SPIROMETRI
Dosen Pembimbing :
NIM : 2110317002
Kelas/Kelompok : B/7
LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
I. Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Putar kran 3 ke posisi A dan keluarkan sisa udara yang masih terdapat dalam alat dengan cara
menekan, mengangkat sungkup spirometer. Kemudian isi spirometer dengan udara biasa
secukupnya dengan cara mengangkat sungkup. Tutup kran 3 dengan memutar kran 3 ke posisi B
2. Bersihkan mouth piece pada ujung pipa karet spirometer dengan kapas dan alcohol. Orang
percobaan berdiri menghadap alat. Hubungkan orang percobaan dengan alat dengan
memasukkan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutup hidung o.p dengan penjepit hidung.
3. Biarkan saja orang percobaan bernafas tenang dengan udara luar untuk beberapa waktu
5. Bila pernafasan orang percobaan sudah tenang dan teratur putar kran 3 ke posisi A, sehingga
orang percobaan sekarang bernafas dengan udara spirometer dan terlihat pencatat grafik
spirometer turun naik mengikuti irama pernafasan.
6. Jalankan kimograf dengan kecepatan rendah (ada 4 kecepatan) dan catatlah 4-5 gerakan
pernafasan
7. Sambil kimograf berjalan terus, suruhlah orang percobaan melakukan inspirasi dan ekspirasi
maksimal secara lambat, kemudian kimograf dihentikan
8. Suruhlah orang percobaan melakukan pernafasan tenang beberapa kali, kemudian suruh
melakukan inspirasi maksimal dan tahan nafas beberapa saat, pada saat yang sama kecepatan
kimograf dirubah ke kecepatan tinggi (kecepatan CE), dan orang orang percobaan melakukan
ekspirasi secara cepat dan maksimal. Kemudian kimograf dihentikan.
Jawab : 500 cc
P.5 : Bagaimana kita menetapkan K.V normal seseorang (Predicted Vital Capacity)
Landasan teori :
Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara kedalam dan keluar
dari paru (Blonshine, 2000) .
Seseorang yang bernapas melalui “mouthpiece” spirometri perlu ditutup hidungnya. Responden
yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu prosedur. Tiga maneuver pernapasan
dicoba dahulu sebelum menentukan data prosedur dan data yang tertinggi dari tiga kali
percobaan diambil untuk mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini mengukur aliran udara melalui
prinsip-prinsip perpindahan elekronik atau mekanik dan menggunakan mikropresessor dan
perekam untuk menghitung serta memplot aliran udara (Blonshine, 2000).
Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam kondisi yang melibatkan usaha normal
dan maksimal. Rekaman yang diperoleh disebut “spirogram” yang akan menunjukkan volume
udara serta tingkat aliran udara yang memasuki dan keluar dari paru. Spirometri dapat
menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi pengukuran tergantung pada betapa benar
responden melakukan maneuver ini.
Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah :
Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu pernapasan yang
normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan mengekspirasi secara normal untuk
mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat
dari elastisitas paru dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru
selepas ekspirasi maksimal. Volume inidisebut residual volume (RV) (Guyton, 2006).
Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar ke dalam spirometri dengan
interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak
97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakan lebih banyak yaitu volume udara yang
diekspirasi kedalam spirometri pada 1 detik. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( Ganong,
2005) .
Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara
(dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006)
Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui spirometri sangat tergantung pada umur,
kelamin, berat badan, tinggi dan ras (Braunwald, 2001).
Tujuan Spirometri
Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi berbagai penyakit yang menggangu fungsi paru.
Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), emfisema, dan kelainan
kronik paru yang lain. Jika nilai spirometri menunjukkan nilai dibawah batas normal, maka dapat
dipastikan adanya kelainan fungsional paru. Prosedur spirometri dapat dilakukan dengan cepat
tanpa menyebabkan nyeri (Blonshine, 2000).
Kesimpulan :
Referensi :
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA,
USA: Elsevier Saunders