Abstrak
Latar Belakang
Seseorang yang terinfeksi HIV, terjadi gangguan kekebalan tubuh sampai ketingkat yang
lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi. Menurunnya status gizi juga disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan karena berbagai hal, misalnya penyakit infeksi,
meningkatnya kebutuhan zat gizi, masalah kemampuan makan dan gangguan lainnya.
Pemberian intervensi gizi pada ODHA direncanakan dengan mempertimbangkan segala
aspek yang ditimbulkan pada setiap stadium. Tujuan pemberian intervensi gizi pada ODHA
antara lain adalah dicapai dan dipertahankannya berat badan normal, teratasinya gejala diare,
intoleransi zat gizi, mual dan muntah, diberikannya arahan kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi, membantu menghambat progesivitas HIV
menjadi AIDS dan mempertahankan kualitas hidup ODHA untuk tetap produktif, aktif dan
dapat bersosialisasi dengan keluarga dan masyrakat. Sebelum diberikan intervensi gizi pasien
terlebih dahulu dilakukan pengkajian gizi. Informasi yang digunakan dalam pengkajian gizi
antara lain diagnosa medis, beberapa informasi yang didapat dari catatan medis, hasil
wawancara dan hasil pengukuran antropometri. Pengkajian gizi secara sederhana
menggunakan perangkat Subjective Global Assessment (SGA). Dengan menggunakan
penilaian SGA dapat diketahuan kondisi malnutrisi ODHA dimana kondisi malnutrisi sangat
tidak menguntungkan bagi ODHA.
Metode
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April sd Juli 2012. Tempat penelitian adalah Unit Pelayanan Terpadu HIV, Instalasi
Gawat Darurat dan Ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Metode pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria
inklusi dan eksklusi.
Hasil
Sampel yang terkumpul sebanyak 23 sampel rawat inap dan 124 sampel rawat jalan,
didapatkan hasil bahwa sebesar 100 % sampel rawat inap dalam kondisi malnutrisi (22%
malnutrisi ringan sedang dan 78% malnutrisi berat). Sedangkan untuk sampel di rawat jalan
70 % kondisi gizi baik, 22 % malnutrisi ringan sedang dan 8 % malnutrisi berat. Pasien
HIV/AIDS dengan kondisi gizi baik sebaiknya diberikan edukasi mengenai makanan sehat
dan di lakukan penilaian SGA kembali 6 bulan berikutnya, untuk pasien dengan malnutrisi
ringan sedang sebaiknya diberikan edukasi mengenai makanan sehat dan di lakukan
penilaian SGA kembali 1 bulan berikutnya dan pasien dengan malnutrisi berat barus
dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut dan diberikan intervensi gizi yang tepat.
Penilaian Subjective Global Assessment pada Pasien HIV/AIDS di Rawat Inap dan
Rawat Jalan di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 2012
Latar Belakang
Penyakit HIV/AIDS merupakan maslah besar bagi kesehatan dan sangat berpengaruh pada
pertumbuhan sosio-ekonomi negara negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup
dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan survailens
AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang5.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu (ASI).
Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam
tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan
yang serius. Walaupun tampak sehat ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain, melalui
hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian
dan penularan dari ibu ke anak (PMTCT)10,11. Seseorang yang terinfeksi HIV, terjadi
gangguan kekebalan tubuh sampai ketingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi juga disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena
berbagai hal, misalnya penyakit infeksi, meningkatnya kebutuhan zat gizi, masalah
kemampuan makan dan gangguan lainnya5.
Sebelum diberikan intervensi gizi pasien terlebih dahulu dilakukan pengkajian gizi. Informasi
yang digunakan dalam pengkajian gizi antara lain diagnosa medis, beberapa informasi yang
didapat dari catatan medis, hasil wawancara dan hasil pengukuran antropometri6,7,8.
Pengkajian gizi secara sederhana menggunakan perangkat Subjective Global Assessment
(SGA). Dengan menggunakan penilaian SGA dapat diketahuan kondisi malnutrisi ODHA
dimana kondisi malnutrisi sangat tidak menguntungkan bagi ODHA7. ODHA dengan infeksi
oportunistik sangat berpotensi menjadi malnutrisi dan keadaan malnutrisi pada dengan IMT <
18,5 kg/m2 membutuhkan perhatian khusus untuk dilakukan perbaikan kondisi gizinya2,3,8.
Pemberian intervensi gizi pada ODHA direncanakan dengan mempertimbangkan segala
aspek yang ditimbulkan pada setiap stadium. Tujuan pemberian intervensi gizi pada ODHA
antara lain adalah dicapai dan dipertahankannya berat badan normal, teratasinya gejala diare,
intoleransi zat gizi, mual dan muntah, diberikannya arahan kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi, membantu menghambat progesivitas HIV
menjadi AIDS dan mempertahankan kualitas hidup ODHA untuk tetap produktif, aktif dan
dapat bersosialisasi dengan keluarga dan masyrakat7.
Metode
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April sd Juli 2012. Tempat penelitian adalah Unit Pelayanan Terpadu HIV, Instalasi
Gawat Darurat
dan Ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Nasional Dr. Cipto
Rawat Inap
n
%
0
0
5
22
18
78
23
100
Rawat Jalan
n
%
87
70
27
22
10
8
124
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di rawat inap semua sampel (n = 22) seluruhnya sudah
dalam kondisi malnutrisi dan sebagaian besar sudah dalam kondisi malnutrisi berat yaitu 77%
dari 22 sampel. Sedangkan, pada kelompok sampel di rawat jalan didapatkan hasil sebanyak
70% dari 124 sampel masih dalam kondisi gizi baik sedangkan sisanya sudah mengalami
malnutrisi baik rendah sampai dengan berat. Kondisi gizi yang baik bagi pasien HIV/AIDS
sangat menguntungkan karena pada kondisi tersebut dapat membantu pasien untuk
menguatkan kekebalan tubuh dalam melawan virus maupun infeksi lainnya yang juga akan
meningkatkan resistensi terhadap penyakit misalnya TB, diare, infeksi saluran pernafasan dan
lainnya3,4. Pada umumnya pasien HIV/AIDS yang berkunjung ke rawat jalan masih dalam
kondisi gizi baik, tetapi kondisi tersebut tidak begitu saja membuat Dietisien tidak fokus
untuk memberikan asuhan gizi, justru dalam kondisi tersebut sebaiknya Dietisien sudah
memulai memberikan edukasi gizi dimana dengan pengetahuan yang memadai mengenai
makanan yang baik dikonsumsi maka pasien diharapkan dapat mempertahankan status gizi
baik lebih lama sehingga dapat juga membantu mengatasi penyakit infeksi1,8.
Tabel. Penilaian SGA
Daftar Pertanyaan
Penurunan Berat badan
Tidak ada
Kehialangan 3 kg (berkurang 1 ukuran baju)
Kehilangan 3 6 kg (berkurang 1 -2 ukuran baju)
Kehilangan > 6 kg (berkurang > 2 ukuran baju)
Indeks Massa Tubuh
>20 kg/m2
18.5 19.9 kg/m2
15 18,4 kg/m2
< 15 kg/m2
Nafsu Makan
Baik (makan satu piring habis)
Buruk (makan hanya menghabiskan bagian
piring)
Tidak bisa makan (tidak ada makanan yang
dimakan dalam 4 waktu makan)
Kemampuan makan
Tidak ada masalah
Muntah/diare ringan
Sulit mengunyah/menelan/mulut kering
Perlu bantuan makan
Muntah/diare berat
Masalah lain
Tidak ada
TB
Skor
0
1
2
3
Rawat Inap
n
%
1
5
8
38
5
24
8
33
Rawat Jalan
N
%
115
5
1
3
93
4
1
2
0
1
2
3
8
2
8
4
38
5
38
19
88
27
7
2
71
22
6
2
0
2
9
8
43
38
109
14
88
11
19
0
1
2
2
3
5
3
7
3
4
24
14
33
14
14
102
14
7
1
-
82
11
6
1
0
2
2
-
10
0
51
17
41
14
20
90
56
45
Dari tabel di atas dapat lihat secara lebih rinci gangguan gizi yang lebih banyak di alami pada
pasien yang di rawat inap yaitu meliputi penurunan berat badan, nafsu makan, kemampuan
makan dan penyakit infeksi lainnya. Untuk pasien rawat jalan rata rata 80% belum
mengalami gangguan. Dengan penilaian SGA pada pasien HIV/AIDS maka dietisien dapat
merencanakan intervensi untuk mengatasi masalah gizinya, yaitu pada pasien dengan skor
SGA 0 3 dietisien memberikan edukasi tentang makanan yang sehat dan monitoring setelah
6 bulan berikutnya, skor SGA 4 5 dietisien memberikan edukasi tentang makanan yang
sehat dan monitoring setelah 1 bulan berikutnya dan skor SGA 6 dietisien harus melakukan
pengkajian lebih lanjut dan diberikan asuhan gizi8. Apabila dilihat dari hasil penilaian SGA
pada sampel di atas yaitu sebanyak 77% pasien rawat inap harus dilakukan pengkajian gizi
lebih lanjut serta mendapatkan asuhan gizi olah dietisien dan 8 % dari sampel rawat jalan
harus dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut serta mendapatkan asuhan gizi olah dietisien.
Pada pasien rawat jalan dengan skor yang masih baik, sebaiknya diberikan adukasi berupa
penyuluhan kelompok dan pemberian flyer/booklet/leaflet mengenai makanan seimbang dan
aman yang dikonsumsi.
Tinjauan Pustaka
1.
2.
3.
4.
SkriningmenggunakanSubjectiveGlobalAssessment(SGA)modifikasi
DaftarPertanyaan
Apakah ada penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir?
(dewasa)
Tidakada
Kehilangan3kg(berkurang1ukuranbaju)
Kehilangan36kg(berkurang12ukuranbaju)
Kehilangan>6kg(berkurang>2ukuranbaju)
IndeksMassaTubuh(IMT)
>20kg/m2
1819.9kg/m2
1517,9kg/m2
<15kg/m2
Score
0
1
2
3
0
1
2
3
NafsuMakan
Baik(Makansatupiringhabis)
0
Buruk(makanhanyamenghabiskanbagianpiring)
2
Tidak bisa makan (tidak ada makanan yang dimakan dalam 4 3
waktumakan)
Kemampuanmakan
Tidakadamasalah
0
Muntah/diareringan
1
Sulitmengunyah/menelan/mulutkering
2
Perlubantuanuntukmakan
2
Muntah/diareberat
3
Masalahlain
0
Tidakada
2
TB/HIV/AIDS
3
HIV/AIDSatauinfeksilain
Totalscore
________
Sumber : Mmatsae Balosang, Nutrition Guidelines Inside for PLWHA, Departemen of Public
Health, www.gov.bw.com