Anda di halaman 1dari 15

Asuhan

keperawatan pada
pasien dengan
Gallblader (batu
empedu) diruang
Dahlia
Kartika Dwi Mulyaningsih

1811040088
Kasus
Tn. K usia 57 tahun, tidak tamat SD, dan bekerja sebagai Penjahit. Dibawa oleh keluarga ke RS
dengan keluhan nyeri perut bagian kanan atas. Setelah diperiksa oleh dokter pemeriksaan oleh
dokter dan pasien dinyatakan gallblader.
Dari riwayat kesehatan sekarang didapatkan : pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan atas
dirasakan 3 hari yang lalu. Pada tanggal 4 nov 2018 dibawa kerumah sakit selama 2 hari namun
tidak ada perbaikan kemudian dirujuk ke rumah sakit banyumas. Dari hasil pemeriksaan PA X-Ray
Inkonklusif didapatkan hasil peritonitis perforasi gallblader.
Riwayat kesehatan dahulu didapatkan data pasien belum pernah dirawat dirumah sakit dan belum
pernah dilakukan tindakan operasi. Tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM dan
Hipertensi. Menurut hasil wawancara pasien lebih banyak minum kopi dan teh, merokok sehari
sampai 1 bungkus.Bila rasa nyeri menyerang biasanya pasien mengobati dengan obat warung
tanpa resep dokter yaitu tolak angin.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80 mmHg,
Nadi 102x/m, RR 22x/m, S:36 derajat celsius. Hb (L) 9,9/uL, Leukosit (H) 24,96 10^3/uL, Protein
total (L) 5,0 g/dl, Albumin (L) 2,4 g/dl, SGOT (H) 156 U/L, SGPT (H) 87 U/L, Kreatinin (H) 1,33
mg/dl, Rasio albumin/globulin (L) 0,92. BAB Lancar, Pasien terpasang DC, pasien terpasang drain,
Pada tanggal 7 nov dilakukan tindakan laparatomi, kolesistektomi.
Pathway Usia

Metabolisme empedu yang abnormal

Nyeri Batu empedu

Insisi Prosedur
pembedahan pembedahan

Defisit
Risiko Pemasangan drain, bedrest perawatandiri
infeksi luka post op
Batu empedu pada umumnya dialami oleh orang yang berusia di atas 40 tahun.
Semakin tua usia maka fungsi organ tubuhnya menurun. Pada usia di atas 40 tahun
jumlah kolesterol dan lemak dalam empedu seharusnya semakin meningkat karena
semakin menumpuk kolesterol dan lemak yang berlangsung lama mengakibatkan
pengkristalan pada empedu menyebabkan fungsi metabolisme empedu menjadi
abnormal.

Penimbunan dan pengkristalan ini menybabkan adanya batu empedu. Hal ini dapat
dilihat dari adanya nyeri perut bagian atas kanan pada pasien. Muncul diagnosa nyeri
akut.

Tindakan yang dilakukan pada batu empedu adalah prosedur pembedahan, pada
prosedur pembedahan didapatkan luka post op, adanya drain dan leukosit yang tinggi
terjadilah resiko infeksi.

Prosedur pembedahan ini menyebabkan keadaan pasien mengatakan lemas ditandai


dengan HB 9,9 U/L , pasien terpasang DC, pasien tidak mampu beraktivitas seperti
biasa sehingga muncul diagnosa defisit perawatan diri
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik


Perawat menegakkan diagnosa tersebut karena pasien mengatakan nyeri perut bagian
kanan atas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul dengan TTV
110/80 mmHg, Nadi 102x/m, RR 22x/m, S:36 derajat celsius. Ekspresi wajah tampak
menahan nyeri.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Perawat menegakkan diagnosa tersebut karena adanya luka operasi, pasien terpasang
drain, Leukosit (H) 24,96 10^3/uL. Pasien mengatakan rasa panas di area perut.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Perawat menegakkan diagnosa tersebut karena pasien mengatakan mandi, makan dan
minum dibantu orang lain. Terpasang DC.
Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


dengan agent injury fisik Rasionalisasi : menanyakan skala nyeri pada pasien
dengan menjelaskan skala angka nyeri (wong-Baker )
Lakukan pengkajian nyeri 0 = tidak nyeri
secara komprehensif
1-3 = nyeri ringan
Ajarkan tehnik distraksi 4-6 = nyeri sedang
dan relaksasi untuk 7-10 = nyeri berat
mengurangi nyeri pengelolaan nyeri yang baik tergantung dari pengkajian
Kolaborasi pemberian nyeri yang akurat. Pengkajian yang akurat pada nyeri
adalah hal yang penting untuk memastikan nyeri dikelola
analgetik secara efektif (Mackintosh, 2007)
 Melakukan teknik relaksasi nafas dalam

Rasionalisasi :
Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu dalam kondisi
 Memberikan analgetik
sehat atau sakit dan merupakan upaya pencegahan untuk
membantu tubuh segar kembali dan meminimalkan nyeri Rasionalisasi: Pada pasien dengan nyeri
secara efektif (Perry, 2005) kolik abdomen pemberian analgetik
diperlukan untuk meningkatkan
Latihan pernafasan dan teknik relaksasimenurunkan konsumsi
kenyamanan pasien (ACI Urology
oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan
network-nursing, 2012)
ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-
ketegangan otot (smeltzer and bare, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh satriyo agung dkk (2013)
didapatkan hasil sebagian besar tingkat nyeri yang dirasakan
responden sebelum diberikan teknik relaksasi nafs dalam
adalah skala 6 atau nyeri sedang dan setelah diberikan teknik
relaksasi nafas dalam menjadi skala 3 atau nyeri ringan.
2. Resiko infeksi b.d tindakan infensif

 Mengamati adanya tanda-tanda infeksi


Rasionalisasi: Peningkatan suhu tubuh, nyeri pada pinggang,
kemerahan dan panas disekitar insersi menandakan adanya
proses infeksi (CCNIH, 2012)
 Melakukan Ganti balut 2 hari sekali
Intervensi
Rasionalisasi: balut luka adalah prosedur perawatan luka dengan
 Amati adanya tanda-tanda mengganti balutan yang telah kotor atau sudah waktunya untuk
infeksi diganti yang baru. Tindakan di atas bertujuan mencegah infeksi,
mempercepat penyembuhan dan memberikan rasa nyaman pada
 Melakukan ganti balut pada 2 pasien. Semakin baik perawatan luka dilakukan maka infeksi
hari sekali luka operasi bisa dikendalikan. (Wysocki ,1989 dalam Potter &
Perry,
 Kolaborasi pemberian 2005)
analgetik  Memberikan analgetik
Rasionalisasi: Pada pasien dengan post op pemberian analgetik
diperlukan untuk melindungi dari infeksi (CCNIH, 2012)
Defisit perawatan diri
dengan kelemahan

Intervensi  Pertimbangkan usia pasien ketika


1. Pertimbangan usia pasien mempromosikan aktivitas perawatan diri
ketika mempromosikan Rasionalisasi : ketergantungan lanjut usia
aktivitas perawatan diri disebabkan kondisi orang lansia yang banyak
2. Motivasi pasien untuk mengalami kemunduran fisik maupun psikis.
melakukan aktivitas Kurang imobilitas fisik merupakan masalah
yang sering dijumpai pada pasien lanjut usia
akibat berbagai masalah fisik, psikologis, dan
dapat menyebabkan komplikasi hampir
semua sistem organ (malida, 2011).
memotivasi pasien untuk belajar miring kanan dan miring kiri
, belajar duduk dan turun dari tempat tidur
Rasional : Ketidakmampuan pasien untuk mengatasi nyeri
mengakibatkan pasien menjadi kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, mandi dan
berpindah. Pengalaman tersebut akhirnya akan berdampak pada
kualitas hidup dari pasien menjadi menurun ( Munawaroh
Khoirunnisa , 2017).
Komplikasi

– bila tidak dilakukan tindakan perawatan luka akan


terjadinya infeksi luka post operasi dengan ditandai
dengan pasien mengatakan rasa panas diarea perut,
Leukosit (H) 24,96 10^3/uL ditambah dengan terjadinya
penurunan kadar albumin yaitu 2,4g/dl, dan Hb 9,9 g/dl,
yang akan menurunkan daya tahan tubuh dan
menyebabkan infeksi.
Prognosis

Prognosis akan baik bila HB,Leukosit dan albumin dalam batas normal. Perawatan
luka yang dilakukan teratur. Pasien mengatakan nyeri semakin berkurang dengan
skala nyeri 2, pasien sudah bisa duduk dan kemudian berjalan. Pasien sudah bisa
beraktivitas secara mandi. Tekanan darah 120/80 mmhg, N:72x/m RR 20x/m S 36
derajat selcius. Tidak ada tanda-tanda infeksi post operasi.
Prognosis akan tidak baik bila pasien menolak untuk operasi laparatomi
kolesistektomi karena sudah ditandai dengan adanya batu empedu dan harus
dilakukan operasi untuk menghilangkannya. Bila pasien menolak, maka
prognosisnya akan memburuk karena sudah terjadi penurunan kadar albumin yaitu
2,4g/dl, dan Hb 9,9 g/dl, yang akan menurunkan daya tahan tubuh dan
menyebabkan infeksi.
Terimakasih
Contoh soal

1. Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat sejak 3 hari yang lalu pada
abdomen dengan skala 7, pasien meringis kesakitan dengan TD 130/90mmhg, N
121 x/m, S 36 derajat selcius dan RR 22x/m. Pasien memegangi perut, pasien
lemah. Hasil pemeriksaan lab HB 6,6 g/dl, leukosit 25,6 10^3 /UL. Apakah diagnosa
keperawatan diatas?
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi
c. Abdominal pain
d. Nyeri kronis
e. Ketidak efektifan pola napas.
2. Pasien mengatakan panas diarea perut, pasien terlihat lemas . Leukosit (H)
24,96 10^3/uL ditambah dengan terjadinya penurunan kadar albumin yaitu 2,4g/dl,
dan Hb 9,9 g/dl, terdapat luka operasi, pasien meringis kesakitan. Apakah diagnosa
keperawatan diatas?
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi
c. Abdominal pain
d. Nyeri kronis
e. Ketidak efektifan pola napas.

Anda mungkin juga menyukai