Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


UPT PUSKESMAS NGULAK

Disusun oleh :

MIRA HARTATI
NPM 22.14901.14.39
Pembimbing Mata Kuliah :

Ns.Nuriza Agustina, S,Kep., M.Kes.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

I. KONSEP OKSIGENASI
A. PENDAHULUAN

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia dan digunakan untuk mendukung


kehidupan. Ada dua organ yang penting dalam pemenuhan kebutuhan oksigen ke dalam
tubuh dan sel, organ tersebut adalah paru dan jantung, paru sebagai organ tempat
pertukaran gas (O2 dan CO2) dari dan ke dalam darah jantung berperan dalam menghantar
atau lebih tepat sebagai pemompa darah.

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan Oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan


untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidupdan aktivitas berbagai
organ atau sel (Hidayat,2009)

Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolismesel.sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida,
energy, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Mubarak, 2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel_ sel tubuh. Secarah
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas
(wartonah tarwanto, 2006).

Terafi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah
21%. Tujuan terafi oksigen adalah memberikan transfort oksigen yang adekuat dalam
darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium
(Mutaqqin, 2005)

1.2 Fisiologi sistem/ Fungsi normal sistem Oksigenisasi

1. Anatomi dan fisiologi saluran pernafasan


a. Saluran pernafasan atas
Terdiri atas :- Hidung
- Pharing
- Laring
- Epiglottis

Fungsi: menyaring, menghangatkan dan melembabkan yang dihirup.

b. Saluran pernafasan bawah


Terdiri dari: Trachea, bronchus, segmen bronci dan bronchioles
Fungsi: mengalirkan udara, membersihkan dengan mucouliary dan memproduksi
subcutan
2. Fisiologi pernafasan
a. Ventilasi
Adalah proses masuknya oksigen ke dalam paru (inspirasi) dan pengeluaran
karbondioksida ke udara (ekspirasi)
Faktor yang mempengaruhi ventilasi adalah
1. Keadekuatan atsmosfer
2. Kebersihan jalan nafas
1. Kompliente paru
3. Regulasi pernafasan
Jumlah udara pernafasan :
1. Volume respirasi
2. Kapasitas respirasi
a. Difusi
Adalah proses perpindahan gas dari alveoli ke kapiler paru, difusi berlangsung di
alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi yaitu
1) Ketbalan membran
(semakin tebal membran semakin sulit udara masuk)
2) Luas permukaan membrane
(semakin luas luas permukaannya semakin banyak udara)
3) Koefisiensi difusi
(harganya konstan)
4) Takanan parsial
(sangat tergantung pada perfusi jaringan vaskuler paru jika terjadi gangguan pada
proses difusi)

Peningkatan ketebalan membaran dalam proses difusi terjadi pada klien dengan :
 Edema pulmonary (penimbunan cairan)
 Pulmonary infiltrate (penyusupan atau terkumpulnya zat yang tidak normal)
 Efusi pulmonary (proses masuknya cairan)
Penurunan ketebalan membran atau perubahan membran alveolar kapiler juga
bisa disebabkan oleh:

 Penyakit kronis, mis: emphysema


 Penyakit akut, mis: peneumothorak
 Proses pembedahan, mis: lobektomy
b. Transportasi
Adalah proses pengangkutan oksigen ke sel
1. Trasportasi oksigen
o Larut dalam plasma
o Berikan dengan hemoglobin
2. Transpormasi karbondioksida
o Larut dalam plasma
o Berikan dengan gugus amino
o Berikan dengan bicarbonat plasma
Faktor yang mempengaruhi transfortasi yaitu

a. COP (cardiac output)


Adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari jantung selama 1 kali sistol
b. Jumlah eritrosit
c. Exerase
Adalah latihan atau aktivitas yang dilakukan jika aktivitas meningkat kebutuhan
akan oksigen juga ikut meningkat.
d. Hematokrit
Adalah viskositas atau kekentalan darah jika meningkat jumlah air dalam darah
akan sedikit sehingga darah semakin pekat dan yang memperlambat aliran darah
dan berarti darah mengandung sedikit oksigen.
c. Regulasi
Adalah proses dimana hanya melibatkan syarat khususnya medulla oblongata
dan unsure kimiawi yang sangat mempengaruhi adalah CO2 dan HCO3 dalam
darah (Kozier,2003).
Respirasi pernafasan terdiri dari
1. Tidal volume(TV) volume tidal nilainya 500 ml
Adalah jumlah udara yang masuk atau keluar pada kondisi rileks, santai dan tanpa
paksaan atau juga disebut sebagai volume normal.
2. Inspiratory Reserve volume (IRV) volume ekspirasi cadangan, nilainya 3100 ml
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup secara maksimal setelah volume tidal.
3. Ekspiratory Reserve Volume (ERV) volume ekspirasi cadangan nilainya 1200 ml
Adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan (ekspirasi) secara maksimal setelah
volume tidal.
4. Residval volume (RV) volume residual nilainya 1200 ml
Adalah jumlah udara yang tersisa di paru setelah ekspirasi.
Kapasitas pernafasan terdiri dari
1. Total luna capacity (TLC)
Total kapasitas paru nilainya 6000 ml
Adalah jumlah maksimal udara yang ada di paru setelah inspirasi maksimal.
TLC = TV+IRV+ERV
2. Vital capacity (VC)
Kapasitas vital nilainya 4800 ml atau 80 % dari TLC
Adalah jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi setelah inspirasi maksimal
VC = TV+IRV+ERV
3. Inspiratory capacity (IC)
Kapasitas inspirasi nilainya 3600 ml
Adalah jumlah udara maksimal yang dapat di inspirasi setelah ekspirasi normal.
IC = TV+IRV
4. Fanctional residul capacity (FRC)
Kapasitas residual fungsional nilainnya 2400 ml
Adalah volume udara yang tersisa di paru-paru setelah ekspirasi tidal volume normal.
FRC = ERV+RV .

……………
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem,Oksigenisasi
1. Lingkungan
2. Latihan/aktivitas
3. Emosi
4. Gaya hidup
5. Status kesehatan
6. Narkotik
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Spyromtry : mengetahui fungsi paru.
2. Hematologi : mengetahui
 Infeksi :LED (laju endap darah), leukosit
 Alergi :eosinofil
 Pertukaran gas :ABG (analisa blood gas)
3. Radiologi
Foto rontegen atau X-ray
Broncoscopy : pada hidung dimasukkan selang sampai bronkus yang dihubungkan
dengan computer
Scaning paru :untuk mengetahui keadaan otak dan paru
Tromogafi :CT-scen menggunakan computer
Anglografi :untuk mengetahui emboli
4. Biopsi :mengetahui histologi sel
1. Thoracocentesis :mengetahui cairan
5. Ultrasonograph /USG :melihat bagian tubuh dengan computer.(pada wanita hamil).

C. PENANGANAN
Teknik pernafasan
1) Latihan nafas dalam, batuk efektif.
 Indikasi :48 jam post operasi
 Cara kerja :
a) Posisikan semi fowler
b) Anjurkan klien menekan aera insisi dengan bantal /tangan
c) Anjurkan klien tarik nafas lewat hidung dan dikeluarkan secara perlahan-lahan
lewat mulut
d) Anjurkan klien tarik nafas lagi, tahan sebentar kemudian di batukkan
e) Bersihkan atau tamping sputum yang keluar
1) Pursed lip breating
Indiksi :pasien yang biasa mengontrol pernafasan
Cara kerja :
a) Posisikan baring /duduk yang nyaman
b) Anjurkan klien inspirasi dalam lewat hidung dan tahan sebentar
c) Ekspirasikan lewat mulut secara perlahan-lahan seperti bersin
2) Abdominal breating
Indikasi :disfungsi pernafasan kronik
Cara kerja :
a) Bersihkan jalan nafas, kalau perlu saction
b) Pasisi klien duduk atau baring semi fowler
c) Anjurkan klien tarik nafas dalam dengan menggunakan otot abdomen
d) Tahan sebentar kemudian akhalasi seperti bersin ddengan perlahan-lahan kurang
lebih 2-3 kali lebih lama dari inspirasi
e) Bila berhasil lanjutkan dengan latihan bebas di atas abdomen kurang lebih 5 pound
(2,5 kg)
f) Lakukan kurang lebih 10-20 menit
3) Insentive spirometer
Indikasi :post operasi bersamaan deep breathing
Cara kerja :
a) Posisi klien duduk atau berbaring semi fowler
b) Anjurkan klien memegang pipa spyrometer dekatkan ke mulut
c) Klien nafas dalam kemudian keluarkkan secara cepat dan maksimal lewat mulut ke
selang spirometer
d) Ulangi 4-5 kali, kemudian batuk efektif
e) Bersihkan selang spyrometer, kemudian klien diistirahatkan
FISIOTERAPI DADA
1. Perkusi dada dan vibrasi
 Alat :bantal, handuk kecil, tissue, sputum pot.
 Cara kerja :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
b. Atur posisi (postural drainage)
c. Letakkan handuk di atas klien
d. Anjurjan klien nafas dalam perlahan-lahan
e. Lengkungkan telapak tangan, jari rapat
f. Tepuk-tepuk punggung dan dada klien di punggung ke bahu
g. Lakukan selama 3-5 menit
h. Anjurkan pursed lip breating
i. Letakkan tangan anda bersilang pada lokasi paru, lalu getarkan secara pelan-pelan
saat klien ekshalasi
j. Ulangi kurang lebih 5 kali
k. Tampung dan bersihkan dengan tissue (sputum pot)
2. Postural drainage
 Alat :bantal, tissue, obat kumur
 Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur
b. Atur posisi sesusai letak secret
c. Kombinasikan dengan perkusi dan vibrasi
 Indikasi :
a. Klien tak mampu batuk
b. Secret terkumpul di lobus paru
 Kontraindikasi
a. Dypsnoe meningkatkan cyanosis saat prosedur
b. Nyeri
c. Perdarahan lama
d. Kelumpuhan
e. Resiko tinggi fraktur patofisiologi
f. Mastectomy :pembedahan mamae
Osteoporosis :keroposnya tula
OKSIGENASI
Tujuan :
1. Menyediakan sejumlah O2 yang cukup untuk makhluk hidup atau suffilien
2. Mengurangi hypoximea
3. Menurunkan akibat kompensasi hypoxia
Kontraindikas :
1. Hipoventilasi
2. Oxygen toxicity
Metode pemberian oksigen
1. Low flow system
a. Nasal kanul
o 1 X/menit 22%-24%
o 2 X/menit 26%-28%
o 3 X/menit 28%-30%
o 4 X /menit 32%-36%
o 5 X /menit 36%-40%
o 6 X /menit 40%-44%
b. Masker
1. Simple face
5-6 X/menit 40%
6-7 X/menit 50%
7-8 X/menit 60%
2. Partial rebreathing
8 X/menit 40-50%
10-12 X/menit 60%
3. Non rebreathing
6 X/menit 55-60%
8 X/menit 60-80%
10 X/menit 80-90%
12-15 X/menit 90-100%
2. High flow system
a) Venture mask
 3 X/menit 24-28%
 4 X/menit 30-40%
 8 X/menit 50%
b) Oksigen hood (nasal kateter)
 10-12 X/menit
 Inshalasi uap (saluran pernafasan)
Tujuan :
a) Mengencerkan dahak
a) Melembabkan mukosa saluran pernafasan
b) Selaput lendir dalam keadaan tetep lembab
c) Pernafasan menjadi lega
d) Pembengkakan selaput lendir menjadi kusam
 Suction yaitu mengeluarkan secret atau lendir saluran pernafasan
Macam-macam otot:
1. Orotracheal/nasotracheal suction
Indikasi :
a) Distress permafasan
b) Suara nafas abnormal (wheezing)
Kontraindikasi :broncospasme
Prosedur :
 Pasien semi fowler
 Gunakan alat dan prosedur steril (kateter tidak lentur)
 Beri hyperoksigen dengan ventilator
 Anjurkan klien nafas dalam
 Masukkan kateter dengan tekanan (keluarkan dengan tekanan secara sirkumsisi
dengan pelan-pelan 5-10 menit)
 Ulangi 3 X atau sekret bersih
 Bila secret sangat pekat tetesi dengan NaCl
 Catata hasil dan respon pasien
Komplikasi :
 Bronco or laringospasme
 Pendarahan
 Batuk-batuk panjang
 Infection
 Gangguan irama jantung
2. Hidung
3. Oropharing atau nosopharing
Komplikasi :
1. Depresi pernafasan, toksisitas (keracunan), nyeri subsentral (saluran nafas)
2. Fibroplasma retro lental :mata (pembuluh arteri retina mata)
3. Gangguan sirkulasi sementara hidung (penyumbatan ekspresinya)
4. Parestesi, nyeri sendi (syarat)

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system oksigenisasi

1. Hipoxia: kekurangan oksigen


 Etilogi: menurut kadar hemoglobin,menurunnya konsentrasi O2 inspirasi, gangguan
pada proses difusi dan menurunnya perfusi jaringan.
 Tanda
1. Kelemahan,
1. Cemas
2. Pusing
3. meningkatnya tekanan darah
4. menurunnya konsentrasi
5. cyanosis (pucat)
6. dyspnoe (sesak nafas)
7. menurunya tingkat kesadaran
8. irama jantung tidak teratur (distritmi)
2. Hypercapnoe: kelebihan O2
 Etiologi: obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, PPOM (penyakiit paru obstruksi
menahun)
 Tanda :
1) Meningkatnya nadi
2) Meningkatnya respirasi
3) Meningkatnya tekanan darah Gangguan mental gelisah
4) Sakit kepala
3. Hiperventilasi
Frekuensi ventilasi melebihi kebutuhan metabolisme normaluntuk proses respirasi.
 Etiologi
1) Kecemasan
2) Infeksi
3) Obat-obatan, mis:amphetamine
4) Ketidakseimbangan asam basa, mis:asiclosis metabolik
5) Hipoksia, mis:emboli paru atau shock
 Tanda
1) Sesak nafas
2) Nyeri dada
3) Menurunnya konsentrasi
4) Dizzing /pusing
5) Pandangan kabur
6) Tetani /kejang
4. Hypoventilasi
Terjadi bila ventilator alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh/ada
pembatasan kecukupan CO2 sehingga ventilasi menurun dan PaCO2, elevasi.
 Tanda
1) Dizzing /pusing
2) Kelelahan
3) Menurunnya konsentrasi
4) Kejang
5) Koma

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan Oksigenisasi

A. PENGKAJIAN
2.1.1 RIWAYAT KEPERAWATAN
Meliputi :
 Fungsi kardiopulmoner saat normal
 Fungsi respirasi dan sirkulasi saat mengalami perubahan atau gangguan
 Pengukuran penggunaan O2 secara optimal
Kaji :
 Masalah-masalah respirasi
 Rasionalisasi penyakit/masalah respirasi
 Adanya batuk dan penanganan
 Kebiasaan merokok
 Nyeri
 Fungsi kardiopulmoner saat normal
 Fungsi respirasi dan sirkulasi saat mengalami perubahan atau gangguan
 Pengukuran penggunaan O2 secara optimal
Kaji :
 Masalah-masalah respirasi
 Rasionalisasi penyakit/masalah respirasi
 Adanya batuk dan penanganan
 Kebiasaan merokok
 Nyeri
 Masalah kardiovaskuler
2.1.2 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
1. Inspeksi
Menggunakan indra penglihatan, Observasi dari head to toe (kepala sampai kaki)
meliputi :
a. Kulit
b. Warna membrane mukosa
c. Keadaan umum
d. Tingkat kesadaran
e. Keadekuatan sistem sirkulasi
f. Pola nafas
g. Gerakan dinding dada
h. Bentuk thorax
i. Tipe pernafasan (brot, kussmaul)
j. Gerakan otai pernafasan

2. Palpasi
Menggunakan indra peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di
jangkau tangan.
Missal :suhu, kelembapan, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa edema,
krepitasi dan sensasi.
 Palpasi ringan
Dengan menggunakan telapak tangan dan tangan sejajar dengan kulit tekan hati-
hati dengan kedalaman 1-2 cm gerakan bantalan jari dengan gerakan memutar.
 Palpasi dalam
Palpasi tangan tunggal dengan sisi telapak tangan pada kulit dengan tangan
menekan ke bawah, bantalan jari di tekan 4 - 5 cm.
3. Perkusi
Meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan
membantu dalam penentuan densitas, lokasi, ukuran dan posisi struktur di bawahnya.
a. Perkusi langsung (segera)
Permukaan tubuh ditekuk dengan satu jari atau lebih pada satu lengan.
a. Perkusi tidak langsung (perantara)
Jari tengah pada satu tangan (fleksimer) hipertensi dalam tulang distal jari
ditempelkan berlawanan dengan permukaan tubuh.
b. Hasil perkusi
 Timpani
Intensitas keras, bunyi nada tinggi, lamanya sedang, setara dengan bunyi dram.
 Hiperresonansi
Intensitas sangat keras, bunyi dengan nada sangat rendah, lamanya sangat
singkat setara dengan bunyi dentuman.
 Resonansi
Intensitas sedang, bunyi nada rendah, lamanya panjang setara dengan gaung.
 Pekak
Intensitas lembut, bunyi nada tinggi, lamanya sedang.
 Bunyi datar
Intensitas halus, bunyi nada tinggi, lamanya singkat.

2.1.2 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
okssigenisasi yaitu;
1) EKG ; menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,mendeteksi transmisi
implus dan posisi listrik jantung.
2) Pemeriksaan stress latihan, digunakan untuk mengevaluasirespond jantung terhadap
stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukankeadekuatan aliran darah
koroner.
3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;pemeriksaan
fungsi paru,analisis gas darah (AGD)
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
(Minimal 2 diagnosa keperawatan yang sering muncul, penjelasan berdasarkan buku saku
diagnosa keperawatan)
1. Diagnosa 1: KETIDAKEFEKTIFAN JALAN NAFAS
Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau
potensial pada status pernafasan sehubung dengan ketidakmampuan untuk batuk secara
efektif (Carpenito,2001).
Batasan karakteristik
a) Mayor
o Batuk tak efektif atau tak ada batuk
o Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas
b) Minor
o Bunyi nafas abnormal
o Frekuensi, irama, kedalaman, pernafasan abnormal
Faktor-faktor yang berhubungan
Lihat resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan
pernafasan bersih dan tidak ada suara/bunyi nafas .
Kriteria hasil (NOC:edisi kedua)
1. Saluran pernafasan IER
2. Irama pernafasan IER
3. Nafas dalam
4. Tidak ditemui pursed lips breating
5. Pergerakan sputum dari saluran nafas
6. Tidak ditemui ortopnea
7. Volume tidal IER
8. Kapasitas vital IER Intervensi (Doenges ,edisi 3)
Mandiri Rasional

1. Intruksikan individu untuk b. Nafas sedalam dan selambat mungkin


nmelakukan metode batuk sementara duduk setegak mungkin
terkontrol yang tepat. c. Gunakan pernafas diafragma
d. Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian
hembuskan secara perlahan sebanyak
pernafasan ini jika mungkin melalui mulut
(rangka iga bawah dan abdomen harus
turun)
e. Ambil nafas kedua, tahan dan batukkan
dengan kuat dari dada
2. Kaji adanya program Pemberian program anlgesik akan
analgesikKaji keefektifannya: mengurangi ketidaknyamanan pada pasien
apakah individu terlalu lesu, sehingga bisa melakukan relaksasi dengan
apakah individu masih merasa leluasa.
nyeri
3. Berat posisi abdomen atau dada Menambah kekuatan dan tahanan pada
dengan tangan bantal atau bagian otot perut
keduanya.
4. Pertahankan hidrasi yang adekuat Meningkatkan masukan cairan 4-6 kuart
sehari jika tidak ada kontra indikasi karena
penurunan darah jantung atau penyakit ginjal

5. Lanjutkan dengan penyuluhan Berguna untuk klien melakukan latihan


kesehatan dengan penguatan hal- pernafasan secara mandiri
hal yang penting dalam
perawatan harga dan anjurkan
usaha dan kemajuan individu
yang baik.

Kolaborasi Rasional

Berikan humidifikasi tambahan, Kelembaban menurunkan kekentalan sekret


mis:nebuliser ultranik, humidifier menpermudah pengeluaran dan dapat
aerosol ruangan. membantu menurunkan/mencegah
pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

Bantu pengobatan pernafasan, Postural drainase dan perkusi bagian penting


mis:IPPB, fisiotarapi dada. untuk membuang banyaknya sekresi/kental
dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar
paru. Catatan :dapat meningkatkan spasme
bronkus pada asma.

Awasi/buat grafik seri GDA, nadi Membuat dasar untuk pengawasan


oksimetri, foto dada. kemajuan/kemunduran proses penyakit dan
komplikasi.

6. Diagnosa 2 : KERUSAKAN PERTUKARAN GAS


Definisi
Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan jalannya gas (O2 dan CO2) yang
actual (dapat mengalami potensial) antara alveoli paru- paru dengan sistem vaskuler
(Carpenito,2001)
Batasan karakteristik
Lihat resiko terhadap fungsi pernafasan
a) Mayor
o Dypsnea saat melakukan latihan
a) Minor
o Konfusi/agitasi
o Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk 1 tangan pada setiap lutut,
condong ke depan)
o Bernafas dengan bibir di monyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
o Keletihan
o Peningkatan tahanan vaskuler pulmonal (peningkatan tahanan arteri ventrikel
kanan/kiri)
o Penurunan motalitas lambung, pengosongan lambung lama
o Penurunan isi oksigen, penurunan saturasi oksigen
o PCO2 seperti yang diperlihatkan oleh hasil analisa gas darah
o Cyanosis
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
kerusakan pertukaran gas.

Kriteria hasil (NOC:edisi kedua)


1. Tidak ditemui cyanosis
2. Perfusi ventilasi seimbang
3. pH arteri WNL
4. pemasukan O2 WNL
5. PaO2 WNL
6. PaCO2 WNL
7. Volume tidal IER
8. Kapasitas vital IER
9. Pemeriksaan fungsi pulmonary IER
Intervensi

Mandiri Rasional

Kaji frekuensi, kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress


pernafasn.Catat pengunaan otot pernafasan atau kronisnya proses penyakit.
aksesoris, nafas bibir,
ketidakmampuan bicara atau
berbincang-bincang.

Tinggikan kepala tempat tidur, Pengiriman oksigen dapat dapat diperbaiki


bantu pasien untuk memilih posisi dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
yang mudah untuk bernafas. untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dipsnea
Dorong nafas dalam perlahan atau dan kerja nafas.
nafas bibir sesuai kebutuhan
/toleransi individu.

Kaji/awasi secara rutin kulit dan Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku)
warna membrane mukosa. atau sentral (terlihat sekitar bibir atau daun
telinga). Keabu-abuan atau dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemea.

Dorong mengeluarkan sputum: Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah


penghisapan bila diindikasikan. sumber utama ganguan pertukaran gas pada
jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.

Auskultasi bunyi nafas, catat Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan
penurunan aliran udara dan bunyi aliran udara atau area konsolidasi. Adanya
tambahan. mengi mengindikasikan spasme
bronkus/tertahannya sekret. Krekels basah
menyebar menunjukkan cairan pada
interstisial /dekompensasi jantung.

Kolaborasi

Kolaborasi Rasional

Awasi/gambar seri GDA dan nadi PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,


oksimetri emfisema) dan PaCO2 secara umum menurun,
sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih
kecil atau lebih besar. Catatan : PaCO2
“normal” atau meningkat menandakan
kegagalan pernafasan yang akan datang
selama asmatik.

Berikan oksigen tambahan yang Dapat memperbaiki atau mencegah


sesuai dengan indikasi hasil GDA memburuknya hipoksia. Catatan :emfisema
dan toleransi pasien. kronis, mengatur pernafasan pasien
ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin
dikeluarkan dengan peningkatan PaCO2
berlebihan.

Berikan penekan SSP (mis: Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah


antiansietas, sedativef atau yang meningkatkan konsumsi
narkotik) dengan hati-hati. oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea.
Dipantau dengan ketat karena dapat terjadi
gagal nafas.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2001, Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Moorhouse, Geissler, 2000, Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Johnson Marion , Meridean Maas, Sue Moorhead, 1999, NOC. Edisi 2. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Perry & Potter, 2003, Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis

Anda mungkin juga menyukai