 U/L 9-36
UREUM 35 Mg/dl 10-50
KRETININ 0,51 Mg/dl 0.7-1.13
GDS 89 Mg/dl 70-200
Imunologi
Rapid Antigen Negatif Negatif
Covid
B. Penatalaksanaan Medis
3) Pemberian obat

Nama Obat iv Dosis Nama Obat Dosis


oral
Levo 1 x 750 gr Rimfapicin 1 x 300 gr
Ceftriaxone 2x I gr isoniazid 2x 300 gr
keterolsc dripp pirozinamide 1 x 500 gr
dexametasone 3x I mg etambutol 1x 500 gr
Asam 3x1
tranexamat

C. Data Fokus (kelompok data bermasalah hasil pengkajian)


4) Data Subjektif
- Klien mengeluh sedikit sesak saat posisi datar
- nyeri pada pada area perut post WSD
- Klien mengeluh sedikit sesak
- Klien mengatakan belum BAB selama di RS
- Pasien mengatakan aa luka operasi pemasangan selang di perut
kanan

5) Data Objektif:
- Tampak tirah baring
- Leukosit 20890
- Klien tampak lemas
- Klien tampak menahan nyeri dengan mencari posisi nyaman
- Oksigen nasal kanul terpasang 3lpm
- Tanda-tanda vital :
- TD : 107/75 mmhg
- N : 82 x/m
- RR : 22 x/m
- T : 36,2 C
ANALISA DATA (BERASAL DARI DATA FOKUS)

No Symptoms (S) Etiologi (E) Problem (P)


Data Subjektif : pneumothoraks Ketidakefektifan pola
1 nafas
Klien
mengatakan akumulasi udara antara
pleuara viseralis dan parietal
sedikit merasa
sesak jika posisi
menekan paru
datar
Data Objektif : penurunan ekspansi paru
Tampak berbaring
Terpasang oksigen pola nafas tidak efektif
nasal kanule 3 lpm
Rr : 22 x
Spo2 : 98%
Data Subjektif : Luka insisi post Nyeri akut
2 - Klien mengeluh pemasanagan WSD
nyeri pada
daerah perut
- Nyeri saat Pelepasan histamin,
bergerak bradikinin, serotonin, dll
- Nyeri seperti
tertekan dan
tertusuk Ditangkap oleh reseptor
- Skala nyeri 5(0- nyeri
10)
Data Objektif :
- Klien tampak Implus cortex cerrebri
menahan nyeri
- Tanda-tanda
vital : Persepsi nyeri
TD : 107/75
mmhg
N : 82 x/m Nyeri akut
RR : 22 x/m
T : 36,2 C

Data subjektif : Pneumothoraks Resiko infeksi


3 - Pasien
mengatakan aa
luka operasi Dilakukan insisi
pemasangan pemasangan WSD
selang di perut
kanan
Data objektif Peningkatan leukosit
- Leukosit
20890
- Terdapat luka Rentan terkena bakteri dan
post WDS virus
- Belum
dilakukan Resiko infeksi
perawatan luka

DIAGNOSA KEPERAWATAN (SESUAI DENGAN PRIORITAS)


 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan akumulasi udara pada
rongga paru
 Nyeri akut Berhubungan dengan pemasangan WSD
 Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. C Nama Mhs : Valentino.F
Ruang : Zaitun 2 NIM : P17320120521
No. MR : 3543435
No Diagnosa Tujuan dari kriteria hasil Rencana Tindakan
keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC : Tindakan keperawatan
 Respiration status 1. Posisikan pasien untuk
pola nafas
 Air way patency memaksimalkan
 Vital sign status ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada
Setelah dilakukan 3. Ajarkan batuk efektif
tindakan jika ada batuk
keperawatan 4. Bersihkan hidung, mulut
selama 3 hari klien jika ada seckret
menunjukkan 5. Atur ntaske cairan untuk
keefektifan pola mengoptimalkan
nafas dengan keseimbangan
Kriteria Hasil : 6. Pasnag O2
 Menunjukkan Monitoring
jakan nafas 7. Monitor respirasi O2
paten, tidak 8. Observasi adanya tanda
merasa terckik, hipoventilasi
ekspansi paru 9. Monitor vital sing
normal Kolaboratif
 Tanda vital 10. Berikan nebulizer
dalam batas 11. Pemasangan mayo bila
normal perlu
 Suara nafas Penkes
bersih, tidak ada 12. Informasikan pada
sianosis dan pasien tentang teknik
dyspneu relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas

2 Nyeri akut NOC : Tindakan keperawatan


 Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
 Pain control nyeri secara
 Comfort level komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan durasi, frekuensi,
tindakan kualitas dan faktor
keperawatan selama presipitasi
3 hari nyeri pada
2. Observasi reaksi
klien
nonverbal dari
berkurang atau
hilang dengan ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : 3. Gunakan teknik
 Mampu komunikasi terapeutik
mengontrol nyeri untuk mengetahui
(tahu penyebab pengalaman nyeri
nyeri, pasien
mampu 4. Kaji kultur yang
menggunakan
mempengaruhi respon
tehnik
nyeri
nonfarmakologi
untuk 5. Ajarkan teknik non
mengurangi farmakologi
nyeri, mencari Monitoring
bantuan) 6. Evaluasi pengalaman
 Melaporkan nyeri masa lampau
bahwa nyeri 7. Evaluasi bersama pasien
berkurang dan tim kesehatan lain
dengan tentang ketidakefektifan
menggunakan kontrol nyeri masa
manajemen nyeri lampau
 Mampu 8. Kontrol lingkungan yang
mengenali nyeri dapat
(skala, intensitas, mempengaruhi nyeri
frekuensi dan seperti suhu ruangan,
tanda nyeri)
pencahayaan dan
 Menyatakanrasa
kebisingan
nyaman setelah
9. Kurangi faktor
nyeri berkurang
Tanda vital dalam presipitasi nyeri
10. Monitor vital sign
rentang normal
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
11. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
12. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Kolaboratif
13. Berikan analgetik untuk
meredakan nyeri
Penkes
14. Berikan edukasi
mengenai makanan
tinggi protein tinggi
kalori

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan


berhubungan tindak keperawatan 1. Bersihkan lingkungan
dengan luka insisi 1x 24 jam, setelah dipakai pasien
diharapkan resiko lain
hipotermi terkontrol 2. Pertahankan teknik
dengan kriteria: isolasi
- ttv dalam batas 3. Batasi pengunjung bila
normal perlu
- tidak ada tanda 4. Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
Monitoring
8. Panatau tanda tanda
infeksi
Kolaboratif
9. Kolaborasi dalam
pemberian obat
antibiotik
Penkes
10. Beritahu pasien
mengenai tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
BAB IV
CATATAN TINDAKAN DAN EVALUASI
1. Catatan Tindakan Dan Evaluasi

Tindakan Keperawatan Evaluasi


Tanggal No. No. Tindakan Tindakan Paraf Soap Tiap Pergantian Shift Paraf
Dx (Respon Subjektif dan
Respon Objektif setelah
diberikan tindakan)
6 oktober 1 1. Memposisikan pasien semi 1. Klien merasa nyaman S:
2021 dengan posisi semi 1. Klien mengatakan sesak
fowler untuk memaksimalkan
fowler sudah berkurang dari hari
ventilasi 2. Trakea : bronchial, sebelumnya
ronchi (-), 2. Sklien mengatakan posisi
2. Mengauksultasi suara nafas
Bronkus : setengah duduk nyaman bagi
3. Memasang nasal kanule 3 bronkovesikuler, pasien
whezzeng (-) 3. Klien mengatakan lebih baik
lpm
Alveoli : vesikuler sekanag
4. Memonitor vital sign pasien 3. Nasal kanul O:
terpasanga 3 ltpm 1. Klien tampak beristirahat
5. Menginformasikan pasien
4. TD : 120/80 2. Tidak ada penggunaan otot
untuk mngatur nafas dalam N : 89 x/m nafas
Rr :22x/m 3. Rr Rentang normal, spo2
untuk memperbaiki pola nafas
Spo2 : 98% normal
5. Pasien belajar cara A:
nafas dalam Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Atur posisi nyaman
2. Obsrvasi teknik nafas dalam

6 oktober 2 1. Mengobservasi nyeri yang RS : S:


2021 1. Klien mengatakan 1. Klien mengatakan tidur
terjadi pada pasien
nyeri didaerah nyenyak, hanya terbangun
2. Mengkaji pola tidur pemasangan sedikit karena ngilu di area WSD
berkurang, skala nyeri 2. Klien mengatakan nyeri
3. Mengukur tanda vital
5 (0-10) sudah berkurng dari hari
4. Mengajarkan teknik nafas 2. Tidur pasien nyenyak, kemarin
terkadang terbangun O:
dalam untuk mengontrol
karena ngilu karena 1. Tanda-tanda vital klien:
nyeri bergerak tanpa sadar TD : 120/80 mmhg
3. Vital sign TD : 120/80 N : 89 x/m
5. Menganjurkan kompres
N : 89 x/m RR : 22 x/m
hangat di perut untuk Rr :22x/m T : 36,2 C
Spo2 : 98% 2. Klien berbaring dg menjaga
memberika kenyamanan
4. Teknik nafas dalam slang WSD
6. Mengatur posisi nyaman dilakukan A:
5. Kompres hangan Masalah teratasi sebagian
pada pasien
diperut menggunakan P:
7. Memasukkan analgetik botol yang dilapisi Intervensi dilanjutkan
kain tipis 1. Menganjurkan kompres
6. Posisi semi fowler hangat
7. Analgetik keterolak 2. Mengatur nafas dalam
secara dripp 3. Memberikan posisi nyaman
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
6 oktober 1. Mengobservasi tanda-tanda 1. Tidak ada kemerahan, S:
2021 tidak ada pus, terjadi 1. Klien mengataka tidak ada
infeksi
peningkatan leukosit gatal diarea pemasangan
2. Kolaborasi peberian 20890 WSD
antibiotic 2. Pemberian O:
ceftriaxone secara IV 1. Tidak ada tanda infeksi
3. Melakukan perawatan luka
3. Perawatan luka belum 2. Leukosit terus dimonitor
dengan teknik steril dilakukan
4. Baju klien diganti 1 x A:
4. Mengganti baju mencegah
sehari Masalah teratasi sebagian
terjadinya kontak bakteri 5. Klien mengerti untk P;
tidak memegang area Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan klien untuk
pemasangan WSD 1. Lakukan perawatan luka
tidak memgang area dengan prinip steril
2. Mengganti baju minimal 1x
pemasangan WSD
sehari

7 oktober 1 6. Memposisikan pasien semi RS : S:


2021 1. Klien posisi semi 1. Klien mengatakan sudah
fowler untuk memaksimalkan
fowler tidak ada sesak
ventilasi 2. Nasal kanulu sudah 2. Klien merasa nafasnya
dilepas, pasien berlatih terasa lancar
7. Memasang nasal kanule
nafas secara mandiri O:
8. Memonitor vital sign pasien 3. Td ; 120/80 1. Klien tampak mengobrol
N : 80 2. Klien tampak lebih tenang
RR : 20
SPO2 : 99% A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi hentikan

7 oktober 2 5. Menganjurkan kompres hangat RS : S:


2021 1. Kompres hangat 1. Klien mengatakan nyeri
6. Mengatur nafas dalam
dilakukan pada perut sudah tidak terasa
7. Memberikan posisi nyaman 2. Nafas dalam dilakukan 2. Tidur klien nyenyak
8. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Posisi nyaman semi 3.
fowler
4. Analgetik dihentikan, O:
pelepasan WSD 1. Wsd klien dilepas
2. Klien tampak beristirahat
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
7 oktober 3 1. Mengobservasi adanya tanda 1. Tidak ada tanda S:
2021 infeksi - Klien mengatakan tidak
infeksi
2. WSD dilepas dengan merasa gatal di area
2. Melakukan pelepasan WSD teknik steril WSD
3. Ceftriakson O:
dengan teknik steril
dimasukkan melalui - Tdak ada tanda infeksi
3. Kolaborasi pemberian IV A:
Masalah teratasi
antibiotik
P:
Intervensi dihentikan

E. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Tanda Tangan
1 1 Ketidaefektifan pola Jumat, 8 oktober 09.00 S:
nafas 2021 1. Klien mengatakan sudah tidak ada sesak
2. Klien mengatakan nafas terasa lebih lega
3. Klien mengatakan dada tidak terasa berat

O:
1. Klien tampak beristirahat
2. Klien tampak tidak menggunakan O2, bernafas
mandiri

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

2. 2 Nyeri akut jumat, 8 Oktober 09.20 S:


2021 1. Klien mengatakan nyeri bias dikontrol oleh pasien
2. Saat nyeri pasien mengatur posisi nyaman dan
memberikan kompres hangat
3. Klien megatakan skala nyeri 3(0-10)
O:
1. Tanda-tanda vital klien:
TD : 109/72 mmhg
N : 82 x/m
RR : 22 x/m
T : 36,2 C
2. Klien tampak beristirahat

A : masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

3 Resiko infeksi Jumat, 8 oktober 09.30 S:


2021 - Klien mengatakan tidak merasa gatal diarea
luka
O:
- Tidak ada tanda infeksi
- Tidak ada kemerahan, gatal, pus
- Klien mengganti baju minimal 1 kali sehari
- Klien meminimalkan kontal diarea luka
A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang


memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru
tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis,
emfisema. Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura,
akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan
cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ).
Kolaps paru-paru / Pneumothorak adalah penimbunan udara atau gas dalam
rongga pleura yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan
rongga dada.

2. Saran

Bagi mahasiswa ataupun pembaca , khususnya mahasiswa


Keperawatan lebih meningkatkan pemahaman mengenai penyakit
Pneumothoraks beserta dengan konsep asuhan keperawatan yang tepat .
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

Santosa, Budi. 2018. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA .2018 – 2020.


Jakarta: ECG

Syaifuddin, H . 2006 . Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.


Jakarta : EGC

Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai