C -
Q Bagaimana pola dan faktor pemberian PPI dosis tinggi jangka panjang terhadap
pasien dispepsia lama?
Judul Jurnal
Penulis
Ivanka Hendrix, Amy T. Page,· Maarit J. Korhonen, J. Simon Bell,
Edwin C. K. Tan, Renuka Visvanathan, Tina Cooper, Leonie Robson,
Janet K. Sluggett
Drugs - Real World Outcomers, Australia
Ringkasan Jurnal
1. Latar Belakang
Obat proton pump inhibitor (PPI) merupakan obat yang diindikasikan untuk
para penderita refluks esofagal (GERD), dispepsia, esofagus Barrett, dan untuk
menghindari efek samping perdarahan dari obat NSAID. Di Australia, pemakai
PPI memiliki prevalensi usia terbanyak pada usia 80 tahunan. The Australian
Therapeutic Guidelines dan American Gastroenterogical Association
merekomendasikan pemakaian PPI dibatasi antara 4-8 minggu untuk meredakan
gejala GERD tanpa komplikasi. Bila gejala tidak teratasi, dosis PPI dapat
dinaikkan atau diberi dua kali sehari. Kedua organisasi tersebut juga
merekomendasikan agar penilaian ulang dosis untuk mencari peluang turun dosis
ke dosis efektifnya. Obat PPI juga dikatakan tidak direkomendasikan untuk
dikonsumsi jangka panjang tanpa ada penelitian lebih jauh dan bukti yang sahih
mengenai efek PPI jangka panjang.
Obat PPI secara umum aman dikonsumsi dengan efek samping yang jarang
ditemukan. Akan tetapi, ada sejumlah bukti penggunaan PPI jangka panjang yang
ditemukan. Efek samping itu seperti defisiensi vitamin B12, infeksi Clostridium
difficile, pneumonia komunitas, patah tulang, dan cedera ginjal. Semua bukti
tersebut pada kenyataannya masih sangat terbatas dan masih diragukan.
Meskipun demikian, para lansia yang mengonsumsi PPI juga tak berarti lepas
dari kemungkinan efek samping PPI, terutama bagi mereka yang meminumnya
dalam dosis tinggi. Mengingat prevalensi pemakaian PPI yang besar, maka
kemungkinan jumlah individu yang mengalami efek samping juga besar
jumlahnya.
Sejumlah literatur saat ini menyatakan para lansia dapat saja diberi PPI
dalam waktu yang panjang dan tanpa indikasi yang jelas. Sebuah studi di
Amerika Serikat beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa seperempat dari
individu yang diresepkan PPI tidak memiliki indikasi yang jelas dan mereka pun
tidak diberikan NSAID ataupun antikoagulan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan
perbaikan dalam pemakaian PPI ini, sekaligus mengevaluasi kekurangan yang
harus diperbaiki dalam pemakaian PPI ini untuk menghindari kejadian serupa.
Dalam penelitian ini, akan diselidiki pola pemberian PPI pada individu yang
diresepkan PPI. Peneliti juga akan meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan
peresepan PPI.
2. Metode Penelitian
Data diambil oleh tiga orang perawat yang telah dilatih sebelumnya. Data
yang diambil terdiri dari aktivitas sehari-hari berdasarkan indeks Katz dan
keadaan tingkah laku dinilai dengan Neuropsychiatric Inventory Nursing Home
(NPI-NH). Keparahan demensia dinilai dengan Dementia Severity Rating Scale
(DSRS). Sikap pasien terhadap depreskripsi (penghentian atau penurunan dosis
obat) dinilai dengan sepuluh pertanyaan dari Patient Attitude Towards
Deprescribing (PATD). Keempat kuisioner itu dikerjakan dengan pengawasan
dari informan yang telah mengenal partisipan setidaknya 2 minggu. Data
diagnostik partisipan diambil dari rekam medis elektronik dengan penghitungan
Charlson Comorbidity Index (CCI).
Untuk data obat yang dipakai, datanya diambil oleh perawat saat mulai studi
dan dinilai oleh tim peneliti. Setiap dokumen yang diperiksa meliputi nama obat,
BSO, kekuatan, dan administrasinya. Medikasi di sini berarti semua pengobatan
dengan resep ataupun tanpa resep, termasuk topikal, herbal, dan suplemen nutrisi.
Secara khusus, untuk PPI yang digunakan meliputi pantoprazol, omeprazole,
esomeprazol, lansoprazol, dan rabeprazol (lihat tabel).
Adapun yang dimaksud sebagai pengobatan jangka panjang PPI adalah
pemakaian diatas 8 minggu. Delapan minggu ini dihitung sejak tanggal peresepan
pertama kali PPI kepada pasien atau terdapat catatan pemakaian PPI ini lebih dari
8 minggu. Selain PPI, obat-obatan yang mengiritasi lambung dan obat-obatan
yang dapat meningkatkan risiko perdarahan GI meliputi NSAID, aspirin,
warfarin, apixaban, rivaroxaban, dan dabigatran.
Luaran utama dari penelitian ini adalah proporsi individu yang menerima PPI
dan dosis yang diberikan. Penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berkaitan dengan pemberian dosis tinggi dan standar PPI. Peneliti
juga mencari penggunaan PPI lebih dari 8 minggu dengan indikasi penggunaan
PPI seperti GERD, gastritis, dispepsia, esofagus Barrett, esofagitis, ulkus peptik,
infeksi H. pylori, dan sindrom Zollinger-Ellison. Obat-obat yang mengiritasi
lambung juga akan dipertimbangkan dalam penelitian ini.
3. Hasil
Tiga ratus delapan puluh tiga partisipan memiliki rata-rata usia 88 tahun.
Dalam partisipan, 76% adalah perempuan. Ada 44% partisipan yang memiliki
catatan mengalami demensia. Karakteristik lengkapnya ada di tabel bawah ini.
Dari jumlah total partisipan, ada 196 orang (51%) yang menggunakan PPI.
Dari jumlah partisipan yang diresepkan PPI, 7 orang (3,2%) diresepkan PPI dosis
rendah. Ada 143 orang (73%) yang diberi dosis standar. Sedangkan yang diberi
dosi tinggi ada 45 orang (23%). Sedangkan jenis PPI yang paling sering dipakai
adakah pantoprazol dan esomeprazol (80%). Sekitar 21 orang (10%)
mengonsumsi PPI dua kali sehari.
Apabila dilihat dari indikasi pemberian, ada 145 orang (74%) yang
setidaknya memiliki satu indikasi, dengan frekuensi tersering adalah GERD.
Separuh dari partisipan (55%) juga diresepkan satu atau lebih obat yang berkitan
dengan potensi iritasi dan perdarahan lambung. Sedangkan apabila dilihat dari
durasi pemberian, 147 orang (75%) diketahui durasinya, dengan hampir
seluruhnya (141 orang, 96%) pengobatan PPI-nya minimal 8 minggu. Jika dilihat
dari penyakitnya yang paling banyak, yaitu GERD dan dispepsia, diketahui total
ada 124 orang, 123 orang yang memiliki informasi pengobatan PPI yang cukup.
5. Simpulan