Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI

PADA PASIEN FRAKTUR METACARPAL

Disusun Oleh :

IKHFINA KHAMALIA RIZKINA


2111040102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Nyeri
1.1. Definisi nyeri
Menurut “The International Association for the Study Of Pain
(2011), nyeri adalah suatu pengalaman seseorang yang meliputi
perasaan dan emosi tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan sebenarnya atau potensial pada suatu jaringan yang dirasakan
diarea yang terjadi kerusakan. Nyeri adalah apa yang dikatakan individu
yang mengalaminya dan terjadi kapanpun saat individu tersebut
mengatakannya (McCaffery dalam Julia Kneale, 2011).
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(PPNI, 2016). Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri
pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan
gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
International Association for The Study of Pain atau IASP mendefinisikan
nyeri akut pada fraktur yaitu sebagai suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berhubungan 13 dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam
kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2006).

1.2 Fisiologi Sistem


a. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara
yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri akan membantu
untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut : resepsi, persepsi
dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui

2
serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan
menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai
didalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan
nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebral.
Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral , maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersepsikan nyeri (McNair, 1990) Seorang kilen
yang sedang merasakan nyeri tidak dapat membedakan
komponen-komponen tersebut. Akan tetapi, dengan memahami setiap
komponen perawat akan terbantu dalam mengenali faktor-faktor yang
dapat menimbulkan nyeri gejala yang menyertai nyeri dan rasional
serta kerja terapi yang dipilih.
1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri:
a. Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup (intovert). Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat
memengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga
terjadilah persepsi nyeri.
b Usia dan tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel penting
yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam
hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri
yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini
dapat menghambat penanganan nyeri yang mereka rasakan
dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat
penanganan nyeri untuk mereka.

3
c Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi pencahayaan
dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut akan dapat
memperberat nyeri.selain itu, dukungan dari keluarga dan orang
terdekat menjadi salah satu factor penting yang memengaruhi
persepsi nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendirian,
tanpa keluarga atau teman-temannya yang mendukungnya,
cenderung merasakan nyeri yag lebih berat dibandingkan mereka
yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.
d Ansietas dan stress
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman
yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau
peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri.
Sebaliknya, indvidu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol
nyeri yang mereka rasakan akan mengalami penurunan rasa takut
dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka
(Mubarak, 2015).

1.4 Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi


a. Stimulasi Mekanik: Disebut trauma mekanik adanya suatu
penegangan akan penekanan jaringan
b. Stimulus Kimiawi: Disebabkan oleh bahan kimia
c. Stimulus Thermal: Adanya kontak atau terjadinya suhu yang
ekstrim panas yang dipersepsikan sebagai nyeri 44°C-46°C
d. Stimulus Neurologik: Disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
e. Stimulus Psikologik: Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang
bersifat psikologis
f. Stimulus Elektrik Disebabkan oleh aliran listrik

2. Rencana Asuhan Keperawatan Klien


2.1. Pengkajian

4
2.1.1. Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang
dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan
masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan,
riwayat sosial-budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental
serta emosi terhadap penyakit. Biasanya pasien datang ke RS
dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau tangan yang
mengalami pembengkakan.
2.1.2. Pemeriksaan fisik: data fokus
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambutnya rontok, tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak
bau dan tidak ada edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka
dan tidak ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal
yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik.
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan
cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi
stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak
ada gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP

5
h. Dada dan Thorax
Inspeksi :Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dada simetris.
Palpasi :Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal
premitus).
Perkusi :Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi :Bunyi pernapasnya vesikuler.
i. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra
bunyinya pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi
tambahan
j. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan
dinding perut sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran pada
abdomen,tidak kram pada abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani
k. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot
berkurang. Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi
terbatas karena adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis,
biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar
tulang.

l. Sistem Persyarafan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
2.1.3. Pemeriksaan penunjang

6
Menurut Saferi Wijaya (2013), pemeriksaan yang biasa
dilakukan adalah :
a. Pemeriksan radiologis menyatakan adanya segitiga codman
dan destruksi tulang.
b. CT scan untuk melihat adanya penyebaran penyakit.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang,
meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum dan lesi-lesi
yang dicurigai.
d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya
peningkatan alkalin fosfatase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada
tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
g. Scntigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip
lesion”
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
2.2.1 Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
- Agen pencedera fisiologis (msalnya inflamasi, iskemia,
neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia
iritan)
- Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

7
fisik berlebihan).
2.2.2 Gangguan Mobilitas Fisik
c. Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri
d. Penyebab
Kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolism,
ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan
massa otot, penurunan kekuatan otot, keterlambatan
perkembangan, kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, indeks
massa tubuh presentil ke-75 sesuai usia, efek agen
farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, kurang
terpapar informasi tentang aktivitas fisik, kecemasan,
gangguan kognitif, ketegangan melakukan pergerakan,
gangguan sensoripersepsi.
2.2.3 Gangguan Pola Tidur
a. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
b. Penyebab
- Hambatan lingkungan (misalnya kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak
sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan), Kurang
control tidur, Kurang privasi, Restraint fisik, Ketiadaan teman
tidur, tidak familiar dengan peralatan tidur.

2. 1 Perencanaan

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
keperawatan, maka Observasi

8
diharapkan tingkat nyeri 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun dan kontrol nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
meningkat 2) Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: 3) Identifikasi respons nyeri non verbal
1) Tidak mengeluh nyeri 4) Identifikasi faktor yang memperberat
2) Tidak meringis dan memperingan nyeri
3) Tidak bersikap protektif 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
4) Tidak gelisah tentang nyeri
5) Tidak mengalami 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
kesulitan tidur respon nyeri
6) Frekuensi nadi membaik 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
7) Tekanan darah membaik hidup
8) Melaporkan nyeri 8) Monitor keberhasilan terapi
terkontrol komplementer yang sudah diberikan
9) Kemampuan mengenali 9) Monitor efek samping penggunaan
onset nyeri meningkat analgetik
10) Kemampuan mengenali Terapeutik
penyebab nyeri meningkat 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
11) Kemampuan mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
menggunakan teknik non- hypnosis, akupresur, terapi musik,
farmakologis biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

9
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian Analgetik
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik asuhan keperawatan Observasi
diharapkan Mobilitas Fisik 1)Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
meningkat dengan kriteria fisik lainnya
hasil: 2)Identifikasi adanya toleransi fisik saat
1)Pergerakan ekstremitas melakukan
meningkat 3)Monitor tekanan darah sebelum memulai
2)Kekuatan otot meningkat Mobilitas
3)Rentang gerak (ROM) 4)Monitor keadaan umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
4)Nyeri menurun Terapeutik
5)Kecemasan menurun 1)Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
6)Kaku sendi menurun bantu (misalnya pagar tempat tidur)
7)Gerakan tidak 2)Fasilitasi melakukan pergerakan , jika
terkoordinasi menurun perlu
3)Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1)Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2)Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3)Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus

10
dilakukan (misalnya duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
tidur asuhan keperawatan maka Observasi
pola tidur membaik, dengan 1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kriteria hasil : 2) Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur 3) Identifikasi makanan dan minumanyang
menurun mengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga 4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
menurun Terapeutik
3. Keluhan pola tidur 1) Modifikasi lingkungan
berubah menurun 2) Batasi waktu tidur siang
4. Keluhan istirahat tidak 3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum
cukup menurun tidur
5. Kemampuan beraktivitas 4) Tetapkan jadwal tidur rutin
meningkat 5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan
6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan
tindakan untuk menunjangsiklus tidur
terjaga
Edukasi
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3) Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur.
4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap tidur

11
REM
5) Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya

12
Daftar Pustaka

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

13

Anda mungkin juga menyukai