Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan

Vol 5, No.1. 2020


ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

TERAPI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA PASIEN SIROSIS


HEPATIS
Resa Nirmala Jona1, Arlies Zenitha Victoria2

Program Studi D-3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

Email: resa@stikestelogorejo.ac.id

ABSTRAK

Malnutrisi merupakan komplikasi yang terkenal pada pasien dengan sirosis hepatis. Penurunan
nilai kekuatan genggam berhubungan dengan malnutrisi dan dianggap sebagai parameter terpercaya
yang mencerminkan hilangnya massa otot. Kepatuhan pasien dalam pemenuhan nutrisi yang tepat
sangat diperlukan untuk sapat meningkatkan status gizi pasien, sehingga diperlukan perubahan
perilaku (changes behavior). Salah satu jenis terapi dengan menggunakan pendekatan perilaku untuk
mengatasi masalah ketidakpatuhan adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT), yang merupakan salah
satu bentuk psikoterapi yang mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Cognitive Behavior Therapy (CBT) dalam meningkatkan status
gizi pada pasien sirosis hepatis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental
pada pasien sirosis hepatis dengan kriteria child pugh A dan B, pemilihan sampel dengan cara
purposive sampling dan dibagi dalam kelompok intervensi 34 responden dan kelompok kontrol 34
responden. Normalitas data diuji menggunakan Shapiro wilk, dilanjutkan dengan uji beda menggunakan
Paired T Test. Didapatkan nilai pre-post pada kelompok intervensi p=0,000. Pengukuran efektivitas
dihitung dengan rumus menurut Cohen’s. Didapatkan nilai Effect Size (ES) CBT terhadap status gizi
adalah 0,7 (efek sedang). Simpulan dari peneliian ini Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif dalam
meningkatkan status gizi pada pasien sirosis hepatis.

Kata Kunci : Terapi, Status Gizi, Sirosis Hepatis

PENDAHULUAN tahun, dan satu per empat dari kejadian


kasus tersebut berkembang menjadi penyakit
Sirosis hepatis menjadi penyebab
hati sirosis hepatis dan karsinoma
ketujuh kematian di dunia. Sebanyak 25.000 hepatoseluler primer (Kementrian
orang meninggal per-tahun akibat sirosis
Kesehatan, 2014; Ott, Stevens, Groeger, &
hepatis (Suratun & Lusianah, 2010). World
Wiersma, 2012).
Health Organization (WHO) mengemukakan
bahwa pada tahun 2011 tercatat sebanyak Sirosis hepatis merupakan tahap akhir
738.000 pasien meninggal akibat sirosis penyakit hati (Suratun & Lusianah, 2010).
hepatis (Kementrian Kesehatan, 2014). WHO Malnutrisi sering terjadi pada pasien dengan
memperkirakan lebih 2 milyar penduduk penyakit hati, prevalensi yang didapatkan
dunia telah terinfeksi virus hepatitis B, dimana yaitu 50% -90% di antara pasien sirosis
378 juta atau 4,8% terinfeksi yang bersifat (Cheung, Lee, & Raman, 2012). Malnutrisi
carier kronis dengan angka kematian 620,000 menyebabkan kelainan sensori-motor dan
jiwa setiap tahun. Lebih dari 4,5 juta kasus pengecilan otot yang bervariasi pada tiap
infeksi baru virus hepatitis B terjadi setiap tahapannya. Kekuatan genggam diakui
*Corresponding Author :
Resa Nirmala Jona
Program Studi D-3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
Email: resa@stikestelogorejo.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

sebagai alat yang berguna untuk diberikan Cognitive Behavior Tehrapy (CBT),
mengevaluasi kekuatan otot serta disarankan dan kelompok kontrol tidak diberikan
sebagai metode untuk mendeteksi perlakuan (usual care).
kekurangan gizi di bidang klinik. Kekuatan
Populasi dalam penelitian ini adalah
genggaman adalah salah satu cara untuk
semua pasien sirosis hepatis yang
menilai kapasitas fungsional, suatu
mengalami rawat jalan. Jumlah sampel yang
pengukuran kekuatan otot tangan dan lengan
yang dinyatakan dalam kilogram atau newton dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 68
respponden dengan distribusi 34 untuk
sesuai dengan kekuatan memeras atau
menjepit dengan alat handgrip dynamometer. kelompok intervensi dan 34 untuk kelompok
Penurunan nilai kekuatan genggam kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode non
berhubungan dengan malnutrisi dan
probability sampling dengan cara purposive
dianggap sebagai parameter terpercaya yang
sampling.
mencerminkan hilangnya massa otot (Silva et
al., 2015). Adapun yang termasuk kriteria inklusi
Kepatuhan pasien dalam pemenuhan pada penelitian ini adalah pasien sirosis
nutrisi yang tepat sangat diperlukan untuk hepatis dengan kriteria child pugh A dan B,
meningkatkan status nutrisi, sehingga pasien sirosis hepatis di ruang rawat jalan
diperlukan perubahan perilaku (changes yang bertempat tinggal di wilayah semarang
behavior). Salah satu jenis terapi dengan (untuk kelompok intervensi), pasien berusia
menggunakan pendekatan perilaku untuk 17 – 55 tahun, pasien dapat berkomunikasi,
mengatasi masalah ketidakpatuhan adalah pasien tidak mengalami gangguan
Cognitive Behavior Therapy (CBT), pendengaran, pasien bersedia menjadi
merupakan salah satu bentuk psikoterapi responden dan kriteria eksklusinya adalah
yang mengubah pikiran negatif menjadi tidak mengikuti sesi CBT secara lengkap.
pikiran positif (Meichenbaum, 2009).
Keunggulan dari terapi ini adalah menggali Penelitian ini menggunakan uji Paired
kemampuan seseorang untuk bereaksi T-Test untuk membandingkan nilai pre-test
secara adaptif dalam menghadapi masalah dan post test pada masing-masing kelompok.
atau situasi sulit dalam setiap fase hidupnya Penilaian status gizi dengan mengukur
(Beck, 2006). kekuatan genggam tangan, menggunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk alat handgrip dynamometer dan lembar
mengetahui efektifitas Cognitive Behavior observasi.
Therapy (CBT) terhadap status gizi pada
pasien sirosis hepatis. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji kesetaraan
METODE PENELITIAN karakteristik responden yang meliputi usia,
Penelitian ini menggunakan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
rancangan penelitian Quasy Experiment pekerjaan pada kelompok intervensi dan
(eksperimen semu) dengan pendekatan Pre kelompok kontrol menunjukkan adanya
and post test control group design. Pada homogenitas, dengan nilai (p>0,005).
penelitian ini responden akan dibagi dalam 1. Usia
dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
Berdasarkan data usia responden,
dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi
distribusi data pada kelompok intervensi
*Corresponding Author :
Resa Nirmala Jona
Program Studi D-3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
Email: resa@stikestelogorejo.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

dan kelompok kontrol sebagian besar Pendidikan seseorang akan


responden berusia 46-55 tahun. Pada mempengaruhi pola pikir kognitif
kelompok kontrol sebanyak 61,8% dan dikarenakan dipengaruhi oleh faktor
kelompok intervensi sebanyak 58,8%. informasi yang didapatkan selama masa
Hal ini sesuai dengan hasil pendidikan dan pengalaman yang dialami
penelitian Jeffrey yang menyatakan seseorang. Sesorang dengan pendidikan
bahwa jumlah penderita sirosis hepatis tinggi biasanya cenderung memiliki
terbanyak pada usia >40 tahun (Jeffrey T. pemahaman yang lebih baik tentang
Parsons, Sarit A. Golub, Elana Rosof, & penyakit dalam hal penyebab, pilihan
Catherine Holder, 2009). Hasil Riset pengobatan dan prognosis (Suwistianisa
Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga & Huda, 2015).
menunjukkan bahwa data karakteristik
prevalensi sirosis hepatis tertinggi 3. Pekerjaan
terdapat pada kelompok umur 45-54 dan Berdasarkan karakteristik
65-74 tahun (Kementrian Kesehatan, pekerjaan, sebagian besar responden
2014). bekerja sebagai wiraswasta dan pekerja
Penderita sirosis hati semakin swasta. Hal ini sesuai dengan hasil
banyak dijumpai seiring dengan penelitian Mutia yang menyebutkan
bertambahnya usia. Sirosis hati adalah bahwa responden yang terbanyak adalah
penyakit hati kronis atau menahun. pekerja swasta. Hal ini dapat disebabkan
Progresi dari kerusakan sel hati menuju karena kemungkinan adanya paparan
sirosis dapat muncul dalam beberapa penyakit di tempat kerja. Penyebab
minggu sampai dengan bertahun-tahun. sirosis hati terbanyak adalah riwayat
Oleh karena itu, infeksi virus yang penyakit hepatitis. Penyebab yang lain
terjadi di masa muda dapat yaitu alkohol, diabetes mellitus,
menunjukkan manifestasi sebagai sirosis kardiaksirosis, dan sirosis hati non B-non
hati pada dekade yang lebih lanjut C (Mutia, 2017).
(Tambunan, Mulyadi, & Ibnu, 2015).
4. Jenis Kelamin
2. Pendidikan Berdasarkan karakteristik jenis
Berdasarkan karakteristik pendidi- kelamin, sebagian responden berjenis
kan responden, distribusi data pada kelamin laki-laki dengan jumlah 22
kelompok intervensi jumlah responden responden (64,7%) pada kelompok
paling banyak adalah berpendidikan intervensi dan 24 responden (70,6%)
sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan hasil pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Corral F. dengan hasil penelitian yang dilakukan
bahwa, dilaporkan bahwa insiden sirosis oleh Tambunan bahwa bahwa jumlah
hati per 100.000 pria adalah 88,3% di responden terbanyak berjenis kelamin
antara pria tanpa pendidikan, 52,6% di laki-laki dibandingkan perempuan,
antara mereka yang memiliki pendidikan dengan perbandingan 2,3 : 1 (Tambunan
dasar, 28,8% di antara pria dengan et al., 2015).
pendidikan menengah, dan 14,9% di Kecenderungan ini belum diketahui
antara mereka dengan pendidikan secara pasti penyebabnya. Laki-laki
universitas (Corral, Cueva, & Yépez, lebih banyak menderita sirosis hati
2001). kemungkinan karena mereka lebih sering
*Corresponding Author :
Resa Nirmala Jona
Program Studi D-3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
Email: resa@stikestelogorejo.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

terpapar dengan sejumlah agen berdampak pada peningkatan atau perbaikan


penyebab sirosis hati, seperti virus status gizi (Cahyati, 2015).
hepatitis dan alkohol. Selain itu juga dapat
dikarenakan minimnya penggunaan Efektifitas Cognitive Behavior Therapy
sumber-sumber layanan kesehatan, (CBT) terhadap status gizi pada kelompok
sehingga mereka yang menderita intervensi dan kelompok control
sirosis hati kurang terdeteksi dan tidak Untuk mengetahui besar pengaruh
terlaporkan (Mutia, 2017). (effect size) CBT terhadap status gizi pada
kelompok intervensi maka dilakukan
penghitungan effect size. Penghitungan
besar pengaruh CBT tersebut menggunakan
Perbedaan status gizi sebelum dan
rumus Cohen’s sebagai berikut:
sesudah diberikan Cognitive Behavior
Therapy (CBT) pada kelompok intervensi (𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22
dan kelompok kontrol 𝑆𝑔𝑎𝑏 = √
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Hasil uji beda status gizi responden
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan 𝑆𝑔𝑎𝑏
status gizi yang signifikan pada kelompok (34 − 1)7,4202 + (34 − 1)6,9422
intervensi saat pre test dan post test, dengan =√
34 + 34 − 2
demikian dapat disimpulkan bahwa status gizi
pada kelompok intervensi naik secara = 7,58
signifikan setelah diberikan CBT, sedangkan 𝑋1 − 𝑋2
𝑑=
pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa 𝑆𝑔𝑎𝑏
tidak terdapat perbedaan status gizi saat pre 38,74 − 32,85
𝑑=
test dan post test. Dapat disimpulkan bahwa 7,58
status gizi pada kelompok kontrol tidak = 0,7
bermakna setelah diberikan usual care di
Rumah Sakit.
Setiap individu membutuhkan asupan zat Keterangan:
gizi yang berbeda antar individu, hal ini 𝑑 = nilai effect size
tergantung pada usia orang tersebut, jenis 𝑆𝑔𝑎𝑏 = standar deviasi gabungan
kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat 𝑋1 = rerata kelompok intervensi
badan, dan lainnya. Status gizi seseorang 𝑋2 = rerata kelompok kontrol
tergantung dari asupan gizi dan 𝑛1 = besar sampel kelompok
kebutuhannya, jika antara asupan gizi intervensi
dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, 𝑛2 = besar sampel kelompok
maka akan menghasilkan status gizi yang kontrol
baik (Harjatmo, Par’i, & Wiyono, 2017) 𝑆1 = standar deviasi kelompok
Salah satu aspek Cognitive Behavior intervensi
Therapy (CBT) adalah merubah pola pikir 𝑆2 = standar deviasi kelompok
negatif menjadi positif sehingga perilaku kontrol
maladaptif yang timbul akibat pola pikir yang
salah juga akan berubah menjadi perilaku Perhitungan di atas menunjukkan nilai
yang adaptif (Beck, 2006). Seseorang yang effect size CBT terhadap kepatuhan diet yaitu
patuh akan diet yang telah dianjurkan, akan sebesar 0,7. Berdasarkan kriteria nilai
*Corresponding Author :
Resa Nirmala Jona
Program Studi D-3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
Email: resa@stikestelogorejo.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

Cohen’s, nilai (0,5-0,8) memiliki besar efek pernyataan tersebut, maka yang harus
yang sedang. Dapat diartikan bahwa CBT dilakukan pertama kali adalah memperbaiki
memiliki efek yang sedang dalam pengetahuan pasien sehingga
meningkatkan status gizi pada pasien sirosis menumbuhkan keyakinan pada pasien yang
hepatis sebanyak 43%. akhirnya akan menimbulkan sikap yang baik.
Nilai besar efek ini belum memiliki nilai Seseorang dengan keyakinan yang baik akan
tinggi dalam meningkatkan status gizi pada keberhasilan terapi yang dijalani, maka akan
pasien sirosis hepatis. Hal ini dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
disebabkan kurang lamanya waktu evaluasi menjalani terapi yang dilakukan (Ilmah,
perubahan status gizi setelah diberikan CBT. 2015). Seseorang yang patuh akan diet yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh telah dianjurkan, akan berdampak pada
Mutia, menyebutkan bahwa untuk peningkatan atau perbaikan status gizi. Hal ini
mengetahui perubahan status gizi seseorang sesuai dengan penelitian Cahyati bahwa ada
dibutuhkan waktu antara 1-3 bulan (Mutia, hubungan kepatuhan diet dengan
2017). Akan tetapi, CBT menunjukkan peningkatan status gizi (Cahyati, 2015)
dampak yang positif dalam meningkatkan
skor kekuatan genggam tangan (handgrip SIMPULAN
strength) pada kelompok intervensi. Kepatuhan dalam menjalankan diet
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang tepat akan dapat meningkatkan status
sebagai psikoterapi yang berfokus pada gizi seseorang. Untuk meningkatkan
masalah dibuat untuk mengurangi gejala dan kepatuhan, perlu dilakukan perubahan
membangun kepercayaan bahwa seseorang perilaku negatif menjadi positif dengan
memiliki kontrol pikiran, kepercayaan, mengubah pikiran negatif menjadi positif
perilaku dan keterampilan untuk membantu pula. Cognitive Behavior Therapy (CBT)
pasien selama terapi diet. Peran CBT dalam efektif dalam meningkatkan status gizi pada
terapi diet sirosis memberikan dampak positif, pasien sirosis hepatis, dengan memiliki besar
sehingga dapat meningkatkan atau efek 0,7 (efek sedang). Selain diberikan CBT,
memperbaiki status gizi pada pasien yang peneliti juga memberikan edukasi mengenai
akan menjalani perawatan (Sulistyowati, diet yang tepat untuk penderita sirosis
Respati, & Nasrudin, 2016). Proses terjadinya hepatis, yang mana pengetahuan merupakan
dampak positif setelah CBT pada pasien modal awal bagi terbentuknya sikap yang
sirosis hepatis pada penelitian ini hanya akhirnya akan mengarah pada niat untuk
dapat dilihat secara fisik yaitu dari melakukan perubahan sikap. Hal ini perlu
peningkatan status gizi yang dapat dilihat dari ditindaklanjuti oleh pihak rumah sakit bahwa
meningkatkan kekuatan genggam tangan CBT dan edukasi dapat menjadi salah satu
(handgrip strength), akan tetapi penelitian tindakan keperawatan untuk meningkatkan
belum dapat hasil perubahan status gizi status gizi pasien khususnya pasien sirosis
dalam istilah biomolekuler. hepatis.
Pada penelitian ini, selain diberikan CBT,
responden juga diberikan edukasi mengenai DAFTAR PUSTAKA
diet yang tepat untuk penderita sirosis
hepatis. Pengetahuan merupakan modal Beck, A. (2006). COGNITIVE BEHAVIORAL
awal bagi terbentuknya sikap yang akhirnya THERAPY Arron Beck ".
akan mengarah pada niat akan melakukan
perbuatan atau bertindak. Berdasarkan Cahyati, S. M. W. (2015). Hubungan
*Corresponding Author :
Resa Nirmala Jona
Program Studi D-3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
Email: resa@stikestelogorejo.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

Kepatuhan Diet dengan Status Gizi pada Ott, J. J., Stevens, G. A., Groeger, J., &
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wiersma, S. T. (2012). Global
Dusun Karang Tengah Yogyakarta. epidemiology of hepatitis B virus
Unisa Digital Library, 43. infection : New estimates of age-specific
HBsAg seroprevalence and endemicity.
Cheung, K., Lee, S. S., & Raman, M. (2012). Vaccine, 30(12), 2212–2219.
Prevalence and Mechanisms of
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2011.1
Malnutrition in Patients With Advanced. 2.116
YJCGH, 10(2), 117–125.
https://doi.org/10.1016/j.cgh.2011.08.01 Silva, M., Gomes, S., Peixoto, A., Torres-
6 ramalho, P., Cardoso, H., Azevedo, R.,
… Macedo, G. (2015). Nutrition in
Corral, F., Cueva, P., & Yépez, J. M. (2001). Chronic Liver Disease. GE Jornal
Limited education as a risk factor in Português de Gastrenterologia, 22(6),
cervical cancer. Natl Tumor Regist Soc 268–276.
Struggl against Cancer (Registro Nac
https://doi.org/10.1016/j.jpge.2015.06.0
Tumores; Soc Lucha contra el Cáncer-
04
SOLCA). Quito; Ecuador, 30, 322.
Sulistyowati, S., Respati, S., & Nasrudin, M.
Harjatmo, T. P., Par’i, H., & Wiyono, S.
(2016). Effect of Cognitive Behavioral
(2017). Penilaian Status Gizi (Tahun
Therapy for Serotonin Level, 52(3), 231–
2017). Jakarta: Kementrian Kesehatan
234.
Republik Indonesia.
Suratun, & Lusianah. (2010). Asuhan
Ilmah, F. (2015). Kepatuhan Pasien Rawat Keperawatan Klien dengan Gangguan
Inap Dietdiabetes Mellitus berdasarkan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans
Teori kepatuhan Niven. Jurnal
Info Media.
Administrasi Kesehatan Indonesia, 3(1).
Suwistianisa, R., & Huda, N. J. (2015).
Jeffrey T. Parsons, P., Sarit A. Golub, P.,
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Elana Rosof, P., & Catherine Holder, B. Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien
(2009). Motivational Interviewing and Kanker Yang Dirawat Di RSUD Arifin
Cognitive-Behavioral Intervention to Achmad Provinsi Riau. JOM, 2, 2.
Improve HIV Medication Adherence
Among Hazardous Drinkers: A Tambunan, A., Mulyadi, Y., & Ibnu, K. M.
Randomized Controlled Trial, 46(4), (2015). Karakteristik pasien sirosis
443–450. hepatis. Journal FK Untan.
Kementrian Kesehatan, R. (2014). infodatin-
hepatitis.pdf.
Meichenbaum, D. (2009). COGNITIVE-
BEHAVIORAL THERAPY.

Mutia, D. F. B. (2017). Penatalaksanaan dan


edukasi pasien sirosis hati dengan
varises esofagus. Intisari Sains Medis, 8,
19–23.
*Corresponding Author :
Resa Nirmala Jona
Program Studi D-3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
Email: resa@stikestelogorejo.ac.id

Anda mungkin juga menyukai