Oleh Kelompok 4:
1. VALENTINO FEBRYANDY
2. YOLANDA ALFURQONIA INDANI PUTRI
3. WULAN NURHALIMAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumothorax merupakan kasus kegawatan paru-paru, Hal tersebut
didukung oleh pernyataan (Papagiannis, 2015) yang menyatakan studi kasus di
Amerika Serikat melaporkan kejadian pneumothorax spontan primer berdasarkan
jenis kelamin pria sebesar 7,4 dari 100.000 pertahun dan 1,2 dari 100.000 pertahun
untuk wanita. Pneumotorax spontan sekunder berdasarkan jenis kelamin pria
sebesar 6,3 dari 100.000 pertahun dan pada wanita 2,0 dari 100.000 pertahun.
Jumlah penumothorax di Indonesia berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per
tahun. Di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011 didapatkan pasien dengan
pneumothorak spontan primer 25%, pneumothorak spontan sekunder 47,1%,
pneumothorak traumatik 13,5% dan pneumothorak tension 14,4%. Angka
mortalitas pneumothoraknya pun tinggi yaitu sebanyak 33,7% dengan penyebab
kematian terbanyak gagal napas (45,8%) (Muttaqien 2019).
Hasil uraian prevalensi pneumothorak yang di alami negara Amerika Serikat
dan Indonesia. Menimbulkan beberapa dampak yang dialami penderita, ialah
dampak fisiologi, fisik serta ekonomi. Setiap dampak tersebut memilki
permasalahan yang berbeda. Dampak fisik yang dialami penderita pneumothorax
bervariasi sesuai tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai dengan dispnea,
sianosis, takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada berasal dari paru-paru
akibat adanya udara pada rongga pleura. Tanda dan gejala gawat pernapasan,
tachycardia, dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya pneumothorax yang
tegang (Arteaga, 2018).
Pengumpulan data untuk penyusunan laporan kasus ini menggunakan tekhnik pengumpulan data
dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi dan Partisipasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada pasien mengenai
keadaan fisik dan respon pasien terhadap masalah kesehatan, serta keluhan yang dialami pasien.
2. Wawancara
Berlangsungnya proses keperawatan tidak lepas dari komunikasi perawat-klien, perawat-
keluarga. Penulis menggunakan tekhnik wawancara dengan pasien dan keluarga pasien, yang
meliputi : Keluhan-keluhan yang dirasakan, pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, pemahaman dan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
3. Catatan Rekam Medik
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan tentang kasus klien yang
terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang terdapat pada rekam medik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemologi
2.3 Etiologi
a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer
terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru.
Pneumothoraks ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi
udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak
spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru
(misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik,
tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan).
Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk,
sering akan kita temukan emfisema subkutan, karena pleura
perietalnya juga mengalami kerusakan (robek).
c. Ketegangan Pneumothoraks
Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan
intrapleural ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus
pernafasan dan menutup paru-paru, pergeseran mediastinum, dan
merusak vena kembali kejantung. Air terus masuk kedalam rongga
pleura tetapi tidak dapat keluar.
d. Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic
aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi
mekanik dan resusitasi cardiopulmonari.
2.4 Patofisiologi
2.6 Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru
yang sehat juga dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.
Keterangan :
: Laki-laki: penderita asma
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
3. Riwayat Psikososial-Spiritual
a. Support system :
Jika ada anggota keluarga yang sakit, Keluaraga lebih memberikan
perhatian lebih dan dukungan kepada pasien dalam merawat pasien
seperti memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat. Seperti
klinik.
b. Komunikasi :
Sebelum dan sesudah sakit, komunikasi pasien dengan orang tua dan
saudara dapat terjalin dengan baik. Dan selalu memeberikan kabar terkait
kesehatannya saat di rumah sakit.
c. System nilai kepercayaan : (sebelum dan saat sakit )
Pasien mengatakan bahwa sakit nya adalah ujian, takdir dari allah dan
yakin akan sembuh.
d. Konsep diri :
1) Ideal diri: pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan melakukan
aktivitas seperti biasa.
2) Gambaran diri: Klien mengatakan sudah menerima keadaannya
seperti ini dan menganggap bahwa ini sudah takdirnya.
3) Peran diri: pasien mengatakan sebelum sakit, berperan sebagai anak.
Saat sakit, berperan sebagai pasien yang menjalani pengobatan di
rumah sakit.
4) Identitas diri: klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, klien
mengatakan dirinya adalah laki-laki dan berpenampilan sesuai
dengan jenis kelamin klien
5) Harga diri: pasien mengatakan tidak malu dengan kondisinya
sekarang.
4. Lingkungan
1. Rumah
Kebersihan :
Keluarga pasien mengatakan kebersihan di rumah terjaga, setiap
hari disapu dan di pel
Polusi :
Klien mengatakan rumahnya di pinggir jalan sehingga banyak
polusi kendaraan
Bahaya :
Klien mengatakan rumahnya di pinggir jalan sehingga banyak
kendaraan yang lalu lalang, hal ini menyebabkan rentan dengan
kejadian kecelakaan
2. Pekerjaan :
Kebersihan :
Klien mengatakan bekerja dipabriks tekstile
Polusi :
Klien mengatakan pekerjaannya sering menimbulkan debu kimia
yang terhirup
Bahaya :
Klien mengatakan saat bekerja berhati-hati, karena kalau lalai
bisa menyebabkan kecelakaan fatal.
6. Pengkajian Fisik
1) Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : CM GCS: E 4 V5 M 6
b. Tekanan darah : 107/75 mmhg
c. Nadi : 82 x/m
d. Pernafasan : 22 x/m.
e. Suhu : 36,2C
f. TB/BB : 155 cm/ 50 kg
.....................................................Sebelum masuk RS 50 Kg
.....................................................Saat dirawat di RS 50 Kg
2) Pemeriksaan Fisik Per Sistem
a. Sistem Penglihatan
Posisi mata : Simetris
Kelopak mata : tidak ada kelainan
Pergerakan bola mata : dapat melihat ke segala arah
Konjungtiva :an anemis
Kornea : berwarna hitam
Sklera : putih, tidak ikterik
Pupil : an ikterik
Ukuran : 2 mm
Reaksi terhadap cahaya : mengecil saat diberikan cahaya,
membesar saat dijauhkan dari cahaya
Lapang pandang : lapang pandang luas
Ketajaman penglihatan : pasien dapat membaca name tag
perawat dengan jelas dengan jarak ±1 meter dan dapat
membedakan warna
Tanda-tanda radang : tidak ada
Pemakaian alat bantu lihat : tidak
Keluhan lain: tidak ada
b. Sistem Pendengaran
Kesimetrisan : kedua telinga simetris
Serumen : tidak ada
Tanda radang :tidak ada
Cairan dari telinga : tidak ada
Fungsi pendengaran : baik. Pasien dapat mendengar dengan
jelas, dibuktikan saat perawat memberikan pertanyaan, pasien
menjawab nya.
Pemakaian alat bantu : tidak ada
Test Garpu Tala : tidak terkaji
c. Sistem wicara
Kesulitan/gangguan wicara : tidak ada
d. Sistem Pernafasan
Jalan nafas : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
RR : 20x/mnt
Irama : reguler
Kedalaman : normal
Suara nafas : tidak ada suara nafas tambahan
Bronkus : bronkovesiikuler
Alveoli : vesikuler
Trakea : trakeabronkhial ronchi (-)
Batuk : tidak ada
Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada
Penggunaan alat bantu nafas : tidak ada
WSD : terpasang WDS di apex paru anterolteral intercostal
1-2
Tipe : WSD sistem satu botol
Undulasi : mengikuti irama nafas, inpirasi meningkat,
ekspirasi menurun
karakteristik cairan : merah hati
jumlah cairan, : 100cc
tanda infeksi, : tidak ada
Keluhan lain : kadang merasa sesak
e. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi Perifer:
Nadi : 82 x/mnt
Irama : Teratur
Denyut : lemah
Distensi vena jugularis : tidak ada
Temperatur kulit : Hangat
Warna kulit : ( ) Pucat
( ) Sianosis
() Kemerahan
CRT: < 2 detik
Flebitis :tidak ada
Varises : tidak ada
Edeme (loksai dan derajat) : tidak ada
Sirkulasi jantung:
Kecepatan denyut apikal 82x/mnt
Irama :( ) Teratur
( ) Tidak teratur
Bunyi jantung normal : lup dup
Aorta : S1 jelas, S2
Pulmonal ; S1 jelas,S2
Trikuspid : S1,S2 jelas
Bikuspid : S1,S2 jelas
Tidak ada bunti murmur
Kelainan bunyi jantung : tidak ad a
Keluhan lain : tidak ada
Nyeri dada : tidak ada
Ictus Kordis : teraba di ics 5 mid klavikula sinistra
Kardiomegali : tidak ada, batas jantung normal ics 2-5
f. Sistem Neurologi
Glascow Coma Scale : E 4 M 6 V5
Tanda peningkatan TIK
Nyeri Kepala hebat : Pasien tidak mengalami nyeri
kepala
Penurunan kesadaran :Pasien tidak mengalami peurunan
kesadaran
Muntah proyektil : Pasien mengatakan tidak
mengalami muntah
Papil eodema : mata kanan pasien terlihat
pembengkakan
Gangguan Neurologis :
Nervus I (Olfaktorius) : pasien dapat mencium dan
memebedakan bau alkohol dan bau minyak kayu putih
Nervus II (Optikus) : pasien dapat melihat dengan jelas
dan membaca tulisa yang diberikan ke pasien
Nervus III (Okulomotor): pasien dapat membuka dan
memejamkan mata serta melotot
Nervus IV (Troklear): pasien dapat menggerakkan bola
mata mnegikuti arahan perawat ke atas dan ke samping.
Nervus V (Trigeminal): pasien dapat merasakan sensasi
kapas di wajah.
Nervus VI (abdusen): pasie dapat menggerakkan bola
mata kearah lateral kanan dan kiri.
Nervus VII (fasialis): pasien dapat mengerutkan wajah,
memuncungka bibir, dan tersenyum
Nervus VIII (vestibulokoklear): pasien dapat mendengar
dengan jelas
Nervus IX (glosofaringeal): pasien dapat mengunyah
makanan dan menelan
Nervus X (vagus): pasien dapat mengunyah makanan
dan menelan
Nervus XI (aksesorius): pasien dapat mengangkat bahu
dan memutar kepala
Nervus XII (hipoglosus): pasien dapat menjulurkan lidah
dan menggerakkan lidah.
Dari pemeriksaan 12 nervus kranial, pasien tidak memiliki
masalah.
Pemeriksaan Reflek Patologis
R. Oppenheim : Negatif
R. Hoffman : Negatif
R. Chaddock : Negatif
R. Babinski : Negatif
Fisiologis
R. Bisep : Reflesks bisep baik
R. Trisep : Reflesks trisep baik
R. Brachioradial : Reflesks brachioradial baik
R. Patella : Reflesks patella baik
R. Achilles : Reflesks achilles baik
Rangsang Meningen
Kaku kuduk : Pasien dapat memfleksikan lehernya
Kernig sign : Tidak ada
Lasegue sign : Tidak ada
Brudzinski 1 : Tidak ada
Brudzinski 2 : Tidak ada
Kekuatan otot : kekuatan otot baik 5,5,5,5
g. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut : Kering
Kesulitan menelan : tidak ada
Muntah : tidak ada
Nyeri daerah perut : ya. Nyeri daerah pemasangan wsd
Bising usus : aktif 6x/menit
Massa pada abdomen : tidak ada
Ukur lingkar perut : 80 cm
Asites : negatif
Palpasi Hepar, Gaster: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
Nyeri Tekan : ada,
Nyeri lepas : ada
Colostomy : tidak ada
Penggunaan NGT : tidak ada
h. Sistem Imunologi
Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
i. Sistem Endokrin
Nafas berbau keton : Tidak
Luka : Tidak ada
Exopthalmus : ( ) Ya
( ) Tidak
Tremor : tidak terjadi tremor pada pasien
Pembesaran kelj. Thyroid : tidak ada
Tanda peningkatan gula darah : pasien tidak mengalami
polidipsi, poliuria dan polipagia.
j. Sistem Urogenital
Distensi kandung kemih :Tidak terjadi distensi kandung
kemih
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
kandung kemih
Perkusi : dulness
Urine : tidak ada nyeri saat BAK, urine
berwarna kuning keruh
Balance cairan : Minum : 150 cc
Makan : 50 cc
Infuse : 250 cc
= 450 cc/7 jam
Output
Iwl : 140/7jam
Urine : 200 cc
==340/7 jam
Intake – output =+ 110cc
Penggunaan kateter : pasien tidak menggunakan kateter urin.
Pasien BAK di kamar mandi, tidak menggunakan pispot.
Keadaan genital : tidak terkaji
k. Sistem Integumen
Keadaan rambut :
Kekuatan : kuat
Warna :hitam
Kebersihan : baik
Keadaan kuku
Warna : merah muda
Kebersihan : bersih, kuku pendek
Tanda radang : tidak ditemukan peradangan pada kulit
Keadaan kulit
Turgor : tidak ada petting edema
Warna : putih
Kebersihan : bersih
Luka : tidak ada
Dekubitus : pasien tidak mengalami dekubitus.
Pruritus : pasien tidak mengaami gatal-gatal pada
kulit
Tanda perdarahan : tidak ada
Diaforesis : tidak ada
Luka bakar: Role of nine: tidak ada
l. Sistem Muskuloskeletal
Keterbatas gerak, deformitas : tidak ada
Rentang gerak : normal dapat menggerakkan ekstremitas
atas dan bawah ke semua arah
Sakit pada tulang dan sendi: tidak ada
Tanda-tanda fraktur : pasien tidak mengalami fraktur
Kontraktur pada sendi ekstrimitas: Tidak terdapat kontraktur
pada pasien
Tonus otot/kekuatan otot : Pasien masih bisa mengangkat
kedua ekstermitas sesuai dengan perintah.
5 5
5 5
Kelainan bentuk tulang/otot : Pasien tidak mengalami
kelainan tulang ataupun otot
Tanda radang sendi : Pasien tidak mengalami
peradangan pada sendi
Penggunaan alat bantu : pasien tidak menggunakan alat
bantu
B. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik (jenis pemeriksaan dan hasil )
Radiologi
kesan
-Pneumothoraks Kanan
-Suspek TB Paru aktif
-Tidak tampak kardio megalo
5) Data Objektif:
- Tampak tirah baring
- Leukosit 20890
- Klien tampak lemas
- Klien tampak menahan nyeri dengan mencari posisi nyaman
- Oksigen nasal kanul terpasang 3lpm
- Tanda-tanda vital :
- TD : 107/75 mmhg
- N : 82 x/m
- RR : 22 x/m
- T : 36,2 C
ANALISA DATA (BERASAL DARI DATA FOKUS)
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. C Nama Mhs : Valentino.F
Ruang : Zaitun 2 NIM : P17320120521
No. MR : 3543435
No Diagnosa Tujuan dari kriteria hasil Rencana Tindakan
keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC : Tindakan keperawatan
Respiration status 1. Posisikan pasien untuk
pola nafas
Air way patency memaksimalkan
Vital sign status ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada
Setelah dilakukan 3. Ajarkan batuk efektif
tindakan jika ada batuk
keperawatan 4. Bersihkan hidung, mulut
selama 3 hari klien jika ada seckret
menunjukkan 5. Atur ntaske cairan untuk
keefektifan pola mengoptimalkan
nafas dengan keseimbangan
Kriteria Hasil : 6. Pasnag O2
Menunjukkan Monitoring
jakan nafas 7. Monitor respirasi O2
paten, tidak 8. Observasi adanya tanda
merasa terckik, hipoventilasi
ekspansi paru 9. Monitor vital sing
normal Kolaboratif
Tanda vital 10. Berikan nebulizer
dalam batas 11. Pemasangan mayo bila
normal perlu
Suara nafas Penkes
bersih, tidak ada 12. Informasikan pada
sianosis dan pasien tentang teknik
dyspneu relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
E. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Tanda Tangan
1 1 Ketidaefektifan pola Jumat, 8 oktober 09.00 S:
nafas 2021 1. Klien mengatakan sudah tidak ada sesak
2. Klien mengatakan nafas terasa lebih lega
3. Klien mengatakan dada tidak terasa berat
O:
1. Klien tampak beristirahat
2. Klien tampak tidak menggunakan O2, bernafas
mandiri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
A : masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
P:
Intervensi dihentikan
BAB V
1. Kesimpulan
2. Saran
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.